PENDAHULUAN
Latar Belakang
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.2Anatomi
1. Duramater
Dura kranialis atau pachymeninx adalah suatu struktur fibrosa yang kuat
dengan suatu lapisan dalam (meningeal) dan lapisan luar (periostal). Kedua lapisan
dural yang melapisi otak umumnya bersatu, kecuali di tempat di tempat dimana
keduanya berpisah untuk menyediakan ruang bagi sinus venosus (sebagian besar sinus
venosus terletak di antara lapisan-lapisan dural), dan di tempat dimana lapisan dalam
membentuk sekat di antara bagian-bagian otak. (Sitorus Sari Mega, 2004)
Duramater lapisan luar melekat pada permukaan dalam cranium dan juga
membentuk periosteum, dan mengirimkan perluasan pembuluh dan fibrosa ke dalam
tulang itu sendiri; lapisan dalam berlanjut menjadi dura spinalis.Septa kuat yang
berasal darinya membentang jauh ke dalam cavum cranii. Di anatara kedua
hemispherium terdapat invaginasi yang disebut falx cerebri. Ia melekat pada crista
galli dan meluas ke crista frontalis ke belakang sampai ke protuberantia occipitalis
interna, tempat dimana duramater bersatu dengan tentorium cerebelli yang meluas ke
dua sisi. Falx cerebri membagi pars superior cavum cranii sedemikian rupa sehingga
masing-masing hemispherium aman pada ruangnya sendiri. Tentorium cerebelli
terbentang seperti tenda yang menutupi cerebellum dan letaknya di fossa craniii
2
posterior. Tentorium melekat di sepanjang sulcus transversus os occipitalis dan
pinggir atas os petrosus dan processus clinoideus. Di sebelah oral ia meninggalkan
lobus besar yaitu incisura tentorii, tempat lewatnya trunkus cerebri. Saluran-saluran
vena besar, sinus dura mater, terbenam dalam dua lamina dura. (Sitorus Sari Mega,
2004)
2. Arachnoidea
Membrana arachnoidea melekat erat pada permukaan dalam dura dan hanya
terpisah dengannya oleh suatu ruang potensial, yaitu spatium subdural. Ia menutupi
spatium subarachnoideum yang menjadi liquor cerebrospinalis, cavum
subarachnoidalis dan dihubungkan ke piamater oleh trabekulae dan septa-septa yang
membentuk suatu anyaman padat yang menjadi system rongga-rongga yang saling
berhubungan. (Sitorus Sari Mega, 2004)
3
Rongga ini dibagi menjadi cisterna chiasmaticus di ats chiasma opticum,
cisterna supraselaris di atas diafragma sellae, dan cisterna interpeduncularis di antara
peduncle cerebrum. Rongga di antara lobus frontalis, parietalis, dan temporalis
dinamakan cisterna fissure lateralis (cisterna sylvii). (Sitorus Sari Mega, 2004)
Gambar 1. Durameter
3. Piamater
4
choroidea, atap ventriculus tertius dan quartus, dan menyatu dengan ependymal
membentuk plexus choroideus dalam ventriculus lateralis, tertius dan quartus.
( Lumongga F, 2008)
5
Gambar 3. Bagian Otak dan Fungsi Otak
2.3 Etiologi
2.4 Patofisologi
6
Perdarahan subarachnoid diklarifikasikann menjadi dua kategori :
7
mengalami penurunan kesadaran setelah kejadian, baik sesaat karena adanya
peningkatan tekanan intrakranial atau ireversibel pada kasus-kasus parah.
Beberapa tanda dan gejala klinis yang sering dijumpai pada pasien perdarahan
subaraknoid:
- onset penyakit berupa nyeri kepala mendadak seperti meledak, dramatis,
berlangsung dalam 1 atau 2 detik sampai 1 menit, kurang lebih 25% pasien didahului
nyeri kepala hebat.
- vertigo, mual, muntah, banyak keringat, menggigil, mudah terangsang, gelisah dan
kejang.
- penurunan kesadaran, kemudian sadar dalam beberapa menit sampai beberapa jam.
- gejala-gejala meningeal.
- pada funduskopi, didapatkan 10% pasien mengalami edema papil beberapa jam
setelah perdarahan dan perdarahan retina berupa perdarahan subhialoid (10%), yang
merupakan gejala karakteristik karena pecahnya aneurisma di arteri komunikans
anterior atau arteri karotis interna.
- gangguan fungsi autonom berupa bradikardia atau takikardia, hipotensi atau
hipertensi, dan
- banyak keringat, suhu badan meningkat, atau gangguan pernapasan.
Kejadian misdiagnosis pada perdarahan subaraknoid berkisar antara 23%
hingga 53%. Karena itu, setiap keluhan nyeri kepala akut harus selalu dievaluasi lebih
cermat.10,11 Terjadinya misdiagnosis sering berhubungan dengan status mental
pasien yang masih normal, volume perdarahan subaraknoid kecil, dan terjadinya
aneurisma masih dini. Tabel 3 memperlihatkan beberapa faktor risiko perdarahan
subaraknoid. (Setyopranoto Ismail, 2012)
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak
bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
gangguan peredaran darah terjadi, gejala-gejala tersebut diantaranya adalah:
- Ketidakmampuan untuk berbicara atau mengerti bahasa lisan
(disfasia) bila gangguan terletak pada sisi dominan.
8
- Kelumpuhan pada sisi tubuh yang berlawanan (hemiparesis
kontralateral)
- Bisa terjadi kejang-kejang.
Yang membedakan dengan PSA adalah tidak didapatkannya gejala peningkatan
intrakranial seperti mual dan muntah. tidak didapatkan adanya tanda rangsang
meningeal dan onset kejadian yang mendadak tetapi tidak saat berakrtivitas. Gejala
klinis pada stroke non hemoragik kebanyakn lebih ringan daripada stroke hemoragik
seperti PSA. Penyingkiran diagnosis dapat dilihat dari hasil CT-Scan kepala, dimana
pada stroke non hemoragik akan didapatkan daerah infark dengan gambaran
hipodens, sedangkan pada PSA didapatkan perdarahan dengan gambaran hiperdens
pada ruang subarachnoid. (Burgerner,A.Francis dkk.1996)
Perdarahan Intraserebral
Perdarahan Intraserebral (PIS) adalah perdarahan yang primer berasal dari pembuluh
darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma. Perdarahan ini
banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab lainnya adalah
aneurisma kriptogenik, diskrasia darah, penyakit darah seperti hemofilia, leukemia,
trombositopenia, pemakaian antikoagulan angiomatosa dalam otak, tumor otak yang
tumbuh cepat, amiloidosis serebrovaskular. Pada perdarahan intraserebral,
perdarahan terjadi pada parenkim otak itu sendiri. Gejala yang membedakan
adalah pada perdarahan intraserebral (PIS) tidak terdapat kaku kuduk, nyeri
kepalanya tidak lebih berat daripada PSA, pada lumbal pungsi tidak didapatkan
darah, kecuali apabila PIS meluas ke ruang subaraknoid.
(Burgerner,A.Francis,dkk.1996)
Meningitis
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi otak dan
medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ jamur.
Meningitis ditandai dengan adanya gejala-gejala seperti panas mendadak, letargi,
muntah dan kejang. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
serebrospinal (CSS) melalui pungsi lumbal (Burgerner,A.Francis,dkk.1996).
9
1. CT SCAN
Pemeriksaan ct scan berfungsi untuk mengetahui adanya massa intracranial.
Pada pembesaran ventrikel yang berhubungan dengan darah (densitas tinggi)
dalam ventrikel atau dalam ruang subarachnoid. (Thomas Eko Purwata.
2014).
3. Lumbal Pungsi
Bila tidak dapat dilakukan CT Scan atau MRI dapan dilakukan lumbal pungsi untuk
membuktikan adanya perdarahan dalam rongga subaraknoid. Bila dilakukan pungsi
lumbal maka akan dijumpai cairan LCS yang mengandung darah, kadar protein
10
meningkat sekitar 10-20 mg%. Jumlah darah yang dijumpai pada LCS mempunyai
nilai prognostik. Prognosis biasanya buruk bila kadar hematokrit cairan spinal tinggi
misalnya 3-5 %, hal ini sebagai indikator besarnya perdarahan yang terjadi. (Thomas
Eko Purwata. 2014)
2.8 Tatalaksana
Pada pasien yang diduga dengan PSA grade I atau II, perawatan departemen
emergensi dibatasi pada diagnosa dan terapi suportif.
1. Identifikasi awal nyeri kepala sentinel merupakan kunci untuk
mengurangi angka mortalitas dan morbiditas.
Pada pasien dengan PSA grade III, IV, atau V (misal, pemeriksaan neurologis
berubah), perawatan departemen emergensi lebih luas.
11
Intubasi endotrakeal pada pasien melindungi dari aspirasi yang disebabkan
oleh refleks proteksi saluran nafas yang tertekan.
Pengawasan lini arteri invasif ketika berurusan dengan tekanan darah yang
labil (sering pada PSA tingkat tinggi). Agen anti hipertensi sebelumnya telah
dianjurkan untuk tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah
diastolik > 90 mmHg. Jaga tekanan darah sistolik dalam rentang 90-140
mmHg sebelum pengobatan aneurisma, kemudian biarkan hipertensi untuk
mempertahankan tekanan darah sistolik < 200 mmHg.
12
Sediakan oksigen tambahan untuk semua pasien dengan cacat SSP.
Suhu tubuh pusat: jaga agar tetap 37,2°C; berikan asetaminofen (325-650 mg
per oral setiap 4-6 jam) dan gunakan alat pendingin jika dibutuhkan.
(Anonymous. 2006).
2.8.3 Medikasi
1. Agen Osmotik.
2. Obat hemostatik
3. Antihipertensi
13
Manajemen pasien stroke hemoragik disertai hipertensi masih kontroversi.
Penurunan tekanan darah pada stroke akut dapat mencegah terjadinya
perdarahan ulangan, namun dilain pihak hal ini dapat mencetuskan
iskemik perihematomal. Beberapa peneliti menyarankan penurunan
tekanan darah menuju tekanan darah rata-rata harus dilakukan perlahan
hingga , 130 mmHg namun penurunan tekanan darah lebih darah 20%
harus dicegah dan tekanan darah tidak boleh turun lebih dari 84 mmHg.
4. Diuretik
5. Vasopressor
6. Antiemetik
7. Antikonvulsan
2.8.5 Pembedahan
2.9 Komplikasi
Vasospasme dari kontraksi otot polos arteri merupakan simtomatis pada 36%
pasien.
Disfungsi sistole ventrikel kiri: disfungsi sistole ventrikel kiri pada orang
dengan PSA dihubungkan dengan perfusi miokard normal dan
inervasi/persarafan simpatetik abnormal. Temuan ini dijelaskan oleh pelepasan
15
berlebihan norepinefrin dari nervus simpatetik miokard, yang dapat merusak
miosit dan ujung saraf. (Setyopranoto Ismail, 2012)
2.10 Prognosis
1. Beratnya perdarahan
4. Lokasi perdarahan
16
BAB III
KESIMPULAN
Gejala klinis yang sering didapatkan pada PAS adalah nyeri kepala hebat yang
belum pernah dirasakan seumur hidup, mual, muntah, dan didapatkan tanda rangsang
meningeal karena iritasi darah pada meningen. Pada CT scan didapatkan gambaran
hiperdens, dan pada pungsi lumbal didapatkan darah.
17
Daftar Pustaka
18
Purwata E. Thomas, 2014, Nyeri Kepala Pada Perdarahan Subaraknoid, Bag.
Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali.
19