Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN

DINAS KESEHATAN
UPTD UNIT PUSKESMAS GOMBONG I
Jalan Yos Sudarso Timur No. 110 Gombong Telp. (0287) 471002 Kode Pos 54416

PEDOMAN PENGELOLAAN TUBERKULOSIS

1. PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh
Mycobacterium tuberkulosis. Pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB
baru dan 3 juta kematian akibat TB diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB
dan 98% kematian akibat TB didunia, terjadi pada negara negara berkembang.
Demikian juga, kematian wanita akibat TB lebih banyak dari pada kematian
karena kehamilan , persalinan dan nifas. Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok
usia yang paling produktif secara ekonomis ( 15 - 50 ). Diperbkirakan seorang
pasien TB dewasa, akan kehilangan rata rata waktu kerja 3 sampai 4 bulan. Hal
tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar
20% - 30%. Jika pasien meninggal dunia akibat TB, maka akan kehilangan
pendapatannya sekitar 1lainnya 5 tahun. Selain merugikan secara ekonomis , TB
juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan dikucilkan
oleh masyarakat.

b. Tujuan
Tujuan dari penyusunan pedoman ini agar puskesmas mempunyai suatu pedoman
yang baku untuk penanganan kasus TB sehingga menurunkan angka kesakitan
TB, angka kematian TB dan memutus rantai penularan di daerah binaan
Puskesmas Abc.

c. Manfaat
Manfaat dari pengelolan TB merupakan memutus mata rantai dan mencegah
terjadinya kekebalan ganda terhadap obat atau Multi Drugs Resistance ( MDR )
TB di masyarakat wilayah Caturtunggal terutama untuk kegiatan edukasi kepada
masyarakat.

2. SDM
a. Tabel sumber daya manusia
No Jabatan Jumlah
1 Kepala UPT Puskesmas 1 orang
2 Kepala Sub Bag Tata Usaha 1 orang
3 Dokter umum 3 orang

1
4 Dokter gigi 2 orang
5 Bidan 4 orang
6 Perawat 6 orang
7 Perawat gigi 2 orang
8 Sanitarian 2 orang
9 Nutrisionis 2 orang
10 Analis Laboratorium 2 orang
11 Asisten Apoteker 1 orang

a. Alur pelayanan
Pada prinsipnya alur pelayanan TB di puskesmas disusun untuk
mempermudah dan menjaga privasi supaya terjaga layanan yang diberikan
kepada pasien

 Pasien Umum dg rekamedis di


Pasien datang
Pendaftaran
 Pasien khusus langsung ke
klinik TB

 Pasien Umum terdiagnosa oleh


dokter
 Pasien rawat jalan/rujukan  Penegakkan diagnosis oleh
 Monitoring
laboratorium
 Rongent

Landasan Hukum
- Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu8n 1984 Nomor 20, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3273);
- Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan ( lembran Negara
Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437);
- Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Prakti Kedokteran (lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
- Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4437) sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
- Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomkor 126, Tambahan Lembaranan Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);

2
- Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah
Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor
b49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
- Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3637);
- Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daearah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 8737);
- Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/MENKES/SK/V/2009 tentang Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis
( TB )
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 203/MENKES/SK/III/999 tentang
Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis;
- Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/MenKes/SK/II/2004 tentang Sistem
Kesehatan Nasional;
- Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1575/MenKes/Per/XI/2005 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1295/Menkes/Per/XII/2007;

3. RUANG LINGKUP
Pemantauan dan hasil pengobatan TB
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan
dengan pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis, pemeriksaan dahak
secara mikroskopis lebih baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis
dalam memantau kemajuan pengobatan. Laju Endap Darah (LED) tidak
digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena tidak spesipik untuk
TB. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan spesimen
sebanyak dua kali ( sewaktu dan pagi ). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif
bila ke dua spesimen tersebut negatif.
Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang
dahak tersebut dinyatakan positif.

Hasil Pengobatan Pasien TB BTA positif


Sembuh.
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap dan pemeriksaan
ulang dahak ( Follow-up ) hasilnya negatif pada akhir pengobatan (AP) dan
minimal satu pemeriksaan follow-up sebelum nya negatif.
Pengobatan Lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap tetapi
tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal.
Meninggal

3
Adalah pasien yang meninggal dalam masa pengobatan karena sebab apapun.
Pindah Tempat
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB 03 yang lain
dan hasil pengobatannya tidak diketahui.
Default ( Putus Berobat )
Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut turut atau lebih sebelum
masa pengobatannya selesai.
Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

4. PENGENDALIAN DOKUMEN
Pengendalian dokumen penting milik pasien sangat dijaga kerahasiaannya dan
ditempatkan di suatu ruangan yang tidak bisa dibaca selain TIM TB. Dokumen tersebut
antara lain:
a. Biodata lengkap pasien TB
b. Laporan hasil lab pasien
c. Foto

5. SARANA DAN PRASARANA


Sarana dan prasarana penanggulangan tuberkulosiss terdiri dari dua bagian besar yaitu
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) dan non OAT

Obat Anti Tuberkulosis ( OAT )


Pogram menyediakan npaket OAT dewasa dan anak, untuk paket OAT dewasa terdapat
dua macam jenis dan kemasan yaitu :
- OAT dalam bentuk obat kombinasi dosis tetap ( KDT ) atau Fixed Dose
Combination (FDG) terdiri dari paket kategori 1, kategori 2 dan sisipan yang
dikemas dalam bliser, dan tiap bliser berisi 28 tablet.
- OAT dalam bentuk kombipak terdiri dari paket kategori 1, kategori 2, dan
sisipan , yang dikemas dalamn bliser untuk satu dosis, kombhipak ini
disediakan khusus untuk mengatasi efek samping KDT.
Non OAT
Alat Laboratorium terdiri dari :
- Mikroskop, slide box, pot sputum, kaca sediaan, rak pewarna dan pengering,
lampu spiritus, ose, botol plastik bercorong pipet, kertas pembersih lensa
mikroskop, kertas saring, dan lain-lain.
- Bahan diagnostik terdiri dari :
Reagensia Ziehl Neelsen, eter alkohol, minyak imersi, lysol, tuberkulin PPD
RT 23 dan lain-lain.

6. PERKEMBANGAN CAKUPAN/KEGIATAN
1) Program Penemuan Pasien TB
Kegiatan penemuan pasien terdiri dari penjaringan suspek, diagnosis, penemuan
klasifikasi penyakit dan tipe pasien.
Penemuan pasien merupakan langkah pertama dalam kegiatan program
penanggulangan TB. Penemuan dan penyembuhan pasien TB menular, secara
bermakna akan dapat menurunkan kesakitan dan kematian akibat TB, penularan TB di

4
masyarakat dan sekaligus merupakan kegiatan pencegahan penularan TB yang paling
efektif di masyarakat.

2) Program Strategi Penemuan


- Penemuan pasien TB dilakukan secara pasif dengan promosi aktif, Penjaringan
tersangka pasien dilakukan di unit pelayanan kesehatan, didukung dengan
penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun masyarakat,
untuk meningkatkan cakupan penemuan tersangka pasien TB.
- Pemeriksaan terhadap kontak pasien TB, terutama mereka yang BTA positif
dan pada keluarga anak yang menderita TB yang menjukkan gejala sama,
harus diperiksa dahaknya.
- Penemuan secara aktif dari rumah ke rumah, dianggap tidak cost efektif.

7. INDIKATOR KINERJA
a. Indikator Input
Indikator input meliputi pengeluaran dana baik oleh mitra nasional maupun mitra
internasional, pengembangan kebijakan TB serta status implementasi kebijakan
tersebut, dan penguatan kelembagaan yang mencakup kelembagaan

b. Indikator Process

Pengobatan TB bertujuan untuk menyembuhkan pasien, mencegah kematian,


mencegah kekambuhan, memutuskan mata rantai penularan dan mencegah
terjadinya resistensi kuman terhadap OAT.

C.Indikator Output
Penangulangan TB merupakan serangkaian kegiatan yang meliputi perencanaan ,
pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
Target tahunan indicator cakupan program disajikan lebih rinci pada lampiran.
Indikator ini penting untuk dinilai secara berkala untuk melihat adanya
perkembangan program di lapangan.

d. Indikator Outcome
Indikator outcome untuk melihat sejauh mana hasil pelaksanaan program telah
dapat merubah pasien berisiko menjadi pasien aman, baik perilaku pencegahan
maupun perilaku pengobatan. Indikator ini penting untuk menilai perkembangan
efektifitas program (effectiveness).

e. Indikator Impact
Indikator impact digunakan untuk melihat dampak epidemi dan program TB.

5
Uraian lebih rinci mengenai indikator kinerja program penanggulangan TB, yang
meliputi nama indikator, frekuensi pengumpulan data, metode pengukuran dan
institusi penanggung jawab untuk setiap indikator
8. Mekanisme Monitoring dan Evaluasi
Pemantauan kemajuan hasil pengobatan pada orang dewasa dilaksanakan dengan
pemeriksaan ulang dahak secara mikroskopis, pemeriksaan dahak secara mikroskopis lebih
baik dibandingkan dengan pemeriksaan radiologis dalam memantau kemajuan pengobatan.
Laju Endap Darah (LED) tidak digunakan untuk memantau kemajuan pengobatan karena
tidak spesipik untuk TB. Untuk memantau kemajuan pengobatan dilakukan pemeriksaan
spesimen sebanyak dua kali ( sewaktu dan pagi ). Hasil pemeriksaan dinyatakan negatif bila
ke dua spesimen tersebut negatif.
Bila salah satu spesimen positif atau keduanya positif, hasil pemeriksaan ulang dahak
tersebut dinyatakan positif.

BAB VII
KESELAMATAN PASIEN
1. Identitas pasien
- Identitas pasien yang berkunjung ke Puskesmas wajib dilindungi dan diberikan rasa
nyaman dari berbagai macam gangguan sehingga identitasnya kita rahasiakan.
- Alur layanan menggunakan alur khusus tanpa mengikuti alur pasien umum, tetapi
menggunakan jalur khusus, setelah itu administrasi mengikuti
- Semua petugas kita sosialisasikan bahwa pasien TB perlu ditangani dengan benar
dan kita menghilangkan stigma bahwa TB harus dijauhi

2. Kerahasiaan rekam medis penderita TB


- Rekam medis diantar dan diambil oleh Petugas Puskesmas tanpa melalui pasien
TB baik dari satu unit ke unit yang lain
- Bagi rekam medis yang meskipun sudah diretensi, kita masih menyimpan
sementara di rak retensi selama 5 tahun dan terkunci
- Kepada semua petugas Puskesmas yang menemukan rekam medis yang tertinggal
di poli dan hari itu tidak mungkin dikembalikan ke penyimpan rekmed maka wajib
untuk menyimpan secara baik, dan pagi harinya diserahkan ke penanggungjawab
rekam medis

6
7

Anda mungkin juga menyukai