Anda di halaman 1dari 32

TUGAS IV

MERESUME

(BAB V,BAB VI &BAB VII) RAKAYASALINGKUNGAN

DOSEN PENGAMPUH : Dr.ing Daud Nawir S.T.,M.T

OLEH:
HASNI
1640301033

UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

FAKULTAS TEKNIK

2018
BAB 5

SISTEM PLAMBING DALAM GEDUNG

1.5 Pendahuluan

Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralataan untuk menyediakan air
bersih ketempat yang di kehendaki baik dalam hal kualitas,dan dontinyuitas yang memenuhi
syarat ,dan membuang air bekas (kotor) dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemaran
bagian penting lainnya; untuk mencapai kondisi higenis dan kenyamanan yang di inginkan .

Sistem plambing adalah system penyediaan air bersih dan system pembuangan air kotor
yang saling berkaitan serta merupakan panduan yang memenuhi syarat yang berupa
peraturan dan perundangan ,pedoman pelaksanaan ,standar tentang peralatan dan
intalasinnya.

Suatu survai yang dilakukan terhadap 200 kasus instalasi plambing di jepang pada tahun
1978 ( Noerbambang Morimura,1991) menunjukan bahwa kegagalan system plambing
terjadi pada tahap perancangan atau desain serta tahap pelaksanaan /pemasangan ,dengan
gambaran sebagai berikut.

a) 37 % disebabkan karena kurang cermatnya perancangan


b) 34% disebabkan oleh kurang baiknya pemasangan serta
c) 29 % disebabkan masalah getaran dan kebisigan yang berasal dari mesin dan system pipa.
Sebagian besar kegagalan tersebut terjadi pada waktu pelaksanaan atau pemasangan telah
di perbaiki selama masa percobaan ( uji coba ) sebelum diserahkan pada pemberi tugas
atau pemilik proyek .

Beberapa kasus kegagalan system pelambing dapat disimak pada 4 empat contoh kasus
berikut:

1. Tekanan Pompa : Beberapa kasuus ditemukan karena tekanan pompa tidak mencukupi
pada waktu menentukan tekanan pompa sentrifugal untuk mengalirkan air dari suatu
tempat ke tangki yang lebih tinggi,hanya di perhitungkan perbedaan tinggi antar muka air
paling bawah dengan ujung pipa yang masuk ke tangki dengan “meluapkan ” kerugian
tekanan akibat hambatan gesekan sepanjang pipa.
2. Pembuang gas pada pemanas gas air : untuk proses pembakaran gas dalam pemanas air
diperlukan gas Oksige (02) dalam jumlah yang mencukupi. Bila jumlah oksigen tidak
mencukupi, maka akan terjadi proses pembakaran yang tidak sempurna. Hasil
pembakaran masih mengandung gas hidro-karbon yang sangat berbahaya. Instalasi
pemanas air dikamar mandi yang kurang memperoleh aliran udara segar untuk proses
pembakaran dan pembuangan gas basil pembakaran, bisa menyebabkan manusia mat
lemas karena keracunan gas dan kekurangan oksigen.
3. Pipa Tegak air Hujan : Pipa Pembuangan air Hujan Seharusnya tidak di gunakan apapun
selain membuang air hujan. Namun demikian, ditemukan juga adanya kasus tegak air
hujan yang disambung dengan pipa pembuangan bak cuci. Pada waktu turunhujan, maka
dalam cabang mendatar pipa pembuangan bak cuci timbul tekanan gelombang tekanan
atau gelombang tekanan udara yang dapat "melemparkan" keluar penyekat bak cuci.
Tekanan yang demikian besar, dapat mengakibatkan lemparan air penyekat sampai ke
langit-langit ruangan dimana bak cuci berada.
4. Pipa Yang Ditanam dalam Tanah urugan : Selang beberapa waktu setelah gedung
dimanfaatkan, terjadi penurunan tanah (settlemet), yang menimbulkan retakan pada lantai
yang sekaligus menyebabkan beberapa bagian pipa yang tertanam dibawah lantai menjadi
patah. Dalam kondisi dimana pipa terpaksa harus dipasang atau ditanam dalam
tanahurugan, tanah reklarciasi, atau tanah lembek; maka sebaiknya diperkirakan resiko
penurunan tanah dan dibuat konstruksi pemasangan pipa dengan pengamanan yang baik
agar tidak patah.
Dari contoh-contoh di atas, dapat difahami fungsi dan peranan sistem plambing dalam
gedung yang tidak hanya dimaksudkan untuk mencegah tetapi sekaligus meningkatkan
kondisi kesehatan masyarakat serta lingkungan.
2.5 Fungsi Dan Jenis Pralatan Plambing
Fungsi Dan jenis pelambing adalah :
1) untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekananan
cukup
2) membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting
lainnya
Fungsi yang pertama dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih, sedangkan fungsi
yang kedua diwujudkan melalui sistem pembuangan.Dalam pengertian khusus, jenis
peralatan plambing meliputi
a. peralatan untuk penyediaan air bersih atau air minum
b. peralatan untuk penyediaan air panas
c. Peralatan untuk pembuangan dan ven
d. Peralatan saniter ( plumbing fixtures)

Sedangkan dalam pengertian yang lebih umum, jenis peralatan plambing digunakan
untuk mencakup :

1. peralatan pemadam kebakaran


2. peralatan pengolah air kotor (tangki septik)
3. Peralatan penyediaan gas
4. peralatan dapur
5. peralatan mencuci (laundry)
6. peralatan pengolah sampah
7. dan berbagai instalasi pipa lainnya, seperti : penyediaan zat asam ,air minum dan
pipa vakum
5.3.1 Model Dan sketsa
a) Sistem Tangki Atap:
Sistem tangki atap digunakan dengan pertimbangan sebagai berikut:
 Fluktuasi tekanan pada alat plamping tidak besar atau dianggap tidak
berartiperubahan tekanan diakibatkan perubahan muka air pada tangki atap.
 Pompa pengisi tangki atap dapat bekerja secara otomatis
 Perawatan tangki atap sangat sederhana dan rnudah dilaksanakan
Komponen system dapat dilihat pada sketsa berikut :

b) Sistem tangki tekan ( Hidrosfor )


Prinsip Hidrosfor:
Air dipompakan ke dalam tangki tekan, sehingga udara di dalamnya terkompresi.
Dengan demikian, tersedia air dengan tekanan awal untuk didistribusikan ke tempat
tempat yang direncanakan. Daerah fluktuasi tekanan tergantung pada tinggi bank
bangunan misalnya: ( 1,0- 1,5) kg/cm2 atau ( 10-115) maka untuk bangunan 2-3
lantai disamping pompa diperlukan juga kopmresor.yang keduannya dapat
dioperasikan secara otomatis.
Kelebihan system tangki tekan ini ,antara lain:
1. Lebih estetik dibandingkan dengan sistem tangki atap
2. Perawatannya lebih mudah, karena dapat dipusatkan pada ruang mesin
bersama pompa dan kompresornya
3. Investasi awal lebih murah dibandingkan dengan sistem tangki atap
Namun demikian, di lain pihak, sistem tangki tekan ini juga mengandung kelemahan,
di antaranya:
1. Fluktuasi tekanan kerja lebih besar dibandingkan dengan sistem tangki atap
2. Dengan berkurangnya udara, kompresor merupakan kebutuhan mutlak untuk
dipasang
3. Lebih berfungsi sebagai pengatur tekanan dibandingkan dengan fungsinya
sebagai penyimpan air
4. Volume air yang lebih kecil, mengakibatkan pompa lebih berat bekerjanya

Komponen system ditunjukan pada gambar berikut :


c) Sistem tangki tekan dengan sumur untuk rumah:
Untuk rumah yang tidak memiliki sambungan air PAM, biasanya memanfatkan
sumur dangkal atau sumur dalam. Saat ini, alat-alat pengolah air dengan proses
parsial dapat dibeli di pasaran setelah menganalisis basil pemeriksaan air sumur. Alat
ini, misainya,untuk menyaring atau untuk menurunkan kadar besi (Fe), atau untuk
menghilangkan bau (karbon aktit); yang dapat dipasang secara individual atau terpadu
(satu kesatuan sistem).
Komponen system disajikan pada gambar di bawah ini :

d) Sistem Penyediaan air panas ke pancuran mandi dengan pemanas air gas
Pemanas air dari gas memerlukan tekanan minimum antara (0,25 --> 0,7 0)
kg/cm,tergantung dari volume dan desain pabrik yang membuatnya; sedangan
tekanan maksimumnya antana (3,0 -- >4,0) kg/cm (yang diizinkan). Dengan
demikian, pada tahapan perencanaan hal-hal semacam ini tidak boleh terlupakan pada
penetapan tekanan kerja yang diinginkan.
Komponen system digambarkan berikut ini :

5.3.2 Tangki-Tangki Air


Penempatan tangki air terhadapbatas persil disyaratkan untuk memenuhi batasan jarak
tertentu seperti ditunjukkan pada Gambar 5.5 Selanjutnya, Gambar 5.6 menyajikan
seketsa contoh tangki atas.
5.4 Sistem Pembuangan Dan Ven
5.4.1 Sistem Pembuangan
5.4.1.1 Jenis Air buangan
Air buangan, atau sering pula disebut air limbah, adalah sernua cairan yang dibuang, baik
yang mengandung kotoran manusia, hewan, bekas tumbuh-tumbuhan, maupun yang
mengandung sisa-sisa proses industri.
Air buangan dapat dibagi menjadi 4 (empat) golongan, Yaitu:
1. Air kotor: air buangan yang berasal dari kloset, peturasan, bidet, dan air buangan
yang mengandung kotoran manusia yang berasal dari alat-alat plambing lainnya.
2. Air bekas: air buangan yang berasal dari alat-alat plambing lainnya, seperti: bak
mandi (bath tub),bak cuci tangan, bak dapur, dsb.
3. Air hujan: dari atap, halaman, dsb.
4. Air buangan khusus mengandung gas, racun atau bahan-bahan berbahaya yang
berasal dari pabrik, air buangan dari laboratorium, tempat pengobatan, tempat
pemeriksaan dirumah sakit, rumah pemotongan hewan, air buangan yang bersifat
radio aktif atau mengandung bahan radio aktif.

5.4.1.2 Sistem Pembuangan Air


a) Sistem Pembuangan Air Kotor Dan Air Bekas
1. Sistem campuran : yaitu sistem pembuangan, dimana air kotor dan air bekas
dikumpulkan dan dialirkan kedalam satu saluran
2. Sistem terpisah : yaitu sistem pembuangan, dimana air kotor dan air bekas
masing-masing dikumpulkan dan dialirkan secara terpisah. Untuk daerah dimana
tidak tersedia riol umum yang dapat menampung air bekas dan air kotor, maka
sistem pembuangan
b) Sistem pembuangan air hujan
Pada dasarnya, air hujan harus disalurkan melalui sistem pembuangan yang terpisah
dari sistem pembuangan air bekas dan air kotor. Bila dicampurkan, maka apabila
saluran tersebut tersumbat oleh sebab apapun, ada kemungkinan air hujan akan
mengakibatkan alir-balik dan masuk kedalam alat plambing terendah dari sistem
tersebut.
c) Sistem Gravitasi Dan Sistem Bertekanan
1. Sistem gravitasi; umumnya diusahakan agar air buangan dapat dialirkan secara
gravitasi, dengan mengatur letak kemiringan pipa pembuangan
2. Sistem bertekanan; dalam sistem ini air buangan dikumpulkan dalam bak
penampung dan kemudian dipompakan ke luar, dengan menggunakan pampa
motor listri dan bekerja secara otomatik.
5.4.1.3 Komponen Sistem Pembangunan
a. Sistem Pembuangan air buangan dapat disimak pada gambar 5.7 dihalaman berikut
b. Komponen system pembuangan
1. Pipa pembuangan alat plambing adalah pipa pembuangan yang menghubung
pipa pembuangan yang menghubungkan perangkap alat plambing dengan pipa
dengan pipa pembuangan lainnya dan biasanya dipasang tegak.
2. Cabang mendatar : adalah semua pipa pembuangan mendatar, yang menghubung
pipa pembuangan alat plambing dengan pipa tegak air buangan
3. Pipa tegak air buangan : adalah pipa tegak untuk mengalirkan air buanga dari
cabang-cabang mendatar
4. Pipa tegak air kotor : adalah pipa tegak untuk mengalirkan air kotor dari cabang-
cabang mendatar
5. Pipa atau saluran pembuangan gedung: adalah pipa pembuangan dalam gedung
yang mengumpulkan air kotor, air bekas, atau air hujan, dari pipa-pipa tegak
buangan
6. Riol gedung : adalah pipa di halaman gedung yang menghubungkan pipa
pembuangang gedung dengan instalasi pengolahan atau dengan riol umum.
5.4.1.4 Kemiringan Pipa dan Kecepatan aliran
Sistem pembuangan harus mampu mengalirkan dengan cepat air buangan yang biasanya
mengandung partikel-partikel padat. Untuk maksud tersebut, pipa pembangunan harus
mempunyai ukuran dan kemiringan yang cukup, sesuai dengan banyaknya dan jenis
buangan yang harus dialirkan.
Sebagai pedoman umum, kemiringan pipa dapat dibuat sama atau lebih dan satu
perdiameter pipanya (dalam satuan mm). tabel 5.2 berikut memuat standar untuk peng
umum. Kecepatan terbaik dalam pipa berkisar antara (0,6 - 1,2) m/ detik. Kemiringan pi a
pembuangan gedung dan riol gedung dapat dibuat lebih landai dari yang dinyatakan
pada tabel, asal kecepatan alirannya tidak kurang dari 0,6 m/detik. Bila kurang dari
besaran tersebut,kotoran dalam air buangan dapat mengendap yang pada akhirnya akan
dapat menyumbat pipa.

5.4.1.5 Lubang Pembersih Dan Bak Kontrol


Kotoran dan kerak akan mengendap pada dasar dan dinding pipa pembuangan setlah
digunakan untuk jangka waktu lama. Disamping itu kadang-kadang ada juga benda kecil
yang jatuh dan masuk kedalam pipa. Untuk itu, didalam gedung dipasang lubang
pembersih dan di luar gedung dipasang bak kontrol pada riol gedung.
a. Syarat Lokasi Pemasangan Lubang Pembersih
Lubang pembersih hams dipasang pada tempat yang mudah dicapai, dan sekeliling
nya cukup luas agar mudah dalam pekerjaan pembersihan pipa. Lubang pembersih
dipasang pada lokasi-lokasi berikut.
 Awal dari cabang atau mendatar atau pipa pembuangan gedung
 Pada pipa mendatar panjang
 Pada tempat dimana pipa pembuangan membelok dengan sudut >45o
 Bagian bawah dari pipa tegak atau didekatnya
 Pada pipa tegak gedung bertingkat,lubang pembersih dipasang setiap 2-3
lantai
b. Bak Kontrol
Bak kontrol dipasang di mana pipa bawah tanah membelok tajam, berubah
diameternya,bercabang, atau pada lokasi-lokasi yang mirip penempatan lubang
pembersih. Ukuran bak kontrol disesuaikan dengan ukuran pipa, dan cukup besar
untuk memudahkan pembersihan.
Pada dasar bak kontrol untuk pembuangan air hujan dipasang tumpukan batu
koral setebal 15 cm atau lebih. Jarak antara bak kontrol sebaiknya tidak lebih dari
120 kali diameter-dalam pipanya.
5.4.2 Sistem Ven
5.4.2.1 Tujuan Sistem VEN
a. Menjaga sekat perangkap dari efeksifon atau tekanan balik
b. Menjaga aliran yang lancar dalam pipa pembuangan
c. Mensirkulasikan udara dalam pipa pembuangan
5.4.2.2 Hilangnya sekat air ( katup air )
(a) Efek sifon sendiri (self-syphonege)
(b) Efek hisapan
(c) Efek tiupan keluar (blow out)
(d) Efek kapiler
(e) Penguapan
(f) Efek momentum
5.4.2.3 Jenis system vend an pipa ven:
(a) Jenis sistem Ven:
 sistem yen tunggal
 sistem yen lup (loop vent)
 sistem yen pipa tegak
 atau sistem kombinasinya

(b) Jenis pipa yen:


 Ven tunggal:melayani satu alat plambing
 Ven lup:melayani lebih dart dua perangkat alat plambing, dan disambungkan
ke pipa yen tegak
(c) Ven pipa tegak:
 perpanjangan pipa tegak air buangan
 pipa tegak tersendiri
(d) Ven basah: bagian pipa Ven yang menerima air buangan dari alat plamping (kecuali)
kloset)
(e) Ven bersama : melayani dua perangkat alat plambing sekali Gus ( bertolak belakang )
atau sejajar
(f) Ven pelepas: pelepas tekanan udara dalam pipa pembuangan
(g) Pipa Ven balik: bagian pipa Ven tunggal yang membelok ke bawah setelah
pembuangan tegak ke atas sampai pada posisi lebih tinggi dari muka air banjir alat
plambing bagian kemudian menuju pipa Ven tegak
(h) Pipa Ven Yoke: suatu Ven pelepas yang menghubungkan pipa tegak air pembuangan
dengan pipa yen tegak di tempat-tempat tertentu, untuk mencegah perubahan tekanan
pada pipa tegak air buangan yang bersangkutan.
BAB 6

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DOMESTIK

6.1 Pada bab ini akan dibahas tentang pentingnya penanganan limbah padat untuk peningkatan
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Limbah padat atau
sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan oleh aktivitas hidup manusia dan
hewan yang dibuang karena sudah tidak berguna lagi atau tidak dikehendaki. Gambaran
mengenai meningkatnya jumlah dan macam limbah padat pada umumnya, sesuai dengan
pertambahan penduduk dengan segala kegiatannya; seperti digambarkan pada grafik di
bawah ini

Dari grafik di atas, terlihat dengan jelas bahwa dengan perkembangan waktu yang senantiasa
diiringi dengan pertambahan penduduk; maka otomatis jumla timbulan sampah semakin
meningkat, sementara lahan yang ada tetap. Lahan yang tersedia akan berkurang akibat
penggunaan yang lain, misalnya: untuk perumahan fasilitas umum Pengelolaan limbah padat
(sampah) dilakukan untuk membuat lingkungan yang bagi masyarakat. Ancaman kesehatan
dapat timbul disebabkan oleh digunakan timbunan sampah, sebagai tempat berkembang-biaknya
lalat dan tikus serta akhirnya menularkan penyakit pada manusia.
Contoh penerapan penanganan limbah padat yang banyak dilakukan terutama
untuk jenis sampah yang banyak mengandung bahan organik adalah kompos Yang dimaksudkan
dengan kompos adalah hasil akhir dari dekomposisi (pembusukan) sampah menjadi bahan
yang dapat langsung diserap oleh tumbuhan (zat organik dan anorganik).
Program Pemerintah :
Program pemerintah untuk menanggulangi masalah persampahan adalah bagaimana
mengantisipasi kuantitas sampah yang semakin bertambah, seperti ditunjukkan pada table
berikut

6.2 Sumber Dan Jenis Limbah Padat


1. Pemukiman
2. Perdagangan
3. Industry
4. Institusi
5. RS
6. Pertanian,peternakan,perkebuanan
7. Tempat umum
8. Lapangan udara dll
9. Water and waste water treatment plant

Sementara itu jenis-jenis sampah :

1) Garbage (Sampah Basah) : Yaitu Sampah yang susunannya dari bahan organic dan
mempunyai sifat cepat membusuk
2) Rubbish ( Sampah kering) yaitu: sampah yang susunannya dari bahan organic dan
mempunyai sifat atau bahannya yang tidak mudah cepat membusuk.
3) Dust & ash ( debu dan abu ) Yaitu sampah yang terdiri bahan organic yang merupakan
partikel yang mudah beterbangan yang dapat membahayakan pernafasan dan mata.
4) Demoletion & construction waste : Yaitu sampah yaitu sampah sisa-sisa bahan
bangunan, misalnya: puing-puing, pecahan-pecahan tembok, genteng, dll
5) Bulky wastes : Yaitu sampah barang-barang bekas, baik yang masih dapat digunakan
atau yang tidak dapat digunakan. Contoh: lemari es bekas, kursi, TV, mobil rongsokan,dll
6) Hazardous Wastes: yaitu sampah yang berbahaya (B3: bahan buangan berbahaya).
Contoh :
 patogen: rumah sakit, laboratorium klinis,
 beracun : kertas pembungkus pestisida
 mudah meledak : mesiu
 radio aktif : sampah nuklir
7) Water & Waste Water Treatment Plant: yaitu sampah yang berupa hasil samping
pengolahan air bersih maupun air kotor, biasanya berupa gas atau lumpur.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi macam, jenis, dan besarnya timbulan sam a
a. jenis bangunan yang ada
b. Tingkat aktivita
c. Iklim
d. Musim
e. Letak geografis
f. Letak topografi
g. Jumlah penduduk
h. Periode sosial-ekonomi
i. Tingkat teknologi
6.3 Karakteristik Limbah Padat
Informasi tentang karakteristik sampah diperlukan untuk; (I) pemilihan peralatan,sistem
dan pengelolaan, penilaian material dan enerji yang bisa dipulihkan, (2) analisis serta
perencanaan tempat pembuangan akhir (TPA). Berikut ini disajikan tabel contoh kasus di
Jakarta dan Pulau Batam.
6.4 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Domestik
Sistem pengelolaan Limbah Padat Dornestik terdiri dari :
(1) Aspek Teknik Operasional
(2) Aspek Organisasi
(3) Aspek Pembiayaan
(4) Aspek pengaturan
(5) Aspek Peran Serta Masyarakat
A. Aspek teknik operasional
Secara umum, pengelolaan limbah padat ditinjau dari aspek teknik operasional di
suatu tempat ditunjukkan pada gambar berikut
B. Aspek Organisasi
Dalam suatu sistim pengelolaan sampah, aspek organisasi sangat penting agar
sistim bias berjalan dengan baik. Unsur organisasi yang diperlukan dalam
pengelolaan sampah menyangkut :Tenaga kerja, yaitu anggota masyarakat yang
bertugas membuat, mengelola, dan memelihara sistim tersebut baik dengan tujuan
mendapatkan upah atau secara suka rela.Struktur Organisasi, yaitu perangkat
organisasi yang diperlukan untuk sistim pengelolaan sampah, dimana semakin luas
dan kompleksnya sistim maka semakin membutuhkan perangkat tersebut. Apabila
sistim masih berujud sederhana, maka struktur organisasi terkadang tidak
diperlukan.
C. Aspek Pembiayaan
Merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan terutama untuk suatu sistim yang luas
dan kompleks. Apabila sistim pengelolaan sampah sudah demikian meluas dan
kompleks maka setiap anggota masyarakat harus turut serta dalam aspek ini
misalnya dalam retrebusi Retribusi dapat dilakukan dengan menggunakan subsidi
silang untuk membantu golongan masyarakat yang tidak mampu.
D. Aspek Pengaturan
Aspek pengaturan senantiasa diperlukan untuk menjamin suatu sistim dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
E. Aspek Peran Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah keterlibatan masyarakat
dalam arti ikut serta bertanggung jawab pasif maupun aktif, secara individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk mewujudkan kebersihan bagi diri sendiri
dan lingkungan. Balk dikota maupun didesa pada umumnya sampah kurang
diperhatikan oleh masyarakat hal ini disebabkan oleh:
 Kurangnya pengertian bahwa sampah yang tidak dikelola dengan baik atau
mempunyai dampak negatif pada lingkungan maupun kesehatan masyarakat
 Kurang menyadari arti kebersihan dan keindahan Kekurangpahaman
teknologi maupun pengorganisasian pengelolaan sampah.
 Adanya anggapan terutama dikota bahwa pengelolaan sampah adalah
tanggung jawab pemda
Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk menumbuhkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan sampah dengan membentuk program yang dilaksaakan secara
terarah, itensif dan berorientasi kepada penyebarluasan pengetahuan, penanaman
kesadaran, penugahan sikap dan pembentukan prilaku, sehingga :
 Masyarakat mengerti dan memahami masalah kebersihan lingkungan.
 Masyarakat turut aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, menular
kan kebiasaan hidup bersih pada anggota masyarakat lainnya dan
memberikan saran - saran yang membangun.
 Masyarakat bisa mengikuti prosedur dan tata cara pemeliharaan kebersihan
.secara baik.
 Masyarakat bersedia membiayai pengelolaan sampah.
BAB 7

SISTEM PENGELOLAAN LIMBAH B3

7.1 Pendahuluan
7.1.1 Latar Belakang

Penanganan pencemaran lingkungan yang dilaksanakan selama ini bersifat kuratif, yaitu
penaganan dilaksanakan setelah masalah dan dampak pencemaran timbul atau biasa disebut
dengan istilah End off pipe solution. Kenyataannya pola penanganan cara ini umumnya tidak
pernah tuntas dan relatif lebih mahal, dengan demikian perlu diterapkan pola pencegahan
atau preventif. Pola penanganan limbah industri yang baik yang bersifat terintegrasi, yaitu
penanganan dimmulai dari sumbernya (point of ,generation). Tujuannya untuk
mengeliminasi limbah yang diikuti dengan pewadahan di tempat, pengumpulan,
pengangkutan, penyimpanan,pengolahan sampai dengan pengolahan akhir (ultimate disposal)
yang dilakukan secara aman,

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Penanganan seperti ini dikenal dengan istilah
cradle to garve' yang populer di Amerika serikat.Dari sudut kepentingan pemerintah setiap
kasus pencemaran lingkungan, pemerintah selalu dihadapkan pada kondisi yang sulit, yaitu
masalah penegakan upaya hukum terhadap industri yang terbukti mencemari lingkungan.
Dalam upaya penegakan hukum pemerintah seringkali memberikan sangsi ekstrim berupa
pemberhentian kegiatan industrinya. Hal ini akan menimbulkan resiko sosial ekonomi
politik seperti kehilangan pemasukan pajak, lapangan kerja dan gejolak sosial. Masalah
dampak ditimbulkan akibat penanganan limbah B3 yang tidak benar akan mengganggu
kesehatan. Masih ada industri membuang limbah ke badan air, sehingga masyarakat yang
mengkonsumsi air tanah maupun air permukan dapat terkena dampak berupa kasus
keracunan limbah B3. Beberapa dampak kesehatan yang disebabkan oleh jenis bahan kimia
pencemar tertentu sering terdapat dalam limbah B3 antara lain

 Cadmium (Cd), dapat melalui makanan , minuman, udara yang tercemar limbah
industry yang mengandung cadmium yang dapat terakumulasi di ginjal dan hati
pada manusia. Bila tanah dan air tercemari cadmium, akan diserap tanaman dan
biota dan melalui rantai makanan dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
 Sianida (CN), sifat cianida mudah larut dalam air, sehingga industri tapioka,
electroplat-ing yang membuang limbah ke badan air menyebabkan tercemar
cianida. Bila terminum dalam jumlah melampui batas menyebabkan sistem
transportasi dan metabolisme oksigen darah terganggu. Dari uraian di atas
menyatakan bahwa upaya pencegahan pencemaran dimaksud untuk melindungi
kesehatan manusia dan lingkungan akibat pembuangan limbah B3.
7.1.2 Peraturan Perundang – undangan

Pengelolaan limbah B3 merupakan salah satu pogram dari kesehatan lingkungan. Menurut
UU RI No. 23 Tahun 1992 tertulis bahwa upaya menyehatkan masyarakat dilaksanakan
Melalui 15 kegiatan dan mulai pelita V dinaikkan menjadi 18 kegiatan. Dari daftar kegiatan
ini kesehatan lingkungan merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha
menyehatkan masyarakat tersebut yang kesemuanya harus dilaksanakan secara menyeluruh
dan berkesinambungan. Didalam pelaksanaannya usaha ini merupakan usaha yang perlu
didukung secara umum oleh ahli rekayasa dan khususnya rekayasa lingkungan. Dengan dasar
ini dirasakan bahwa ahli rekayasa lingkungan perlu mengetahui tentang pengelolaan limbah
B3 dalam kaitannya dengan pengadaan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan.

Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1985 yang merupakan salah satu peraturar yang
mengatur secara detail mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah penanganan
limbah B3 mulai dari sumber limbah yang dihasilkan sampai dengan pembuangan akhir
beserta ketentuan-ketentuan teknis dan administrasi yang mengatur masalah perizinan bestrta
segala sangsi atas segala ketidakbenaran dalam mengelola limbah B3, dikeluarkan bersamaan
dengan berdirinya pusat pengolahan limbah B3 (PPLI—B3) pertama di Indonesiayaitn desa
Nambo Cilengsi Bogor.Peraturan pemerintah No.12 Tahun 1995 ini merupakan strategi
pemerintahyangbersifatkurati(pengumpulan,pengangkutan,penyimpanan,pengolahandan
(pembangunan).Yang ada saatini sangatlah penting untuk melakukan pendekatan yang
bersifat preventif (minimisasi) dengan daur ulang dan penggunaan kembali) untuk menekan
jumlah timbulan B3.

7.1.3 Permasalahan Limbah B3


Pusat pengolahan limbah industri B3 merupakan sarana fisik yang dibangun
berda:arkankeputusan Menteri KLH Nomer B/5226/MENKLH /1991 dalam penanganan
limbah 33.Pembangunan dilaksanakan atas kerjasama antara pemerintah Indonesia
(BAPEDAL) dengan PT BIMANTARA CITRA bekerja dengan investor asing dalam hal ini
adalah Waste Management Internasional.

7.2 Sumber Jenis, Dan Karakteristik Limbah B3


7.2.1 Sumber Limbah B3
Status penanganan yang ada sampai dengan tahun 1990, dilaksanakan dengan cara
disimpan dilokasi pabrik, sebagian dibuang kelingkungan, dan untuk limbah tertentu
diekspor keluar negeri. Limbah B3 ini bila penanganannya kurang sempurna akan
menyebabkan gangguan pada manusia dan lingkungan hidup.
Hasil penelitian dilakukan UI (Pusat Studi Lingkungan dan Sumberdaya manusia), ITB
dan kantor menteri Negara KLH dari tahun 1985 1990, sumber penghasil limbah B3
yang potensial di Indonesia menunjukkan bahwa limbah terbesar dari Jabotabek (DKI
dan Jabar) sejumlah 4.138.989 ton/tahun (1986/1987), diikuti oleh medan sejumlah
561.983 ton/tahun (1989). Status penanganan yang ada sampai dengan tahun
1990, dilaksanakan dengan cara disimpan di lokasi pabrik, sebagian dibuang ke
lingkungan, dan untuk limbah tertentu diekspor ke luar negeri. Limbah B3 ini biia
penanganannya kurang sempurna akan menyebabkan gangguan pada manusia dan
lingkungan hidup.

7.2.2 Jenis Dan Karakteristik Limbah B3


Definisi lain dari B3 adalah bahan buangan bentuk (padat,cair dan gas) yang
dihasilkan baik dari proses produksi maupun dari proses pemanfaatan produksi industri
tersebut yang mempunyai sifat berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem karena
dapat bersifat korosif, ekplosif, toksik, reaktif, mudah terbakar, menghasilkan bau,
radioaktif dan bersifat karsinogenik maupun mutagenik terhadap kesehatan manusia
dan lingkungan hidup dan/atau dapat membahayakan manusia. Definisi lain dari B3
adalah bahan buangan bentuk (padat, cair dan gas) yang dihasilkan baik dari proses
produksi maupun dari proses pemanfaatan produksi industri tersebut yang
mempunyai sifat berbahaya dan sifat beracun terhadap ekosistem karena dapat bersifat
korosif, ekplosif, toksik,reaktif, mudah terbakar, menghasilkan bau, radioaktif dan
bersifat karsinogenik maupun mutagenik terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Di dalam PP No.12/1995 Limbah B3dari jenis radioaktif tidak termasuk dalam kategori
yang dikelola sebagai limbah hasil industri. Berdasarkan definisi di atas, upaya
pengelolaan limah B3 dimaksudkan untuk menghilangkan atau mengurangi sifat
atau karakteristik berbahaya dan beracun yang dikandungnya agar tidak
membahayakan kesehatan manusia sekaligus mencegah terjadinya segala resiko
pencemaran yang dapat merusak kualitas lingkungan. Kaitannya dengan lingkup
wewenang dan tanggungjawab pengelolaan dilakukan oleh Bapedal.

Adapun pengelompokan yang dimaksud oleh tim PPST-LPUT sebagai berikut :

a. Limbah yang sumbernya tidak spesifik


b. Limbah yang sumbernya spesifik
c. Limbah yang betul-betul berbahaya
d. Limbah beracun

Selanjutnya menurut PP No.12/1995, limbah B3 dikelompokkan berdasarkan atas


sumbernya dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu :

a. Limbah dari sumber spesifik : limbah B3 ini merupakan sisa proses suatu
industri atau kegiatan tertentu
b. Limbah dari sumber yang tidak spesifik : untuk limbah B3 ini berasal bukan dari
proses utamanya.
c. Limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi
7.3 Sistem Pengelolaan Limbah B3
7.3.1 Strategi Pengelolaan Limbah B3
Penentuan atau pengidentifikasian karakteristik berbahaya dan beracun dari limbah
suatu bahan yang dicurigai, merupakan langkah awal yang paling mendasar dalam
upaya penanganan limbah B3. Dengan diketahuinya karakteristik limbah, maka suatu
upaya penanganan terpadu yang terdiri dari pengendalian (controll), pengurangan
(reduction/minimitation, pengumpul (collecting), penyimpanan (storage), pengangkutan
(transportation), pengolahan (treatment) dan pembuangan akhir (final disposal) akan
dapat diterapkan.Untuk mendapatkan suatu sistem pengelolaan yang optimum dan
berhasil guna maka
strategi penanganan yang diterapkan, pada prinsipnya dengan mengusahakan untuk :
I). Hazardous Waste Minimization, adalah mengurangi sampai seminimum mungkin
jumlah limbah kegiatan industri.
2). Dour Ulang dan Recovery. Untuk cara ini dimaksudkan memanfaatkan kembali
sebagaibahan baku dengan metoda daur ulang atau recovery.
3). Proses Pengolahan. Proses ini untuk mengurangi kandungan unsur beracun sehingga
tidak berbahaya dengan cara mengolahnya secara fisik, kimia dan biologis.
4).Secured Landfill. Cara ini mengkonsentrasikan kandungan limbah B3 dengan fiksasi
kimia dan pengkapsulan, selanjutnya dibuang ketempat pembuangan aman dan
terkontrol.
5). Proses detoksifikasi dan netralisasi. Netralisasi untuk menghasilkan kadar racun.
6).Incenerator, yaitu memusnahkan denan cara pembakaran pada alat pembakar khusus.
7.3.2 Pengelolaan Limbah B3

Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak antara lain
mencakup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan
penimbunan/pembuangan akhir. Tujuan dari limbah B3 untuk melindungi kesehatan
masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan. Selain itu untuk melindungi air tanah
yang disebabkan cara penanganan limbah B3 yang belum memadai. Cara yang
dilaksanakan dengan mengendalikan elemen fungsional dan menetapkan pola
pengelolahannya;

1. Penghasil Limbah B3
Limbah bahan bangunan berbahaya (B3) Dapat berasal dari industry,
pertambangan,pertanian dan lain sebagainya. Kawasann pemukiman
menghasilkan B3 seperti kaleng bekas, obat nyamuk, deodorant, tetapi karena
jumlahnya tidak banyak maka penamnganannya dilakukan bersama-sama
dengan sampah domestic.
2. Penyimpanan (Strorage)
Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah B3
sampai jumlah yang mencukupi untuk diangkut atau diolah. . Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan ekonomis. Penyimpanan
limbah B3 untuk waktu yang lama tanpa kepastian yang jelas untuk
memindahkan ke tempat fasilitas pengolahan, penyimpanan dan
pengolaha tidak diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlah yang banyak
dapat dikumpulkan di lokasi pengumpulan limbah.
3. Pengangkutan
Apabila tidak ditangani di tempat. limbah B3 diangkut ke sarana
penyimpanan, pengolahan/pembuangan akhir. Sarana pengangkutan yang
dipakai mcngangkut limbah B3 truk kereta api dan kapal. Pengangkutan
dengan mengemasi limbah B3 kedalam container dengan drum kapasitas 200
liter.
4. Pengolahan
Lirnbah B3 memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke
pembuangan akhir atau didaur ulang. Pengolahan limbah B3 dapat
dilaksanakan secara fisik, kimia, biologis atau pembakaran. Kombinasi
dari cara pengolahan seringkali diterapkan untuk memperoleh hasil yang
efektif tetapi murah biayanya dan dapat diterima oleh lingkungan.
5. Proses Pembakaran (Inceneration)
lnceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa
pembakaran dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa
organik menjadi senyawa sederhana seperti co2 dan H20. Incinerator
efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat, cair, gas,
lumpur cair (sluries) dan lumpur padat (sludge).

6. Pembuangan Akhir (Disposal)


Pembuangan akhir ke tanah dibedakan atas landfill dan sumur injeksi.
Pemb akhir ke tanah bukan merupakan akhir permasalahan dari system
pengelolahan sampah. Cara penimbunan ke tanah merupakan cara yang
popular dan umum.

7.3.3 Teknik meminiasi Limbah B3


Teknik minimisasi limbah B3 adalah suatu cara dalam penanganan yang ditujukan pada
sumber masalah pencemaran sebelum dampak terhadap lingkungan terjadi. Tehnik ini
bersifat pencegahan (polution prevention) bukan suatu penanganan pencemaran
lingkungan (pollu-tion control).Teknik minimisasi melindungi lingkungan dari bahaya
pencemaran, memberikan
keuntungan penghematan biaya produksi industri dan dapat diterapkan untuk industri
lama/baru. Perbedaan prinsip dalam penanganan antara pollution control dan pollution
prevention antara lain

a) Pollution Control. Pollution control membutuhkan biaya (investasi, operasi)


pengendalian pencemaran. Untuk pollution prevention tidak membutuhkan biaya mitt
ke pengedalian pencemaran.

b) Pollution control. Pollution control perlu ketersediaan lahan, sedangkan pollution


pre-vention tidak membutuhkan ketersediaan lahan.
c) Pollution Control tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah karena bersifat
memindahlan masalah dari suatu bentuk ke bentuk lain. Pollution prevention
mampu menyelesaikan masalah dan melindungi kesehatan manusia dan
lingkungan.Teknik minimisasi limbah dapat dilihat pada gambar 7.6. Klasifikasi
minimasi limbah bentuknya: Pengelolaan Bahan Baku dan Produk, Modifikasi
Proses, Reduksi dan Daur ulang
7.3.4 Teknik Pengelolaan Limbah B3
Pada bagian ini dibahas pengolahan limbah secara fisik-kimia. Secara fisik berupa
pemisahan dan mengkonsentrasikan komponen limbah tanpa mengubah struktur kimia,
dengan contoh sedimentasi untuk padatan tersuspensi dan filtrasi. Pengolahan cara
kimia didasarkan pada proses pengubahan struktur kimiawi kandungan limbah untuk
mengubah limbah, cctntoh proses pengendapan logam berat dari larutan elektroplating.
Proses fisik dan kimia sering juga digunakan secara serempak dalam suatu rangkaian
pengolahan. Contoh pengolahan kimia digunakan untuk mengendapkan logam berat,
digumpalkan dan dikeluarkan dari suspensi menggunakan cara sedimentasi dan filtrasi.
Padatan hasil saringan dapat dipadatkan secara fisis-kimia atau dibuang ke landfil,
dimaksudkan untuk :
a. Mengurangi limbah yang akan ditanam (Landfilling),
b. Mengurangi sifat racun limbah,
c. Menghentikan/mencegah pengotoran racun sebelum ditanam,
d.Mempekatkan/mengkonsentrasikan senyawa organik sebelum ke proses pembakaran
(in-cineration)
e. Menghancurkan senyawa beracun dalam limbah.
Sejumlah teknologi dapat digunakan untuk pengolahan fisik kimia, dan berikut ini
digambarkan teknologi untuk mengenali tipe limbah B3 yang dapat diolahnya.
a).Reduksi kimia. Pada reduksi kimia ini tahap oksidasi dari kontaminan beracun
diubah untuk menurunkan sifat racun kontaminan beracun diubah untuk menurunkan
sifat racun limbah atau memperbaiki karakteristik limbah untuk diolah. Contoh: Chrom
hexavalent dari electroplating direaksikan dengan natrium bisulfit menghasilkan chrom
trivalent
tidak beracun, selanjutnya dialihkan ke tangki pengendapan sebagai sludge hidroksida
(Gambar 7.7.).
b). Oksidasi kimiawi. Pada proses ini, tahap oksidasi kontaminan limbah diubah untuk
mengurangi sifat racunnya secara keseluruhan. Contoh
Cianida dioksidasikan dengan sodium hipochlorid menghasilkan karbon dioksida dan
nitrogen sebagai hasil samping yang kemudian dilepaskan ke atmosfir
(lihat pada Gambar 7.8).
c). Netralisasi dan pengendapan. Netralisasi adalah, pH larutan limbah B3 dinetralkan
menggunakan basa, zat-zat yang terlarut diendapkan/ dikeluarkan dari larutan sebagai
hidroksida. Proses ini digunakan untuk melepaskan logam berat dari air limbah
(lihat pada Gambar 7.9).
d). Pemisahan berdasarkan gaya berat. Pada proses ini gaya berat digunakan untuk
memisahkan padatan tersuspensi dari larutan/cairan. zat padat akan mengendap di dasar
tangki pengendapan (sedimentasi) di tempat pengumpulannya.
e).Solidifikasi Limbah B3 yang berbentuk lumpur, sebelum "dikubur", dipadatkan
terlebib dahulu dengan cara
1) Mencampur limbah B3 dengan bahan semen sehingga terjadi pengerasan.
Proses ini disebut juga dengan istilah sementara.
2). Mencampur limbah B3 dengan aspal,sehingga terjadi pemadatan. Limbah
yang dipadatkan ini kemudian dibuang ke TPA "khusus" (Gambar 7.10).

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Kuasa1
    Surat Kuasa1
    Dokumen1 halaman
    Surat Kuasa1
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen1 halaman
    TUGAS
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Atap
    Atap
    Dokumen1 halaman
    Atap
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Atap
    Atap
    Dokumen1 halaman
    Atap
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Atap
    Atap
    Dokumen1 halaman
    Atap
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen1 halaman
    TUGAS
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Surat Kuasa1
    Surat Kuasa1
    Dokumen1 halaman
    Surat Kuasa1
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • TUGAS
    TUGAS
    Dokumen1 halaman
    TUGAS
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • ABC
    ABC
    Dokumen1 halaman
    ABC
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Titik Buhul 2
    Titik Buhul 2
    Dokumen1 halaman
    Titik Buhul 2
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Desain Logo
    Desain Logo
    Dokumen1 halaman
    Desain Logo
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Tes
    Tes
    Dokumen17 halaman
    Tes
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Sebenarnya Ada Hitungannya, Tapi Ini Aku Ngasal Aja Haha Aku Ndatauu
    Sebenarnya Ada Hitungannya, Tapi Ini Aku Ngasal Aja Haha Aku Ndatauu
    Dokumen28 halaman
    Sebenarnya Ada Hitungannya, Tapi Ini Aku Ngasal Aja Haha Aku Ndatauu
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Soal Desain Lapangan Terbang
    Soal Desain Lapangan Terbang
    Dokumen3 halaman
    Soal Desain Lapangan Terbang
    Ndoro Bei
    Belum ada peringkat
  • Soal Pondasi
    Soal Pondasi
    Dokumen3 halaman
    Soal Pondasi
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Alinyemen - 2018
    Alinyemen - 2018
    Dokumen31 halaman
    Alinyemen - 2018
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Cover Matek
    Cover Matek
    Dokumen5 halaman
    Cover Matek
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • 4.struktur Kekuatan Lentur Yosafat Aji PDF
    4.struktur Kekuatan Lentur Yosafat Aji PDF
    Dokumen7 halaman
    4.struktur Kekuatan Lentur Yosafat Aji PDF
    Erwin Setiawan
    Belum ada peringkat
  • MEDIA
    MEDIA
    Dokumen5 halaman
    MEDIA
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen81 halaman
    Bab Ii
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Petunjuksbmptn
    Petunjuksbmptn
    Dokumen25 halaman
    Petunjuksbmptn
    Algoemer St Marajo
    Belum ada peringkat
  • Cover Matek
    Cover Matek
    Dokumen5 halaman
    Cover Matek
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Presentasi
    Presentasi
    Dokumen17 halaman
    Presentasi
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Master Uas
    Master Uas
    Dokumen4 halaman
    Master Uas
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Cover Matek
    Cover Matek
    Dokumen5 halaman
    Cover Matek
    AKBAR
    Belum ada peringkat
  • Bab 5.1
    Bab 5.1
    Dokumen2 halaman
    Bab 5.1
    AKBAR
    Belum ada peringkat