a. Pengkajian
1) Lakukan pengkajian fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi).
2) Lakukan pengkajian perkembangan
3) Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak
lain dalam keluarga yang mengalami keadaan serupa
4) Observasi adanya manifestasi sindrom down :
a) Karakteristik fisik
Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar
Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebraserong (mata miring ke
atas/ke luar)
Hidung kecil dengan batang hidung tertekan ke bawah
Lidah menjulur kadang berfisura
Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
Palatum berlengkung tinggi
Leher pendek tebal
Muskulatur hipotonik (abdomen buncit, hernia umbilikus)
Sendi hiperfleksibel dan lemas
Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan)
Tangan dan kaki lebar, pendek dan tumpul.
b) Intelegensia
Bervariasi dari retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
Umumnya dalam rentang riang sampai sedang
Keterlambatan bahasa lebih berat daripada keterlambatan kognitif
c) Anomali kongenital
Penyakit jantung kongenital
Defek lain menimbulkan :
Agenesis rena
Atresia duodenum
Penyakit hirscprung
Fistula trakeoesofagus
Subluksasi pinggul
Ketidakstabilan vertebra servikal pertama dan kedua
d) Masalah sensori
Dapat mencakup hal-hal berikut :
Kehilangan pendengaran konduktif (sangat umum)
Strabismus
Miopia
Nistagmus
Katarak
Konjungtivitis
e) Pertumbuhan dan perkembangan seksual
Pertumbuhan tinggi badan dan berat badan menurun; umumnya obesitas
Perkembangan seksual terlambat, tidak lengkap atau keduanya.
Infertil pada pria; dapat fertil
Penuaan prematur umumnya terjadi; harapan hidup rendah
Bantu dengan tes diagnostik, misalnya analisis kromosom
b. Diagnosis Keperawatan
1) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hipotonia, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi pernafasan.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kerusakan menelan
3) Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia abdomen.
4) Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia, hipereksibilitas sendi,
instabilitas atlantoaksial.
5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
Sindrom Down.
c. Intevensi Keperawatan
1) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan hipotonia, peningkatan kerentanan
terhadap infeksi pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
Anak tidak menunjukkan bukti infeksi atau distres pernapasan (respirasi
meningkat, sianosis).
Intervensi :
a) Ajarkan keluarga tentang penggunaan teknik mencuci tangan yang baik untuk
meminimalkan pemajanan pada organisme infektif.
b) Tekankan pentingnya mengganti posisi anak dengan sering, terutama
penggunaan postur duduk untuk mencegah penumpukan sekresi dan
memudahkan ekspansi paru.
c) Dorong penggunaan vaporizer uap dingin untuk mencegah krusta sekresi nasal
dan mengeringnya membran mukosa.
d) Ajarkan pada keluarga pengisapan hidung dengan spuit tipe-bulp karena
tulang hidung anak yang tidak berkembang menyebabkan masalah kronis
ketidakadekuatan drainase mukus.
e) Tekankan pentingnya perawatan mulut yang baik (misalnya lanjutkan
pemberian makan dengan air jernih), sikat gigi untuk menjaga mulut sebersih
mungkin.
f) Dorong kepatuhan terhadap imunisasi yang dianjurkab untuk mencegah
infeksi.
g) Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotik bila diinstruksikan,
untuk keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan
organisme resisten.
2) Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kerusakan menelan
Hasil yang diharapkan :
Meminimalisasi kesulitan pemberian makanan pada masa bayi, dengan kriteria
hasil bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah yang adekuat yang sesuai
dengan usia dan ukurannya. Hal tersebut bertujuan agar bayi mendapatkan berat
badannya sesuai tabel standar berat badan.
Intervensi :
a) Isap hidung bayi setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu untuk
menghilangkan mukus.
b) Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering; biarkan anak untuk
beristirahat selama pemberian makan karena menghisap dan makan dalam
waktu lama sulit dilakukan dengan pernafasan mulut.
c) Jelaskan pada keluarga bahwa menarik lidah merupakan respons normal pada
anak dengan lidah menjulur dan tidak berarti penolakan terhadap makanan
d) Berikan makanan padat dengan mendorong mulut bagian belakang dan
samping; gunakan sendok bayi yang panjang dan bertangkai lurus; jika
makanan didorong keluar, berikan kembali makanan ke mulut bayi.
e) Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi kebutuhan energi, hitung asupan
berdasarkan tinggi badan dan berat badan, bukan berdasarkan urutan usia,
karena pertumbuhan cenderung lebih lambat pada anak-anak dengan sindrom
down.
f) Pantau tinggi dan berat badan dengan interval yang teratur untuk
mengevaluasi asupan nutrisi.
g) Rujuk ke spesialis untuk masalah makanan yang spesifik.
3) Risiko tinggi konstipasi berhubungan dengan hipotonia abdomen.
Hasil yang diharapkan :
Anak tidak mengalami konstipasi.
Intervensi :
a) Pantau frekuensi dan karakterisktik defekasi untuk mendeteksi konstipasi
b) Tingkatkan hidrasi adekuat untuk mencegah konstipasi
c) Berikan diet tinggi serat pada anak untuk meningkatkan evakuasi feses
d) Berikan pelunak feses, supositoria, atau laksatif sesuai kebutuhan dan instruksi
untuk eliminasi.
4) Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hipotonia, hipereksibilitas sendi,
instabilitas alantoaksial.
Hasil yang diharapkan :
Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan olahraga serta tidak mengalami
cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik.
Intervensi :
a) Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik
anak, ukuran, koordinasi, dan ketahanan untuk memperbaiki cedera.
b) Anjurkan anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan
tekanan pada kepala dan leher (misalnya lompat tinggi, senam, menyelam)
yang dievaluasi secara radiologis untuk stabilitas atlantoaksial.
c) Ajari kelurga dan pemberi perawatan lain (misalnya guru, pelatih) gejala
stabilitas atlantoaksial (nyeri leher, kelemahan, tortikolis), sehingga perawatan
yang tepat dapat diberikan.
d) Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi medula spinalis (nyeri
leher menetap, hilangnya keterampilan motorik stabil dan kontrol kandung
kemih/usus, perubahan sensasi) untuk mencegah keterlambatan pengobatan.
5) Perubahan proses keluarga berhubungan dengan mempunyai anak yang menderita
Sindrom Down.
Hasil yang diharapkan :
Orangtua dan anak menunjukkan perilaku kedekatan. Selain itu, keluarga
menunjukkan kesiapannya untuk menghadapi perawatan anak yang berkenaan
dengan defek serta mampu menghadapi perawatan yang dibutuhkan untuk
mengatasi masalah kesehatan khusus.
Intervensi :
a) Tunjukkan penerimaan terhadap anak melalui perilaku anda sendiri karena
orangtua sensitif terhadap sikap afektif orang lain.
b) Jelaskan pada keluarga bahwa kurangnya molding atau clinging pada bayi
adalah karakteristik fisik dari Sindrom Down. Hal ini mungkin
diinterpretasikan dengan mudah sebagai tanda ketidakdekatan atau penolakan.
c) Anjurkan orangtua untuk membendung atau menyelimuti bayi dengan ketat
dalam selimut utnuk memberikan keamanan dan kompensasi terhadap
kurangnya molding atau clinging.