Anda di halaman 1dari 15

PENGARUH PROBLEM BASED LEARNING DENGAN METODE THINK-PAIR-AND

SHARE TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA


MATERI SISTEM EKSKRESI

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang

Oleh
Wiwit Anggraini
4401416077

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Pengaruh Problem Based Learning Dengan Metode Think-Pair-and


Share Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Materi
Sistem Ekskresi

Penyusun : Wiwit Anggraini

NIM : 4401416077

Tanggal Ujian : ………………………


/

Disetujui oleh:
Pembimbing I, Pembimbing II,

……………………….. ………………………..
NIP. …………………. NIP. ……………

Mengetahui:
Kepala Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Semarang

……………………………
NIP. ………………………
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan nikmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal skripsi
yang berjudul “Pengaruh Problem Based Learning Dengan Metode Think-Pair-And
Share Terhadap Kemampuan Berfikir Kritis Siswa Pada Materi Sistem Ekskresi”.
Skripsi ini disusun sebagai syarat pengajuan penelitian.

Sebagai manusia biasa yang banyak kekurangan, penulis menyadari bahwa


skripsi ini tidak mungkin tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai
pihak yang dengan ikhlas telah merelakan sebagian waktu, tenaga dan materi yang
tersita demi membantu penulis dalam menyusun skripsi ini. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih setulus hati kepada seluruh
dosen, keluarga dan teman-teman yang terlibat dalam penyusunan proposal skripsi
ini.

Semarang, 27 April 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Proses pembelajaran sains (termasuk biologi) merupakan pelajaran yang sulit


dan kompleks, membosankan, bersifat hafalan, dan hanya peserta didik tertentu saja
yang dapat menguasainya (Sunarno, 2012). Model pembelajaran yang diberikan masih
didominasi oleh guru yaitu ceramah. Menurut Kusnandar (2010) bahwa dominasi guru
dalam pembelajaran harus dikurangi sehingga dapat memberikan kesempatan siswa
untuk lebih berani, mandiri, dan dalam proses pembelajaran peserta didik mampu
memecahkan masalah sehari-hari.

Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu


model pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik dengan tujuan untuk
meingkatkan kemampuan berfikir kritis siswa melalui pendekatan masalah. Dalam
penerapan model ini, digunakan metode Think-Pair-and Share guna untuk
mengefektifkan sistem diskusi dan peyelesaian masalah (cbb. 201x). Diharapkan
peserta didik dalam pembelajaran lebih efektif, lebih aktif dan mampu menerima
pelajaran dalam memahami materi. Pembelajaran berdasarkan masalah digunakan
untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk
di dalamnya belajar bagaimana belajar.

Peran guru dalam Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan
metode Think-Pair-and Share yaitu menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan
memfasilitasi penyelidikan dan dialog. Secara garis besar pembelajaran berdasarkan
masalah terdiri dari penyajian kepada peserta didik situasi masalah yang autentik dan
bermakna yang dapat memberikan kemudahan kepada mereka dalam melakukan
penyelidikan dan inkuiri (Kusnandar, 2009).

Pembelajaran PBL merupakan suatu pendekatan pengajaran yang menggunakan


masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar cara
berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah, serta untuk memperoleh
pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2004). Dalam
PBL peserta didik diharapkan bisa mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam
menerima pembelajaran di dalam kelas. Kemampuan berpikir kritis saat sekarang
sudah harus dikembangkan kepada peserta didik saat dini agar dalam proses
pembelajaran mampu mengaitkan materi pelajaran yang diperoleh kemudian bisa
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Berpikir kritis adalah keharusan, dalam usaha memecahkan masalah,


pembuatan keputusan, sebagai pendekatan, menganalisis asumsi-asumsi dan
penemuan-penemuan keilmuan. Berpikir kritis diterapkan peserta didik untuk
belajar memecahkan masalah secara sistematis dalam menghadapi tantangan,
memecahkan masalah secara inovatif dan mendisain solusi yang mendasar
(Galuh, 2009).

Hal tersebut sesuai dengan pendapat (Hasruddin, 2009) menyatakan bahwa


peserta didik hari ini, sebagai pemimpin atau ilmuwan di masa depan perlu
dipersiapkan dengan membiasakan mereka melakukan kebiasaan berpikir kritis.
Mereka perlu dipersiapkan dalam menghadapi tantangan dan persoalan yang semakun
kompleks di masa depan. Masalah-masalah akan menjadi sangat banyak dan sangat
rumit, oleh sebab itu pembelajaran semestinya memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk berpikir kritis agar mereka tumbuh dan berkembang dan mampu
menghadapi berbagai tantangan. Sehingga melalui model pembelajaran PBL peserta
didik diharapkan bisa mempunyai kemampuan berpikir kritis dalam menerima
pembelajaran di dalam kelas.

Penelitian ini didukung oleh penelitian (Afandi, 2012) dengan hasil bahwa
terdapat pengaruh PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa yang
menunjukkan hasil signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh Problem Based Learning (PBL) dengan metode Think-Pair-and Share
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI SMA N 1 Jepara.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan bagi guru untuk
mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa dengan penerapan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan metode Think-Pair-and Share.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian ini adalah: Bagaimana pengaruh penerapan model Problem Based
Learning dengan metode Think-Pair-and Share terhadap kemampuan berfikir kritis
siswa pada materi sistem ekskresi?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui pengaruh penerapan model Problem Based Learning dengan
metode Think-Pair-and Share terhadap kemampuan berfikir kritis siswa pada
materi sistem ekskresi.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1.Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat:
a. Memberikan kontribusi dan menambah wawasan ilmu dibidang
pendidikan, khususnya pendidikan Biologi,
b. Digunakan sebagai salah satu rujukan dan pertimbangan bagi
penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang.

1.4.2.Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa

1) Penelitian ini diharapkan memudahkan siswa dalam memahami


materi, meningkatkan kemampuan berfikir kritis siswa,
membangkitkan motivasi siswa dalam belajar, sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.

b. Bagi Guru
1) Penelitian ini diharapkan dapat membantu guru dalam proses
pembelajaran, memperjelas materi yang disampaikan, dan
meningkatkan kreatifitas guru dalam proses pembelajaran di
sekolah. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dalam
pengembangan pembelajaran biologi di sekola
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Biologi
Istilah biologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “bios” yang berarti hidup dan
“logos” yang berarti ilmu. Sebenarnya pengertian biologi banyak diberikan oleh para
ilmuan tergantung dari ruang lingkup penelitian yang dilakukan. Salah satu pengertian
biologi atau ilmu hayat adalah suatu ilmu tentang kehidupan biologi membantu
manusia mengenal dirinya sebagai organisme, mengenal lingkungannya dan hubungan
antara organisme dengan lingkungannya. Tujuan pengajaran biologi antara lain adalah
mengembangkan cara berpikir ilmiah melalui penelitian dan percobaan,
mengembangkan pengetahuan praktis dari metode biologi untuk memecahkan
masalah kehidupan individu dan social, merangsang studi lebih lanjut di bidang
biologi dan bidang lain yang berhubungan dengan biologi serta membangkitkan
pengertian dan rasa sayang kepada makhluk hidup. Biologi merupakan salah satu ilmu
dasar yang ikut menentukan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Karena dengan belajar biologi kita akan mempunyai kemampuan berpikir logis,
sistematis dan kreatif dalam memecahkan masalah (Setiyalin et al, 2017).

2.1.2 Pendidikan Biologi di Indonesia


Berdasarkan Programme International Student Assesment (PISA)
peringkat Indonesia untuk IPA tahun 2000 berada di urutan 38 dari 41 negara,
tahun 2003 berada di urutan 39 dari 41 negara, tahun 2006 berada di urutan 52
dari 57 negara, tahun 2009 berada di urutan 61 dari 65 negara, tahun 2012 berada
di urutan 64 dari 65 negara (Puspendik, 2011), sedangkan berdasarkan Trends in
International Mathematics and Science Study (TIMSS) peringkat Indonesia untuk
Sains tahun 1999 berada di urutan 32 dari 38 negara, tahun 2003 berada diurutan
36 dari 45 negara, tahun 2007 berada diurutan 35 dari 49 negara, dan tahun 2011
berada di urutan 40 dari 42 negara (Driana, 2013).
Berdasarkan hasil UN (Ujian Nasional) Tahun 2015/2016, 42,20% peserta UN
SMA/MA jurusan IPA belum mencapai standar. Hal ini menunjukkan bahwa
pendidikan SMA/MA jurusan IPA di Indonesia perlu diperhatikan.
2.1.3. Berfikir Kritis
Kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan yang dapat dilatihkan,
sehingga kemampuan ini dapat dipelajari. Salah satu cara mengembangkan
kemampuan berpikir kritis yaitu melalui pembelajaran sains (biologi). Kenyataan di
sekolah, pendidikan sains belum banyak yang berorientasi ke arah pembiasaan dan
peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi (berpikir kritis), tetapi masih
menitikberatkan pada hasil belajar kognitif tingkat rendah. Siswa menyerap informasi
secara pasif dan kemudian mengingatnya pada saat mengikuti tes (Kurniahtunnisa et
al, 2016).

2.1.4. Model Pembelajaran PBL

Model pembelajaran yang sesuai untuk peserta didik adalah model


pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Diharapkan peserta didik dalam
pembelajaran lebih efektif, lebih aktif dan mampu menerima pelajaran dalam
memahami materi. Pembelajaran berdasarkan masalah digunakan untuk
merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah, termasuk
di dalamnya belajar bagaimana belajar. Peran guru dalam pembelajaran berdasarkan
masalah adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan, dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog. Secara garis besar pembelajaran berdasarkan masalah terdiri
dari penyajian kepada peserta didik situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kemudahan kepada mereka dalam melakukan penyelidikan dan
inkuiri (Kusnandar, 2009).
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri 1 Jepara kelas
XI pada bulan Mei semester genap tahun ajaran 2020/2021.

3.2 Populasi dan Sampel


Populasi dari penelitian ini adalah kelas XI SMA Negeri 1
Jepara yang berjumlah 2 kelas. Kelas 1 sebagai kelas yang diberi
perlakuan, sedangkan kelas lainnya sebaagai kelas kontrol.

3.3 Rancangan Penelitian


Desain penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
Quasi Eksperiment yang dirancang dengan metode Pretest-posttest Group
Design (Arikunto, 2006). Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang
dipilih, kemudian diberi pretest untuk mengetahui keadaan awal adakah
perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok
kontrol.

3.4 Data dan Cara Pengumpulan Data


3.4.1 Sumber data : Sumber data penelitian ini adalah siswa.
3.4.2 Jenis Data
Jenis data yang diperoleh terdiri atas:
a. Hasil belajar siswa.
b. Aktivitas siswa selama proses pembelajaran
c. Penilaian sikap saat kegiatan diskusi
d. Penilaian saat presentasi/pemaparan hasil diskusi kelompok
e. Penilaian hasil laporan
diskusi

Data diperoleh dengan metode observasi, tes, dan dokumentasi.


a. Data hasil belajar siswa diambil dengan evaluasi berupa tes
tertulis (pretest, post-test atau tes evaluasi)
b. Data aktivitas siswa diambil dengan lembar observasi.
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah
menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Data kuantitatif berupa angka
hasil belajar siswa yang dideskripsikan dengan kata-kata.

3.5.1. Uji Kesamaan Dua Varian (Homogenitas)


Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah kedua kelompok
mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai
varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen.

3.5.2. Uji Normalitas


Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang
dianalisis berdistribusi normal atau tidak. Data yang digunakan untuk uji
normalitas adalah data pretest kelas eksperiment dan kelas kontrol. Uji
normalitas juga digunakan untuk menentukan uji selanjutnya, yakni apakah
menggunakan statistik parametrik atau nonparametrik.

3.5.3. Uji Peningkatan Hasil Belajar


Uji peningkatan hasil belajar bertujuan untuk mengetahui besar
peningkatan hasil belajar siswa setelah mendapatkan perlakuan. Peningkatan hasil
belajar siswa dapat dihitung menggunakan rumus gain ternormalisasi sebagai
berikut (Wiyanto, 2008)

3.5.4. Uji Signifikansi


Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah rata-rata hasil belajar kelas
eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol. Rumus yang digunakan adalah
uji t adalah (Sugiyono, 2008)

3.5.5. Analisis Korelasi Hasil Belajar Siswa


Analisis korelasi hasil belajar siswa pada penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara hasil belajar kognitif dengan
afektif serta hasil belajar kognitif dengan psikomotorik. Korelasi hasil belajar
dapat dianalisis menggunakan rumus korelasi product moment menurut
Sugiyono (2008:228) sebagai berikut:
3.5.6. Analisis terhadap Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Analisis lembar observasi ini digunakan untuk
menganalisis aktivitas siswa pada kelas eksperiment. Penskoran
lembar observasi ini dilakukan dengan rating scale, yaitu skor 1
untuk tidak aktif, skor 2 untuk cukup aktif, skor 3 untuk aktif dan
skor 4 untuk sangat aktif
DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan Metakognitif


Melalui Model Reciprocal Learning dan Problem Based Learning
Ditinjau Dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis
Mahasiswa. Jurnal Inkuiri ISSN : 2252-7893, Vol 1, No 2

Budimansyah, Dasim. 2003. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio Biologi.


Bandung : Genesindo.

Galuh, Sekar S. A. P. T. 2009. Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi dan


Berpikir Kritis dalam Belajar Matematika dengan Metode Pembelajaran
Mind Mapping (Penelitian Tindakan di Kelas VIII SMP Negeri 12
Surakarta). Skripsi : Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Hasruddin. 2009. Memaksimalkan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui


Pendekatan Kontekstual. Jurnal Tabularasa PPS Unimed Vol 6 No 1

Kusnandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Guru. Jakarta : Raja Grafindo
Persada.

Kusnandar. 2010. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta : Raja
Grafindo Persada. Nurhadi. 2004. Problem Based Learning. Jakarta :
Sinar Grafika.

Kurniahtunnisa., Dewi, N K., Utami, N R. 2016. Pengaruh Model Problem Based


Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Materi Sistem
Ekskresi. Journal Of Biology Education: 5 (3) : 310-318

Setiyalin, A. S., Kurniawan, A. P., & Hendriyanto, R. (2017). Panduan


Pembelajaran Keanekaragaman Makhluk Hidup Untuk Tingkat Sma Kelas
X (studi Kasus: Sma Sandhy Putra Telkom Bandung). eProceedings of
Applied Science, 3(3).
Sunarno, Widha. 2012. Pembelajaran Biologi Menggunakan Pendekatan
Metakognitif Melalui Model Reciprocal Learning dan Problem Based
Learning Ditinjau Dari Kemandirian Belajar dan Kemampuan Berpikir
Kritis Mahasiswa. Jurnal Inkuiri ISSN : 2252-7893, Vol 1, No 2

Anda mungkin juga menyukai