PENDAHULUAN
1
Di dalam kegiatan sehari-hari dalam melakukan aktivitas, kita sering tidak
menduga akan mendapatkan resiko kecelakaan pada diri kita sendiri. Banyak sekali
masyarakat yang belum menyadari akan hal ini, termasuk di Indonesia. Baik di
lingkungan kerja (perusahaan, pabrik, atau kantor), di jalan raya, tempat umum
maupun di lingkungan rumah. Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan
instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup dan masyarakat
sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak
asasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan juga instansi pemerintahan. Sistem
manajemen keselamatan dan kesehatan kerja bertujuan menciptakan sistem
keselamatan dan kesehatan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur
manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam
rangka mencegah dan mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta
terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (Azmi, 2008).
Penerapan K3 adalah untuk mengurangi atau mencegah kecelakaan yang
mengakibatkan cidera atau kerugian materi. Karena itu, para ahli K3 berupaya
mempelajari fenomena kecelakaan, faktor penyebab, serta cara efektif untuk
mencegahnya. Upaya pencegahan kecelakaan kerja di Indonesia masih menghadapi
berbagai kendala, salah satu diantaranya adalah pola pikir yang masih tradisional
yang menganggap kecelakaan adalah sebagai musibah, sehingga masyarakat bersifat
pasrah terhadap kecelakaan kerja yang menimpa mereka (Ramli, 2010).
Di dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 16/2008 tentang
Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengelolaan Air Limbah
Permukiman tidak disebutkan adanya istilah jamban. Namun di dalam Keputusan
Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah nomor 534/2001 tentang Pedoman
Standar Pelayanan Minimal disebutkan adanya sarana sanitasi individual dan
komunal berupa jamban beserta MCK-nya. Lebih jauh lagi di dalam Buku Panduan
Penyehatan Lingkungan Permukiman untuk RPIJM 2007 disebutkan adanya
pengumpulan data primer tentang jamban keluarga. Di dalam Petunjuk Teknis Tata
Cara Pembuatan Bangunan Jamban Keluarga dan Sekolah 1998 dari Departemen
Pekerjaan Umum, disebutkan bahwa jamban mencakup bangunan atas yang antara
lain terdiri: plat jongkok, leher angsa, lantai, dinding, dll, tetapi tidak termasuk
bangunan bawahnya.
2
Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 852/2008 tentang Strategi
Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat disebutkan bahwa jamban sehat adalah
fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai penularan
penyakit. Di dalam Keputusan Menteri Kesehatan nomor 715/2003 tentang
Persyarakan Hygiene Sanitasi Jasaboga disebutkan bahwa usaha jasaboga harus
menyediakan WC Umum dengan fasilitas jamban dan peturasan sesuai dengan
jumlah karyawannya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Oleh karena itu ilmu kesehatan masyarakat merupakan ilmu yang
multidisiplin. Secara garis besar, disiplin ilmu yang menopang ilmu kesehatan
masyarakat, atau sering disebut sebagai pilar utama Ilmu Kesehatan Masyarakat ini
antara lain sebagai berikut :
1. Epidemiologi. 2. Biostatistik/Statistik Kesehatan.
3. Kesehatan Lingkungan. 4. Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
5. Gizi Masyarakat. 6. Administrasi Kesehatan Masyarakat
7. Kesehatan Kerja.
5
2.2 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)
2.2.1 Pengertian
Menurut Mondy (2008) keselamatan kerja adalah perlindungan karyawan dari
luka-luka yang disebabkan oleh kecelakaan yang terkait dengan pekerjaan. Resiko
keselamatan merupakan aspek-aspek dari lingkungan kerja yang dapat menyebabkan
kebakaran, ketakutan aliran listrik, terpotong, luka memar, keseleo, patah tulang,
kerugian alat tubuh, penglihatan dan pendengaran. Sedangkan kesehatan kerja
menurut Mondy (2008) adalah kebebasan dari kekerasan fisik. Resiko kesehatan
merupakan faktor-faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode
waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stres emosi atau gangguan
fisik. Beberapa pendapat mengenai pengertian keselamatan dan kesehatan kerja
antara lain:
1. Menurut Mangkunegara (2002) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya, dan manusia pada
umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur.
2. Menurut Suma’mur (2001), keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha
untuk menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan.
3. Menurut Simanjuntak (1994), Keselamatan kerja adalah kondisi keselamatan
yang bebas dari resiko kecelakaan dan kerusakan dimana kita bekerja yang
mencakup tentang kondisi bangunan, kondisi mesin, peralatan keselamatan,
dan kondisi pekerja .
4. Mathis dan Jackson (2002), menyatakan bahwa Keselamatan adalah merujuk
pada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cedera yang
terkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada kondisi umum fisik,
mental dan stabilitas emosi secara umum.
5. Menurut Ridley, John (1983) yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000),
mengartikan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam
pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
6
6. Jackson (1999), menjelaskan bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja
menunjukkan kepada kondisi-kondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga
kerja yang diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh perusahaan.
7
a. Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja yang kotor,
berdebu, dan berbau tidak enak).
b. Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya.
3. Pengaturan Penerangan
a. Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat.
b. Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang.
4. Pemakaian Peralatan Kerja
a. Pengamanan peralatan kerja yang sudah usang atau rusak.
b. Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengamanan yang baik.
5. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai
a. Stamina pegawai yang tidak stabil.
b. Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara
berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah,
sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan
dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang
membawa risiko bahaya.
8
merupakan indikator utama dalam menganalisis bahaya yang mungkin akan
terjadi di lingkungan kerja
3) Melakukan Tinjauan Ulang Persiapan Pekerjaan.
Berdiskusi dengan karyawan mengenai bahaya yang ada dan mereka ketahui
di lingkungan kerja. Lakukan brainstorm dengan pekerja untuk menemukan
ide atau gagasan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau mengontrol
bahaya yang ada.
4) Membuat Daftar, Peringkat, dan Menetapkan Prioritas untuk Pekerjaan
Berbahaya.
Membuat daftar pekerjaan yang berbahaya dengan risiko yang tidak dapat
diterima atau tinggi, berdasarkan yang paling mungkin terjadi dan yang
paling tinggi tingkat risikonya. Hal ini merupakan prioritas utama dalam
melakukan job hazard analysis.
5) Membuat Outline Langkah-langkah Suatu Pekerjaan.
Tujuan dari hal ini adalah agar karyawan mengetahui langkah-langkah yang
harus dilakukan dalam mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga kecelakaan
kerja dapat diminimalisir.
b. Risk Management
Risk Management dimaksudkan untuk mengantisipasi kemungkinan
kerugian/kehilangan (waktu, produktivitas, dan lain-lain) yang berkaitan dengan
program keselamatan dan penanganan hukum
c. Safety Engineer
Memberikan pelatihan, memberdayakan supervisor/manager agar mampu
mengantisipasi/melihat adanya situasi kurang ‘aman’ dan menghilangkannya
d. Ergonomika
Ergonomika adalah suatu studi mengenai hubungan antara manusia dengan
pekerjaannya, yang meliputi tugas-tugas yang harus dikerjakan, alat-alat dan
perkakas yang digunakan, serta lingkungan kerjanya.
Selain ke-empat hal diatas, cara lain yang dapat dilakukan adalah:
1. Job Rotation 2. Personal protective equipment
3. Penggunaan poster/propaganda 4. Perilaku yang berhati-hati
9
2.2.5 Masalah Kesehatan Karyawan
Beberapa kasus yang menjadi masalaha kesehantan bagi para karyawan
adalah:
1. Kecanduan alkohol & penyalahgunaan obat-obatan
Akibat dari beban kerja yang terlalu berat, para karyawan terkadang
menggunakan bantuan dari obata-obatan dan meminum alcohol untuk
menghilangkan stress yang mereka rasakan. Untuk mencegah hal ini, perusahaan
dapat melkaukan pemeriksaan rutin kepada karyawan tanpa pemberitahuan
sebelumnya dan perusahaan tidak memberikan kompromi dengan hal-hal yang
merusak dan penurunan kinerja (missal: absen, tidak rapi, kurang koordinasi,
psikomotor berkurang)
2. Stress
Stres adalah suatu reaksi ganjil dari tubuh terhadap tekanan yang diberikan
kepada tubuh tersebut. Banyak sekali yang menjadi penyebab stress, namun beberapa
diantaranya adalah:
a. Faktor Organisasional, seperti budaya perusahaan, pekerjaan itu sendiri, dan
kondisi kerja
b. Faktor Organisasional seperti, masalah keluarga dan masalah finansial
3. Burnout
"Burnout” adalah kondisi terperas habis dan kehilangan energi psikis maupun
fisik. Biasanya hal itu disebabkan oleh situasi kerja yang tidak mendukung atau tidak
sesuai dengan kebutuhan dan harapan. Burnout mengakibatkan kelelahan emosional
dan penurunan motivasi kerja pada pekerja. Biasanya dialami dalam bentuk
kelelahan fisik, mental, dan emosional yang intens (beban psikologis berpindah ke
tampilan fisik, misalnya mudah pusing, tidak dapat berkonsentrasi, gampang sakit)
dan biasanya bersifat kumulatif.
10
2.3 Jamban Sehat
2.3.1 Pengertian
Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran
manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau
tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran
dan air untuk membersihkannya.
11
Secara konstruksi kriteria diatas dalam prakteknya mempunyai banyak
bentuk pilihan, tergantung jenis material penyusun maupun bentuk konstruksi
jamban. Pada prinsipnya bangunan jamban dibagi menjadi 3 bagian utama, bangunan
bagian atas (rumah jamban), bangunan bagian tengah (slab/dudukan jamban), serta
bangunan bagian bawah (penampung tinja).
1. Rumah jamban (bangunan bagian atas)
Bangunan bagian atas bangunan jamban terdiri dari atap, rangka dan dinding.
Dalam prakteknya disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat. Beberapa
pertimbangan pada bagian ini antara lain :
a. Sirkulasi udara yang cukup
b. Bangunan mampu menghindarkan pengguna terlihat dari luar
c. Bangunan dapat meminimalkan gangguan cuaca (baik musim panas maupun
musim hujan)
d. Kemudahan akses di malam hari- Disarankan untuk menggunakan bahan
local
e. Ketersediaan fasilitas penampungan air dan tempat sabun untuk cuci tangan
12
c. Bangunan dapat menghindarkan/melindungi dari kemungkinan timbulnya
bau.
d. Mudah dibersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup.
13
5. Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai Total Sanitasi
Suatu komunitas yang sudah mencapai status Bebas dari Buang Air Besar
Sembarangan, pada tahap pasca ODFdiharapkan akan mencapai tahap yang disebut
Sanitasi Total. Sanitasi Total akan dicapai jika semua masyarakat di suatu komunitas,
telah:
1. Mempunyai akses dan menggunakan jamban sehat
2. Mencuci tangan pakai sabun dan benar saat sebelum makan, setelah BAB,
sebelum memegang bayi, setelah menceboki anak dan sebelum menyiapkan
makanan
3. Mengelola dan menyimpan air minum dan makanan yang aman
4. Mengelola limbah rumah tangga (cair dan padat).
Untuk menentukan suatu komunitas telah mencapai status ODF, dilakukan
dengan proses verifikasi.
14
Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria
yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut:
1. Tidak mencemari air
Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran
tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan
dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.
a. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter
b. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari
lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur.
c. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang,
danau, sungai, dan laut
15
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk
membuang bau dari dalam lubang kotoran
d. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus
dilakukan secara periodic
16
berfungsi untuk melayani 1 sampai dengan 5 keluarga, atau untuk melayani orang-
orang di tempat-tempat umum (terminal, bioskop, dan sebagainya).
Pembuangan tinja perlu mendapat perhatian khusus karena merupakan satu
bahan buangan yang banyak mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan
sebagai media bibit penyakit, seperti diare, typhus, muntaber, disentri, cacingan dan
gatal-gatal. Selain itu dapat menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air
dan bau busuk serta estetika.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang
tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus
atau WC. Syarat jamban yang sehat sesuai kaidah-kaidah kesehatan adalah sebagai
berikut :
1. Tidak memncemari sumber air minum
2. Tidak berbau tinja dan tidak bebas dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air bersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah sekitar
olehnya itu lantai sedikitnya berukuran 1 X 1 meter dan dibuat cukup landai,
miring kearah lobang jongkok.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannnya.
5. Dilengkapi dengan dinding dan penutup
6. Cukup penerangan dan sirkulasi udara.
7. Luas ruangan yang cukup
8. Tersedia air dan alat pembersih.
Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan
dan kebiasaan masyarakat. Tujuan program JAGA (jamban keluarga) yaitu tidak
membuang tinja ditempat terbuka melaingkan membangun jamban untuk diri sendiri
dan keluarga. Penggunaan jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya
disiram dengan air yang cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja sehingga
kotoran tidak tampak lagi. Secara periodic Bowl, leher angsa dan lantai jamban
digunakan dan dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban cemplung lubang
harus selalu ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan benda-
benda lain.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jarak jamban dan
sumber air bersih adalah sebagai berikut :
1. Kondisi daerah, datar atau miring
17
2. Tinggi rendahnya permukaan air
3. Arah aliran air tanah
4. Sifat, macam dan struktur tanah
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban
hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air, bersihkan jamban secara teratur
sehingga ruang jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak ada
kotoran terlihat, tidak ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran, tersedia alat
pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dapat diambil kesimpulan bahwa kesehatan dan keselamatan kerja adalah
suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko
kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja,
perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Jadi kesehatan dan keselamatan kerja tidak
melulu berkaitan dengan masalah fisik pekerja, tetapi juga mental, psikologis dan
emosional.
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan salah satu unsur yang penting
dalam ketenagakerjaan. Oleh karena itulah sangat banyak berbagai peraturan
perundang-undangan yang dibuat untuk mengatur nmasalah kesehatan dan
keselamatan kerja. Meskipun banyak ketentuan yang mengatur mengenai kesehatan
dan keselamatan kerja, tetapi masih banyak faktor di lapangan yang mempengaruhi
kesehatan dan keselamatan kerja yang disebut sebagai bahaya kerja dan bahaya
nyata. Masih banyak pula perusahaan yang tidak memenuhi standar keselamatan dan
kesehatan kerja sehingga banyak terjadi kecelakaan kerja.
Jamban keluarga adalah suatu bangunan yang dipergunakan untuk membuang
tinja atau kotoran manusia atau najis bagi suatu keluarga yang lazim disebut kakus
atau WC.
Pemeliharaan jamban keluarga sehat yang baik adalah lantai jamban
hendaknya selalu bersih dan tidak ada genangan air, bersihkan jamban secara teratur
sehingga ruang jamban selalu dalam keadaan bersih, didalam jamban tidak ada
kotoran terlihat, tidak ada serangga(kecoa, lalat) dan tikus berkeliaran, tersedia alat
pembersih dan bila ada kerusakan segera diperbaiki.
19
DAFTAR PUSTAKA
Depkes, 2005. Dr. J. Leimena, Peletak Konsep Dasar Pelayanan Kesehatan Primer
(Puskesmas),http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewartic
le&sid=1099&Itemid=2 diakses tanggal 16 april 2019.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3): Definisi, Indikator Penyebab dan Tujuan
Penerapan Keselatan dan Kesehatan Kerja (http://jurnal-
sdm.blogspot.com/2009/10/kesehatan-dan-keselamatan-kerja-k3.html) diakses
tanggal 16 april 2019.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(http://anandasekarbumi.files.wordpress.com/2010/11/sap-9-msdm-10-11.ppt)
diakses tanggal 16 april 2019.
Notoatmodjo, Soekidjo.2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar.
Jakarta : Rineka Cipta.
Mondy, R.W., 2008, Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Kesepuluh
(terjemahan), Jakarta: Penerbit Erlangga
Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
(http://prokum.esdm.go.id/uu/2003/uu-13-2003.pdf) diakses tanggal 16 april
2019.
20