Oleh
Allâh Azza wa Jalla memerintahkan kepada kita untuk banyak beristighfâr/meminta ampun kepada-Nya.
Begitu pula Allâh memerintahkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk beristighfâr. Allâh Azza wa
Jalla berfirman :
ِ َواست َغفِرٌ ِلذَن ِبكٌَ َولِل ُمؤمِ نِينٌَ َوال ُمؤمِ نَا
ٌت
“…Dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan dosa orang mukmin laki-laki dan perempuan…”
[Muhammad/47:19]
ً ُغف
ورا َرحِ ي ًما ٌَّ ن
َ ٌَّللاَ كَان ٌَّ ِّللاَ ٌۖ إ
ٌَّ ِر
ٌِ َواست َغف
Dan mohon ampunlah kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [an-
Nisâ’/4:106]
ALLAHUMMA ANTA RABBII LÂ ILÂHA ILLÂ ANTA KHALAQTANII WA ANA ‘ABDUKA WA ANA ‘ALA ‘AHDIKA
WA WA’DIKA MASTATHA’TU A’ÛDZU BIKA MIN SYARRI MÂ SHANA’TU ABÛ`U LAKA BINI’MATIKA
‘ALAYYA WA ABÛ`U BIDZANBII FAGHFIRLÎ FA INNAHU LÂ YAGHFIRU ADZ DZUNÛBA ILLÂ ANTA
(Ya Allâh, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Engkau.
Engkau yang menciptakan aku dan aku adalah hamba-Mu. Aku menetapi perjanjian-Mu dan janji-Mu
sesuai dengan kemampuanku. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku, aku mengakui
nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku kepada-Mu, maka ampunilah aku. Sebab tidak ada yang
dapat mengampuni dosa selain Engkau).
(Beliau bersabda) “Barangsiapa mengucapkannya di waktu siang dengan penuh keyakinan lalu
meninggal pada hari itu sebelum waktu sore, maka ia termasuk penghuni surga. Barangsiapa
membacanya di waktu malam dengan penuh keyakinan lalu meninggal sebelum masuk waktu pagi,
maka ia termasuk penghuni surga. Diriwayatkan oleh: Imam al-Bukhari.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menamakan lafazh istigfâr ini dengan Sayyidul Istighfâr karena
terkandung dalam hadits ini makna taubat dan merendahkan diri di hadapan Allâh Azza wa Jalla , yang
tidak terdapat dalam hadits-hadits taubat lainnya.
Imam ath-Thîbiy rahimahullah berkata, “Karena do’a ini mengandung makna-makna taubat secara
menyeluruh maka dipakailah istilah sayyid, yang pada asalnya, sayyid itu artinya induk atau pimpinan
yang dituju dalam semua keperluan dan semua urusan kembali kepadanya.”[8]
Ibnu Abi Jamrâh rahimahullah berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan dalam
hadits ini makna-makna yang indah dan lafazh-lafazh yang bagus sehingga pantas untuk dinamakan
sayyidul Istighfâr. Dalam hadits ini terdapat :
• Pengakuan terhadap uluhiyah Allâh dan ibadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla • Pengakuan bahwa
Allâh Azza wa Jalla adalah satu-satu-Nya yang Maha Pencipta. Pengakuan bahwa Allâh Subhanahu wa
Ta’ala telah menetapkan janji yang diambil untuk hamba-Nya.
• Harapan yang telah Allâh janjikan kepada hamba-Nya,
• Berlindung dari keburukan yang telah diperbuat hamba terhadap dirinya,
• Menisbatkan semua nikmat kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang telah mengadakan semua nikmat
ini, menisbatkan dosa kepada diri seorang hamba,
• Keinginan dan harapan dia agar diampuni dosa-dosanya oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala
• Dan pengakuannya bahwa tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Allâh.” [9]
SAYYIDUL ISTIGHFAR
1. ( َر ِبيٌ أَنتٌَ اللٌـ ُه ٌَّمYa Allâh Engkau adalah Rabb-ku) [10]
Pengakuan seorang hamba bahwa Allâh Azza wa Jalla adalah Rabbnya. Rabb adalah pemilik, pencipta,
pemberi rizki dan pengatur semua urusan makhluk-Nya. Terkandung dalam hadits ini pengakuan
tentang rububiyyah Allâh Azza wa Jalla .
Dan (ingatlah) ketika Rabb-mu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang) anak cucu Adam keturunan
mereka dan Allâh Mengambil kesaksian terhadap ruh mereka (seraya Berfirman), ‘Bukankah Aku ini
Rabb-mu?’ Mereka menjawab, ‘Betul (Engkau Rabb kami), kami bersaksi.’ (Kami Lakukan yang demikian
itu) agar di hari Kiamat kamu tidak mengatakan, ‘Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini.’”
[al-A’râf/7:172]
Kalau mereka bersaksi bahwa Allâh Azza wa Jalla sebagai Rabb mereka, maka konsekuensinya adalah
mereka harus beribadah hanya kepada Allâh Azza wa Jalla. Konsekuensinya adalah melaksanakan
perintah Allâh Azza wa Jalla dan meninggalkan larangan Allâh Azza wa Jalla .
Bukankah Aku telah Memerintahkan kepadamu wahai anak cucu Adam agar kamu tidak menyembah
setan ? Sungguh, setan itu musuh yang nyata bagi kamu, dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah
jalan yang lurus.” [Yâsîn/36:60-61]
Oleh karena itu hadits di atas menyebutkan barangsiapa membacanya dengan penuh keyakinan maka
dijanjikan dengan Surga.
5. ن أَع ُْوذُبِكَا
َر مِ ْا
صنَ ْعتُا ش ِا
َ ( َاماAku berlindung kepada-Mu dari keburukan perbuatanku)
Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan amal perbuatanku dan akibat buruknya, (Aku berlindung
kepada-Mu agar tidak) ditimpa dengan petaka, agar diampuninya dosa, dan kembali kepada perbuatan
jelekku.
Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan perbuatan dosa dan maksiat. Sesungguhnya perbuatan dosa
membawa akibat yang jelek. Orang yang durhaka kepada orang tua, memutuskan silaturahim,
menzhalimi orang lain, mengambil hak orang lain, makan riba, dan dosa-dosa lainnya akan membawa
akibat yang jelek. Diantara akibat buruknya adalah hilangnya barakah dalam ilmu kita dan hafalan kita.
Akibat dosa yang paling berbahaya adalah akan di adzab oleh Allâh Azza wa Jalla . Harta yang diperoleh
dengan cara zhalim maka harta itu tidak akan mendapatkan barakah, akan membuat istrinya dan anak-
anaknya durhaka. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika khutbatul haajah bersabda :
Kami berlindung kepada Allâh dari keburukan jiwa kami dan kejelekan amal perbuatan kami…
Oleh karena itu, hendaknya kita berlindung kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dari segala perbuatan
dosa kita.
Akibat dosa tersebut diantaranya hilangnya barakah umur kita, barakah ilmu kita, amal ketaatan, dan
hilangnya hafalan. Yang paling bahaya adalah tidak diampuni dosa kita. Atau kita kembali kepada
perbuatan dosa itu. Nas-alullâha al-‘afwa wal ‘âfiyah was salâmah fid dunyâ wal akhirah.
Nikmat Allâh Azza wa Jalla yang diberikan kepada kita sangatlah banyak. Kita tidak akan pernah bisa
menghitungnya. Cobalah kita hitung nikmat yang Allâh Azza wa Jalla berikan sejak kita lahir ! Nikmat
mata, telinga, lisan, rambut, hati, udara, oksigen, air, tumbuhan, nikmat hidayah, kesehatan, dijauhkan
dari malapetaka, nikmat di atas tauhid dan sunnah, dan lainnya.
ٌظلُومٌ َكفَّار
َ َسانٌَ ل
َ اْلن
ِ ن ُ ْل تُح
ٌَّ ِصوهَا ٌۖ إ ٌَّ ٌَسأَلت ُ ُمو ٌهُ ٌۖ َوإِنٌ تَعُدُّوا نِع َمت
ٌ َ ِّللا ٌِ َوآت َا ُكمٌ مِ نٌ ُك
َ ل َما
Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu
menghitung nikmat Allâh, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu
sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allâh). [Ibrâhîm/14:34]
Apabila kita mengakui nikmat-nikmat Allâh Azza wa Jalla , maka konsekuensinya adalah bersyukur
kepada Allâh Azza wa Jalla . Bila seorang hamba bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla , maka Allâh akan
menambah nikmat-nikmat-Nya kepada kita. Allâh Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
َ َعذَابِي ل
ٌشدِيد ٌَّ ِشكَرتُمٌ ََل َ ِزيدَنَّ ُكمٌ ٌۖ َولَئِنٌ َكفٌَرتُمٌ إ
َ ن َ ٌَوإِذٌ تَأَذَّنٌَ َربُّ ُكمٌ لَئِن
Dan (ingatlah) ketika Rabbmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat
berat.” [Ibrâhîm/14:7]
Jika seseorang bersyukur kepada Allâh Azza wa Jalla maka Allâh Azza wa Jalla tidak akan mengadzabnya.
Allâh Azza wa Jalla berfirman :
علِي ًما
َ ّللاُ شَاك ًِرا َ ٌّللاُ ِب َعذَا ِب ُكمٌ ِإن
ٌَّ ٌَشكَرتُمٌ َوآ َمنتُمٌ ٌۖ َوكَان ٌَّ لٌُ َما َيف َع
Allâh tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allâh Maha Mensyukuri, Maha
Mengetahui. [an-Nisâ’/4:147]
7. ي َوأَب ُْو ُاء
( بِذَ ْنبِ ْاAku mengakui dosaku kepada-Mu)
Aku mengakui kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan, berupa perbuatan dosa, kesalahan,
kelalaian, kewajiban yang aku tinggalkan, perbuatan haram dan maksiat yang aku lakukan. Pengakuan
ini sebagai langkah awal untuk bertaubat dan kembali kepada Allâh Azza wa Jalla .
10. Barangsiapa yang membacanya di pagi hari dengan penuh keyakinan, kemudia ia meninggal dunia
sebelum sore hari, maka ia termasuk penghuni Surga. Barangsiapa yang membacanya di sore hari
dengan penuh keyakinan, kemudia ia meninggal dunia sebelum esok pagi hari, maka ia termasuk
penghuni Surga
Yaitu membacanya dengan penuh keyakinan, ikhlas, mentauhidkan Allâh Azza wa Jalla , meninggalkan
syirik, membenarkan kandungan do’a sayyidul Istighfâr ini, mengakui tauhid rububiyyah, tauhid
uluhiyyah, mengakui semua dosa-dosanya, mengakui semua nikmat dari Allâh Azza wa Jalla dan
meminta ampunan hanya kepada Allâh Azza wa Jalla .
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan kita untuk membacanya dengan penuh keyakinan
ketika kita di waktu pagi dan sore hari.
Syaikhul Islam rahimahullah berkata, “Orang yang mengenal Allâh Azza wa Jalla yang ia tuju, maka dia
mempersaksikan bahwa semua itu karunia Allâh dan menyadari dirinya yang banyak dosa dan aib.”[11]
Beliau rahimahullah menjelaskan, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpulkan 2 hal, yaitu
persaksian semua nikmat dari Allâh Azza wa Jalla dan pengakuan dosa-dosa yang telah dilakukan, bahwa
kita banyak berbuat kesalahan. Lalu dilanjutkan dengan amal. Menyaksikan semua nikmat, anugerah
dan karunia Allâh Azza wa Jalla kepada kita, konsekuensinya adalah wajibnya kita mencintai Allâh Azza
wa Jalla . Ini juga menuntut kita memuji Allâh, bersyukur kepada Allâh karena Allâh telah memberi
semua nikmat dan kebaikan. Kita pun harus menyadari diri kita yang banyak berbuat dosa dan
kesalahan, yang menuntut kita agar menghinakan diri kepada Allâh Azza wa Jalla , merendahkan diri kita
di hadapan Allâh Azza wa Jalla serta menyatakan diri kita fakir, membutuhkan Allâh dan kita wajib
bertaubat kepada Allâh Azza wa Jalla pada setiap waktu dan dia tidak melihat dirinya kecuali orang yang
tidak punya apa-apa sama sekali.[12]
FAIDAH-FAIDAH HADITS
1. Wajib menetapkan rububiyyah Allâh Azza wa Jalla , karena Allâh adalah Pencipta, Yang Maha Pemberi
Rezeki, Yang Maha Pemberi karunia, Yang Maha Menahan, dan Yang Maha Melapangkan, Yang Maha
menghidupkan, Yang Maha mematikan, dan Yang Maha mengatur segala urusan.
2. Wajib menetapkan ‘ubudiyyah, uluhiyyah, dan wahdaniyyah bagi Allâh Azza wa Jalla . Bahwa hanya
Allâh Subhanahu wa Ta’ala yang wajib dan berhak diibadhi dengan benar.
3. Dalam sayyidul Istighfâr terdapat penetapan dan pengakuan seorang hamba bahwa dirinya adalah
hamba yang hina di hadapan Rabb-nya, Pencipta-nya, dan Pemberi Rezeki-nya.
4. Di dalamnya juga terdapat penetapan seorang hamba bahwa dia berpegang kepada perjanjian yang
Allâh Subhanahu wa Ta’ala ambil atasnya.
5. Hendaklah seorang hamba melaksanakan perintah Allâh Subhanahu wa Ta’ala sesuai dengan
kemampuannya. Ini seperti dalam firman Allâh Azza wa Jalla :
ّللاَ فَاتَّقُوا َ َ است
ٌَّ طعتُمٌ َما
7. Penetapan dan pengakuan seorang hamba kepada Rabb-nya dengan kelemahan dan kekurangan,
dengan menyembah-Nya dengan sebenar-benarnya.
8. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allâh Azza wa Jalla.
9. Hendaklah seorang hamba berlindung kepada Allâh Azza wa Jalla dari kejelekan apa-apa yang telah
dia perbuat.
10. Keutamaan Istighfâr (meminta ampun kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala) dan keutamaan sayyidul
Istighfâr.
11. Hendaklah seorang hamba berlindung kepada Allâh Subhanahu wa Ta’ala dari kejelekan perbuatan
dan niatnya, karena itu merupakan sebab mendapat hukuman dan adzab.
12. Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa segala tujuan itu hendaknya dicapai dengan cara-cara yang
benar, dan sebab-sebab yang mencapai kepada tujuan itu. Adapun menggunakan khurafat, bid’ah, cara-
cara yang syirik, maka itu tidak menambah (kedudukan) seorang manusia di hadapan Rabb-nya kecuali
(tetap seorang) hamba (yang hina).
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 03-04/Tahun XVI/1433H/2012M. Penerbit Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo-Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax
0271-858196]
Sumber: https://almanhaj.or.id/3926-keutamaan-sayyidul-istighfar.html