NAMA ANGGOTA :
D3 SEMESTER 4
TANGERANG
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Swt, atas limpahan serta
hidayahnya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Sejarah Perkembangan Hadits” dengan harapan dapat dimanfaatkan oleh semua
jurusan di perguruan tinggi, sebagai bahan diskusi pada tatap muka perkuliahan.
Shalawat serta salam semoga Allah SWT selalu mencurahkan kepada baginda
Nabi besar kita, pemimpin yang arif, penunutun jalan kebenaran, yaitu Nabi
Muhammad SAW. Dan kita selaku umatnya selalu mengharapkan syafa’atnya di
yaumul qiyamat nanti. Amin.
Diakhir kata kami sangat berharap sekali kepada seluruh yang membaca
makalah yang kami sajikan untuk selalu memberikan motivasi untuk kepada kami,
sehingga kami mengharapkan kritik dan saran dari kalian. Terutama untuk dosen
pengampu kami dan para kerabat dekat kami.
Jikalau penyusun benar itu merupakan sebuah hidayah yang datang dari Allah
SWT, dan jikalau penyusun banyak kesalahan itu merupakan suatu kewajaran dalam
diri manusia. Karena manusia merupakan tempat kesalahan dan dosa, maka saya
meminta maaf yang sebesar-besarnya.
Penyusun menyadari akan keterbatasan makalah ini, dan dalam keterbatasan ini
penulis mohon maaf. Penyusun berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Umumnya bagi pembaca, dan khususnya bagi penyusun sendiri.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................17
3.2 Saran....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................18
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada masa Nabi SAW, kepandaian baca tulis di kalangan para sahabat
sudah bermunculan, hanya saja terbatas sekali. Karena kecakapan baca tulis
di kalangan sahabat masih kurang, Nabi menekankan untuk menghapal,
memahami, memelihara, mematerikan, dan memantapkan hadist dalam
amalan sehari-hari, serta mentabligkannya kepada orang lain.
2
2. Periode Kedua: Perkembangan Hadis pada Masa Khulafa' Ar-
Rasyidin (11 H-40 H)
Pada masa Khalifah Abu Bakar dan Umar, periwayatan hadis tersebar
secara terbatas. Penulisan hadis pun masih terbatas dan belum dilakukan
secara resmi. Bahkan, pada masa itu, Umar melarang para sahabat untuk
memperbanyak meriwayatkan hadis,dan sebaliknya, Umar menekankan
agar para sahabat mengerahkan perhatiannya untuk menyebarluaskan Al-
Quran. Dalam praktiknya, ada dua sahabat yang meriwayatkan hadis, yakni:
a) Dengan lafazh asli, yakni menurut lafazh yang mereka terima dari
Nabi SAW yang mereka hapal benar lafazh dari Nabi.
Para sahabat kecil dan tabiin yang ingin mengetahui hadis-hadis Nabi
SAW diharuskan berangkat ke seluruh pelosok wilayah Daulah Islamiyah
untuk menanyakan hadis kepada sahabat-sahabat besar yang sudah tersebar
di wilayah tersebut. Dengan demikiari, pada masa ini, di samping
tersebarnya periwayatan hadis ke pelosok-pelosok daerah Jazirah Arab,
perlawatan untuk mencari hadis pun menjadi ramai.
3
Karena meningkatnya periwayatan hadis, muncullah bendaharawan
dan lembaga-lembaga (Centrum Perkembangan) hadis di berbagai daerah di
seluruh negeri.
a. Madinah,
b. Mekah,
c. Bashrah,
d. Syam,
e. Mesir,
Pada periode ketiga ini mulai muncul usaha pemalsuan oleh orang-
orang yang tidak bertanggung jawab. Hal ini terjadi setelah wafatnya Ali r.a.
Pada masa ini, umat Islam mulai terpecah-pecah menjadi beberapa
golongan: Pertama, golongan ‘Ali Ibn Abi Thalib, yang kemudian
dinamakan golongan Syi'ah. Kedua, golongan khawarij, yang menentang
‘Ali, dan golongan Mu'awiyah, dan ketiga; golongan jumhur (golongan
pemerintah pada masa itu).
4
Masa pembukuan secara resmi dimulai pada awal abad II H, yakni
pada masa pemerintahan Khalifah Umar Ibn Abdul Azis tahun 101 H,
Sebagai khalifah, Umar Ibn Aziz sadar bahwa para perawi yang
menghimpun hadis dalam hapalannya semakin banyak yang meninggal.
Beliau khawatir apabila tidak membukukandan mengumpulkan dalam
buku-buku hadis dari para perawinya, ada kemungkinan hadis-hadis tersebut
akan lenyap dari permukaan bumi bersamaan dengan kepergian para
penghapalnya ke alam barzakh.
5
a. Pengumpul pertama di kota Mekah, Ibnu Juraij (80-150 H)
Semua ulama yang membukukan hadis ini terdiri dari ahli-ahli pada
abad kedua Hijriah.
7
Para ulama pada mulanya menerima hadist dari para rawi lalu menulis
ke dalam kitabnya, tanpa mengadakan syarat-syarat menerimanya dan tidak
memerhatikan sahih-tidaknya. Namun, setelah terjadinya pemalsuan hadis
dan adanya upaya dari orang-orang zindiq untuk rpengacaukan hadis, para
ulama pun melakukan hal-hal berikut.
8
3. Muhammad Ibn Jarir Ath- Thabari
6. Ahmad.
7. Al-Bukhari
8. Muslim
9. An-Nasa'i
11. At-Tirmidzi
Periode keenam ini dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu
pada masa `Abasiyyah angkatan kedua. Periode ini dinamakan Ashru At-
Tahdib wa At-Tartibi wa Al-Istidraqi wa Al-jami'.[18]
Ulama-ulama hadis yang muncul pada abad ke-2 dan ke-3, digelari
Mutaqaddimin, yang mengumpulkan hadis dengan semata-mata berpegang
pada usaha sendiridan pemeriksaan sendiri, dengan menemui para
penghapalnya yang tersebar di setiap pelosok dan penjuru negara Arab,
Parsi, dan lain-lainnya.
9
Pada periode ini muncul kitab-kitab sahih yang tidak terdapat dalam kitab
sahih pada abad ketiga. Kitab-kitab itu antara lain:
12
Pada abad pertama Hijriah, yakni masa Rasulullah SAW., Khulafaar
Rasyidin,dan sebagian besar masa Bani Umayyah hingga akhir abad
pertama Hijrah, hadis-hadis itu berpindah-pindahdan disampaikan dari
mulut ke mulut. Masing-masing perawi pada waktu itu meriwayatkan
hadis berdasarkan kekuatan hapalannya. Hapalan mereka terkenal kuat
sehingga mampu mengeluarkan kembali hadis-hadis yang pernah direkam
dalam ingatannya. Ide penghimpunan hadis Nabi secara tertulis untuk
pertama kalinya dikemukakan oleh Khalifah Umar bin Khaththab (w. 23
H/644 M). Namun, ide tersebut tidak dilaksanakan oleh Umar karena
khawatir bila umat Islam terganggu perhatiannya dalam mempelajari Al-
Quran.
Umar bin Abdul Azis menulis surat kepada Abu Bakar bin Hazm,
yaitu, "Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul lalu
tulislah karena aku takut akan lenyap ilmu disebabkan meninggalnya
ulama, dan jangan diterima selain hadis Rasul SAW., dan hercdaklah
disebarluaskan ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu supaya orzng yang
13
tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya, maka sesungguhnya ilmu itu
dirahasiakan."
Dari mereka itu, kita kenal Kutubus Sittah (kitab-kitab) enam, yaitu
Sahih Al-Bukhari, Sahih Muslim, Sunan An-Nasal, dan At-Tirmizi. Tidak
sedikit pada masa berikutnya dari para ulama yang menaruh perhatian
besar pada Kutubus Sittah tersebut beserta kitab Muwatha' dengan cara
mensyarahinya dan memberi catatan kaki, meringkas atau meneliti sanad
dan matan-matannya (Shiddiqiey, 2001).
2. Penulisan Hadis
Para penulis sejarah Rasul, ulama hadis, dan umat Islam sependapat
bahwa Al-Quran Al-Karim telah memperoleh perhatian yang penuh dari
15
Rasul dan para sahabatnya. Rasul mengharapkan para sahabat untuk
menghapalkan Al-Quran dan menuliskannya di tempat-tempat tertentu,
seperti keping-keping tulang, pelepah kurma, batu, dan sebagainya.
16
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadis sejak masa
timbulnya/lahirnya di zaman Nabi SAW meneliti dan membina hadis, serta segala
hal yang memengaruhi hadis tersebut. Para ulama Muhaditsin membagi sejarah
hadis dalam beberapa periode. Adapun para`ulama penulis sejarah hadis berbeda-
beda dalam membagi periode sejarah hadis. Ada yan membagi dalam tiga
periode, lima periode, dan tujuh periode. M. Hasbi Asy-Shidieqy membagi
perkembangan hadis menjadi tujuh periode, sejak periode Nabi SAW hingga
sekarang.
3.2 Saran
Dalam kesempatan ini kami memberikan saran kepada pembaca apabila terdapat
kesalahan dalam pembuatan makalah ini baik penulisan atau susunan kata, kami
harapkan agar pembaca dapat memakluminya karena kami masih dalam tahap
pembelajaran. Kritik dan saran akan kami terima dengan lapang dada.
17
DAFTAR PUSTAKA
Aglayanah, Al-Makki, Metode Pengajaran Hadits: Pada Tiga Abad Pertama, terj.
Amir Hamzah Fachruddin. Jakarta : Granada Nadia. 1995
Al-Baghdadi, Abd. Al- Qahir. Al-Farq baina Al-Firaq. Editor M.S. Kailani. Beirut :
Dar Al-Ma’arifah. 1983
Al-Hadi, Abu Muhammad Al-Mahdi Ibn Abd Al-Qadir. tt. Thariqu Takhriq Hadits
Rasulullah ‘Alaihi Wasallam. Darul Ikhtisam.
18