Pembimbing I : Drs. Fauzi Ali Amin, M.Kes Penguji I : Agustina, SST , M.Kes
Pembimbing II : Nova Khairunnisa, SKM, M.Si Penguji II : Putri Ariscasari, SKM, MKK
Tabel 6.5
Hubungan Produksi ASI Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kecamatan Sukajaya Kota Sabang Tahun 2021
1 Produksi ASI
Tabel 6.6
Hubungan Status Gizi Ibu Hamil Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2021
Tabel 6.7
Hubungan Paritas Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kota Sabang Tahun 2021
Tabel 6.8
Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kecamatan Sukajaya Kota Sabang Tahun 2021
Tabel 6.9
Hubungan Pengetahuan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kecamatan Sukajaya Kota Sabang Tahun 2021
Tabel 6.10
Hubungan Pekerjaan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kecamatan Sukajaya Kota Sabang Tahun 2021
Tabel 6.11
Hubungan Pendapatan Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kecamatan Sukajaya Kota Sabang Tahun 2021
Tabel 6.12
Hubungan Sosial Budaya Dengan Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi Usia 7-12 Bulan
Di Wilayah Kerja Puskesmas Sukajaya Kecamatan Sukajaya Kota Sabang Tahun 2021
Dari hasil analisis hubungan Riwayat Keluarga dengan suspek hipertensi pada lansia, dapat disimpulkan bahwa
diperoleh nilai OR 2.78 yang berarti responden yang ada riwayat keluarga 2 kali beresiko mengalami hipertensi
dibandingkan dengan yang tidak ada riwayat keluarga. nilai p-value = 0,012 terdapat hubungan yang siginifikan antara
kejadian hipertensi pada lansia usia 45-59 tahun dengan riwayat keluarga.
Dari hasil analisis hubungan Konsumsi Garam dengan suspek hipertensi pada lansia, dapat disimpulkan bahwa diperoleh
nilai OR 0.50 maka hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada resiko terhadap orang yang tinggi konsumsi garam. nilai
p-value = 0,075 tidak ada hubungan yang signifikan antara kejadian hipertensi pada lansia usia 45-59 tahun dengan
knsumsi garam.
Dari hasil analisis hubungan Gaya Hidup dengan suspek hipertensi pada lansia, dapat disimpulkan bahwa diperoleh nilai
OR 0.3 maka hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada resiko terhadap gaya hidup kurang baik, nilai p-value = 0,004
ada hubungan yang signifikan antara kejadian hipertensi pada lansia usia 45-59 tahun dengan gaya hidup.
5. Ada hubungan pengetahuan dengan pemberian ASI Eksklusif pada responden dengan p-value = 0,001 dan OR 3,6
artinya responden yang memiliki pengetahuan kurang berisiko 3 kali lebih besar untuk tidak memberikan ASI Eksklusif.
6. Ada hubungan pekerjaan dengan pemberian ASI Eksklusif pada responden dengan p-value = 0,001 dan OR 0,2 artinya
tidak ada resiko untuk tidak memberikan ASI eksklusif.
7. Ada hubungan pendapatan dengan pemberian ASI Eksklusif pada responden dengan p-value = 0,000 dan OR 0,1
artinya tida ada resiko untuk tidak memberikan ASI eksklusif.
8. Ada hubungan sosial budaya dengan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 7-12 bulan dengan p-value = 0,009 dan OR
0,3 artinya tidak ada resiko untuk tidak memberikan ASI Eksklusif.
Saya selaku peneliti berharap kepada petugas kesehatan yang ada di Puskesmas Susoh agar dapat
memberikan penyuluhan serta mengadakan olah raga atau senam jantung kepada pasien hipertensi
dan yang tidak hipertensi agar dapat meningkatkan perilaku hidup sehat melalui aktivitas fisik yang
dilakukan dengan teratur serta menghindari faktor faktor yang dapat menyebabkan hipertensi.
Masyarakat diharapkan untuk dapat melakukan kegiatan berkenaan dengan cara mengurangi atau
menghindari faktor risiko terhadap kejadian hipertensi. Seperti mengurangi atau berhenti rokok,
menghindari mengkonsumsi garam berlebihan, olah raga secara teratur untuk menjaga berat badan
tetap ideal dan tetap melakukan aktivitas fisik secara baik.
Diharapkan kepada peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lanjutan terkait faktor-faktor lainnya
yang berhubungan dengan risiko kejadian hipertensi untuk variabel-variabel lainnya.
Ibu yang mempunyai pekerjaan diharapkan tetap memberikan ASI Eksklusif dengan cara pumping ASI melalui botol.
Ibu dengan pendapatan tinggi lebih berisiko tidak memberikan ASI Eksklusif diharapkan kepada ibu tidak menerima
segala bentuk upaya promosi susu formula dari berbagai media promosi.
Ibu dengan sosial budaya mendukung diharapkan untuk memberikan penyuluhan untuk mengubah persepsi masyarakat
tentang kepercayaan tradisi yang ada terkait pemberian ASI Eksklusif.
Diharapkan kepada Puskesmas Sukajaya untuk dapat memberikan penyuluhan dan pembinaan tentang pentingnya
memberikan ASI Eksklusif pada bayi. Serta memprioritaskan pemberian ASI selama 6 bulan pertama.
Diharapkan kepada masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan mengenai ASI Eksklusif sehingga perlu dilakukan
upaya pemberian edukasi dan informasi secara berkala setiap bulan, salah satu cara adalah dengan membentuk konselor
ASI, sehingga diharapkan membantu berlangsungnya program ASI Eksklusif diwilayah kerja Puskesmas Sukajaya.
Diharapkan kepada peneliti lain agar dapat melakukan penelitian lanjutan terkait hubungan pengetahuan, sosial budaya
dengan peberian ASI Eksklusif untuk variabel-variabel lainnya.