Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industrialisasi akan selalu diiikuti oleh penerapan tehnologi tinggi,


penggunaan bahan serta peralatan yang lebih komplek, namun sering kali
berakibat buruk baik terhadap manusia maupun lingkungan. Ditempat kerja
terdapat beberapa bahaya yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor
fisika, kimia, biologi, ergonomi serta psikologi. Kebisingan merupakan sumber
bahaya dari faktor fisika di tempat kerja, yang sumber bahaya tersebut perlu
dikendalikan agar tercipta lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan
produktif bagi tenaga kerja.

Kebisingan merupakan gangguan yang dapat mempengaruhi kenyamanan


dan kesehatan terutama yang berasal dari kegiatan operasional peralatan pabrik.
Sedangkan operator atau karyawan yang mengoperasikan peralatan pabrik
merupakan komponen lingkungan yang terkena pengaruh disebabkan adanya
peningkatan kebisingan. Resiko yang timbul akibat kebisingan dengan tingkat
tekanan bunyi diatas nilai ambang batas pendengaran adalah dapat merusak
pendengaran atau gangguan pendengaran. Selain itu Kebisingan juga dapat
menggangu percakapan sehingga akan mempengaruhi komunikasi yang sedang
berlangsung dan kebisingan tersebut juga menggangu konsentrasi karyawan
dalam bekerja sehingga dapat menurunkan produktivitas kerja. Menurut teori
yang telah dipelajari, dalam upaya pengendalian kebisingan dapat melibatkan tiga
elemen yaitu pengendalian bising pada sumber kebisingan, lintasan atau jalur
rambat kebisingan dan penerima kebisingan. Jika ketiga elemen tersebut belum
bisa menggendalikan kebisingan maka ada cara lain yaitu pengendalian
kebisingan secara administrasi yaitu pengendalian kebisingan dengan cara
mengatur pola kerja. Dalam pengendalian yang dilakukan agar hasilnya efektif
maka perlu dilakukan survei atau identifikasi masalah kebisingan di pabrik untuk
mengetahui tingkat kebisingan yang diterima oleh karyawan pabrik. Berdasarkan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai
Kebisingan 1
Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja, ditetapkan sebesar kurang dari
85 dBA. Nilai ambang batas kebisingan di tempat kerja adalah intensitas tertinggi
dan merupakan nilai rata – rata yang masih 2 dapat di terima tenaga kerja tanpa
mengakibatkan hilangnya daya dengar yang tetap, untuk waktu kerja secara terus
menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam seminggu.
Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk membuat makalah
tentang kebisingan, jenis-jenis kebisingan, dampak dan pengendalian kebisingan
ditempat kerja.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah untuk penulisan makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud dengan kebisingan?

2. Apa saja jenis-jenis kebisingan?

3. Bagaimana NAB untuk kebisingan?

4. Bagaimana mengukur kebisingan?

5. Apa pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja?

6. Bagaimana upaya pengendalian kebisingan?

1.3 Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebisingan.

2. Untuk mengetahui jenis-jenis kebisingan.

3. Untuk mengetahui NAB untuk kebisingan.

4. Untuk mengetahui bagaimana mengukur kebisingan serta alat dan metode


yang digunakan.
Kebisingan 2
5. Untuk mengetahui pengaruh kebisingan terhadap tenaga kerja.

6. Untuk mengetahui upaya pengendalian kebisingan.

1.4 Manfaat Penulisan

Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan


tentang kebisingan, Jenis-jenis kebisingan, NAB kebisingan, pengukuran
kebisingan, dampak kebisingan dan upaya pengendalian kebisingan serta untuk
memenuhi tugas mata kuliah Praktikum Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Kebisingan BAB II
3
PEMBAHASAN

2.1.Definisi Kebisingan

Bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan telinga oleh gelombang


longitudinal yang ditimbulkan oleh getaran dari sumber bunyi atau suara dan
gelombang tersebut merambat melalui media udara atau penghantar lainnya, dan
manakala bunyi atau suara tersebut tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau
timbul di luar kemauan orang yang bersangkutan disebut kebisingan atau dengan kata
lain kebisingan adalah bunyi yang tidak dikehendaki. Dalam rangka perlindungan
kesehatan tenaga kerja, kebisingan diartikan sebagai semua suara yang tidak
dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja
yang pada tingkat tertentudapat menimbulkan gangguan pendengan. Terdapat dua
karakteristik utama yang menetukan kualitas suatu bunyi atau suara yaitu frekuensi
dan intensitasnya. Suatu akibat dari kombinasi frekuensi dan intensitas adalah
kekerasan suara yang didengar oleh telinga (Suma’mur, 2009).

Bising dalam kesehatan kerja dapat menurunkan pendengaran baik secara


kualitatif maupun kuantitatif (Buchari, 2007).

Bising adalah suara /bunyi yang tidak diinginkan. Terdapat dua hal yang
menetukan kualitas suatu bunyi atau suara yaitu frekuensi dan intensitasnya
(A.M.Sugeng Budiono, 2009).

2.2 Jenis Kebisingan

Berdasarkan sifat dan spectrum frekuensi bunyi, bising dapat dibagi atas :

1.Kebisingan Kontiniu dengan spectrum frekuensi yang luas. Bising ini relative
tetap dalam batas kurang lebih 5 dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut.

Misalnya mesin, kipas angin, dll.

Kebisingan 4
2.Kebisingan kontiniu dengan spectrum frekuensi yang sempit. Bising ini relative
tetap, akan tetapi ia hanya mempunyai frekuensi tertentu saja (pada frekuensi
500, 100 dan 4000 hz).

Misalnya gergaji sekuler dan katup gas.

3.Kebisingan intermitten. Bising ini tidak terjadi secara terus menerus, melainkan
ada periode relative tenang.

Misalnya suara kebisingan di airport, dll.

4.Kebisingan impulsive. Bising jenis ini memiliki perubahan tekanan suara


melebihi 40 dB dalam waktu sangat cepat dan biasanya mengejutkan
pendengarnya.

Misalnya suara tembakan, dll.

5.Kebisimgam impulsive berulang. Contohnya mesin tempa.

Berdasarkan pengaruhnya terhadap manusia, bising dapat dibagi atas:

1. Bising yang mengganggu. Intensitas tidak terlalu

keras. Contoh: mendengkur

2. Bising yang menutupi. Merupakan bising yang menutupi pendengaran


secara jelas. Secara tidak langsung bunyi ini akan membahayakan
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, karena teriakan atau isyarat tanda
bahaya tenggelam dalam bising dari sumber lain.

3. Bising yang merusak. Bising yang intensitasnya melampaui NAB. Bunyi


ini jelas akan merusak fungsi pendengaran. (Buchari, 2007).

2.3 NAB Kebisingan

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-


51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja,
Kebisinganditetapkan sebesar kurang dari 85 dBA. Nilai ambang batas kebisingan

di tempat 5
kerja adalah intensitas tertinggi dan merupakan nilai rata – rata yang masih 2
dapat di terima tenaga kerja tanpa mengakibatkan hilangnya daya dengar yang
tetap, untuk waktu kerja secara terus menerus tidak lebih dari 8 jam sehari dan 40
jam seminggu.

NILAI AMBANG BATAS KEBISINGAN


Waktu Pemajanan per Hari Intensitas Kebisingan dalam
dBa
8 jam 85
4 88
2 91
1 94
30 menit 97
15 100
7,5 103
3,75 106
1,88 109
0,94 112
28,12 115
14,06 118
7,03 121
3,52 124
1,72 127
0,88 130
0,44 133
0,22 136
0,11 139
Tidak Boleh 140

Kebisingan 6
Sumber : Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-
51/MEN/1999, tentang Nilai Ambang Batas (NAB) kebisingan
di tempat kerja

2.4 Pengukuran Kebisingan


Untuk mengukur masalah kebisingan, kita perlu mengukur tingkat kebisingan
dengan menggunakan sejumlah alat ukur tingkat kebisingan dengan berbagai
tingkat ketelitian.

Alat ukur kebisingan adalah alat yang digunakan untuk mengukur tingkat
kebisingan dan memiliki 3 jenis dasar:

1. Alat ukur keperluan umum

Relative murah dan cukup teliti utnuk mengidentifikasi area yang


bermasalah dengan kebisingan.

2. Instrumen Kualitas 1:

-memberikan pembacaan yang teliti yang dapat digunakan dalam tingkat


pengendalian kebisingan

-bisa mengikutsertakan fasilitas untuk menganalisis pita gelombang dan


memadukan tingkat eksposur

-cukup mahal namun dibutuhkan jika pengukuran kebisingan secara


teratur perlu digunakan

3.Instrumen Presisi

-mengukur sejumalh fungsi-fungsi kebisingan

-memberikan pembacaan yang sangat teliti


Kebisingan 7
-kerap disambungkkan ke instrument pencatat yang mengukur itngkat
kebisingan dalam satu periode waktu

-sangat . mahal dan memerlukan keahlian khusus untuk menggunakannya.


(Jhon Ridley, 2004)

Adapun alat utuk mengukur kebisingan adalah :

1. Sound Level Meter

Alat utama yang digunakan dalam pengukuran kebisingan adalah Sound


Level Meter. Alat ini mengukur kebisingan diantara 30-130 dBA dan dari
frekuensi antara 20-20.000 Hz. Suatu system kalibrasi terdapat dalam alat itu
sendiri kecuali untuk kalibrasi mikrofon diperlukan pengecekan dengan
kalibrasi tersendiri. Sebagai alat kalibrasi dapat dipakai pengeras suara yang
kekuatannya suaranya diatur oleh amplifier. Atau suatu piston phone dibuat
untuk maksud kalibrasi tersebut yang tergantung dan atas perbedaan tekanan
barometer. (Suma’mur. 2009)

2. Audiometer

Apabila hasil pengukuran di tempat kerja menunjukkan intensitas


kebisingan melebihi NAB maka lakukan audiometri test kepada karyawan
minimal 1 tahun sekali. Audiometri test juga harus dilakukan pada karyawan
baru / rotasi / mutasi sebelum di tugaskan ke area dengan intensitas kebisingan
yang tinggi. Target dari audiometri test adalah pemeriksaan gangguan
pendengaran persepsi,konduksi atau campuran

Audiometer juga digunakan untuk mengukur ketajaman pendengaran, dan


fungsi lainnya :

1. Mengukur ambang pendengaran


2. Mendindikasikann kehilangan pendengaran
Kebisingan8
3. Pembacaan dilakukan secaara manual dan otomatis

4. Mencatat kemampuan pendengaran setiap telinga pada deret frekuensi


yang berbeda

5. Menghasilkan audiogram : grafik ambang pendengaran untuk masng-


masing telinga pada suatu rentang frekuensi

6. Pengujian dilakukan didalam ruang kedap suara namun diruang yang


hening pun hasil memuaskan

7. Biaya sedang namun sangat dibutuhkan. jika kebisingan terjadi terus


menerus dapat menggunakan fasilitas rumah sakit. (Jhon Ridley, 2004)

3. Dosimeter

Dosimeter diperlukan untuk mengukur eksposur terhadap kebisingan harian:

1.Berupa instrument kecil yang dikenakan oleh pekerja

2.Terdiri atas alat pencatat kecil dan mikrofon yang disematkan pada kerah
baju didekat telinga

3.Mengukur dan mencatat tingkat kebisingan setiap menit dalam suatu giliran
kerja

4.Instrumen sederhana yang memadukan pembacaan untuk memberikan


pemajanan bising harian

5. Instrumen yang lebih rumit yang memungkikan analisis rekaman data yang
lebih rinci

6.Proses analisis yang membutuhkan perangkat lunak computer dan pemtea


(Plotter) data yang cocok.

7.Satu-satunya metode yang benar-benar teliti untuk mengukur pemajanan


bising personal harian
Kebisingan 9
2.5 Pengaruh Kebisingan terhadap tenaga kerja

Bising dapat menyebabkan tuli. (Darmanto Djojodibroto, 1999).

Kebisingan juga mempengaruhi daya kerja seseorang dan efek tersebut


merugikan baik ditinjau dari pelaksanaan kerja maupun hasil kerja boleh
dikatakan telah merupakan pendapat masyarakat pada umumnya.

Pengaruh negative lainnya adalah :

1. Gangguan Seacara Umum

Terhadap kegiatan hidup sehari-hari kebisingan dapt menggangu konsentrasi dan


menyebabkan pengalihan perhatian sehingga tidak focus kepada masalah yang
sedang dihadapi. Oleh kebisingan, motivasi untuk berfikir dan bekerja mungkin
dibuat lemah atau bahkan hilang sama sekali. Kebisingan dapt mengganggu ketelitian
seseorang bahkan hilang sama sekali. Kebisingan juga dapat menyebabkan rasa
terganggu yang merupakan reaksi psikologis seseorang, perasaan terganggu demikian
bervariasi dalam besar dan coraknya atas dasar sifat-sifat kebisingan itu sendiri,
frekuensi dan intensitasnya. Kebisingan menyebabkan orang terganggu tidur sehingga
tidak dapat memulihkan kondisi psikisnya.

Pada umumnya kebisingan yang sangat tinggi sangat mengganggu. Fakt


menunjukkan bahwa kebisingan dapat pula memberikan efek buruk terhadap
penderita penyakit kardiovaskuler dan juga orang yang sakit saraf. (Suma’mur,
2009)

2.Gangguan Komunikasi dengan pembicaraan

Sebagai pegangan, gangguan komunikasi oleh kebisingan terjadi apabila


komunikai pembicaraan dalam pekerjaan harus dijalankan dengan cara berteriak.
Gangguan komunikasi seperti itu menyebabkan terganggunya pekerjaan, bahkan
mungkin mengakitbatkan kesalahan atau kecelakaan, terutama pada penggunaan
Kebisingan 10
tenaga baru oleh karena timbulnya salah paham dan salah pengertian. Besarnya
pengaruh kebisingan pada komunikasi dengan pembicaraan dapat dilakukan
dengan mengukur rata-rata intensitas oktaf diantara 600-1200, 1200-2400, dan
2400-4800 Hz. Nilai ini disebut tingkat gangguan pembicaraan TGP. Dengan
pemeriksaan odiometris dapat diperlihatkan adanya penurunan kemampuan untuk
mendengar pada frekuensi-frekuensi tersebut atau dengan perkataan lain perlu
kekuatan suara yang jauh lebih besar agar dapat mendengar pembicaraan orang
lain. (Suma’mur , 2009)

3.Kriteria kantor

Kebutuhan pembicaraan, baik langsung maupun tidak langsung ataupun lewat


telepon harus dipenuhi dan sangat penting artinya bagi berlangsungnya aktivitas
di kantor dan ruang siding. Kebisingan dapat berpengaruh buruk dikantor, naik itu
diruang istirahat, rapat, dll..(Suma’mur, 2009)

4.Efek Pada Pekerjaan

Kebisingan menggangu perhatian yang perlu terus-menerus dicurahkan


kepada pelaksanaan pekerjaan dan juga pencapaian hasil kerja yang sebaik-
baiknya. Maka dari itu, tenaga kerja yang melakukan pengamatan dan
pengawasan terhadap suatu proses produksi atau hasilnya dapat membuat
kesalahan-kesalahan akibat dari terganggunya konsentrasi dan kurang focus
perhatian. Demikian pula, terganggunya pelaksaan dan pencapaian hasil kerja
oleh kebisingan dapat dikarenakan adanya terganggunya perasaan terganggu atau
melemahnya semangat kerja atau masalah alinnya, seperti kurang sempurnanya
istirahat, trganggunya pencernaan, system kardiovaskuler, dan system saraf
lainnya. Ada tenaga kerja yang sangat peka terhadap kebisingan. Pada pekerjaan
yang lebih banyak memikir, kebisingan sebaliknya ditekan serendah-rendahnya.
(Suma’mur, 2009).

5.Reaksi Masyarakat
Kebisingan 11
Pengaruhnya akan sangat besar, apabila kebisingan akibat suatu proses
produksi demikian luar biasanya, sehingga masyarakat sekitar perusahaan yang
bersangkutan protes agar kegiatan tersebut diberhentikan. Intensitas kebisingan
dari suatu perusahaan ke masyarakat harus ditinjau dari berbagai factor.
(Suma’mur, 2009)

6.Gangguan Kesehatan

Pengaruh utama kebisingan pada kesehatan adalah kerusakan kepada indera


pendengar yang menyebabkan ketulian progresif , dan akibat demikian telah
diketahui dan ditrima umum berabad-abad lamanya. Bekerja secara terus menerus
ditempat bising berakibat kehilangan daya dengar yang menetap dan tidak dapat
dipulihka kembali. (Suma’mur, 2009)

2.6 Upaya Pengendalian Kebisingan.

Menurut Jhon Ridley (2009), dari semua upaya, pertimbangan pertama yang
perlu diperhatikan adalah menghilangkan sumber kebisingan. Akan tetapi
tindakan ini tidak selalu bias dilakukan. Ada dua pendekatan strategi perlindungan
pendengaran, yaitu :

1. Pendekatan arahan Prinsip

· Penghilangan

Mencari metode alternative

· Isolasi

Memindahkan pekerja kearea dengan kebisingan yang lebih rendah

· Penyekatan

-mengurung kebisingan didalam ruang kedap bunyi.


Kebisingan 12
-menempatkan pekerja dikabin kedap bunyi

· Penyerapan

-melapisi dinding dan permukaan-permukaan pantul dengan bahan


penyerap bunyi

-menggunakan panel-panel penyerap bunyi yang berdiri sendiri-sendiri

-menggantung panel-panel penyerap bunyi dilangit-langit /atap

· Peredaman Getaran

-memberikan batang-kukuh atau melapisi lembar panel logam untuk


mencegah efek gendering

-menggunakan dudukan penahan getaran untuk permesinan

-menggunakan sambungan yang fleksibel dalam pipa dan saluran-saluran

-menggunakan komponen plastic dalam pemesinan

· Pembungkaman

-menggunakan pembungkam bunyi pada keluaran dari silinder utama dan


pompa vakum

-menggunahkan pengarah angin pada keluaran system ventilasi dan


penyedotan

-mengarahkan lubang-keluar ventilasi menjauh dari area kerja dan


perumahan yang bersebelahan

2.Pendekatan Pragmatis

· Merekayasa

· Mengurangi kebisingan pada sumber


Kebisingan 13
· Mengurung sumber bising

· Memisahkan para pekerja

· Menyerap bising

Usaha terakhir setelah seluruh teknik diatas tidak efektif adalah dengan
menyediakan alat pelindung dengan penyesuaian alat pelindung pribadi dengan :

1.harus diberikan satu untuk pekerja

2.harus menyediakan atenuasi yang cukup untuk menjamin pendengaran


terlindung dengan baik

3.Para pengguna harus terbiasa dengan tingkat bunyi yang berbeda-beda yang
dapat didengar melalui alat-alat perlindungan pendengaran (Jhon Ridley, 2004)

Menurut A.M Sugeng Budiono (2009), Pengendalian kebisingan dilakukan


dengan

1.Pengendalian secara teknis

-mengubah cara kerja, dari yang menimbulkan kebisingan menjadi berkurang


suara yang menimbulkan bsiingnya.

-menggunakan penyekat dinding dan langit-langit yang kedap suara

-isolasi mesin

-Subtitusi mesin

-menggunakan fondasi mesin yang baik untuk mengurangi terjadinya getaan yang
dapat menimbulkan kebisingan

-modifikasi mesin
Kebisingan 14
-merawat mesin
2.Pengendalian Secara Adminstatif

-pengadaan ruang control pada bagian tertentu

-pengaturan jam kerja

3.Pengendalian secara medis

Dilakukan dengan pemerikasaan audiometric

4.Penggunaan Alat Pelindung Diri

Ini merupakan alternative terkahir, dengan menggunakan ear plug, ear muff dll.

BAB III
Kebisingan PENUTUP

15
3.1 Kesimpulan

1.Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki apabila terpapar terus menerus
dapat menyebabkan ketulian.

2.NAB untuk kebisingan di tempat kerja, ditetapkan sebesar kurang dari 85 dBA

3.Kebisingan dapat dikur dengan audiometric, sound level meter dan dosimeter.

4.Efek yang dtimbukan kebisingan trhadap pekerja berdampak pada kesehatanm


produktivitas dan motivasinya untuk bekerja.

5.Upaya pengendalian menurut Jhon Ridley yaitu pendekatan arahan-prinsip dan


pragmatis.

6.Upaya pengendalian menurut A.M Sugeng Budiono, secara teknis, adminstratif,


secara medis dan APD.

3.2 Saran

1. Upaya pengendalian kebisingan ditempat kerja sangat perlu dilakukan dan


apabila cara-cara pengendalian tidak efektif maka digunakan penggunaan Alat
Pelindung diri.

2.Sebaiknya pemeriksaan telinga yang berpotensi tuli yang disebabkan oleh


kebisingan dilakukan sedini mungkin mengingat sering terpapar menyebabkan
ketulian

Kebisingan 16
DAFTAR PUSTAKA

Buchari.2007. Kebisingan Industri dan Hearing Conservation Program.

Budiono, Sugeng dkk.2009.Hiperkes & KK.Semarang : Universitas


Diponegoro Semarang

Djojodibroto, Darmanto.1999.Kesehatan Kerja di perusahaan. Jakarta : Gramedia

Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999, tentang Nilai


Ambang Batas (NAB) kebisingan di tempat kerja

Ridley, Jhon.2004. Ikhtisar Kesehatan dan Keselamatan KErja. Jakarta : Erlangga

Suma’mur.2009.Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja ( Hiperkes). Jakarta :


Sagung Seto

Kebisingan 17

Anda mungkin juga menyukai