MERESUME
OLEH:
HASNI
1640301033
FAKULTAS TEKNIK
2018
BAB 5
1.5 Pendahuluan
Plambing adalah seni dan teknologi pemipaan dan peralataan untuk menyediakan air
bersih ketempat yang di kehendaki baik dalam hal kualitas,dan dontinyuitas yang memenuhi
syarat ,dan membuang air bekas (kotor) dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemaran
bagian penting lainnya; untuk mencapai kondisi higenis dan kenyamanan yang di inginkan .
Sistem plambing adalah system penyediaan air bersih dan system pembuangan air kotor
yang saling berkaitan serta merupakan panduan yang memenuhi syarat yang berupa
peraturan dan perundangan ,pedoman pelaksanaan ,standar tentang peralatan dan
intalasinnya.
Suatu survai yang dilakukan terhadap 200 kasus instalasi plambing di jepang pada tahun
1978 ( Noerbambang Morimura,1991) menunjukan bahwa kegagalan system plambing
terjadi pada tahap perancangan atau desain serta tahap pelaksanaan /pemasangan ,dengan
gambaran sebagai berikut.
Beberapa kasus kegagalan system pelambing dapat disimak pada 4 empat contoh kasus
berikut:
1. Tekanan Pompa : Beberapa kasuus ditemukan karena tekanan pompa tidak mencukupi
pada waktu menentukan tekanan pompa sentrifugal untuk mengalirkan air dari suatu
tempat ke tangki yang lebih tinggi,hanya di perhitungkan perbedaan tinggi antar muka air
paling bawah dengan ujung pipa yang masuk ke tangki dengan “meluapkan ” kerugian
tekanan akibat hambatan gesekan sepanjang pipa.
2. Pembuang gas pada pemanas gas air : untuk proses pembakaran gas dalam pemanas air
diperlukan gas Oksige (02) dalam jumlah yang mencukupi. Bila jumlah oksigen tidak
mencukupi, maka akan terjadi proses pembakaran yang tidak sempurna. Hasil
pembakaran masih mengandung gas hidro-karbon yang sangat berbahaya. Instalasi
pemanas air dikamar mandi yang kurang memperoleh aliran udara segar untuk proses
pembakaran dan pembuangan gas basil pembakaran, bisa menyebabkan manusia mat
lemas karena keracunan gas dan kekurangan oksigen.
3. Pipa Tegak air Hujan : Pipa Pembuangan air Hujan Seharusnya tidak di gunakan apapun
selain membuang air hujan. Namun demikian, ditemukan juga adanya kasus tegak air
hujan yang disambung dengan pipa pembuangan bak cuci. Pada waktu turunhujan, maka
dalam cabang mendatar pipa pembuangan bak cuci timbul tekanan gelombang tekanan
atau gelombang tekanan udara yang dapat "melemparkan" keluar penyekat bak cuci.
Tekanan yang demikian besar, dapat mengakibatkan lemparan air penyekat sampai ke
langit-langit ruangan dimana bak cuci berada.
4. Pipa Yang Ditanam dalam Tanah urugan : Selang beberapa waktu setelah gedung
dimanfaatkan, terjadi penurunan tanah (settlemet), yang menimbulkan retakan pada lantai
yang sekaligus menyebabkan beberapa bagian pipa yang tertanam dibawah lantai menjadi
patah. Dalam kondisi dimana pipa terpaksa harus dipasang atau ditanam dalam
tanahurugan, tanah reklarciasi, atau tanah lembek; maka sebaiknya diperkirakan resiko
penurunan tanah dan dibuat konstruksi pemasangan pipa dengan pengamanan yang baik
agar tidak patah.
Dari contoh-contoh di atas, dapat difahami fungsi dan peranan sistem plambing dalam
gedung yang tidak hanya dimaksudkan untuk mencegah tetapi sekaligus meningkatkan
kondisi kesehatan masyarakat serta lingkungan.
2.5 Fungsi Dan Jenis Pralatan Plambing
Fungsi Dan jenis pelambing adalah :
1) untuk menyediakan air bersih ke tempat-tempat yang dikehendaki dengan tekananan
cukup
2) membuang air kotor dari tempat-tempat tertentu tanpa mencemarkan bagian penting
lainnya
Fungsi yang pertama dilaksanakan oleh sistem penyediaan air bersih, sedangkan fungsi
yang kedua diwujudkan melalui sistem pembuangan.Dalam pengertian khusus, jenis
peralatan plambing meliputi
a. peralatan untuk penyediaan air bersih atau air minum
b. peralatan untuk penyediaan air panas
c. Peralatan untuk pembuangan dan ven
d. Peralatan saniter ( plumbing fixtures)
Sedangkan dalam pengertian yang lebih umum, jenis peralatan plambing digunakan
untuk mencakup :
d) Sistem Penyediaan air panas ke pancuran mandi dengan pemanas air gas
Pemanas air dari gas memerlukan tekanan minimum antara (0,25 --> 0,7 0)
kg/cm,tergantung dari volume dan desain pabrik yang membuatnya; sedangan
tekanan maksimumnya antana (3,0 -- >4,0) kg/cm (yang diizinkan). Dengan
demikian, pada tahapan perencanaan hal-hal semacam ini tidak boleh terlupakan pada
penetapan tekanan kerja yang diinginkan.
Komponen system digambarkan berikut ini :
6.1 Pada bab ini akan dibahas tentang pentingnya penanganan limbah padat untuk peningkatan
kesejahteraan dan kesehatan masyarakat serta kelestarian lingkungan. Limbah padat atau
sampah adalah semua buangan padat yang dihasilkan oleh aktivitas hidup manusia dan
hewan yang dibuang karena sudah tidak berguna lagi atau tidak dikehendaki. Gambaran
mengenai meningkatnya jumlah dan macam limbah padat pada umumnya, sesuai dengan
pertambahan penduduk dengan segala kegiatannya; seperti digambarkan pada grafik di
bawah ini
Dari grafik di atas, terlihat dengan jelas bahwa dengan perkembangan waktu yang senantiasa
diiringi dengan pertambahan penduduk; maka otomatis jumla timbulan sampah semakin
meningkat, sementara lahan yang ada tetap. Lahan yang tersedia akan berkurang akibat
penggunaan yang lain, misalnya: untuk perumahan fasilitas umum Pengelolaan limbah padat
(sampah) dilakukan untuk membuat lingkungan yang bagi masyarakat. Ancaman kesehatan
dapat timbul disebabkan oleh digunakan timbunan sampah, sebagai tempat berkembang-biaknya
lalat dan tikus serta akhirnya menularkan penyakit pada manusia.
Contoh penerapan penanganan limbah padat yang banyak dilakukan terutama
untuk jenis sampah yang banyak mengandung bahan organik adalah kompos Yang dimaksudkan
dengan kompos adalah hasil akhir dari dekomposisi (pembusukan) sampah menjadi bahan
yang dapat langsung diserap oleh tumbuhan (zat organik dan anorganik).
Program Pemerintah :
Program pemerintah untuk menanggulangi masalah persampahan adalah bagaimana
mengantisipasi kuantitas sampah yang semakin bertambah, seperti ditunjukkan pada table
berikut
1) Garbage (Sampah Basah) : Yaitu Sampah yang susunannya dari bahan organic dan
mempunyai sifat cepat membusuk
2) Rubbish ( Sampah kering) yaitu: sampah yang susunannya dari bahan organic dan
mempunyai sifat atau bahannya yang tidak mudah cepat membusuk.
3) Dust & ash ( debu dan abu ) Yaitu sampah yang terdiri bahan organic yang merupakan
partikel yang mudah beterbangan yang dapat membahayakan pernafasan dan mata.
4) Demoletion & construction waste : Yaitu sampah yaitu sampah sisa-sisa bahan
bangunan, misalnya: puing-puing, pecahan-pecahan tembok, genteng, dll
5) Bulky wastes : Yaitu sampah barang-barang bekas, baik yang masih dapat digunakan
atau yang tidak dapat digunakan. Contoh: lemari es bekas, kursi, TV, mobil rongsokan,dll
6) Hazardous Wastes: yaitu sampah yang berbahaya (B3: bahan buangan berbahaya).
Contoh :
patogen: rumah sakit, laboratorium klinis,
beracun : kertas pembungkus pestisida
mudah meledak : mesiu
radio aktif : sampah nuklir
7) Water & Waste Water Treatment Plant: yaitu sampah yang berupa hasil samping
pengolahan air bersih maupun air kotor, biasanya berupa gas atau lumpur.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi macam, jenis, dan besarnya timbulan sam a
a. jenis bangunan yang ada
b. Tingkat aktivita
c. Iklim
d. Musim
e. Letak geografis
f. Letak topografi
g. Jumlah penduduk
h. Periode sosial-ekonomi
i. Tingkat teknologi
6.3 Karakteristik Limbah Padat
Informasi tentang karakteristik sampah diperlukan untuk; (I) pemilihan peralatan,sistem
dan pengelolaan, penilaian material dan enerji yang bisa dipulihkan, (2) analisis serta
perencanaan tempat pembuangan akhir (TPA). Berikut ini disajikan tabel contoh kasus di
Jakarta dan Pulau Batam.
6.4 Sistem Pengelolaan Limbah Padat Domestik
Sistem pengelolaan Limbah Padat Dornestik terdiri dari :
(1) Aspek Teknik Operasional
(2) Aspek Organisasi
(3) Aspek Pembiayaan
(4) Aspek pengaturan
(5) Aspek Peran Serta Masyarakat
A. Aspek teknik operasional
Secara umum, pengelolaan limbah padat ditinjau dari aspek teknik operasional di
suatu tempat ditunjukkan pada gambar berikut
B. Aspek Organisasi
Dalam suatu sistim pengelolaan sampah, aspek organisasi sangat penting agar
sistim bias berjalan dengan baik. Unsur organisasi yang diperlukan dalam
pengelolaan sampah menyangkut :Tenaga kerja, yaitu anggota masyarakat yang
bertugas membuat, mengelola, dan memelihara sistim tersebut baik dengan tujuan
mendapatkan upah atau secara suka rela.Struktur Organisasi, yaitu perangkat
organisasi yang diperlukan untuk sistim pengelolaan sampah, dimana semakin luas
dan kompleksnya sistim maka semakin membutuhkan perangkat tersebut. Apabila
sistim masih berujud sederhana, maka struktur organisasi terkadang tidak
diperlukan.
C. Aspek Pembiayaan
Merupakan aspek yang tidak dapat diabaikan terutama untuk suatu sistim yang luas
dan kompleks. Apabila sistim pengelolaan sampah sudah demikian meluas dan
kompleks maka setiap anggota masyarakat harus turut serta dalam aspek ini
misalnya dalam retrebusi Retribusi dapat dilakukan dengan menggunakan subsidi
silang untuk membantu golongan masyarakat yang tidak mampu.
D. Aspek Pengaturan
Aspek pengaturan senantiasa diperlukan untuk menjamin suatu sistim dapat
berjalan dengan baik dan lancar.
E. Aspek Peran Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam bidang persampahan adalah keterlibatan masyarakat
dalam arti ikut serta bertanggung jawab pasif maupun aktif, secara individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk mewujudkan kebersihan bagi diri sendiri
dan lingkungan. Balk dikota maupun didesa pada umumnya sampah kurang
diperhatikan oleh masyarakat hal ini disebabkan oleh:
Kurangnya pengertian bahwa sampah yang tidak dikelola dengan baik atau
mempunyai dampak negatif pada lingkungan maupun kesehatan masyarakat
Kurang menyadari arti kebersihan dan keindahan Kekurangpahaman
teknologi maupun pengorganisasian pengelolaan sampah.
Adanya anggapan terutama dikota bahwa pengelolaan sampah adalah
tanggung jawab pemda
Untuk itu perlu dilakukan upaya untuk menumbuhkan peran serta masyarakat
dalam pengelolaan sampah dengan membentuk program yang dilaksaakan secara
terarah, itensif dan berorientasi kepada penyebarluasan pengetahuan, penanaman
kesadaran, penugahan sikap dan pembentukan prilaku, sehingga :
Masyarakat mengerti dan memahami masalah kebersihan lingkungan.
Masyarakat turut aktif dalam mewujudkan kebersihan lingkungan, menular
kan kebiasaan hidup bersih pada anggota masyarakat lainnya dan
memberikan saran - saran yang membangun.
Masyarakat bisa mengikuti prosedur dan tata cara pemeliharaan kebersihan
.secara baik.
Masyarakat bersedia membiayai pengelolaan sampah.
BAB 7
7.1 Pendahuluan
7.1.1 Latar Belakang
Penanganan pencemaran lingkungan yang dilaksanakan selama ini bersifat kuratif, yaitu
penaganan dilaksanakan setelah masalah dan dampak pencemaran timbul atau biasa disebut
dengan istilah End off pipe solution. Kenyataannya pola penanganan cara ini umumnya tidak
pernah tuntas dan relatif lebih mahal, dengan demikian perlu diterapkan pola pencegahan
atau preventif. Pola penanganan limbah industri yang baik yang bersifat terintegrasi, yaitu
penanganan dimmulai dari sumbernya (point of ,generation). Tujuannya untuk
mengeliminasi limbah yang diikuti dengan pewadahan di tempat, pengumpulan,
pengangkutan, penyimpanan,pengolahan sampai dengan pengolahan akhir (ultimate disposal)
yang dilakukan secara aman,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Penanganan seperti ini dikenal dengan istilah
cradle to garve' yang populer di Amerika serikat.Dari sudut kepentingan pemerintah setiap
kasus pencemaran lingkungan, pemerintah selalu dihadapkan pada kondisi yang sulit, yaitu
masalah penegakan upaya hukum terhadap industri yang terbukti mencemari lingkungan.
Dalam upaya penegakan hukum pemerintah seringkali memberikan sangsi ekstrim berupa
pemberhentian kegiatan industrinya. Hal ini akan menimbulkan resiko sosial ekonomi
politik seperti kehilangan pemasukan pajak, lapangan kerja dan gejolak sosial. Masalah
dampak ditimbulkan akibat penanganan limbah B3 yang tidak benar akan mengganggu
kesehatan. Masih ada industri membuang limbah ke badan air, sehingga masyarakat yang
mengkonsumsi air tanah maupun air permukan dapat terkena dampak berupa kasus
keracunan limbah B3. Beberapa dampak kesehatan yang disebabkan oleh jenis bahan kimia
pencemar tertentu sering terdapat dalam limbah B3 antara lain
Cadmium (Cd), dapat melalui makanan , minuman, udara yang tercemar limbah
industry yang mengandung cadmium yang dapat terakumulasi di ginjal dan hati
pada manusia. Bila tanah dan air tercemari cadmium, akan diserap tanaman dan
biota dan melalui rantai makanan dapat masuk ke dalam tubuh manusia.
Sianida (CN), sifat cianida mudah larut dalam air, sehingga industri tapioka,
electroplat-ing yang membuang limbah ke badan air menyebabkan tercemar
cianida. Bila terminum dalam jumlah melampui batas menyebabkan sistem
transportasi dan metabolisme oksigen darah terganggu. Dari uraian di atas
menyatakan bahwa upaya pencegahan pencemaran dimaksud untuk melindungi
kesehatan manusia dan lingkungan akibat pembuangan limbah B3.
7.1.2 Peraturan Perundang – undangan
Pengelolaan limbah B3 merupakan salah satu pogram dari kesehatan lingkungan. Menurut
UU RI No. 23 Tahun 1992 tertulis bahwa upaya menyehatkan masyarakat dilaksanakan
Melalui 15 kegiatan dan mulai pelita V dinaikkan menjadi 18 kegiatan. Dari daftar kegiatan
ini kesehatan lingkungan merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam usaha
menyehatkan masyarakat tersebut yang kesemuanya harus dilaksanakan secara menyeluruh
dan berkesinambungan. Didalam pelaksanaannya usaha ini merupakan usaha yang perlu
didukung secara umum oleh ahli rekayasa dan khususnya rekayasa lingkungan. Dengan dasar
ini dirasakan bahwa ahli rekayasa lingkungan perlu mengetahui tentang pengelolaan limbah
B3 dalam kaitannya dengan pengadaan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan.
Peraturan Pemerintah No.12 Tahun 1985 yang merupakan salah satu peraturar yang
mengatur secara detail mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan masalah penanganan
limbah B3 mulai dari sumber limbah yang dihasilkan sampai dengan pembuangan akhir
beserta ketentuan-ketentuan teknis dan administrasi yang mengatur masalah perizinan bestrta
segala sangsi atas segala ketidakbenaran dalam mengelola limbah B3, dikeluarkan bersamaan
dengan berdirinya pusat pengolahan limbah B3 (PPLI—B3) pertama di Indonesiayaitn desa
Nambo Cilengsi Bogor.Peraturan pemerintah No.12 Tahun 1995 ini merupakan strategi
pemerintahyangbersifatkurati(pengumpulan,pengangkutan,penyimpanan,pengolahandan
(pembangunan).Yang ada saatini sangatlah penting untuk melakukan pendekatan yang
bersifat preventif (minimisasi) dengan daur ulang dan penggunaan kembali) untuk menekan
jumlah timbulan B3.
a. Limbah dari sumber spesifik : limbah B3 ini merupakan sisa proses suatu
industri atau kegiatan tertentu
b. Limbah dari sumber yang tidak spesifik : untuk limbah B3 ini berasal bukan dari
proses utamanya.
c. Limbah B3 dari bahan kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan, atau buangan
produk yang tidak memenuhi spesifikasi
7.3 Sistem Pengelolaan Limbah B3
7.3.1 Strategi Pengelolaan Limbah B3
Penentuan atau pengidentifikasian karakteristik berbahaya dan beracun dari limbah
suatu bahan yang dicurigai, merupakan langkah awal yang paling mendasar dalam
upaya penanganan limbah B3. Dengan diketahuinya karakteristik limbah, maka suatu
upaya penanganan terpadu yang terdiri dari pengendalian (controll), pengurangan
(reduction/minimitation, pengumpul (collecting), penyimpanan (storage), pengangkutan
(transportation), pengolahan (treatment) dan pembuangan akhir (final disposal) akan
dapat diterapkan.Untuk mendapatkan suatu sistem pengelolaan yang optimum dan
berhasil guna maka
strategi penanganan yang diterapkan, pada prinsipnya dengan mengusahakan untuk :
I). Hazardous Waste Minimization, adalah mengurangi sampai seminimum mungkin
jumlah limbah kegiatan industri.
2). Dour Ulang dan Recovery. Untuk cara ini dimaksudkan memanfaatkan kembali
sebagaibahan baku dengan metoda daur ulang atau recovery.
3). Proses Pengolahan. Proses ini untuk mengurangi kandungan unsur beracun sehingga
tidak berbahaya dengan cara mengolahnya secara fisik, kimia dan biologis.
4).Secured Landfill. Cara ini mengkonsentrasikan kandungan limbah B3 dengan fiksasi
kimia dan pengkapsulan, selanjutnya dibuang ketempat pembuangan aman dan
terkontrol.
5). Proses detoksifikasi dan netralisasi. Netralisasi untuk menghasilkan kadar racun.
6).Incenerator, yaitu memusnahkan denan cara pembakaran pada alat pembakar khusus.
7.3.2 Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 merupakan suatu kegiatan yang cukup banyak antara lain
mencakup penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pengelolaan dan
penimbunan/pembuangan akhir. Tujuan dari limbah B3 untuk melindungi kesehatan
masyarakat dan mencegah pencemaran lingkungan. Selain itu untuk melindungi air tanah
yang disebabkan cara penanganan limbah B3 yang belum memadai. Cara yang
dilaksanakan dengan mengendalikan elemen fungsional dan menetapkan pola
pengelolahannya;
1. Penghasil Limbah B3
Limbah bahan bangunan berbahaya (B3) Dapat berasal dari industry,
pertambangan,pertanian dan lain sebagainya. Kawasann pemukiman
menghasilkan B3 seperti kaleng bekas, obat nyamuk, deodorant, tetapi karena
jumlahnya tidak banyak maka penamnganannya dilakukan bersama-sama
dengan sampah domestic.
2. Penyimpanan (Strorage)
Penyimpanan merupakan kegiatan penampungan sementara limbah B3
sampai jumlah yang mencukupi untuk diangkut atau diolah. . Hal ini
dilakukan dengan pertimbangan efisiensi dan ekonomis. Penyimpanan
limbah B3 untuk waktu yang lama tanpa kepastian yang jelas untuk
memindahkan ke tempat fasilitas pengolahan, penyimpanan dan
pengolaha tidak diperbolehkan. Penyimpanan dalam jumlah yang banyak
dapat dikumpulkan di lokasi pengumpulan limbah.
3. Pengangkutan
Apabila tidak ditangani di tempat. limbah B3 diangkut ke sarana
penyimpanan, pengolahan/pembuangan akhir. Sarana pengangkutan yang
dipakai mcngangkut limbah B3 truk kereta api dan kapal. Pengangkutan
dengan mengemasi limbah B3 kedalam container dengan drum kapasitas 200
liter.
4. Pengolahan
Lirnbah B3 memerlukan pengolahan sebelum dibuang ke
pembuangan akhir atau didaur ulang. Pengolahan limbah B3 dapat
dilaksanakan secara fisik, kimia, biologis atau pembakaran. Kombinasi
dari cara pengolahan seringkali diterapkan untuk memperoleh hasil yang
efektif tetapi murah biayanya dan dapat diterima oleh lingkungan.
5. Proses Pembakaran (Inceneration)
lnceneration adalah alat untuk menghancurkan limbah berupa
pembakaran dengan kondisi terkendali. Limbah dapat terurai dari senyawa
organik menjadi senyawa sederhana seperti co2 dan H20. Incinerator
efektif terutama untuk buangan organik dalam bentuk padat, cair, gas,
lumpur cair (sluries) dan lumpur padat (sludge).