Anda di halaman 1dari 9

Jurnal ADHUM Vol. VII No.

1, Januari 2017 1

LITERASI MEDIA DI KALANGAN MAHASISWA DI KOTA BOGOR

Oleh:
Qoute Nuraini C *)

ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari semakin banyaknya pengguna media sosial dari waktu ke waktu. Media sosial memungkinkan
masyarakat terhubung satu sama lainnya dalam sebuah jejaring di media siber. Pada tahap ini informasi dapat dengan
cepat tersebar luas. Tingkat kepercayaan terhadap informasi juga lebih tinggi. Penyampaian informasi melalui orang lain
secara langsung atau yang biasa disebut dengan word of mouth seringkali memiliki dampak yang cukup kuat bagi
lingkungan di sekitarnya. Facebook merupakan salah satu bentuk media sosial yang paling banyak diakses pengguna
internet di Indonesia. Pengguna Facebook merupakan individu yang terterpa informasi sekaligus penghasil informasi.
Terpaan informasi kepada individu pengguna Facebook cukup tinggi, termasuk terpaan dari media massa yang saat ini
bentuknya sudah tertransformasi ke dalam bentuk yang beragam. Pengetahuan mengenai Literasi Media merupakan
salah cara untuk menyaring informasi yang masuk baik dari media massa maupun dari berbagai sumber lain. Informasi
yang didapatkan dari media massa tidak selamanya merupakan realitas yang terjadi di dalam masyarakat. Media massa
seringkali memiliki agenda lain yang tersembunyi secara halus yang ditujukan kepada khalayaknya. Literasi media bisa
memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi khalayak agar bisa lebih baik lagi di dalam menyaring informasi.
Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan metode penelitian survey. Populasi
penelitian adalah mahasiswa pengguna Facebook di Kota/Kab.Bogor sebanyak 51.267. Pengambilan sample dengan cara
simple random sampling. Responden yang didapatkan sebanyak 100 orang. Teknik pengumpulan data memakai cara
wawancara, pengamatan dan paling utama adalah membagikan kuesioner. Penelitian ini menjelaskan tingkat
kemampuan literasi media pada responden yang terbagi ke dalam level basic, medium, advanced. Analisis data
menggunakan tabel frekuensi distribusi dan diubah ke dalam bentuk prosentase setelah penghitungan skor. Peubah yang
diamati dalam penelitian ini adalah framework individual competence pada masing-masing responden. Model yang
digunakan dalam penelitian ini Individual Competence terdiri dari technical skill (use), critical understanding dan
communicative abilities. dengan mengetahui tingkat pengetahuan literasi media akan memudahkan pada upaya
penyebaran pendidikan atau penyuluhan tentang literasi media khususnya di Kota/Kab.Bogor. Hasil penelitian ini
menyatakan bahwa mahasiswa memiliki level pemahaman literasi media di tingkat atau level medium.

Kata Kunci: Literasi Media, Individual Competence

LATAR BELAKANG informasi dan komunikasi. Media juga bisa


Media saat ini telah menjadi bagian dalam mewadahi dan menciptakan peluang-peluang
setiap kehidupan masyarakat. Kehadiran media pekerjaan yang berhubungan dengan media itu
tidak bisa terelakan lagi di dalam aspek kehidupan. sendiri. Namun selalu ada dua sisi mata uang
Hampir setiap orang selalu bersentuhan dengan apabila berbicara mengenai media, selalu ada nilai
media. Baik itu media massa cetak, elektronik, positif dan negatif, misalnya budaya
maupun digital. Media telah masuk ke dalam konsumerisme yang secara tidak langsung, media
sendi-sendi kehidupan bermasyarakat. Kehidupan memberikan peranan untuk membuat seseorang
ekonomi, sosial budaya, psikologis serta hal lain menjadi juga bisa dikatakan sebagai pengaruh
dari masyarakat bisa terpengaruh dengan mudah media.
oleh media. Di bidang perekonomian misalnya, Perkembangan media massa serta
media, khususnya melalui periklanan bisa pemanfaatannya sangat berkembang pesat. Media
meningkatkan nilai perekonomian bagi pelaku berkembang seiring zaman berlalu. Everret M.
ekonomi yang mengiklankan produknya. Dengan Rogers mengatakan perkembangan media massa
semakin meningkatnya penjualan sebuah produk, di bagi ke dalam empat era, yaitu era komunikasi
menjadikan proses produksi sebuah produk lisan, era komunikasi tertulis, era komunikasi
menjadi meningkat, hal ini tentunya akan elektronik dan era komunikasi interaktif. Saat ini
membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. kita sedang berada di era interaktif, era atau masa
Dengan demikian secara tidak langsung akan komunikasi interaktif merupakan saat dimana
memberikan peluang kerja bagi masyarakat yang internet muncul. Dengan adanya internet ini
bekerja untuk membuat produk tersebut. Melalui kehidupan manusia banyak berubah. Melalui
dukungan media, pertumbuhan perekonomian internet, akses informasi dan komunikasi menjadi
menjadi semakin maju, terlebih lagi dengan tidak terbatas. Internet memberikan banyak
adanya perkembangan pada sisi teknologi kemudahan bagi masyarakat yang memiliki akses
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 2

kepada internet itu sendiri, banyak fasilitas yang Atas keadaan dimana pilihan
terdapat di internet dan orang-orang informasi sangat banyak beragam lantas
memanfaatkannya untuk berbagai keperluan, baik bagaimana dengan sikap khalayak, apakah
hanya untuk sekedar media berkomunikasi, sebaiknya menerima begitu saja informasi yang
mendapatkan informasi maupun untuk disediakan media atau memilih informasi mana
melakukan e-commerce atau perdagangan melalui yang akan lebih diperhatikan ataukan anda tidak
internet dan lainnya. akan memperdulikan informasi tersebut. Bagi
Para pakar komunikasi menyebutkan khalayak yang miliki pengetahuan tentang media
bahwa saat ini juga kita tengah berada di era mungkin tidak akan menjadi masalah apabila
saturasi media apabila dilihat dari sisi ketersediaan diterpa dengan informasi yang banyak. Namun
informasi, atau era jenuh media atau era dimana bagi orang awam dengan pengetahuan mengenai
keberadaan informasi sangat banyak, atau dalam media mungkin tidak akan mustahil apabila orang
kalimat lain kita tengah mengalami banjir atau khalayak tersebut akan menelan langsung apa
informasi atau flood of information. Siapa saja pada yang disuguhkan media.
saat sekarang ini sepertinya tidak bisa terlepas dari Fenomena yang saat ini banyak
paparan media, sekalipun dia ingin terjadi adalah hoax atau informasi yang sudah
menghindarinya. Meskipun seseorang berusaha tersebut tetapi masih diragukan kebenaran
untuk menghidari media, akan tetapi informasinya, seringkali orang mempercayai
lingkungannya belum tentu, ini yang akan agak dengan mudah berita yang tidak benar seperti
sulit untuk tidak bersentuhan dengan media. hoax tersebut kemudian menyebarkannya. Atau
Karena ketersediaan informasi yang banyak maka contoh lain seperti budaya korea yang tengah
informasi yang masuk ke dalam pikiran khalayak menjamur di kalangan masyarakat kita yang
juga semaikin banyak. Informasi yang masuk tidak akibatnya berpengaruh kepada kehidupan sehari-
semuanya harus diterima. Karena pikiran manusia hari seperti cara berpakaian, cara berpenampilan,
juga tidak akan menerima semua informasi yang hingga makanan Korea menjadi dikenal di
masuk. Apabila semua informasi dari suatu media Indonesia. Budaya Korea mulai muncul di
dilihat atau dibaca, maka akan memerlukan waktu Indonesia sejak penayangan drama korea di
yang sangat lama untuk membaca keseluruhan isi sebuah televisi swasta di Indonesia. Sejak saat itu
media tersebut. Mungkin akan diperlukan waktu drama korea menjadi diminati masyarakat banyak,
bertahun-tahun hanya untuk membaca atau masyarakat menjadi menyukai budaya korea
melihat keseluruhan isi media massa. bahkan meniru gaya berpenampilan atau meniru
Informasi yang masuk ke dalam gaya hidup orang korea yang terwakilkan melalui
alam pikiran seseorang menjadi sangat kaya tayangan drama korea tersebut. Media berdampak
dengan ketersediaan informasi yang ada. Baik besar bagi kehidupan masyarakat luas, dampaknya
secara langsung maupun dengan tidak disadari, bisa positif atau negatif tergantung apa yang
setiap detik seorang individu yang memiliki akses disampaikan media tersebut kepada masyarakat.
yang bagus terhadap media mendapatkan Contoh lain misalnya konsep cantik yang
informasi dalam jumlah yang banyak. Dalam dicitrakan di dalam iklan, misalnya perempuan
keadaan sekarang ini media massa membuat yang cantik itu harus berkulit putih, berbadan
bahkan mengendalikan informasi, khalayak proporsional dan berambut panjang misalnya.
sebagai penikmat konten media yang disajikan Apabila pesan iklan tersebut terus diulang,
oleh media massa yang ada. Namun demikian, masyarakat menjadi terbiasa dan semakin lama
khalayak tidak berada di dalam posisi yang lemah semakin setuju dengan konsep cantik yang
yang hanya begitu saja menerima informasi. digambarkan di dalam iklan.
Khalayak saat ini bisa memilih informasi mana Masyarakat bisa juga dengan mudah
yang dia inginkan. Namun, meskipun saat ini tergiring dengan isu mengenai suatu hal yang
khalayak diberikan kebebasan mencari informasi dibicarakan di media, misalnya yang sangat terlihat
yang dibutuhkan,namun tetap saja informasi yang adalah isu politik atau isu yang terkait dengan
masuk lebih banyak dan bisa datang dari berbagai salah seorang tokoh masyarakat yang bisa
penjuru. menimbulkan demo besar-besaran di seputaran
monument nasional tahun 2016 lalu. Masyarakat
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 3

Indonesia saat ini sepertinya bisa dengan mudah baku. Alat-alat adalah keterampilan kita, berarti
tersulut oleh media dengan pemberitaannya, kita sadar akan pesan dan berinteraksi dengan
terlebih kalau pemberitaannya terkait hal yang mereka secara sadar (potter dalam Warnick; 11)
sangat mendasar dan sensitive bagi masyarakat itu Keberadaan literasi media sangat
sendiri. Khalayak media di Indonesia sangat dibutuhkan untuk membuat khalayak media
mudah digiring dan dialihkan perhatiannya oleh menjadi lebih cerdas lagi di dalam menerima
media massa, mungkin apabila dikaitkan dengan informasi di tengah era saturasi media ini. Dengan
teori komunikasi yang sudah lama ada yaitu Teori literasi media masyarakat diharapkan bisa lebih
Agenda Setting masih berlaku di Indonesia. bijak di dalam menerima informasi serta lebih
Padahal dengan ketersediaan informasi yang bijak di dalam menyebarkan informasi yang dia
banyak orang bisa memilih media yang dia sukai, dapat, serta lebih jauh lagi masyarakat diharapkan
dengan fenomena seperti itu teori tersebut bisa memiliki kemampuan untuk memproduksi
seharusnya sudah kurang relevan, tetapi informasi yang layak dan bermanfaat.
kenyataanya masih terjadi, media massa bisa
memengaruhi khalayaknya dengan agenda media TINJAUAN PUSTAKA
yang bisa dengan mudah mengubah pola pikir European Commission (2009)
masyarakat. Media massa disadari atau tidak akan mendefinisikan media literacy is the competence to cope,
memiliki agendanya tersendiri, terkadang autonomously and critically, with the communication and
terselubung atau bisa dilihat sacara terang media environment established within and as a consequence
berderang. Masyarakat atau khalayak media yang of the information society. The European commission
cerdas akan dengan mudah melihat hal semacam proposes a definition in which two fundamental dimensions
itu. Tetapi mungkin hanya baru beberapa persen can be clearly distinguished (a). Individual competence
dari masyarakat saja yang sudah mengerti, (defined as technical use, critical understanding and social
sebagian lain belum terlalu peduli dengan hal skill), (b). Environmental Factors (defined as media
tersebut. availability, media education, policies and regulation and
Literasi media merupakan salah satu cara other stakeholder roles, i.e. media industry and civil
untuk membuat masyarakat cerdas dalam society). Media literacy is the ability to access, analyze and
menghadapi terpaan media massa dan salah satu evaluate the power of images, sounds and messages which
cara bagi masyarakat untuk menyaring informasi we are how confronted with on a daily basic and are an
yang masuk. Literasi terdiri dari dua kata yaitu important part of our contemporary culture, as well as to
literasi dan media. Literate dalam bahasa Inggris communicate competently in media available on a personal
berarti able to read and write. Sedangka literation basis. Media literacy relates to all media, including
berarti the representation of sound or words by letters. television and film, radio and recorded music, print media,
Secara sederhana literasi adalah kemampuan the internet and other new digital communication
seseorang untuk membaca dan menulis. technologies. The aim of media literacy is to increase
Sedangkan media itu sendiri merujuk kepada awareness of the many forms of media messages encountered
media massa. Namun pengertian literasi media in our everyday lives. It should help citizens recognize how
tidak bisa disederhanakan seperti yang disebutkan the media filter their perceptions and beliefs, shape popular
di atas. Literasi media lebih kepada kemampuan culture and influenze personal choices. It should empower
seseorang untuk mengerti media secara lebih them with critical thinking and creative problem solving
mendalam lagi. Literasi media adalah kemampuan skills to make them judicious consumers and producers of
untuk mengakses, menganalisis, mengevaluasi dan information. Media education is part of the basic
mengirimkan pesan dalam format cetak dan non entitlement of evey citizen, in every country in the world, to
cetak (televisi, video, film, iklan dan internet) yang freedom of expression and the right to information and it is
menyajikan berbagai hal. Definisi lainnya, literasi instrumental in building and sustaining democracy.1
media merupakan seperangkat perspektif aktif
yang kita gunakan untuk membuka diri kepada 1

media, untuk menafsirkan makna pesan yang kita (cf.http://cc.europa.eu/avpolicy/media_literacy/i


hadapi. Kita bangun perspektif kita dari struktur ndex_en.htm (Consulted 2nd May 2009. In
pengetahuan. Untuk membangun struktur study assessment criteria for media literacy
pengetahuan tersebut, kita perlu alat dan bahan levels.brussel
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 4

Media literacy is the set of perspective from which we Populasi dalam penelitian ini adalah
expose ourselves to the media and interpret the meaning of mahasiswa dari beberapa universitas di Kota dan
the messages encounter. We build our perspective from Kabupaten Bogor yang menggunakan Facebook.
knowledge structures. The knowledge structures form the Menurut data dari
platforms on which we stand to view the multifaceted http://forlap.dikti.go.id/perguruantinggi, jumlah
phenomenon of the media; their business, their content, and populasi keseluruhan mahasiswa dari kelima
their effects on individuals and institutions. The more Universitas tersebut sebanyak 51.267
knowledge structures we have, the more of the media mahasiswa/i. Pengambilan sample dengan cara
phenomenon we can ‘see’. The more develop our knowledge simple random sampling dimana pengambilan
structures, the more context we will hav to help us sampel tersebar di tempat populasi berada.
understand what we see. The more people use these Penarikan sample menggunakan rumus Slovin
knowledge structures in midndful exposures, the more they yang didapatkan jumlah sampel sebanyak 100
will be able to use media exposures to meet their own goals orang mahasiswa pengguna Facebook di
and the more they will be able ti avoid high risks for Kota/Kabupaten Bogor.
negative effects. Thus, they will be more media literate. Peneliti ingin mengetahui sejauh mana
(Potter;58) tingkat literasi media di kalangan pengguna media
Media literacy is defined by most policymakers social facebook, dimana pemahaman tentang
and academics as the ability to “access, analyse, literasi media diperlukan pada masa dimana arus
and evaluate media” in multiple forms and informasi yang tidak bisa dibatasi. Tahap kedua,
“communicate competently” within these forms peneliti melakukan telaah dan kajian pustaka dari
(CEC, 2007a & 2007b; Livingstone, et al., 2005; sumber-sumber buku, jurnal, jurnal online, dan
O‟Neill & Hagen, 2009). As demonstrated by lainnya. Tahapan selanjutnya adalah menentukan
recent news events, a critical approach to tujuan penelitian, dimana tujuan penelitian ini
messages constructed by the media is essential for adalah untuk mengetahui tingkat literasi media di
an informed citizenry. Traditionally, education, kalangan pengguna media social facebook, bila
training and lifelong learning policies have been telah didapatkan data dari hasil penelitian akan
perceived as critical to developing media literacy. dipakai sebagai acuan untuk memulai pelatihan
Therefore, any future interventions in this area mengenai media literasi. Pengumpulan data
must take into account that media messages are diambil melalui kuesioner yang dibagikan kepada
constructed, have a purpose, may be affected by 100 responden mahasiswa pengguna facebook di
potential biases, and are subject to regulatory Kota/kab. Bogor. Analisis dan intepretasi data
issues that potentially affect access and use dilakukan dengan cara memasukan hasil penelitian
(Martens, 2010; Ofcom, 2008 ke dalam table frekuensi. Kemudian dianalisis
level atau tingkat literasi media berdasarkan nilai
METODE PENELITIAN standar dari European Comission, yaitu level
Penelitian ini menggunakan pendekatan basic, medium dan advanced. Setelah
kuantitatif deskriptif dengan metode penelitian dikelompokkan kemudian dipresentasekan
survey kuantitatif deskripstif dengan melakukan sehingga diketahui tingkat literasi media di
penelitian survey. Penelitian survey adalah kalangan pengguna facebook di Kota/kab. Bogor
penelitian yang tidak melakukan perubahan (tidak Lokasi penelitian dilakukan di beberapa
ada perlakuan khusus) terhadap variable-variabel Universtas yang berada di Kota/Kab Bogor
yang diteliti. (Siregar, 2013:5). Di dalam penelitian (Universitas Pakuan, Universitas Ibnu Khaldun,
survey, peneliti mendeskripsikan secara kuantitatif IPB, Univ. Djuanda).
(angka-angka) kecenderungan kecenderungan Model yang digunakan dalam penelitian
perilaku, atau opini-opini dari suatu populasi adalah model Literacy Media dari European
dengan meneliti sampel populasi tersebut. Dari Commission. Dimensi-dimensi dalam media
sampel ini, peneliti melakukan generalisasi atau literasi teridentifikasikan sebagai kompetensi
membuat klaim-klaim tentang populasi tersebut. individual, yaitu seseorang, kapasitas individu
(Creswell, 2012; 216). yang terhubung dengan beberapa kemampuan
tertentu (akses, analisis,komunikasi). Kompetensi
ditemukan di dalam kapasitas luas yang
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 5

meningkatkan level keperdulian, analisis kritis understanding adalah kemampuan


adan kapasitas kreatif untuk memecahkan memahami konten dan fungsi media,
persoalan, dan factor lingkungan (sebuah set memiliki pengetahuan tentang media dan
faktor-faktor kontekstual yang memengaruhi regulasi media, perilaku pengguna dalam
individu dan menghubungkan ke pendidikan menggukana media.
media dengan hak penduduk). Dimensi-dimensi 3. Communicative Abilities, merupakan
ini dipisahkan lagi melalui kriteria-kriteria seperti kemampuan untuk bersosialisasi dan
Individual competence yang terdiri dari use, berpartisipasi melalui media serta
critical understanding dan communicative memproduksi konten media.
abilities, serta faktor-faktor Enviromental Populasi dalam penelitian ini adalah
termasuk di dalamnya adalah media policy, media mahasiswa dari beberapa universitas besar di Kota
education,media industry dan aksi-aksi masyarakat dan Kabupaten Bogor, jumlah mahasiswa
sipil. tersebut sebanyak 51.267 mahasiswa/i.
Pengambilan sample dengan cara simple random
sampling dimana pengambilan sampel tersebar di
tempat populasi berada. Penarikan sample
menggunakan rumus Slovin yang didapatkan
jumlah sampel sebanyak 100 orang mahasiswa
pengguna Facebook di Kota/Kabupaten Bogor.
Rumus Slovin:
n= N
1 + N (e)²
n = ukuran sampel N = ukuran populasi e =
persen kelonggaran ketidaktelitian karena
kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat
ditolerir atau diinginkan, misalnya 10%.
n = _____ 51267 _____ n = 100
100 1 + 51267 (0.1)²
Teknik pengumpulan data pada
penelitian ini adalah dengan cara wawancara
(kepada responden sebelum melakukan survey
Gambar 1: struktur media literacy assessment untuk mengetahui apakah responden tersebut
criteria (European Comission, 2009; merupakan pengguna facebook atau bukan),
Sumber: European Comission, 2009 selain itu teknik pengumpulan data juga
mempergunakan observasi atau pengamatan
Pada penelitian ini, yang digunakan untuk langsung terhadap kondisi lingkungan objek
menilai tingkat literasi media hanyalah pada penelitian), teknik lain dan yang paling utama
tingkat kompetensi individu saja. Tingkat dalam penelitian ini adalah dengan membagikan
kompetensi individu terdiri dari tiga kategori kuesioner mengenai tingkat literasi media pada
yaitu: mahasiswa pengguna facebook. Pada penelitian
1. Technical Skills¸ yaitu kemampuan untuk ini, peneliti menggunakan tabel analisis frekuensi
mengakses dan mengoperasikan media. yang membantu untuk mengetahui bagaimana
Technical skills ini mencakup beberapa disribusi frekuensi dari data penelitian.
criteria, yaitu: kemampuan menggunakan
computer dan internet, kemampuan PEMBAHASAN
menggunakan media secara aktif, Literasi media terdiri dari dua fondasi
kemampuan menggunakan internet yang yaitu pengetahuan dan informasi, tanpa ada dua
tinggi. hal tersebut orang menjadi tidak memiliki bahan
2. Critical Understanding, yaitu kemampuan baku awal untuk menjadi terliterasi. Hal
untuk menganalisis dan mengevaluasi konten paling awal yang diperlukan oleh khalayak adalah
media secara komprehensif. Kriteria critical akses terhadap media itu sendiri. Dari hasil
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 6

penelitian penulis pada responden 100 mahasiswa tempat pertukaran ide dan informasi, media social
yang berusia 16 tahun hingga 25 tahun di Kota pun demikian, menjadi tempat pertukaran ide dan
dan Kabupaten Bogor menunjukkan bahwa 54% informasi. Informasi yang datang bisa dari
dari responden menonton TV setiap hari, 29% perorangan, kelompok atau dari media massa
menonton televisi seminggu satu kali, sisanya resmi. Karena merupakan tempat bertukarnya
jarang menonton atau tidak tahu. Responden yang informasi, maka terkadang konten yang berada di
mengakses internet melalui handphone sebanyak media sosial dijadikan sumber rujukan atau
93 % dari total keseluruhan. sumber informasi bagi sebagian media untuk
Dari data penulis tahun 2016 mengenai dijadikan berita.
penggunaan media massa menunjukkan bahwa Peran media sosial cukup berpengaruh di
internet merupakan media yang paling sering dalam kehidupan sehari-hari, karena media ini
diakses, responden yang menggunakan internet bisa menyampaikan informasi apa pun, baik dari
melalui handphone sebanyak 93 %. Media televisi informasi dan atau berita yang objektif hingga ke
menempati urutan kedua setelah internet, pendapat personal, baik informasi dan atau berita
sebanyak 54% responden menonton televisi yang dapat dipercaya dan sebaliknya. Media social
setiap hari, sisanya adalah buku dan video games. merupakan sebuah bentuk fasilitas yang ada di
Namun responden yang membaca surat kabar dan internet. Bentuk lainnya adalah website dan
mendengarkan radio sangat kecil presentasenya, bentuk lainnya yang juga bisa menyediakan
50 % responden tidak pernah membaca surat berbagai macam pilihan informasi. Dengan
kabar cetak dan 48 % responden tidak pernah banyaknya infromasi yang tersedia, dapat
mendengarkan radio. dipastikan pula akan berhubungan dengan
Akses khalayak ke media sangatlah aktif, perolehan informasi untuk khalayak yang cukup
terbukti dari hasil yang didapatkan terutama ke banyak. Khalayak bisa mendapatkan informasi
media internet hampir semua responden yang beragam. Khalayak yang terterpa informasi
mengakses internet setiap hari. Namun yang banyak bukan tidak mungkin kehidupannya
penggunaan informasi yang aktif ini apabila tidak akan terpengaruh oleh konten media.
dibarengi dengan kemampuan memahami media Kekuaatan media massa seperti yang
akan berakibat yang kurang baik. Dengan dijelaskan di atas bisa memengaruhi kehidupan
karekteristik media internet yang belum bisa masyakarakat penonton atau khalayak media
terlihat polanya dan agak sukar diprediksi serta massa. Khalayak yang kurang bisa memilih dan
dengan akses ke internet tinggi, memungkinkan memilih berita atau informasi bisa dengan mudah
pertemuan di akses informasi yang tinggi pula. terbawa opini atau inforamasi yang diberikan
Dalam kasus di atas repsondennya adalah media massa. Salah satu cara mengatasi hal ini
mahasiswa di kota bogor, dan sebanyak 93% adalah dengan memiliki kemampuan literasi media
terakses internet dan mendapatkan semua di dalam diri setiap individu yang terterpa media
informasi sebagian besar dari internet. Di dalam massa.
internet informasi yang bisa didapatkan beragam, Literasi media bisa melindungi khalayak
namun sebagian besar mereka mengakses media dari tujuan-tujuan tertentu dari media massa.
Media sosial merupakan perangkat micro Karena menurut Considine dalam Iriantara (2009;
blogging atau blog mikro yang kini banyak 21) media bisa melakukan konstruksi pesan,
bentuknya, seperti facebook, twitter, instagram, path, pesan-pesan media mengandung nilai-nilai dan
dan lainnya. Media social juga dengan teknologi di ideologi-ideologi, Media mempresentasikan
dalamnya memungkinkan setiap orang bisa realitas yang terkonstruksi, khalayak
terkoneksi dengan orang lain, dan apabila semakin menegosiasikan makna menurut mereka sendiri,
besar menjadi jejaring sosial. Orang yang pesan-pesan media memiliki konsekuesi-
mengakses media social sangat banyak dan setiap konsekuensi social dan politik, konstruksi media
orang dapat dengan bebas menyuarakan pendapat memiliki tujuan-tujuan komersial, setiap medium
atau pemikirannya di dalam media ini. Setiap memiliki bentuk estetika yang unik.
orang bisa memperoleh atau memproduksi Media mempresentasikan realitas yang
informasi secara bebas. Karena fenomena seperti terkonstruksi oleh media itu sendiri, seringkali
itu maka seperti media lainnya yang merupakan ideology media, ekonomi media, factor politik,
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 7

dan factor lainnya berpengaruh terhadap


informasi yang disampaikan khhalayak. Untuk
menghindari hal tersebut khalayak harus memiliki
kemampuan literasi media. Kemampuan Literasi
media tidak didapat begitu saja, melainkan harus
dipelajari. Ada dua proses untuk mengkonstruksi
literasi media. Proses pertama adalah proses Sumber: European Commission, 2009.
membangun struktur pengetahuan yang kuat
untuk menjadi terliterasi. Proses kedua adalah Keterangan:
berlaku sesuai dengan cara literasi media pada saat Basic: Kemampuan dalam mengoperasikan media
pemaparan pesan media. Kita memerlukan tidak terlalu tinggi, kemampuan dalam
informasi dan keahlian untuk menjadi seorang menganalisa konten media tidak terlalu baik, dan
yang terliterasi. Informasi sebagai baku dalam kemampuan berkomunikasi lewat media terbatas.
struktur pengetahuan dan kelahlian sebagai Medium: kemampuan mengoperasikan media
perangkatnya. Kemampuan pertama adalah cukup tinggi, kemampuan menganalisa dan
kemampuan untuk menganalisis, mengevaluasi, mengevaluasi konten media cukup bagus, aktif
mengelompokan, menginduksikan, dalam memproduksi konten media dan
mendeduksikan, mensistesiskan dan berpartisipasi secara social
mengabstraksikan (media atau pesan media). Advanced: kemampuan mengoperasikan media
Kemampuan kedua adalah kemampuan untuk sangat tinggi, memiliki pengetahuan yang tinggi
memproduksi (media atau konten media), seperti sehingga mampu menganalisa konten media
menulis, fotografi, acting, directing, editing, sound secara mendalam, serta mampu berkomunikasi
recording, dll. Kemampuan memproduksi media secara aktif melalui media.
atu isi media tergantung pada kemampuan yang
pertama yaitu kemampuan untuk memproduksi Tingkat pengukuran literasi media pada
media/isi media. mahasiswa/I di Kota dan Kabupaten Bogor pada
Kemampuan menganalisis, mengevaluasi, tingkat use skills berada pada level medium, pada
mengelompokkan, menginduksikan, critical understanding berada pada level medium dan
mendeduksikan, mensintesiskan dan pada communicative abilities berada pada level
mengabstarksi pesan media adalah kemampuan medium. Hal ini berarti kemampuan
awal yang diperlukan seseorang untuk memahami mengoperasikan media cukup tinggi, kemampuan
media. Setelah seseorang memahami proses menganalisa dan mengevaluasi konten media
tersebut barulah seseorang bisa memproduksi cukup bagus, aktif dalam memproduksi konten
konten media maupun media itu sendiri. Khalayak media dan berpartisipasi secara sosial.
atau orang yang telah memiliki kemampuan Dari hasil penelitian yang didapatkan,
tersebut akan memiliki pijakan atau dasar yang kemampuan responden secara keseluruhan berada
kuat di dalam menghadapi terpaan informasi. pada level menengah. Penulis menggunakan
Apabila khalayak tidak memiliki proses yang model dari European Commission yang
bertahap maka kemampuan literasi media pun menyatakan bahwa tingkat kemampuan literasi
tidak akan terlalu kuat atau bagus. media terdiri factor lingkungan dan factor
Hal ini terjadi kepada sebagian individu.faktor lingkungan terdiri dari media
masyakarat Indonesia, khususnya di kota bogor. availability dan media literacy context yang terdiri dai
Penulis mengamati atau meneliti tingkat literasi media education, media literacy policy, civil society dan
media atau kemampuan literasi media kepada media Industry. Factor lingkungan atau environmental
seratus orang mahasiswa yang berada di kota Factors ini lebih kepada factor di luar pribadi
bogor. Dari hasil analisis yang didapatkan di seseorang. Lebih kepada pembahasan yang lebih
lapangan kemudian bisa didapatkan penghitungan luas, seperti bisa melibatkan pemerintah mengenai
skor. kebijakan literasi media, system pedidikan yang di
dalamnya apakah melibatkan literasi media atau
Berikut tabel tingkat kemampuan literasi media tidak, dan organisasi lain di luar pemerintahhan
yang peduli terhadap literasi media.Factor
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 8

individu terdiri factor personal dan social. Faktor Menjadi hal yang kurang baik apabila
personal merupakan kemampuan dasar yang dalam penggunaan media lebih banyak media
dimiliki individu mengenai pengetahuan tentang internet, sedangkan tingkat kepercayaannya lebih
media dari mulai cara penggunaan media hingga sedikit. Lebih jauh daripada itu, tingkat
ke daya kritis individu terhadap media. Factor pengetahuan mahasiswa mengenai hukum atau
personal merupaakn factor penting atau bisa juga regulasi yang ada di internet rendah. Sebagian
dijadikan perangkat di dalam literasi media. besar dari mereka tidak mengetahui Undang-
Apabila kemampuan seseorang sudah baik di level undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU
personal maka dia akan memiliki kemampuan ITE No.18 Tahun 2008) secara detail (sebelum
yanag cukup untuk menyuarakan pendapatnya UU ITE direvisi pada 2016). Mereka bisa
kepada masyarakat dalam bentuk karya, atau membedakan pesan iklan yang dibuat tidak
menjalin relasi social dan ikut berpartisipasi di menyerupai iklan.
dalam masyarakat. Berdasarkan kemampuan menciptakan isi
Para mahasiswa di Kota Bogor memiliki (content creation), responden memiliki tingkat
kemampuan menggunakan media (use skills) pada kemampuan menciptakan konten di level
level medium atau menengah, artiya pada medium. Hal ini menjelaskan bahwa para
penggunaaan media mereka telah memiliki mahasiswa telah mampu membuat karya di dalam
kemampuan yang cukup mumpuni dalam media, sebagian besar mahasiswa mahir
memakai media massa atau menggunakan menciptakan konten yang berupa video, atau
perangkat media massa. Media massa yang paling konten musik atau mengunggah postingan
banyak digunakan adalah internet baik melalui pendapat di media sosial. Membuat konten media
mobile phone maupun perangkat lainnya. Media termasuk ke dalam wilayah sosial, bukan lagi
yang paling sering mereka gunakan setiap hari personal, meskipun masih berada pada tatanan
selain internet adalah televisi, kemudian buku dan kompetensi individual. Berdasarkan model literasi
video games. Surat kabar tercetak dan radio sudah media dari European Commission yang
hampir ditinggalkan dan jarang digunakan. Dalam berbentuk piramida, membuat konten merupakan
mempergunakan internet lebih kepada level yang paling tinggi di dalam literasi media
penggunaan email, website, dan jejaring sosial, selain dengan berpartisipasi di masyarakat serta
sedikit yang menggunakan email dan sms banking. membina relasi social.
Para responden ini dalam kemampuan Berdasarkan piramida dari model
memanfaatkan media hanya pada sebatas European commission, secara ideal konsep yang
pengguna saja, mereka belum mampu untuk kuat apabila dasarnya juga kuat, seperti halnya
membuat produk di internet, seperi website, piramida yang bagian bawah temapk lebih lebar
responden belum mampu membangun atau daripada bagian puncak. Kemampuan literasi yeng
membuat website, belum mengerti bahasa kuat karena bagian dasarnya juga kuat. Namun
pemrograman serta mereka juga pasif terhadap apabila bagian bawahnya tidak kuat berbarti
pencegahan spam atau hacker dasarnya belum terlalu kuat. Sama halnya dengan
Tingkat kemampuan literasi media apa yang terjadi di Indonesia, meskipun pada
mahasiswa di kota bogor pada tingkat bagian critical understanding berada pada level
kemampuan kritis (critical understanding) berada medium, namun hal-hal yang penting dan krusial
pada level menengah juga. Meskipun penggunaan yaitu mengenai regulasi di media belum terlalu
internet mendominasi, namun tingkat dipahami oleh khalayak. Mereka baru memahami
kepercayaan pada informasi yang dimuat di media secara kritis dari kontennya saja, seperti
online lebih rendah daripada informasi pada kepentingan atau keberpihakan media, para
media massa tercetak. Meskipun mereka jarang responden sudah bisa mengamatinya, mereka juga
membaca surat kabar cetak, namun tingkat sudah bisa membedakan konten atau isi media
kepercayaan pada surat kabar ini paling tinggi, yang layak disiarkan atau tidak, juga bisa
diikuti dengan tingkat kepercaaan khalayak membedakan pesan iklan yang terselubung.
terhadap informasi yang disampaikan melalui Tidak seperti di sebagian besar Negara
media online, radio, baru televisi. Eropa atau Negara lain yang sudah memberikan
perhatian terhadap literasi media, di Indonesia
Jurnal ADHUM Vol. VII No. 1, Januari 2017 9

sendiri elemen dasar penopang liteasi media tidak memiliki pengetahuan dan kemampuan yang
sepertinya belum cukup kuat, lembaga penggiat cukup untuk menjadi terliterasi, sedangkan akses
literasi media masih bisa dihitung dengan tangan, mereka terhadap media tinggi, termasuk akses ke
perhatian dari pemerintah pun tidak terlalu internet terutama media social cukup tinggi. Atas
banyak. Karena hal tersebut wajar saja apabila hal ini penulis memakai istilah euphoria teknologi
tingkat literasi media di kalangan mahasiswa di yang terjadi di masyarakat Indonesia, karena
Kota Bogor termasuk ke dalam level medium. Di kemampuan mengakses bahkan membuat konten
kalangan mahasiswa saja yang notabene sebagai media sudah ada atau sudah bisa dilakukan
kaum terpelajar masih berada pada level medium, sedangkan pengetahuan mengenai media sendiri
bagaimana halnya dengan masyarakat umum yang belum terlalu kuat.

*) Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pakuan, Bogor

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, John, W. 2012. Research Design, Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif dan Mixed. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar
KPI. 2012. Meretas Jalan Sosialisasi Literasi Media di Indonesia. Jakarta: KPI Pusat Bidang Kelembagaan.
Nasrullah, Rulli. 2014. Teori dan Riset Media Siber (Cybermedia). Jakarta; Prenadamedia Kencana
Potter, James. 2013. Media Literacy. California: Sage Publication.Inc
Rogers, Everett, M. 1986. Communication Technology. New York; Free Press
Siregar, Sofyan. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media Grup
Warnick, Barbara. 2002. Critical Literacy in a Digital Era. London; Lawrence Erlbaum Associates.
Sumber Online:
European Commission. 2009. In study assessment criteria for media literacy levels.
cf.http://cc.europa.eu/avpolicy/media_literacy/index_en.htm. Diakses pada 23/10/2016
Nestanto, Reska, K. 2014. Facebook ungkap jumlah penggunanya di Indonesia. tekno.kompas.com. Diakses
pada 23/03/2015.

Anda mungkin juga menyukai