Anda di halaman 1dari 20

Makalah

Tanggung jawab hukum dan moral polisi

DISUSUN OLEH :

FARADILA NUR 163090007

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI{IAIN PALU}

FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM

AKHWALUL SYAHKSIYAH

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan rahmat serta
anugerah dari-Nya kami mampu untuk menyelesaikan makalah kami dengan judul
“TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN MORAL ini.Shalawat serta salam tidak lupa selalu
kita haturkan untuk junjungan nabi agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang merupakan sebuah pentunjuk
yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan merupakan satu-satunya
karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.Selanjutnya dengan rendah hati kami
meminta kritik dan saran dari pembaca untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami
revisi kembali. Karena kami sangat menyadari, bahwa makalah yang telah kami buat ini
masih memiliki banyak kekurangan.Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya
kepada setiap pihak yang telah mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian
makalah ini hingga rampungnya makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah yang telah kami
buat ini mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

PALU, 2 APRIL2019

PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................................6

A. Pengertian Polisi............................................................................................... 6

B. Dasar Hukum Kepolisian................................................................................ 7

C. Kode Etik Kepolisian...................................................................................... 7

D. Tugas, Fungsi & Wewenang Polisi.................................................................. 8

E. Hambatan dalam Profesi Kepolisian..............................................................14

F. Solusi Mengatasi Hambatan dalam Profesi Kepolisian..... ...........................17

BAB III PENUTUP..........................................................................................................19.

A. Kesimpulan .....................................................................................................19

B. Saran ..............................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kepolisian hanyalah salah satu dari sekian Lembaga Negara yang ada di Republik
Indonesia, dimana setiap lembaga tersebut mempunyai fungsi yang relatif berbeda. Walaupun
demikian tujuan utama dari setiap Lembaga Negara adalah sama, yaitu memberikan
pelayanan kepada masyarakat sehingga tercipta masyarakat yang aman, adil makmur dan
sejahtera.

Dalam menjalankan tugasnya, polisi pada dasarnya akan diperhadapkan dengan


masyarakat. Disinilah akan tergambar dengan jelas bagaimana tugas polisi yang
sesungguhnya sebagai pengayom masyarakat. Tentunya hal ini adalah tanggung jawab yang
besar bagi seorang polisi untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat terhadap
pelayanan yang mereka lakukan. Disatu sisi, polisi juga adalah sebagai penegak hukum.
Maka tanggung jawab seorang polisi tidaklah berhenti sebagai pengayom masyarakat tetapi
juga tanggung jawabnya dalam menegakkan keadilan, dan masih banyak tanggung jawab
lainnya.

Disamping itu, masyarakat masih sangat mengharapkan peningkatan peran dan tugas
polisi sebagai pengayom, pelindung dan pelayanan masyarakat serta sebagai penegak hukum
yang bersih. Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
maka jajaran kepolisian, semakin dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang sebaik-
baiknya kepada masyarakat dan sekaligus mewujudkan ketentraman ditengah-tengah
masyarakat. Dalam Undang-Undang ini secara jelas disebutkan mengenai tugas, fungsi dan
wewenang sebagai polisi. Namun, melihat pengaturan dalam Undang-Undang ini kemudian
dikaitkan dengan aplikasinya dimasyarakat kemudian timbul pertanyaan bahwa Apakah
kedudukan, fungsi, tugas, dan wewenang Polri sebagaimana yang telah diakomodir dalam
UU Nomor 2 Tahun 2002 telah terlaksana dengan baik atau tidak?, lalu apakah tantang yang
biasa dihadapi pihak kepolisian dalam menjalankan tugasnya?. Oleh sebab itu,akan dibhas
lebih lanjut dalam pokok pembahasan.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Polisi dan apa dasar hukum yang mengaturnya?
2. Jelaskan tugas, fungsi dan wewenang Kepolisian!
3. Apa saja tantangan yang dihadapi dalam berprofesi sebagai polisi dalam menjalankan
tugas!
4. Bagaimana solusi untuk mengatasi tantang-tantangan yang dihadapi dalam berprofesi
sebagai polisi dalam menjalankan tugas!
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Polisi

Menurut Simons dalam bukunya Learboek Nederlands Strafrecht: “Polisi adalah


ujung tombak dalam integrated criminal justice system. D i tangan polisilah terlebih
dahulu mampu mengurangi gelapnya kasus kejahatan .” Sedangkan
menurut Moylan (1953:4), mengemukakan bahwa: “istilah polisi sepanjang sejarah ternyata
mempunyai arti yang berbeda-beda dalam arti yang diberikan semulanya. Juga istilah yang
diberikan tiap-tiap negara terhadap pengertian “polisi” adalah berbeda karena masing-masing
negara cenderung untuk memberikan istilahdalam bahasanya sendiri. Misalnya istilah
“contable” di Inggris mengandung arti tertentu bagi pengertian polisi, yaitu countable
menfandung dua macam arti. Pertama sebagai satuan untuk pangkat terendah dikalangan
kepolisan (police countable) dan kedua berarti kantor polisi (office of constable).”

Selanjutnya, Menurut Satjipto Raharjo polisi merupakan alat negara yang bertugas
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, memberikan pengayoman, dan
memberikan perlindungan kepada masyarakat (Satjipto Raharjo, 2009:111). Selanjutnya
Satjipto Raharjo yang mengutip pendapat Bitnermenyebutkan bahwa apabila hukum
bertujuan untuk menciptakan ketertiban dalam masyarakat, diantaranya melawan kejahatan.
Akhirnya polisi yang akan menentukan secara konkrit apa yang disebut sebagai penegakan
ketertiban (Satjipto Rahardjo, 2009:117).

Dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia dalam Pasal 1 ayat (1) dijelaskan bahwa Kepolisian adalah segala hal-ihwal yang
berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Istilah kepolisian dalam Undang-undang ini mengandung dua pengertian, yakni fungsi polisi
dan lembaga polisi. Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia, fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara
di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, pelindung,
pengayom dan pelayan kepada masyarakat. Sedangkan lembaga kepolisian adalah organ
pemerintah yang ditetapkan sebagai suatu lembaga dan diberikan kewenangan menjalankan
fungsinya berdasarkan peraturan perundang-undangan (Sadjijono, 2008: 52-53).
Selanjutnya Pasal 5 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara
Republik Indonesia menyebutkan bahwa:

1) Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka terpeliharanya
keamanan dalam negeri.
2) Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah Kepolisian Nasional yang merupakan
satu kesatuan dalam melaksanakan peran sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).
Polri yang kita kenal saat ini adalah Kepolisian yang telah dibentuk sejak tanggal 19 Agustus
1945, Polri mencoba memakai sistem kepolisian federal membawah di Departemen Dalam
Negeri dengan kekuasaan terkotak-kotak antar provinsi bahkan antar karasidenan. Maka
mulai tanggal 1 Juli 1946 Polri menganut sistem Kepolisian Nasional (The Indonesian
National Police). Sistem kepolisian ini dirasa sangat pas dengan Indonesia sebagai negara
kesatuan, karenanya dalam waktu singkat Polri dapat membentuk komando-komandonya
sampai ke tingkat sektor (kecamatan). Dan sistem inilah yang dipakai Polri sampai sekarang.
B. Dasar Hukum Kepolisian
Dasar hukum atau Undang-Undang yang mengatur tetang Kepolisan adalah sebagai
berikut:
 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian;
 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Peraturan
Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;
 Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1974 tentang Tugas Kepolisian.
 PERKAP NOMOR 14 TAHUN 2011, tentang Kode Etik Profesi Kepolisian.

C. Kode Etik Profesi Kepolisian


Etika adalah ilmu pengetahuan tentang perilaku manusia yang terkait dengan norma
dan nilai-nilai atau ukuran baik yang berlaku pada masyarakat. Sedang pengertian kepolisian
pada intinya adalah aparat penegak hukum yang bertanggung jawab atas ketertiban umum,
keselamatan dan keamanan masyarakat. Jadi Etika Kepolisian adalah norma tentang perilaku
polisi untuk dijadikan pedoman dalam mewujudkan pelaksanaan tugas yang baik bagi
penegak hukum, ketertiban umum dan keamanan masyarakat.
Tujuannya adalah berusaha meletakkan Etika Kepolisian secara proposional dalam
kaitannya dengan masyarakat. Kode etik profesi itu merupakan sarana untuk membantu para
pelaksana sebagai seseorang yang professional supaya tidak dapat merusak etika
profesi. Dalam kode etik profesi polisi didalamnya terdapat prinsif-prinsif etika profesi,
prinsif-prinsifnya tertuang dalam pasal-pasal yang mencakup empat prinsif dibawah ini:

1. Prinsif Tanggung Jawab Tanggung jawab adalah salah satu prinsip pokok bagi kaum
profesional.
2. Prinsip Keadilan Prinsip ini termasuk orang yang profesional agar dalam menjalankan
profesionalnya tidak merugikan hak dan kewajiban pihak tertentu khususnya orang-orang
yang dilayaninya. Mereka juga tidak boleh melakukan diskriminasi terhadap siapa pun
termasuk orang yang tidak dapat membayar jasa profesionalnya.
3. Prinsip Otonomi Prinsip ini yang dituntut oleh kalangan profesional terhadap dunia luar
agar mereka diberi kebebasan sepenuhnya dalam menjalankan profesinya
4. Prinsip Integritas Moral Orang yang profesional adalah orang yang mempunyai
integritas pribadi atau moral yang tinggi.

D. Tugas, Fungsi dan Wewenang Polisi

1. Tugas Kepolisian
Menurut G. Gewin (Djoko Prakoso,1987:136) Tugas Polisi adalah sebagai
berikut: “Tugas polisi adalah bagian daripada tugas negara perundang-undangan dan
pelaksanaan untuk menjamin tata tertib ketentraman dan keamanan, menegakkan negara,
menanamkan pegertian, ketaatan dan kepatuhan”.

Pada dasanya, Tugas kepolisian adalah merupakan bagian dari pada Tugas Negara dan
untuk mencapai keseluruhannya tugas itu, maka diadakanlah pembagian tugas agar mudah
dalam pelaksanaan dan juga koordinasi, karena itulah di bentuk organisasi polisi yang
kemudian mempunyai tujuan untuk mengamankan dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat yang berkepentingan, terutama mereka yang melakukan suatu tindak pidana.

Tugas polisi dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan


Pokok Polisi Negara Republik Indonesia, telah ditentukan didalamnya yakni dalam Pasal 1
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1961, (1985 : 2) menyatakan sebagai berikut :
a) Kepolisian Negara Republik Indonesia, selanjutnya disebut Kepolisian Negara ialah alat
negara penegak hukum yang terutama bertugas memelihara keamanan dalam negeri.
b) Kepolisian Negara dalam menjalankan tugasnya selalu menjunjung tinggi hak-hak asasi
rakyat dan hukum negara.
Dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1974 dalam butir 31 butir
(Djoko Prakoso.1987:183) menyebutkan tugas dari kepolisian adalah sebagai berikut :
“Kepolisian Negara Republik Indonesia disingkat Polri bertugas dan bertanggung jawab
untuk melaksanakan : segala usaha dan kegiatan sebagai alat negara dan penegak hukum
terutama dibidang pembinaan keamanan da ketertiban masyarakat, sesuai dengan Undang-
Undang Nomor 13 Tahun 1961 dan Keputusan Presiden Nomor 52 Tahun 1969”.
Untuk melaksanakan tugas dan membina keamanan dan ketertiban masyarakat, Polisi
Republik Indonesia berkewajiban dengan segala usaha pekerjaan dan kegiatan untuk
membina keamanan dan ketertiban masyarakat. Polisi sebagai pengayom masyarakat yang
memberi perlindungan dan pelayanan kepada masyarakat bagi tegaknya ketentuan peraturan
perundang-undangan, tidak terlepas dari suatu aturan yang mengikat untuk melakukan suatu
tindakan dalam pelaksanaan tugasnya yang telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 1961 pada Bab III, bahwa kewajiban dan wewenang kepolisian dalam menjalankan
tugasnya harus bersedia ditempatkan di mana saja dalam Wilayah Negara Republik
Indonesia.
Selanjutnya, lebih jelas mengenai tugas Polisi yang dimaksud diatur dalam Undang-
Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik, sebagaimana tercantum dalam
Pasal 13menyebutkan bahwa tugas pokok Kepolisian Negara Republik Indonesia adalah :
a) Memberikan keamanan dan ketertiban masyarakat;
b) Menegakkan hukum;
c) Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk mendukung tugas pokok tersebut di atas, polisi juga memiliki tugas-tugas tertentu
sebagaimana tercantum dalam Pasal 14 ayat (1) Undang–Undang No. 2 Tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara RepublikIndonesia adalah sebagai berikut :
1) Melaksanakan pengaturan penjagaan, pengawalan, dan patrol terhadap kegiatan masyarakat
dan pemerintah sesuai kebutuhan.
2) Menyelenggarakan segala kegiatan dalam menjamin keamanan, ketertiban dan kelancaran
lalu lintas di jalan.
3) Membina masyarakat untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, kesadaran hukum
masyarakat, serta ketaatan warga masyarakat terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan.
4) Turut serta dalam pembinaan hukum nasional.
5) Memelihara ketertiban dan menjamin keamanan umum : melakukan koordinasi, pengawasan,
dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipildan bentuk-
bentuk pengamanan swakarsa.
6) Melakukan koordinasi, pengawasan, dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus,
penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk-bentuk pengamanan swakarsa.
7) Melakukan penyelidikan terhadap semua tindak pidana sesuai dengan hukum acara pidana
dan peraturan perundang-undangan lainnya.
8) Menyelenggarakan identifikasi kepolisian, kedokteran kepolisian, laboratorium forensik dan
psikologi kepolisian untuk kepentingan tugas kepolisian.
9) Melindungi keselamatan jiwa raga, harta benda, masyarakat dan lingkungan hidup dari
gangguan ketertiban dan / atau bencana termasuk memberikan bantuan dan pertolongan dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia.
10) Melayani kepentingan warga masyarakat untuk sementara sebelum ditangani oleh instansi/
atau pihak berwenang.
11) Memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan kepentingan dalam lingkup tugas
kepolisian.
12) Melaksanakan tugas lain sesuai dengan peraturan perundang undangan.
Apabila diidentifisir, jabaran-jabaran tugas dari Pasal 13 UU Nomor 2 Tahun 2002
dalam bentuk tugas, peran, dan wewenang cukup luas, bahkan melebihi dari 40 (empat puluh)
bagian, belum lagi tugas-tugas khusus seperti terlibat dalam pelaksanaan perdamaian dunia,
kemudian yang diberikan oleh berbagai peraturan perundang-undangan, antara lain
perlindungan saksi sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Teroris dan Undang-
Undang Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Dari tugas-tugas polisi tersebut dapat dikemukakan bahwa pada dasarnya tugas polisi ada
dua yaitu tugas untuk memelihara keamanan, ketertiban, menjamin dan memelihara keselamatan
negara, orang, benda dan masyarakat serta mengusahakan ketaatan warga negara dan masyarakat
terhadap peraturan negara. Tugas ini dikategorikan sebagai tugas preventif dan tugas yang kedua
adalah tugas represif. Tugas ini untuk menindak segala hal yang dapat mengacaukan keamanan
masyarakat, bangsa, dan negara.
2. Fungsi Polisi

Fungsi Polri sebagaimana ditentukan dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun 2002,


merupakan bagian dari pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan, ketertiban
masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada
masyarakat.
Dengan demikian, fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan tidak terlepas
dari tujuan yang telah ditentukan dalam Pembukaan UUD RI 1945, yaitu fungsi melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Fungsi kepolisian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 UU Nomor 2 Tahun 2002
menyangkut fungsi kepolisian dalam dimensi yuridis dan sosiologis.
a. Fungsi kepolisian dalam dimensi yuridis meliputi:
I. Fungsi kepolisian yang bersifat umum, yang dilaksanakan oleh Polri sebagai bagian
dari lembaga pemerintahan.
 Fungsi Kepolisian umum, yaitu merupakan bagian dari administrasi negara,
dengan demikian melekat fungsi-fungsi utama administrasi negara yang meliputi
 fungsi pengaturan, yaitu menyangkut perumusan peraturan perundang-undangan
yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas kepolisian
 fungsi perizina
 fungsi yang berkaitan dengan fungsi pengaturan dalam rangka
penerbitan/pemberian izin, termasuk prosedur dan unit organisasi atau satuan yang
diberi wewenang untuk menerbitkan izin tersebuT
 fungsi pelaksanaan tugas pokok, berdasarkan kewajiban umum kepolisian dan
ketentuan peraturan perundang-undangan tertentu
 fungsi pengelolaan pemilikan negara yang dipercaya kepada Polri yaitu melalui
pengolahan inventaris Polri secara efisien yang berasal dari APBN
 fungsi pengawasan tugas pokok Polri, yaitu untuk mengevaluasi tugas pokoknya
 fungsi penyelesaian perselisihan,
yaitu menyelesaikan perkara-perkara atau persengketaan-persengketaan administrasi yang
bukan kompentensi pengadilan.
II. Fungsi Kepolisian Khusus, yang merupakan tugas administrasi khusus sesuai dengan
undang-undang yang menjadi dasar hukumnya.

b. Fungsi kepolisian dalam dimensi sosiologis,


yaitu berupa rumusan fungsi Kepolisian yang diemban, yang secara swakarsa
dibentuk, tumbuh, dan berkembang dalam tata kehidupan masyarakat.
Sehubungan dengan hal di atas pada pasal 3 ayat 1, pengemban fungsi kepolisian
adalah Kepolisian Negara Republik Indonesia yang dibantu oleh:
a) kepolisian khusus
b) Penyidik pegawai negeri sipil
c) Bentuk-bentuk pengamanan swakarsa
.
3. Wewenang Polisi
Polisi memiliki wewenang secara umum yang diatur dalam Pasal 15 ayat (1) Undang–
Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, yaitu sebagai berikut:
 Menerima laporan dan/atau pengaduan
 Membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat mengganggu
ketertiban umum
 Mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat
 Mengawasi aliran yang dapat menimbulkan perpecahan atau mengancam persatuan
dan kesatuan bangsa
 Mengeluarkan peraturan kepolisian dalam lingkup kewenangan administratif
kepolisian
 Melaksanakan pemeriksaan khusus sebagai bagian dari tindakan kepolisian dalam
rangka pencegahan
 Melakukan tindakan pertama di tempat kejadia
 Mengambil sidik jari dan identitas lainnya serta memotret seseorang
 Mencari keterangan dan barang bukti
 Menyelenggarakan Pusat Informasi Kriminal Nasional
 Mengeluarkan surat izin dan/atau surat keterangan yang diperlukan dalam rangka
pelayanan masyarakat
 Memberikan bantuan pengamanan dalam sidang dan pelaksanaan putusan pengadilan,
kegiatan instansi lain, serta kegiatan masyarakat
 Menerima dan menyimpan barang temuan untuk sementara waktu
Adapun wewenang yang dimiliki kepolisian untuk menyelenggarakan tugas di bidang proses
pidana menurut Pasal 16 Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia adalah :
a. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan.
b. Melarang setiap orang meninggalkan atau memasuki tempat kejadian perkara untuk
kepentingan penyidikan.
c. Membawa dan menghadapkan orang kepada penyidik dalam rangka penyidik
d. Menyuruh berhenti orang yang dicurigai dan menanyakan serta memeriksa tanda
pengenal diri.
e. Melakukan pemeriksaan – pemeriksaan surat.
f. Memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi.
g. Mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan
perkara.
h. Mengadakan penghentian penyidikan.
i. Menyerahkan berkas perkara kepada penuntut umum.
j. Mengajukan permintaan secara langsung kepada pejabat imigrasi yang berwenang di
tempat pemeriksaan imigrasi dalam keadaan mendesak atau mendadak untuk mencegah
atau menangkal orang yang disangka melakukan tindak pidana.
k. Memberi petunjuk dan bantuan penyidikan kepada penyidik pegawai negeri sipil untuk
diserahkan kepada penuntut umum.
l. Mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.
Polri sesuai dengan peraturan perundang-undangan lainnya juga berwenang
 Memberikan izin dan mengawasi kegiatan keramaian umum dan kegiatan masyarakat
lainnya
 Menyelenggarakan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor
 Memberikan surat izin mengemudi kendaraan bermotor
 Menerima pemberitahuan tentang kegiatan politik
 Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan senjata api, bahan peledak,
dan senjata tajam
 Memberikan izin operasional dan melakukan pengawasan terhadap badan usaha di
bidang jasa pengamanan
 Memberikan petunjuk, mendidik, dan melatih aparat kepolisian khusus dan petugas
pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian;
 Melakukan kerja sama dengan kepolisian negara lain dalam menyidik dan
memberantas kejahatan internasional
 Melakukan pengawasan fungsional kepolisian terhadap orang asing yang berada di
wilayah Indonesia dengan koordinasi instansi terkait
 Mewakili pemerintah Republik Indonesia dalam organisasi kepolisian internasional
 Melaksnakan kewenangan lain yang termasuk dalam lingkup tugas kepolisian

E. Tantangan-Tantangan dalam Profesi Polisi

Tantangan atau Hambatan yang Mempengaruhi Pelayanan Kepolisian


Misi Kepolisian sebagaimana tertuang dalam Undang undang diatas dimana atara lain
mencakup: pelayanan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakkan hukum,
perlindungan, pengayoman dan pelayanan masyarakat, maka bentuk-bentuk pelayanan yang
diberikan oleh Kepolisian kedepan harus dapat bekualitas (service quality) sebagaimana
pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat. Service quality bukan hanya pelayanan jasa
yang sesuai spesifikasi internal saja, akan tetapi spesifikasi yang digunakan harus mengacu
kepada spesifikasi masyarakat. Bila spesifikasi pelayanan yang diharapkan masyarakat
kurang tepat, maka Kepolisian perlu melakukan pendidikan masyarakat tentang bentuk ideal
dari Kualitas Pelayanan Kepolisian sebagaimana spesifikasi bentuk pelayanan Kepolisian
yang telah ditetapkan oleh Undang-Undang.
Namun demikian, Sebagai sebuah sub-sistem yang tidak berdiri sendiri dalam sistem
besar ketatanegaraan Indonesia, Kepolisian dihadapkan pada kondisi kekinian yang patut
dipertimbangkan sebagai faktor penentu keberhasilan pelayanan. Adapun beberapa faktor
yang bisa diidentifikasi antara lain adalah menyangkut adanya berbagai tantangan dan
perubahan yang berkembang baik secara regional maupun global, termasuk dampak otonomi
daerah sebagai implikasi dari perubahan dan Peran Kepolisian sebagai institusi sipil yang
patut dikedepankan dalam mengelola pemolisian sebagai bagian dari standar universal yang
bisa diterima oleh masyarakat.
Berbagai perubahan dialami masyarakat di dunia ini, bahkan perubahan itu makin hari
terasa makin cepat berjalan dengan arah yang tidak terduga-duga. Perubahan itu meliputi
berbagai hal, dari yang kasat mata sampai pada yang tak tampak tapi terasa. Seperti
perubahan ekspekatasi masyarakat atas citarasa pelayanan Kepolisian dan perubahan aspirasi
masyarakat lainnya. Perubahan yang terjadi itu mengharuskan berubahnya pula cara
Kepolisian memandang dan membangun hubungan dengan komunitas. Hal tersebut
disebabkan semakin berkembangnya aspirasi masyarakat yang menginginkan pola hubungan
yang demokratis dimana hal tersebut berkonskwensi pada keinginan masyarakat untuk
menjadikan Kepolisian sebagai lembaga Negara yang bekerja secara transparan dan
akuntabel.

Akselerasi Transformasi Fungsi Kepolisian Sebagai Institusi Sipil Melalui


Pemberdayaan Pemolisian Masyarakat
Dalam perkembangannya, penerapan Pemolisian Masyarakat dalam kegiatan
kepolisian mengalami banyak hambatan, terutama timbul dari sebagian kecil internal
lembaga Polisi sendiri yang masih belum bulat hati menerapkannya atau masih belum jelas
bagaimana penerapannya. Permasalahan diatas muncul karena berbagai sebab, diantaranya
adanya warisan model birokrasi kepolisian yang masih bersifat semi otokratis sehingga
menciptakan budaya organisasi yang tertutup, sehingga Polisi masih cenderung ragu-ragu
bekerjasama dengan masyarakat dalam menjalankan tugasnya (meskipun percepatan proses
keterbukaan Kepolisian saat ini dinilai termasuk yang paling cepat bila dibandingkan dengan
organisasi pemerintahan lain di Indonesia).
Permaslahan lain yang juga menjadi tantangan dalam menerapkan Pemolisian
Masyarakat secara optimal berkaitan dengan model organisasi kepolisian yang “Top Down”,
dimana pelaksanaan tugas kepolisian banyak dipengaruhi oleh adanya komando dari atas,
sedangkan disisi lain, kinerja Pemolisian Masyarakat hanya berhasil manakala partispasi dari
bawah dapat terakomodir dengan baik. Oleh karenanya banyak muncul kesan bahwa polisi
bekerja tidak fleksibel (takut salah), sehinggap apabila tidak dikendalikan oleh atasannya,
maka Polisi cenderung menghindar melakukan pekerjaannya.
Fungsi Polisi sangat berbeda dengan fungsi militer, dimana Polisi selalu berada
ditengah-tengah masyarakat dalam rangka memelihara keamanan dan ketertiban bagi
kehidupan masyarakat, sedangkan militer berfungsi membela dan mempertahankan Negara
serta keutuhannya. Dalam hal ini militer terlihat lebih banyak berkaitan dengan Negara lain,
ataupun kekuatan kelompok riil yang mengancam kelangsungan hidup suatu Negara.
Pada kenyataannya, meskipun Polisi lebih banyak berurusan dengan permasalahan
keamanan dalam negeri yaitu menyangkut penegakkan hukum dan mengatasi berbagai
permasalahan keamanan dan ketertiban yang muncul ditengah-tengah masyarakat, namun
para anggota Polisi dituntut untuk memiliki disiplin dan garis komando yang jelas dalam
kehidupan organisasinya (semi militeristik). Disisi lain, kehidupan internal organisasi yang
semi militeristik itu harus berhadapan dengan gaya pemolisian sipil secara universal yang
selalu mengacu kepada nilai-nilai dan harkat martabat kemanusiaan, manakala berhadapan
dengan masyarakat (kondisi eksternal organsasi
Polisi sebagai penegak hukum akan sangat rentan terhadap pengaruh-pengaruh dari
orang lain yang meyimpang dari tugas dan tanggung jawabnya. Seperti halnya dalam bentuk
penyuapan yang sengaja dilakukan oknum tertentu untuk menutupi kesalahannya dalam
melakukan pelanggaran pidana.
Polisi memang rawan menyalahgunakan kekuatan kepolisianya (police power),
melanggar kode etik profesinya sampai pada melanggar hak asasi manusia. Polri dituntut agar
dalam menjalankan tugas dan profesinya terutama dalam penegakan hukum harus sesuai
dengan kepastian hukum serta keadilan bagi masyarakat. Bagaimana sikap dan perilaku
anggota Polri harus mencerminkan karakter polri yang sesungguhnya sesuai dengan Tribrata
oleh karena itu dibutuhkan Etika Kepolisian.
Kesimpulannya bahwa tantangan terbesar bagi seorang polisi sebagai penegak hukum
adalah pada godaan atau hasutan oleh pihak tertentu untuk mempengaruhi moralitas polisi
sehingga menerima suap atau dalam bentuk pelanggaran lainnya. Hal ini kaitannya dengan
prinsip-prinsip dalam kode etik Kepolisian yaitu prinsip tanggung jawab dan prinsip
integritas moral.
Berbicara etika, maka akan berkaitan erat dengan tata berkelakuan dalam
menjalankan sebuah profesi. Hal ini tidak terlepas dari bentuk kedisiplinan yang dimiliki oleh
masing-masing individu. Kedisiplinan yang dimaksud adalah yang tertanam dalam moral tiap
individu. Bukan moral yang serta merta berhubungan dengan sifat religius tetapi moral yang
berdasar pada sikap bertanggung jawab. Bentuk tanggung jawab ini terbentuk secara lahiriah
bukan batiniah.
Disamping itu tantangan profesi kepolisian yang lainnya adalah keberadaannya yang
masih dianggap oleh sebagian masyarakat sebagai penegak hukum yang sifatnya antagonis.
Sementara polisi diperhadapkan dengan tugasnya untuk mengayomi masyarakat, untuk selalu
bersikap sabar, patuh dan bisa diajak komunikasi maka sosok lembut yang ditampilkan.
Namun, disatu sisi polisi juga harus memiliki sikap tegas dan bertanggung jawab. Dalam
menghadapi pembangkangan/serangan polisi diberi dispensasi tentang penggunaan cara
paksaan, kekerasan dan bahkan penggunaan senjata api tetapi dalam batas batas yang
diperbolehkan hukum. Akan tetapi, sebagian masyarakat lebih gampang untuk menangkap
konteks kekerasannya tanpa memperhatikan titik permasalahannya.
F. Solusi dalam Mengatasi Tantangan dalam Profesi Kepolisian
Untuk mengatasi tantangan yang mempengaruhi pelayanan kepolisian maka faktor-
faktor kunci keberhasilan yang bisa dikembangkan tersebut, antara lain adalah:

a. Interactive marketing
mengacu kepada kemampuan berinteraksi dengan publik dalam cara yang konsisten,
dan berorientasi untuk memuaskan kebutuhan masyarakat dalam memecahkan masalah
hukum atau ketertiban. Meskipun demikian, disadari bahwa membangun perilaku seragam
dengan mutu standar minimal dan berorientasi pada kebutuhan masyarakat bukanlah hal
yang mudah.

b. Internal Marketing
mengacu kepada pembudayaan sevice quality dari inisiatif pimpinan Kepolisian dalam
segala level untuk memotivasi, melatih, dan berharap agar tiap anggota Kepolisian berlaku
sebagaimana budaya service quality yang telah dibangun tersebut. Dalam konteks ini,
institusi Kepolisian yang ada diberbagai belahan dunia lain yang berhasil sudah
membuktikan bahwa keberhasilan mereka erat kaitannya dengan adanya suatu program
pelatihan yang ketat terhadap anggota dan manajemen organisasi. Oleh karena itu, hal
tersebut berlaku pula bagi Kepolisian dimana sistem pelatihan yang penuh disiplin dan
mengacu pada pencapaian kepercayaan masyarakat harus ada dalam tubuh Kepolisian, dalam
hal ini dimensi dari responsive, tuntas dan ketulusan (responsiveness, assurance, and
emphaty) yang muncul dari pelayanan Kepolisian akan dapat ditingkatkan.

c. Eksternal marketing
mengacu kepada penyediaan pelayanan sesuai spesifikasi yang diharapkan oleh masyarakat
(segi delivery service). Eksternal marketing inilah yang berkait erat dengan implementasi
Community Policing oleh Kepolisian dalam rangka meningkatkan kepercayaan masyarakat.
Polisi dalam menjalankan semua tugasnya harus lebih mementingkan pelayanan, yang
mengutamakan dialog persuasif, nilai keadilan serta hak asasi manusia. Bilapun harus
melakukan tindakan represif, maka Polisi meskipun diperbolehkan untuk melakukannya,
tetap harus menjadikan tindakan ini sebagai pilihan terkemudian, jauh setelah berbagai
tindakan pendahuluan yang bersifat persuasif dan dialogis dilaksanakan.
Dalam rangka melaksanakan gaya persuasif dan dialogis inilah, maka kelembagaan
Polisi perlu lebih terbuka dalam berinteraksi dengan masyarakat. Keterbukaan dalam
berinteraksi ini menjadikan kepolisian sebagai lembaga yang inklusif dalam melakukan
berbagai kerjasama dengan pihak-pihak terkait menyangkut pengelolaan keamanan. Dengan
demikian menjadi jelas bahwa semakin banyak polisi berbaur dengan masyarakat, maka akan
semakin mudah baginya dalam menjalankan tugas.
Polisi juga harus lebih sering melakukan pendekatan kepada masayarakat seperti
melakukan penyuluhan atau melaksanakan kegiatan-kegiatan social sehingga mengurangi
anggapan sebagian masyarakat bahwa polisi adalah penegak hukum yang antagoni
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepolisian adalah hal ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi.Kepolisian
bertujuan untuk mewujudkan keamanan dalam negeri yang meliputi terpeliharanya keamanan
dan ketertiban masyarakat, tertib dan tegaknya hukum, terselenggaranya perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakatserta terbinanya ketenteraman masyarakat
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia.
Fungsi kepolisian sebagai salah satu fungsi pemerintahan tidak terlepas dari tujuan yang
telah ditentukan dalam Pembukaan UUD RI 1945, yaitu fungsi melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, dan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Sebagai implikasi dari kesemua hal diatas, maka Polisi dalam menjalankan semua
tugasnya harus lebih mementingkan pelayanan, yang mengutamakan dialog persuasif, nilai
keadilan serta hak asasi manusia. Bilapun harus melakukan tindakan represif, maka Polisi
meskipun diperbolehkan untuk melakukannya, tetap harus menjadikan tindakan ini sebagai
pilihan terkemudian, jauh setelah berbagai tindakan pendahuluan yang bersifat persuasif dan
dialogis dilaksanakan.

B. Saran
Implikasi dari UU Nomor 2 Tahun 2002 tentang Polri terhadap fungsi tugas kepolisian
tidak sebaik yang terdapat dalam berbagai rumusan yang terdapat dalam substansi Undang-
Undang tersebut. Oleh sebab itu, sebagai polisi hendaknya lebih meningkatkan pelayanannya
terhadap masyarakat dan menjujung tinggi rasa tanggung jawab terhadap tugas dan
kewajibannya tersebut sehingga masyarakat juga tidak selalu cenderung memberikan
penilaian buruk terhadap kinerja kepolisian. Sebagai masyarakat juga harus menyadari akan
beratnya dan tanggung jawab polisi. Bahwa penegakan keadilan juga tidak akan bisa berdiri
sendiri melainkan butuh kerjasama yang baik antara penegak hukum seperti polisi dan
masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

C, Gronroos “A service quality Model and Its Marketing Implication”, European Journal of
Marketting, 1984, Kajian Grand Strategi Kepolisian Menuju 2025, Lembaga Penyeldikan
Ekonomi dan Masyarakat, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,hal 119. 2004
Chairuddin Ismail, Polisi Sipil dan Paradigma Polri, Jakarta, P.T. Merlyn Press,
Cet.Pertama, 2009
Kunarto, Etika Kepolisian, Cipta manunggal,Jakarta, 1997
Leonard L. Berry, David R Bennet dan Carter W Brown, Service Quality; A Profit Strategy
for Financial Institution, Home Wood (Illionis), Dow Jones Irwin, 1988
Blog: Aini Maisi. Kode Etik Profesi Polisi. Http://kode-etik-profesi-polisi.htm, dipostkan: 31
maret 2014, diakses 19/05/2016, 05.00 p.m

Anda mungkin juga menyukai