Anda di halaman 1dari 8

ISSN cetak 2355-9888 Halaman 138-145

Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018

PENGARUH BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS


GIZI DI SMAN 1 KAMPAR TAHUN 2017

Any Tri Hendarini


Dosen Program Studi S1 Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Pahlawan

ABSTRAK
Body image menjadi hal yang penting pada masa remaja. Masa remaja
menengah akan selalu berusaha untuk meningkatkan perhatian terhadap bentuk
tubuhnya dengan melakukan sesuatu agar penampilan fisiknya lebih baik. Pola makan
remaja akan menentukan jumlah zat-zat gizi yang diperlukan oleh remaja untuk
pertumbuhan dan perkembangannya. Status gizi yaitu keadaan tubuh akibat
mengonsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi yang dibedakan menjadi tiga
yaitu status gizi kurang, status gizi baik, dan status gizi lebih. Salah satu cara untuk
mengukur status gizi remaja adalah berdasar nilai Z-score IMT/U. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan body image dan pola makan dengan status gizi
pada siswi di SMAN 1 KAMPAR Tahun 2017. Jenis penelitian adalah penelitian
kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi adalah seluruh SMAN 1
KAMPAR yang berjumlah 472 orang siswi. Penarikan sampel menggunakan
proportional stratified random sampling dengan besar sampel 229 orang siswi.
Analisis data adalah univariat dan bivariate dengan uji chi-square. Hasil penelitian
menunjukan status gizi overweight (42.8%) dan body image negative (51.5%)
sedangkan pola makan kurang (53.3%). Terdapat hubungan yang signifikan antara
pola makan dengan status gizi (P=0,039) dan antara body image dengan status gizi
(P=0,029). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pola makan dan body image
berhubungan dengan status gizi. Saran untuk peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian menggunakan desain berbeda.
Kata kunci: Pola Makan, Body Image, Status Gizi, Remaja

PENDAHULUAN pacu tumbuh (growth spurt), timbul ciri–


Sekitar 1 miliar manusia atau setiap ciri seks sekunder, tercapai fertilitas dan
1 diantara 6 penduduk dunia adalah terjadi perubahan–perubahan psikologik
remaja dan sebanyak 85% diantaranya serta kognitif (Soetjiningsih, 2007).
hidup di negara berkembang. Di Menurut Sulistyoningsih (2012) definisi
Indonesia, jumlah remaja dan kaum remaja adalah bila seorang anak telah
muda berkembang sangat cepat. Antara mencapai umur 10–18 tahun untuk anak
tahun 1970 dan 2000, kelompok umur perempuan dan 12-20 tahun untuk anak
15-24 jumlahnya meningkat dari 21 juta laki–laki. Pada masa ini terjadi
menjadi 43 juta atau 18% menjadi 21% perubahan fisik dan pertumbuhan cepat
dari total jumlah populasi penduduk yang akan mempengaruhi status
Indonesia (Kusriman, 2011). kesehatan dan gizi remaja.
Masa remaja adalah masa transisi Kementerian Kesehatan Republik
antara anak dan dewasa yang terjadi Indonesia (Kemenkes RI) Riset

Jurnal Gizi (Nutritions Journal) | 138


ISSN cetak 2355-9888 Halaman 138-145
Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018

Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 Berbagai macam penelitian


melaporkan status gizi pada remaja mengenai gizi remaja telah banyak
dimana prevelensi kegemukan pada dilakukan, akan tetapai sebagian besar
anak 16-18 tahun adalah sebesar 7.3%, penelitian tersebut lebih memperhatikan
sedangkan prevelensi kekurusan yaitu masalah ketidakseimbangan antara
9%. Sedangkan hasil laporan Riskesdas asupan makan dan aktivitas fisik dan
Provinsi Riau di Kabupaten Kampar, kurang memperhatikan faktor-faktor
prevelensi kegemukan adalah sebesar lainnya secara terintegrasi seperti aspek
12.1 %, sedangkan prevelensi kekurusan psikologis (body image), aspek
yaitu 5.9%. Meskipun prevalensi psikiatrik (depresi) (Almatsier, 2009).
kekurusan masih lebih rendah Salah satu penelitian mengenai masalah
dibandingkan angka nasional, akan gizi khususnya status gizi dan
tetapi prevalensi kegemukan sudah hubungannya denganbody image,
melebihi angka nasional yaitu >10% . asupan energi dan aktifitas fisik telah
Biasanya banyak remaja putri yang dilakukan(Serly(2015).Hasil penelitian
melakukan diet ketat menyebabkan tersebut menunjukkan bahwa persepsi
remaja kurang mendapatkan makanan body image mempengaruhi jumlah
seimbang dan bergizi, mengkonsumsi asupan makanan dan zat gizi yang
obat pelangsing, minum jamu dan berdampak terhadap status gizi.
sebagainya. Upaya tersebut dapat Kebiasaan makan remaja akan
berakibat pada penurunan status gizi bila menentukan jumlah zat-zat gizi yang
tidak melakukan diet dengan benar diperlukan oleh remaja untuk
dimana asupan energi dan zat gizi pertumbuhan dan perkembangannya.
kurang dari Angka Kecukupan Gizi Apabila jumlah makanan tidakcukup
(AKG) yang sudah dianjurkan (Sayogo, sesuai dengan kebutuhan akan zat-zat
2008). Status gizi kurang ternyata gizi bagi remaja, dikhawatirkan
berhubungan dengan body image remajatidak dapat melakukan kegiatan
negative seperti yang dilaporkan oleh fisik dengan baik (Mourbas, 2011).
Safitri (2015). Status gizi kurang lebih Dari angka tersebut dapat dilihat
banyak dialami oleh siswi yang persen angka ini menunjukkan bahwa
memiliki body image negatif dari tahun ke tahun terjadi peningkatan
dibandingkan dengan sisiwi yang sisa makanan, salah satu faktor sisa
memiliki body image positif. makanan diruangan ini banyak bersisa
Kekurangan dan kelebihan zat gizi karena diruangan Nuri II merupakan
yang diterima oleh tubuh seseorang akan ruang rawat inap penyakit infeksi, mual
sama mempunyai dampak yang negatif. muntah dan gangguan pernapasan
Perbaikan kebiasaan makan dan karena faktor tersebut banyak terjadi sisa
peningkatan status gizi yang seimbang makanan yang disajikan diruangan Nuri
dengan yang diperlukan tubuh II.
merupakan hal yangsangat penting yang Masalah statu gizimenarik perhatian
berdampak positif bagi peningkatan penulis untuk dilakukan suatu penelitian
kualitas hidup manusia. Kebiasaan karena banyak siswi di SMAN 1
makan merupakan faktor utama untuk Kamparyang melakukan diet ketat tanpa
memenuhi kebutuhan gizi. memperdulikan kebiasaan makan untuk
mendapatkan bentuk tubuh yang

Jurnal Gizi (Nutritions Journal) | 139


ISSN cetak 2355-9888 Halaman 138-145
Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018

diidamkan.Berdasarkan uraian tersebut, Total 229 100


maka penulis tertarik melakukan Status gizi
Kurus 42 18,3
penelitian tentang “Pengaruh Kebiasaan
Normal 89 38,9
Makan dan Body Image dengan Status Overweight 98 42,8
Gizi di SMAN 1 Kampar ”. Total 229 100

HASIL Berdasarkan Tabel 1 karakteristik


Penelitian ini dilakukan pada tanggal sampel menurut umur yang paling
2 sampai dengan 11 Desember 2017 di banyak yaitu umur 16 tahun (42.35%),
SMAN 1 Kampar. Pengumpulan data dan jumlah sampel terbanyak adalah
dilakukan dengan mengukur tinggi dikelas XI yaitu sebanyak 120 orang
badan dan menimbang berat badan serta (52.40%). Dari 229 orang siswi yang
membagikan kuesioner kebiasaan makan diteliti, sebagian siswi tergolong kurang
dan body imagekepada 229 sampel yang baik kebiasaan makannya yaitu
merupakan siswi . Sebelum membagikan sebanyak 122 (53%) orang siswi. Dari
kuesioner, peneliti menjelaskan tentang 229 orang siswi yang diteliti sebagian
maksud dan tujuan penelitian serta mempunyai body image negatif yaitu
membagikan informed consent. sebanyak 118 (51.5%) orang siswi. Dari
Tabel 1 Distribusi Karakteristik Umum 229 orang siswi, 98 orang (42.8%)
Sampel di SMAN 1 Kampar mengalami overweight.
Tabel 2 menunjukkan bahwa dari
Frekuensi Persentase
Karakteristik
(%)
122 (53.3%) siswi dengan kebiasaan
Umur makan kurang yaitu terdapat 49 (21.4%)
15 tahun 78 34,1 siswi yang mempunyai status gizi
16 tahun 97 42,3 normal. Dari 107 (46.7%) siswi dengan
17 tahun 54 33,6 kebiasaan makan baik terdapat
Total 229 100 13(5.7%)siswiyang mempunyai status
Kelas
X 120 52,4 gizi kurus dan 54 (23.6%) siswi dengan
XI 109 47,6 stautus gizi overweight.
Total 229 100 Setelah dilakukan uji statistik
Kebiasaan Makan dengan menggunakan Chi-Square maka
Baik 107 46,7 diperoleh nilai pvalue = 0,029 artinya
Kurang 122 53,3
terdapat hubungan yang signifikanantara
Total 229 100
Body Image kebiasaan makan dengan status gizi pada
Body image positif 111 48,8 siswi SMAN 1 KamparTahun 2017.
Body image negatif 118 51,5

Tabel 2 Hubungan Kebiasaan Makan dengan Status Gizi


Status Gizi
Kebiasaan Total
Kurus Overweight Normal
Makan
f % f % F % N %
Kurang 29 12,7 4419,2 49 21,4 122 53,3
Baik 13 5,7 5423,6 40 17,5 107 46,7
Total 42 18,3 9842,8 89 38,9 229 100

Jurnal Gizi (Nutritions Journal) | 140


ISSN cetak 2355-9888 Halaman 138-145
Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018

Tabel 3 Hubungan Body Image dengan Status Gizi


Status Gizi
Total
Body Image Kurus Normal Overweight
N % N % N % N %
Negatif 22 9,6 37 16,2 59 25,8 118 51,5
Positif 20 8,7 52 22,7 39 17 111 48,8
Total 42 18,3 89 38,9 98 42,8 229 100

Dari 118 (51.5%) siswi yang Setelah dilakukan uji statistik


mempunyai body image negatif terdapat dengan menggunakan Chi-Square maka
37 (16.2%) siswi berstatus gizi normal. diperoleh nilai p-value = 0,039 artinya
Dari 111 (45.5%) siswi yang terdapat hubungan yang signifikasi
mempunyaibody image positif terdapat antara body image dengan status gizi
20 (8.7%) siswi yang berstatus gizi pada siswi SMAN 1 Kampar Tahun
kurus danterdapat 39 (17.0%) yang 2017.
berstatus gizi overweight.

PEMBAHASAN Kebiasaan Makan dan Anemia Gizi


1. Kebiasaan Makan Besi pada Remaja Putri Kota
Berdasarkan hasil penelitian Bangkulu, juga menunjukkan hasil
(Tabel 4.2) dapat dilihat bahwa dari yang serupa dimana prevalensi
229 orang siswi yang diteliti, kebiasaan makan remaja tidak baik
sebanyak 107 orangsiswi (46.7%) yaitusebesar 79.2%.
mempunyaikebiasaan makan baik dan Faktor yang menyebabkan
yang kurang 122 orang siswi(53.3%). ketidakterpenuhinya kebiasaan makan
Dapat disimpulkan bahwa jumlah menurutPedoman Umum Gizi
siswi dengan kebiasaan makan Seimbang (PGUS) kemungkinan
kurang persentasenya lebih tinggi besar adalah akibat budaya dan sosial
dibandingkan dengan siswi yang dari masyarakt Indonesia. Kurangnya
kebiasaan makannya baik. porsi makan yang seharusnya
Hal ini sejalan dengan penelitian dipenuhi akan menyebabkan
yang dilakukan oleh Syifa Puji Suci ketidakseimbangan asupan zat gizi
(2011) mengenai faktor-faktor yang yang dibutuhkan oleh tubuh
berhubungan dengan kebiasaan (Astawan, 2008).
makan mahasiswa Kesehatan 2. Body Image
Masyarakat FakultasKedokteran dan Berdasarkan hasil penelitian
Ilmu Kseehatan Universitas Islam diketahui bahwa dari 229 orang siswi
Negeri Syarif Hidayatul Jakarta. yang diteliti, mayoritas mempunyai
Hasil penelitian inimenunjukan body image negatif yaitu sebanyak
57.6% sampel memiliki kebiasaan 118 orang (51.5%) sedangkan body
makan yang tidak sesuai dengan image positif sebanyak 111
Pedoman Umum Gizi Seimbang orangsiswi (48.5%).Dari hasil diatas
(PUGS). dapat disimpulkan bahwasiswi yang
Hasil penelitian Desri Suryani mempunyaibody image negatif
(2013) yang berjudul Analisis persentasenya lebih tinggi

Jurnal Gizi (Nutritions Journal) | 141


ISSN cetak 2355-9888 Halaman 138-145
Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018

dibandingkan dengan siswi Menurut Noorkasiani dkk (2007),


yangmempunyaibody image positif. masalah yang sering timbul pada
Berdasarkan hasil analisis remaja putri akibat persepsi mengenai
univariat penelitian Wulan bentuk tubuh adalah anoreksia
Safitri(2015), diketahui bahwa siswi nervosa dan bulimia. Upaya
yang memiliki body image negatif mendapat bentuk tubuh ideal dengan
yaitu sebesar 52.9% dibandingkan cara yang tidak benar dapat
siswi yang memiliki body image mengakibatkan banyak remaja putri
positif. Penelitian Mendoca (2014) yang menderita anoreksia dan
tentang status gizi,persepsi citra bulimia.
tubuh remajadan perilaku makan, 3. Status Gizi
disebutkan bahwa sebesar 69.4% Berdasarkan hasil penelitian dapat
remaja memiliki body image negatif. dilihat bahwa dari 229 orang
Hasil penelitian Dieny (2007) pada siswiyang diteliti, mayoritas
siswi SMA Penogoro, menunjukkan mempunyai status gizi overweight
bahwa masih banyak sampel yang yaitusebanyak 98 orang (42.8%)
memliki body image negatif sedangkan status gizi normal
(ketidakpuasan bentuk/ukuran sebanyak 89 orang siswi (38.9%) dan
tubuhnya), yaitu sebanyak 51.5%. status gizi kurang sebanyak 42
Hasil penelitianDieny (2007) sesuai orangsiswi (18.3%). Dari hasil
dengan penelitian Kusumajaya (2007) tersebut dapat disimpulkan
dimana terdapatketidakpuasan bahwasiswi denganstatus gizi
terhadap body image pada remaja overweight persentasenya lebih tinggi
terutama pada remaja putri. Remaja dibandingkan dengan siswi dengan
putri usia 14-17 tahun menganggap status gizi normal dan kurang.
dirinya lebih gemuk dari ukuran Arini (2016) melaporkan kejadian
tubuh mereka yang sebenarnya. overweight di SMAN 1 Bangkinang
Merekajuga lebih cenderung Kota tahun 2016 adalah sebesar
melakukan upaya penurunan berat 66.2%. Selain itu, berdasarkan hasil
badan berkaitan dengan penelitian National Health and
bertambahnya umur mereka. Nutrition Examination Survey tahun
Berdasarkan beberapa penelitian 2009-2010, di Amerika persentase
diatasmenunjukan bahwa masih overweight dan obesitas berdasarkan
banyak siswi yang mengalami body kelompok umur 12-19 tahun adalah
image negatif. Perkembangan citra sebesar 33.6%. Hal ini menunjukkan
tubuh pada remaja putri dimana bahwa prevalensi overweight dan
merekasangat memperhatikan bentuk obesitas yang tertinggi terdapat pada
tubuhnya merupakan gambaran anak remaja usia 12-19 tahun (NOO,
masalah gizi pada remaja putri 2011).
(Rahayu, 2012). Meskipun remaja Overweight merupakan masalah
putri telah mempunyai tubuh ideal kesehatan dunia dengan jumlah
namun mereka cenderung menilai prevalensi yang selalu meningkat
ukuran tubuhnya lebih besar dari setiap tahun, baik di negara maju
ukuran yang sebenarnya (Grogan, maupun berkembang. Prevalensi
2008). overweight pada anak usia 2-19 tahun

Jurnal Gizi (Nutritions Journal) | 142


ISSN cetak 2355-9888 Halaman 138-145
Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018

di Amerika Serikat mengalami mengatur makan (Suryaputra dkk,


peningkatan dari tahun ke tahun. 2012)
Overweight pada anak perempuan 4. Hubungan Kebiasaan Makan
meningkat pada tahun 2010 dari dengan Status Gizi
13,8% menjadi 15.0% (CDC/NCHS, Tabel 4.5 menunjukkan bahwadari
2012) 122 (53.3%) siswi dengan kebiasaan
Overweight terjadi karena interaksi makan kurang yaitu terdapat 49
dari faktor genetik dan lingkungan (21.4%) siswi yang mempunyai status
danoverweight pada remaja sudah gizi normal. Dari 107 (46.7%) siswi
menjadi hal yang umum karena denga kebiasaan makan baik terdapat
muncul dari perilaku yang tertanam 13(5.7%) siswiyang mempunyai
dari praktik sosial yang sulit untuk status gizi kurus dan 54 (23.6%) siswi
dibatasi (WHO, 2013). dengan stautus gizi overweight.
Kegemukan merupakan faktor Setelah dilakukan uji statistik
risiko untuk terjadinya penyakit dengan menggunakan Chi-Square
kardiovaskuler dan mempunyai maka diperoleh nilai P-value = 0.029
kontribusi pada terjadinya penyakit- artinya terdapat hubungan yang
penyakit lain, seperti hipertensi, signifikasi antara kebiasaan makan
diabetes mellitus, batu empedu dan dengan status gizi pada siswi SMAN
lain-lain. Dampak kegemukan pada 1 KamparTahun 2017.
masa anak beresiko tinggi menjadi Hasil penelitian ini sejalan dengan
gizi lebih pada usia dewasa. Remaja penelitian yang dilakukan oleh Olivia
yang mengalami overweight memiliki (2016) di kota Bitung yang
resiko sebanyak 70% untuk menunjukkan adanya hubungan
mengalami overweight atau obesitas antara kebiasaan makan dan
pada saat dewasa (Soegih dan obesitas.Kebiasaan makan anak
Wiramihardja, 2009). remaja dalam penelitian ini
Salah satu banyaknya penyebab cenderungberlebih untuksemua zat
overweight pada anak remaja gizi makro yaitu protein, lemak dan
yaitu tingkat pengetahuan gizi remaja karbohidrat. Putinah (2014) juga
yang dapat mempengaruhi terjadinya melaporkan terdapat hubungan
gizi lebih (overweight) pada remaja signifikan antara kebiasaan makan
(Suryaputra dkk, 2012). Pengetahuan remaja puteri dengan status gizi
atau kognitif merupakan domain yang denganp value = 0.031 (p value<
sangat penting untuk terbentuknya 0,05).
perilaku seseorang (Notoatmodjo Penelitian Aritonang (2008),
2007). Pengetahuan gizi yang kurang menunjukkan bahwa terdapat
pada sebagian besar remaja yang hubungan antara kebiasaan makan
mengalami kegemukan dengan status gizi, dimana kebiasaan
memungkinkan remaja kurang dapat makan dapat mempengaruhi status
memilih menu makanan yang bergizi. kesehatan masyarakat. Kebiasaan
Sebagian besar kejadian masalah gizi makan sangat erat kaitannya dengan
lebih dapat dihindari apabila remaja berbagai jenis penyakit. Tubuh sangat
mempunyai ilmu pengetahuan yang membutuhkan zat gizi untuk
cukup tentang memelihara gizi dan

Jurnal Gizi (Nutritions Journal) | 143


ISSN cetak 2355-9888 Halaman 138-145
Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018

melakukan aktifitas dan mencegah dengan status gizi dengan nilai p


dari berbagai penyakit. (0,000) < α (0,05). Hasil penelitian ini
Menurut Irianto (2014), masalah sejalan dengan penelitian yang
yang paling umum dialami remaja dilakukan oleh Serly (2015)
putri yaitu gizi tidak adekuat yang mengenaibody image, asupan energi
akan menimbulkan masalah dan aktifitas fisik dengan status gizi,
kesehatan yang akan mengikuti yang menunjukkan adanya
sepanjang kehidupan. Kekurangan hubunganyang signifikan antara body
gizi dalam masa remaja dapat image dengan status gizi (p<0.001).
disebabkan oleh berbagai faktor Hasil penelitian Laus dkk (2009) juga
termasuk emosi yang tidak stabil, menunjukkan ada hubungan antara
keinginan untuk menjadi kurus yang body image dengan status gizi
tidak tepat, dan ketidakstabilan dalam (p<0.01)
gaya hidup dan lingkungan sosial Penelitian Diza Liane
secara umum. (2015)mengenai status gizi dan
Selain itu remaja juga memiliki gambaran tubuh remaja putri di
kebiasaan makan cemilan diluar jam SMAN 3 Cimahi, didapatkan hasil
makan. Gaya hidup duduk lama gambaran tubuh siswi sebanyak 104
sambil mengemil makanan tinggi (52.2%) negatif dan 94 siswi (47.5%)
kalori dan lemak dan rendah gizi serta memiliki gambaran positif. Hasil uji
nutrisi memicu kelebihan beratbadan statistik dengan Spearman Rank
pada remaja (Hasdianah et al, 2014). menunjukan adanya hubungan antara
5. Hubungan Body Image dengan status gizi dan gambaran tubuh
Status Gizi (p=0.010). Hasil penelitian ini sejalan
Berdasarkan tabel 4.6, dari 118 dengan penelitian yang dilakukan
(51.5%) siswi yang mempunyai body oleh Widianti (2014) mengenaibody
image negatif terdapat 37 (16.2%) image dan perilaku makan dengan
siswi berstatus gizi normal. Dari 111 status gizi remaja putri di SMA
(45.5%) siswi yang mempunyaibody Semarang, yakni adanya hubungan
image positif terdapat 20 (8.7%) siswi antara body image dengan status gizi
yang berstatus gizi kurus danterdapat (p=0.001).
39 (17.0%) yang berstatus gizi Berdasarkan penelitian-penelitian
overweight diatasdapat diketahui bahwa semakin
Setelah dilakukan uji statistik tinggi ketidakpuasan terhadap body
dengan menggunakan Chi-Square image, maka status gizinya tidak
maka diperoleh nilai p-value = 0.039 normal. Ketidakpuasan body image
artinya terdapat hubungan yang pada remaja putri terjadi karena
signifikasi antara body image dengan ketidakpuasan bentuk tubuhnya
status gizi pada siswi SMAN 1 dengan bentuk tubuh yang
KamparTahun 2017. diinginkan. Ketidakpuasan terhadap
Penelitian Feby Dwi Nurchyani body image rata-rata terjadi pada
(2014) tentangbody image, konsumsi subyek dengan status gizi
makanan dengan status gizi remaja overweight(Widianti, 2014).
putri menunjukkanterdapat hubungan Terbentuknya konsep diri berupa
yang signifikan antara body image body image pada remaja

Jurnal Gizi (Nutritions Journal) | 144


ISSN cetak 2355-9888 Halaman 138-145
Volume 2 Nomor 2 Tahun 2018

menyebabkan kebanyakan remaja Menyembuhkan Penyakit.


kekurangan asupan makanan karena Gramedia. Jakarta.
melakukan diet yang salah. Konsep Syafitri, T., (2009) Gambaran Rasa,
body image yang negatif akan Suhu Makanan Dan Daya Terima
berdampak pada status gizi remaja Makanan Lunak Yang Diberikan
sebab body image merupakan salah Pada Pasien Rawat Inap Diruang
satu faktor penting yang berkaitan Camar Dan Cendrawasih Rsud
dengan status gizi seseorang Arifin Achmad Pekanbaru. Poltekes
(Wahiqvist dalam Setijowati, 2012). Depkes. Pekanbaru
Riwidikdo,H., (2008). Statistik
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan, Mitra Candika Press.
Almatsier,S., (2005). Penuntun Diet. PT. Yogyakarta.
Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Tanka , Meis Larissa., (2008) Faktor-
Aulia, L.E, (2011). Faktor-Faktor Yang faktor eksternal yang berhubungan
Berhubungan Dengan Terjadinya dengan daya terima makanan pasien
Sisa Makanan Pada Pasien Rawat rawat inap dewasa dirumah sakit
Inap Dirumah Sakit Haji UIN umum Tanggerang Tahun 2008
Syarif Hidayatullah. Jakarta Fakultas Kesehatan Masyarakat
Depkes, RI (2005). Pelayanan Gizi Universitas Islam
Rumah Sakit. Jakarta Supariasa,D., Bakti,B., Fajar,I., (2001)
Hartono, A, (2006). Terapi Gizi Diet Di Penilaian Status Gizi. EGC.
Rumah Sakit. EGC. Jakarta Jakarta.
Handayani ND., et al. (2012). Evaluasi Zakia lili., Saimi., Maimunah (2005)
Sisa Makakan (Food Waste)Pasien Plate waste among hospital
Rawat Inap Dengan Metode Inpatients,Malaysian Journal Of
Comstok di RSUP DR. Sardjito. Puplic Health Medicine (Volume 5,
Yogyakarta. no 2, 2005, Pages 19 to 24),
Mutyana, Leni., (2011). Faktor-faktor University Of Malaya, Malaysia
yang berhubungan dengan daya Winarno. F.G.,(1999). Kimia Pangan
terima pasien rawat inap di rumah Dan Gizi. PT Gramedia Pustaka
sakit Ibu Dan Anak Budi Asih Utama. Jakarta
Tahun 2011. Skripsi Fakultas
Kedokteran Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pudjadi , A. H., Hegar, B., Hardryastuti,
S., (2010). Pedoman pelayanan
medis jilid 1. Ikatan dokter anak
indonesia. Jakarta
Nida,K., (2011), Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Sisa
Makanan Pasien Rawat Inap Di
Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum.
Banjarmasin
Moehyi, S. (1992). Pengaturan
Makanan Dan Diit Untuk

Jurnal Gizi (Nutritions Journal) | 145

Anda mungkin juga menyukai