Anda di halaman 1dari 27

PANDUAN TRANSFER PASIEN INTERNAT

STUIIY

RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015
RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jl. KH. Ahmad Dahlan No.20 Yogyakarta 55122
Telp. (027a) 512653 Far. (0274) 566129, IGD : (0274) 370262, E+nail : pkujogja@yahoo.co.id
UNIT ll : Jl. Wates Km. 5.5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294
Telp. (0274) 6499704, Fax: (0274) 6499727 IGD : (027a) 6499118 E'mail : pkujogja@yahoo.co.id

,;atYltAtA.
SURAT KEPUTUS$I DIREKTT'R UTAMA
RS PKU MUHAMMADTYAH YOGYAKARTA
Nomor | 4lb4 /SK.3.2/VV2015

Tentang :

PANDUAN TRANSFER PASIEN INTERNAL


RS PKU MT]IIAMMADTYAH YOGYAKARTA

Direktur Utama RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Menimbang a. Bahwa Rumah Sakit mempunyai kewajiban memberi pelayanan kesehatan


yang aman ,bermutu, anti diskrimasi dan efektif mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan Rumah Sakit ;
b. Bahwa Rumah Sakit membuat, melaksanakan, dan menjaga mutu panduan
transfer pasien internal RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
c. Bahwa Rumah Sakit wajib men)rusun panduan transfer pasien internal RS
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

Mengingat Surat Keputusan PP Muhammadiyah Nomor : 23311(EP/l.0lD/2013 tanggal 9


Shafar 1435 H/12 Desember 2013 tentang penetapan Direktur Utama dan
Direktur Bidang RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta masa jabatan 2ol3 -
2017.

Memperhatikan 1. UU RI Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan


2. UU RI Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. UU RI Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 143S/IvlenKeslPerllX/2}l0 tentang
standar pelayanan kedokteran.
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor ll65.A/MenKes/SI()u2004
Tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit

MEMUTUSKAN
Menetapkan SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA TENTANG PANDUAN
TRANSFER PASIEN TNTERNAL RUMAH SAKIT PKU
MUHAMMADryAH YOGYAKARTA

Pertama Panduan transfer pasien interna RS PKU Muhammadiyah yogyakarta


sebagaimana terlampir bersama surat keputusan ini.

Cepat - fuLutu - Nlaman - Nngan - Iskmt


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
Jl. KH. Ahmad Dahlan No. 20 Yogyakarta 55122
Telp. (0274) 512653 Fax. (0274) 566129, IGD : (027a) 370262, E-mail : pkujogja@yahoo.co.id
UNIT ll : Jl. Wates Km.5.5 Gamping, Sleman, Yogyakarta 55294
Telp. (0274) 6499704, Fax: (0274) 6499727 IGD : (0274) 6499118 E-mail : pkujogja@yahoo.co.id

;e\t"iltAtA
Kedua : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian
hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan akan diadakan
perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Yogyakarta
Pada tanggal :

Direktur Utama,

dr. H. Joko Murdiyanto. Sp An.


NBM. 867.9r9

Cepat - fuLutu - !,fyaman - Nngan - Isfami


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN SK

KATA PENGANTAR

BAB I DEFINISI

t.1 Definisi

1.2 Tujuan

BAB II RUANG LINGKUP

ll Ruang Lingkup

ll.1 lndikasi Transfer lntern al

BAB III TATALAKSANA

lll Tata Laksa na

lll.1 Keputusan Untuk Dilaksanakan Transfer lnternal

BAB IV DOKUMENTASI

BAB V PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN 1. Stabilisasi pasien Sebelum Transfer

2. SPO Serah Terima pasien

3. SPO Transfer lnternal


KATA PENGANTAR

Assalamu' alaikum.Wr.Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah.SWT ,Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan Anugerah-Nya yang telah diberikan kepada penyusun sehingga tersusunlah buku
panduan Transfer Internal Rumah Sakit Muhammadiyah Yogyakarta.

Transfer internal pasien adalah proses pemindahan pasien dari satu lokasi atau
ruangan ke lokasi / ruangan lain untuk mendapatkan pelayanan dan pengobatan dalam rangka
mendapatkan rencana pelayanan

Panduan transfer bertujuan agar pelayanan transfer internal dapat berjalan secara
lancar dan memperhatikan keselamatan pasien dan sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan dan meningkatkan mutu asuhan pasien dan sebagai bentuk pemenuhan dari hak
pasien.

Semoga dengan adanya panduan ini dapat meningkatkan pelayaan di Rumah Sakit
PKU Muhammadiyah Yogyakarta dan sebagai bahan panduan untuk pasien yang akan
dilakukan transfer internal.

Wasaalamu' alaikum.Wr. Wb

Yogyakarta,

Penyusun
BAB I
DEFINISI
I.1. Definisi

Transfer pasien adalah proses memindahkan pasien dari satu lokasi atau ruangan ke lokasi
atau ruangan yang lain.

Transfer pasien terdiri dari :

l. Transfer pasien internal (intra hospital transfer)


Proses memindahkan pasien dari satu bagian/unit/ ruanagan ke bagian/ unit/ ruanagan
yang lain di dalam rumah sakit.
2. Transfer pasien eksternal (inter hospital transfer)
Proses memindahkan pasien dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain atau suatu
lokasi ke lokasi lain di luar rumah sakit.

I.2. Tujuan

l. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional dan berdedikasi


tinggi.
2' Agar proses transfer pasien berlangsung dengan aman dan lancar serta
pelaksanaannya sangat memperhatikan keselamatan pasien
serta sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan.
BAB II

RUANG LINGKUP

II.1. Indikasi Transfer Internal

o Transfer untuk tujuan diagnostik, misalnya pemeriksaan laboratorium,


pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EEG, dan lain-lain.
o Transfer pasien untuk tujuan tindakan medis atau tindakan operasi di Kamar
Operasi.
o Transfer pasien untuk tujuan terapi yaitu ke ruang hemodialisis (HD)
o Transfer pasien untuk tujuan perawatan selanjutnya, yaitu ke ruang rawat inap dan
ruang perawatan intensif (IMC dan atau ICU)

Jadi transfer internal (intra hospital transfer) meliputi :

a) Transfer pasien dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) ke Instalasi Radiologi,


Instalasi Rawat [nap, Instalasi Perawatan Intensif (IMC dan atau ICU), dan
Instalasi Bedah Sentral (IBS)
b) Transfer pasien dari Instalasi Rawat Jalan ke Instalasi Laboratorium, Instalasi
Radiologi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Perawatan Intensif (IMC dan atau
ICU), Instalasi Hemodialisis, Instalasi Bedah Sentral (IBS)
c) Transfer pasien dari Instalasi Rawat Inap ke Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Radiologi, Instalasi Perawatan Intensif (IMC dan atau ICU), Instalasi
Hemodialisis, Instalasi Bedah Sentral (IBS).
d) Transfer pasien dari Instalasi Intensif (IMC dan atau ICU) ke Instalasi
Radiologi, Instalasi Rawat Inap, Instalasi Bedah sentral (IBS).
e) Transfer pasien dari Instalasi Bedah Sentral (IBS) ke Instalasi Radiologi,
Instalasi Rawat Inap, Instalasi Perawatan Intensif (IMC dan atau ICU).
0 Transfer pasien dari Instalasi Hemodialisis ke Instalasi Rawat Inap, Instalasi
Perawatan Intensif (IMC dan atau ICU).

Transfer pasien di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta berdasarkan kriteria


pasien berikut ini:

Level Pasien Kriteria


0 Pasien yang membutuhkan pe.uw@
biasa
o Pasien dengan risiko mengalami perburukan
kondisi, dirawat di ruang rawat inap biasa dengan
saran dan dukungan dari dokter jaga bangsal dan
atau case manager
o Pasien yang baru dipindahkan dari nrang
perawatan intensif (IMC dan atau ICU) ke mang
rawat inap biasa dengan saran dan dukungan dari
_ dokterjaga bangsal dan atau case manager
2 o Pasien yang memerlukan observasi ketat atau
intervensi tindakan khusus
. Pasien yang mengalami kegagalan satu sistem
organ
o Pasien yang mebutuhkan perawatan pasca operasi
J Pasien yang mengalami kegagalan multi organ, sehingga
membutuhkan bantuan/ penunjang kegagalan multi organ
dalam jangka waktu lama dan alat bantu pemafasan.
BAB III

TATA LAKSANA

III.l. Keputusan untuk dilakukan transfer internal


. Keputusan untuk dilakukan transfer intemal berdasarkan indikasi transefr internal dan
kebutuhan pelayanan pasien tersebut.
o Pengambil keputusan untuk melakukan transfer internal dilakukan oleh DPJP atau
jika oleh dokter jaga atau perawat maka harus sepengetahuan dan persetujuan DPJP.

1. Menyampaikan komunikasi, informasi, dan edukasi dengan pasien dan atau


keluarga pasien tentang transfer pasien
Menyampaikan kepada pasien (ika kondisinya memungkinkan) dan keluarga
pasien mengenai perlunya dilakukan transfer internal.
Jika pasien dan atau keluarga pasien menyetujui dilakukan transfer internal maka
dukumentasikan dalam persetujuan tindakan transfer internal. Jika menolak maka
dokumentasikan dalam penolakan tindakan transfer internal.
2. Menghubungibagian/ unit/ ruangan yang akan dituju
o Saat keputusan transfer inetrnal telah diambil, maka DPJP atau dokter jaga atau
perawat harus menghubungi bagian/ unti/ ruangan yang akan dituju
Jika untuk kepentingan diagnostik, maka DpJp atau dokte r jaga atau perawat
menghubungi bagian penunjang medis (radiologi, laboratorium, dan lain-lain)
yang dituju dengan memberikan informasi tentang identitas pasien, diagnosa,
kondisi pasien, dan permintaan pemeriksaan penunjang yang diminta.
Untuk kepentingan tindakan medis/ operasi, maka DPJP atau dokter jaga atau
perawat menghubungi kamar operasi dengan memberikan informasi tentang
identitas pasien, dan rencana tindakan medis/ operasi yang akan dilakukan.
Untuk kepentingan terapi hemodialisis, maka DPJP atau dokter jaga atau perawat
menghubungi instalasi hemodialisis dengan memberikan informasi tentang
identitas pasien, kebutuhan pasien di instalasi hemodialisis dan membawa
pengantar untuk hemodialisis.
Untuk kepentingan perawatan selanjutnya, informasi yang diberikan tentang
identitas pasien, diagnosa, kondisi pasien, indikasi rawat inap, dan kebutuhan
pasien di ruangan rawat inap tersebut.
a
J. Petugas transfer pasien
a Petugas transfer internal segera disiapkan sesuai dengan kriteria/ level pasien
yang
akan ditransfer
a Petugas transfer internal melakukan koordinasi dengan DpJp atau dokte jaga
r
yang mengambil keputusan dilakukan transfer internal.
a Petugas transfer internal harus mempunyai kompetensi tertentu, kompetensi
ini
didasarkan pada kriteria/ level pasien yang akan ditransfer.
. Adapun petugas transfer dan kompetensinya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini

Level Petugas Transfer Kompetensi


Pasien
0 Care giver atau a Pelatihan transfer pasien
petugas keamanan a BLS (Basic Life Support)
I Perawat atau care o Kompetensi care giver atau petugas
giver dan petugas kemananan sesuai kompetensi level 0
keamanan o Kompetensi perawat :

a) Pelatihan transfer pasien


b) BLS (Basic Life Support)
c) Pelatihan tabung oksigen (dapat
memasang/ mengganti tabung oksigen
yang habis)
d) Prosedur pemberian obat-obatan yang
spesifik
e) Mengenal tanda-tanda deteriorasi
0 Keterampilan perawatan trakeostomi
dan alat hisap (suction)
2 Perawat dan care giver o Kompetensi care giver atau petugas keamanan
atau atau petugas sesuai kompetensi level 0
keamanan o Perawat dengan kompetensi level l, ditambah
dengan :
a) Mempunyai pengalaman minimal 2
tahun dalam ..critical care,,
b) Menggunakan airway adjunts (bag and
mask/ BMV, CPAP, Jaksoon reese)
c) Meng gunakan def,rbri lator
d) Perawatan peralatan monitoring
invasive (kateter vena sentral)
J Dokter, Perawat, dan o Kompetensi dokter harus sesuai standar
Care giver atau minimal atau di atas standar minimal :
petugas keamanan a) Mempunyai pengalaman 6 bulan di
bidang "critical care,, dan bekerja di
intensive care unit
b) Keterampilan bantuan hidup dasar dan
lanjutan
c) Keterampilan advanced airway
management invasif (intubasi, LMA,
cricotiroidektomi, trakeostomi)
d) Pengetahuan dan keterampilan tentang
peralatan transfer standar, seperti :

ventilator, oksigen, syring pump


(pompa syiringe), infuse pump (pompa
infus), monitor
e) Pelatihan transfer pasien dengan sakit
berat/ kritis
Perawat :
a) Mempunyai pengalaman minimal 2
tahun bekerja di critical care
b) Keterampilan bantuan hidup dasar dan
lanjutan
c) Pengetahuan tentang peralatan transfer
standar, sperti : ventilator, oksigen,
syring pump (pompa syiringe), infuse
pump (pompa infus), monitor
d) Pelatihan transfer pasien dengan sakit
berat/ kritis
Care giver atau petugas keamanan dengan
kompetensi level0

4. Persiapan obat-obatan, dan peralatan


o Peralatan yang dibutuhkan saat transfer intemal didasarkan pada kriteria/
level pasien
yang akan ditransfer adalah sebagai berikut :
Level Pasien Perlengakapan dan Peralatan yu"gtibrowa
0 status rekam medis, tbrm transfer pasien internal, surat permilta.dn
pemeriksaan penunjang atau hasil pemeriksaan penunjang yang
sudah dilakukan (misal : hasil pemeriksaan laboratorium, hasil
pemeriksaan radiologi), kursi roda/ tempat tidur (brankart)
1 Peralatan level 0 ditambah ae"g
pasien dengan trakeostomi), portable iv stand, battery operated
infusors (infuse pump, syringe pump), pulse oximetrv
2 reralatan revel r, drtambah dengan Electrocardiography dan blood
pressure monitor, defribilator (sesuai kebutuhan pasien)
J Peralatan level 2 ditambah Aen
lengkap, ventilator dan peralatan transfer yang memenuhi standar
minimal
a Seluruh peralatan dan obat-obatan harus ai""t@
5. Stabilisasi sebelum transfer pasien
a Transfer internal dilakukan dalam kondisi pasien sudah stabil (untuk
ugd dan kamar
operasi)
Pasien kritis dari bangsal harus segera ditranfer sesuai MEWS, kecuali dalam keadaan
henti j antung dan atau nafas ([iat panduan code blue)
Tindakan yang dilakukan sebelum transfer intemal, sebagai berikut :
1) A : Airway adalah mempertahankan jalan napas dengan teknik manual atau
menggunakan alat bantu. Tindakan ini mungkin akan banyak memanipulasi
leher sehingga harus diperhatikan untuk menjaga stabilitas tulang leher
(cervical spine control)
2) B: Breathing adalah menjaga pemapasan/ ventilasi dapat berlangsung dengan
baik
3) C- Circulation adalah mempertahankan sirkulasi bersama dengan tindakan
untuk menghentikan perdarahan (hmorrhage control)
4) D=Disability adalah pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan adanya
gangguan neurologis
5) E= Exposure/ enviromental control adalah pemeriksaan pada seluruh tubuh
penderita untuk melihat jejas atau tanda-tanda kegawatan yang mungkin tidak
terlihat dengan menjaga supaya tidak terjadi hipotermi
Keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali dan resusitasinya dilakukan pada
saat itu juga
Dokumentasikan dalam rekam medis dan lembar observasi pasien tentang kondisi
pasien, tindakan stabilisasi, pemberian cairan, pemberian obat-obatan,
dan observasi
pasien.
Setelah pasien dalam kondisi se-stabil mungkin, maka dapat
dilakukan transfer pasien
sesuai dengan kriteria,/ level pasien.
6. Monitoring selama transfer pasien
Monitoring yang dilakukan selama transfer intemal adalah sebagai
berikut :
r Keluhan pasien
o Keadaan umum pasien
o Tanda-tanda vital pasien : Nadi, Tekanal Darah, pernapasan,
Saturasi
Oksigen, Kesadaran, Skala Nyeri
o Mempertahankan dan mengamankan jalan napas dan pemapasan/
ventilasi
. Hasil monitoring ini didokumentasikan dalam formulir transfer
7. Serah terima pasien dengan ruangan atau bagian/ unit/ ruanagan yang
dituju
o Petugas transfer pasien melakukan serah terima dengan petugas
di
bagian/ uniti ruangan yang dituju
o Transfer internal untuk kepentingan perawatan selanjutnya, petugas
transfer memberikan informasi :
- Identitas pasien
- Dokter yang merawat atau DpJp
- Riwayat penyakit dan diagnosis medis
- Keadaan umum, kesadaran, dan hasil observasi tanda_tanda
vital pasien
- Pemeriksaan penunj ang yang telah dilakukan (laboratorium,
radiologi, dan lain-lain) serta untuk follow up hasil
pemeriksaan yang belum selesai.
- Terapi yang telah diberikan (cairan infus, transfusi, obat-
obatan)
- Alergi obat
- Rencana tindakan, pemeriksaan penunjang, terapi yang akan
dilakukan/ dilanj utkan.
- Status rekam medis pasien
- Formulir transfer pasien
- Lembar observasi pasien
- Daftar barang pasien (bila pasien tidak ada keluarga)
- Informasi lain yang dianggap perlu
Untuk kepentingan tindakan medis/ operasi, maka petugas transfer melakukan serah
terima dengan menginformasikan tentang identitas pasien, diagnosa, kondisi pasien,
dan rencana tindakan medis/ operasi yang akan dilakukan
- Identitas pasien
- Dokter operator
- Diagnosis pra bedah
- Keadaan umum, kesadaran dan hasil observasi tanda_tanda vital pasien
- Alergi obat
- Informed consent
- Penandaan lokasi operasi
- Hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi, dan lain_lain)
- Hasil konsultasi dokter anestesi/ pemeriksaan pra anestesi atau sedasi
- Persiapan pasien : perhiasan sudah dilepas, skiren lokasi operasi, gigi palsu
sudah dilepas, puasa, obat premedikasi (antibiotik profilaksis), -larern"rr,
personal hygiene, oral hygiene, persediaan darah (bila
diperlukan)
- Informasi lain yang dianggap perlu
- Status rekam medis pasien
- Formulir transfer pasien
- Lampiran pengecekan persiapan operasi
Untuk kepentingan terapi hemodialisis, petugas transfer menyerahkan
surat pengantar
untuk hemodialisis dan informasi tentang identitas pasien, keadaan
un'u., k".ud**,
tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium (ureum,
creatinin, elektrolit,
HbsAg, golongan darah), informed consent, status rekam
medis pasien,formulir
transfer pasien dan kebutuhan pasien di instalasi hemodialisis
Untuk kepentingan diagnostik, petugas transfer menyerahkan surat permintaan
pemeriksaan penunjang dan informasi tentang identitas pasien,
diagnosa, kondisi
pasien, dan permintaan pemeriksaan penunjang yang
diminta.
8. Audit dan jaminan mutu
Audit dilakukan untuk mengevaluasi dan memastikan bahwa panduan
berjalan
dengan lancar dan diterapkan oleh staf rumah sakit
. Dokumentasi transfer intemal harus jelas dan lengkap sehingga dapat digunakan
sebagai acuan data dasar dan sarana audit
o Jika terjadi insiden keselamatan pasien selama proses transfer intemal maka harsu
dilaporkan ke Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit sesuai panduan yang berlaku
BAB IV
DOKUMENTASI

o Proses transfer didokumentasikan di lembar transfer internal (serah terima) pasien


dalam rekam medis
o Dokumentasi yang dilakukan meliputi :
1. Tujuan transfer, dengan pilihan sebagai berikut :

o Ruang
o Ruang Intensif
o Kamar operasi
o Ruang hemodialisis
o Ruang pemeriksaan
2. Atas permintaan, dengan pilihan sebagai berikut :
o Dokter
o Pasien/ keluarga
o Lainnya
3. Kategori pasien transfer, dengan pilihan sebagai berikut :

o Level 0
o Level I
o Level2
o Level 3
4. Indikasi transfer
5. Ringakasan temuan yang penting (signifikan)
6. Diagnosa saat transfer
7. Pengobatan
8. Kondisi pasien saat transfer
9. Temuan penting saat transfer/ perubahan kondisi saat transfer
10. Konfirmasi melalui telepon, meliputi :

o Kebutuhan medis
o Kebutuhankeperawatan
o Kebutuhan lainnya
I l. Nama petugas yang dihubungi melalui telepon
12. Ceklist transfer pasien, meliputi :
o Dokumen rekam medis
o Formulir permintaan pemeriksaan/ tindakan
o Lainnya
13. Nama dan tanda tangan dokter yang merawat
14. Tanggal danjam berangkat transfer pasien
15. Tanggal danjam tiba di tempat tujuan transfer
16' Nama dan tanda tangan petugas saat serah terima transfer yaitu
petugas transfer
dan petugas penerima
BAB V

PENUTUP

Panduan transfer pasien dibuat dengan tujuan sebagai pedoman para tenaga kesehatan
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta agar proses transfer pemindahan pasien
berlangsung dengan iunan dan lancar serta pelaksanaannya sangat memperhatikan
keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Advanced Healthcare for Advanced Healthcare Professionals. Internal Patient


Transport. http://wrvrv.eadvancedhealthcare.comlhealthcare-resourches/internal-
patient-transport/

American College of Critical Care Medicine. (2004). Guidlines for the Inter- anad
lntrahospital Transport of Critically III Patients.
http://ai11.deoec.hu/uploadideoecaneszt/clocurnent/intrahosnital transport.pdf

Amaerican College of Emergency Physicians. (2009). Appropiate Interhospital


Patient Transfer . lrttp /hvr.vr.v. acep. olg/c ont ent. as rrx'l i cl:
: J9 I 14

American College of Surgeons Committe on Trauma. (2008). Advanced Trauma Life


Support for Doctors. Student Course Manual. Diterjemahkan & dicetak oleh komisi
trauma "IKABI". Eighth Edition.

Association of Critical Care Transport. The Critical Care Transport Standards project.
http://rvrvw.nasemso.ors/ProjectslGovermentAl{}irs/documents/AACTMedpACSeot2
012.pdl'

Intensive Care Foundation. Patient Transfers. httrr ://r,vrvrv. i cs. ac. uk/i c lTpatients-ar:cl-
itical-c
Intensive Care Foundation. Transfer to the ward. http :/iww.iv. ics.ac.ukiicflpatients-
-relatives/i ation/r .criti o-the-rvard/

National Highway Traffic Safety Administration. (2006). Guide for


Interfacility
Patient
Transfer.
http://rvrvrv. elin /enrs/i es/inter
Ambulance Service of New South wales. patient Transport service.
httP://s1 1\'.alnbulance.nsrv.gov.aulabor-rt-us/Patient-Transporl-service.html

Tim Materi GELS-Brigae siaga Bencana-Unit Diklat IGD (2013).


Materi pelatihan
General Emergency Life Support. Kemenkes Rl-Direktoat Jenderal
Bina Upaya
Kesehatan-Rs UP dr. Sardj ito yogyakarta
LAMPIRAN I

STABILISAST PASIEN SEBELUM TRANSFER

1. Airway, menjaga airway dengan kontrol servical (cervical spine control)


Step I : Penilaian
a. Mengenal patensi airway
Yang pertama harus dinilai adalah kelancaran jalan napas
b. Penilaian cepat akan adanya obstruksi
Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan napas yang dapat disebabkan
bend a asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula atau maksilaris, fraktur
laring atau trakea.

Step 2 : Pengelolaan - mengusahakan airway

a. Melakukan chin lift atau jaw thrust


b. Membersihkan airway dari benda asing
c. Memasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
d. Memasang airway definitif
o Intubasi oro- atau naso-trakeal
o Krikotiroidektomi denganpembedahan
e' Melakukan jet insufflation dari airway dan mengetahui bahwa
tindakan ini bersifat
sementara
Step 3 : Menjaga leher dalam posisi netral, bila perlu
secara manual, bila melakukan
tindakan untuk membebaskan airway
Step 4 : Fiksasi leher dengan berbagai cara, setelah
memasang airway
INGAT : Anggaplah ada fraktur servikal pada setiap pasien
multi-trauma, terlebih bila
ada gangguan kesadaran atau perlukaan di atas
klavikula
Harus dilakukan segala usaha untuk menjaga jalan
napas dan memasang airway
definitif bila diperlukan. Tidak kalah pentingnya adalah mengenali
kemungkinan
gangguan airway yang dapat terjadi kemudian,
dan ini hanya dapat dikenali dengan
reevaluasi berulang terhadap airway
2. Breathing dan Ventilasi
Airway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. pertukaran
gas yang terjadi
pada saat bernapas, mutlak untuk pertukaran oksigen
dan mengeluarkan
karbondioksida dari tubuh. ventilasi yang baik meliputi
fungsi yang baik dari paru,
dinding dada dan diafragma. Setiap komponen ini harus
di evaluasi secara cepat.
Step I : Penilaian
a. Buka leher dan dada sambil menjaga immobilisasi leher
dan kepala
b. Tentukan laju dan dalamnya pernapasan
c. Inspeksi dan palpasi leher dan thoraks untuk adanya
deviasi trakea, ekspansi
toraks simetris atau tidak simetris, pemakaian otot tambahan,
dan tanda-tanda
cedera lainnya
d. Perkusi toraks untuk menentukan redup atau hipersonor
e. Auskultasi : toraks bilateral
Perlukaan yang mengakibatkan gangguan ventilasi yang berat adalah tension
pneumothoraks, flail chest dengan kontusio paru, dan open pneumotoraks. Keadaan-
keadaan ini harus dikenali pada saat dilakukan primery survey

Hematotoraks, simple pneumotoraks, patahnya tulang iga dan kontusio paru


mengganggu ventilasi dalam deraj at yang lebih ringan dan harus dikenali pada saat
melakukan secondary survey

Step 2 : Pengelolaan

a. Pemberian oksigen konsentrasi tinggi


b. Ventilasi dengan alat Bag-Valve-Mask
c. Menghilangkan tensionpneumotoraks
d. Menutup open pneumotoraks
e. Memasang sensor CO2 dari kapnograp pada ETT
f. Memasang pulse oxymeter
3. Circulation dengan kontrol perdarahan
Yang dibicarakan adalah volume darah dan cardiac output, serta perdarahan.
Step I : Penilaian
a. Dapat mengetahui sumber perdarahan ekstemal yang fatal
b. Mengetahui sumber perdarahan intemal
c.
Nadi : kecepatan, kualitas, keteraturan, pulsus paradoxus
Periksalah pada nadi yang besar seperti a.femoralis atau
a.carotis (kiri_kanan),
untuk kekuatan nadi, kecepatan, dan irama. Nadi yang
tidak cepat, kuat, dan
teratur biasanya merupakan tanda normovorumia (bila pasien
tidak minum obat
beta blocker). Nadi yang cepat dan kecil merupakan
tanda hipovolumia, walaupun
dapat disebabkan keadaan yang lain. Kecepatan nadi
yang normal bukan jaminan
bahwa normovolumia. Nadi yang tidak teratur
biasanya merupakan tanda
gangguan jantung. Tidak ditemukannya pulsasi
dari arteri besar merupakan
pertanda diperlukannya resusitasi untuk memperbaiki
vorume dan cardiac output.
d. Wama kulit
Warna kulit dapat membantu diagnosis hipovolumia. pasien
trauma yang kulitnya
kemerahan, terutama pada wajah dan ekstremitas, jarang
yang dalam keadaan
hipovolumia' Sebaliknya, wajah pucat keabu-abuan,
dan kulit ekst.emitas yang
pucat merupakan tanda hipovolumia
e. Tekanan darah (bila ada waktu)
Penilaian tekanan darah merupakan indikator yang
kurang baik guna menilai
perfusi jaringan.

Step 2 : Pengelolaan

a. Tekanan langsung pada tempat perdarahan ekstemal


Perdarahan ekstemal dihentikan dengan penekanan pada
luka. Spatk udara
(pneumatic splinting device) juga dapat digunakan
untuk mengontrol
perdarahan. Spalk jenis ini harus tembus cahaya
untuk dapat dilakukan
pengawasan perdarahan. Tomiquet sebaiknya jangan dipakai karena merusak
jaringan dan menyebabkan iskemia distal, sehingga tomiquet hanya diapaki
bila ada amputasi traumatik. Pemakaian hemostat dapat merusak jaringan saraf
dan pembuluh darah.
b. Mengenal adanya perdarahan intemal, kebutuhan untuk intervensi bedah, serta
konsultasi bedah.
Sumber perdarahan internal (tidak terlihaQ adalah perdarahan dalam rongga
toraks, abdomen, sekitar fraktur dari tulang panjang, retro-peritoneal, atau
fraktur pelvis.
c. Memasang 2 kateter IV ukuran besar
d. Mengambil sampel darah untuk pemeriksaan darah rutin, analisis kimia, tes
kehamilan, golongan darah dan cross-match, dan analisis gas darah.
e. Memberikan cairan dengan cairan Ringer Laktat yang dihangatkan dan
pemberian darah.
f. Cegah hipotermi.
4. Disability Qrleurologic Evaluation)
Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan
neurologis
secara cepat.
Step I : Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS
GCS (Glasgow Coma Scale) adalah sistem scoring yang sederhana
dan dapat
meramal kesudahan (outcome) pasien terutama motorik terbaiknya.
Skor GCS : skor
14-15= ringan; skor 9-13=sedang; skor 3-g= berat.
Pemeriksaan GCS tidak bisa dipakai untuk menilai tingkat
kesadaran pada anak
berumur kurang dari 5 tahun. Tingkat kesadaran adalah
ukuran dari kesadaran dan
respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan.
Tingkat kesadaran dibedakan
menjadi :
I. Compos mentis (conscious) yaitu kesadaran normal,
sadar sepenuhnya, dapat
menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.
II. Apatis yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan
dengan
sekitamya, sikapnya acuh tak acuh.
III. Delirium yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu),
memberontak,
berteriak-teriak, behalusinasi, kadang berkhayal.
IV. Somolen (Obtundasi, Letargi) yaitu kesadaran menurun,
respon psikomotor
yang lambat, mudah tertidur namun kesadaran
dapat pulih bila dirangsang
(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi,
mampu memberi jawaban
verbal.
V. Stupor (soporo koma) yaitu keadaan seperti tertidur lelap,
tetapi ada respon
terhadap nyeri.
VI. Coma (comatoseO yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak
ada respon terhadap
rangsangan apapun (tidak ada respon komea maupun
refleks muntah,
mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya)

Penurunan kesadaran dapat disebabkan penurunan oksigenasi


atau disebabkan
trauma langsung pada otak. penurunan kesadaran menuntut
dilakukannya
reevaluasi terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi, dan perfusi. Alkohol dan obat-
obatan dapat mengganggu tingkat kesadaran pasien. Walaupun demikian, bila
sudah disingkirkan kemungkinan hipoksia atau hipovolemia sebagai sebab
penurunan kesadaran, maka trauma kapitis dianggap sebagai penyebab penurunan
kesadaran dan bukan alkoholisme, sampai terbukti sebaliknya.

Step 2 : nilai pupil untuk besamya isokor dan reaksi

5. Exposure/ Kontrol Lingkungan


Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya, sering dengan cara menggunting guna
memeriksa dan evaluasi pasien. Setelah pakaian dibuka, penting bahwa pasien
diselimuti agar pasien tidak hipotermia. Harus dipakaikan selimut hangat, ruangan
cukup hangat dan diberikan cairan intra vena yang dihangatkan. Yang penting adalah
suhu tubuh pasien, bukan rasa nyaman petugas kesehatan.
tffitPlmil
SERAH TERIMA PASIEN

ffi
RS PKU
MUHAMMADIYAH 4wbf
No. Dokumen

rs.t*/ footr
No. Revisi Halaman

YOGYAKARTA
Ditetapkan

STANDAR Tanggal terbit Direktur Utama


PROSEDUR
OPERASIONAL
A-,g/
?^ NBM, 867.919
PENGERTIAN Serah terima adalah pelimpahan atau penyerahan tugas
perawatan pasien dari suatu unit ke unit lain sesuai kebutuhan
pasien
TUJUAN l. Menjamin kontinuitas pelayanan pasien

KEBIJAKAN

PROSEDUR l. Pasien ditransfer oleh petugas sesuai dengan klasifikasi


pasien.
2. Petugas transfer menginformasikan kondisi pasien,
pengobatan, dan tindakan yang telah dilakukan kepada
perawat jaga.
J. Petugas transfer menginformasikan rencana pengobatan
dan tindakan selanjutnya kepada perawat jaga unit yang
dituju.
4. Petugas transfer menginformasikan masalah non medis
terkait kondisi pasien (contoh, status jaminan, keluarga,
dlr).
5. Perawat penerima mengkonfirmasi ulang kondisi pasien
dan kelengkapan alat kesehatan yang terpasang pada
pasien.

Apabila terdapat ketidaksesuaian antara informasi


petugas transfer dengan kondisi pasien ataupun
kelengkapan alkes, maka petugas transfer wajib
mengkonfirmasi kepada dokter yang menangani pasien,
dan segera menindak lanjuti.
7. Apabila permasalahan sudah diselesaikan, maka perawat
menandatangani lembar transfer/serah terima.
a

UNIT TERKAIT Kelompok Staf Medis


Keperawatan
Instalasi Rawat Inap
Instalasi Gawat Darurat
Instalasi ICU
Instalasi IMC
Instalasi Ruang Operasi
Instalasi Rawat Jalan
r, I

RS PKU
Muhammadiyah
Yogyakarta TRANSFER INTERNAL

No. Dokumen No. Revisi Halaman

Jl. KH. A. Dahlan 20


Yogyakarta
Tetp. (0274) 5126s3
tbqff?r.tt/rf+otr
Fax. (0274) 566129

Ditetapkan
STAI\tDAR Tanggal terbit :
Direktur Utama
PROSEDUR

OPERASIONAL
!-{,'
-Dr. H.Joko Murdiya

PENGERTIAN Proses memindahkan pasien dari satu bagian/unit/ruangan ke

bagian/unit/ruangan yang lain di dalam satu rumah sakit


TUJUAN 1. Agar pelayanan transfer pasien dilaksanakan secara profesional
dan berdedikasi tinggi.

2. Agar proses transfer pemindahan pasien berlangsung dengan


aman dan lancar serta pelaksanunnnya sangat memperhatikan
keselamatan pasien serta sesuai dengan prosedur yang telah
ditetapkan.
KEBIJAKAN 1. Transfer dilaksanakan sesuai levelisasi yang ditentukan
2. Pasien yang ditransfer harus dilakukan stabilisasi dulu sebelum
dipindahkan sesuai kebutuhan.
PROSEDUR l. Pasien yang akan ditransfer dilakukan levelisasi
2. Pengambil keputusan untuk melakukan transfer dilakukan oleh
DPJP atau jika oleh dokter jaga maka harus sepengetahuan dan
persetujuan DPJP.

3. Transfer pasien dilakukan dalam kondisi pasien sudah stabil


(ika pasien berada di IGD dan Kamar Operasi).

4. Jika pasien berada di bangsal, segera ditransfer sesuai MEWS,


,l
I

kecuali pasien mengalami henti nafas dan atau jantung segera


aktifkan code blue (lihat panduan Code Blue).
5. Menyampaikan kepada pasien (ika kondisinya memungkinkan)
dan keluarga pasien bahwa akan dilakukan trasnfer ke ruang
rawat inap atau rawat intensif atau kamar operasi
6. Jika pasien dan/atau keluarga pasien menyetujui dilakukan
transfer maka dokumentasikan dalam persetujuan tindakan
transfer. Jika menolak maka dokumentasikan dalam penolakan
tindakan transfer.
7. Saat pasien siap ditransfer DPJP atau dokter jaga atau perawat
harus menghubungi bagian/unit/ruangan yang akan dituju
dengan teknik SBAR.

8. Seluruh peralatan dan obat-obatan dicek ulang oleh petugas


transfer.
9. Monitoring saat transfer

10. Petugas transfer melakukan serah terima dengan petugas di

bagian/unit/ruangan yang dituju dengan teknik SBAR.


11. Proses transfer didokumentasikan di lembar transfer pasien
dalam rekam medis.
I.]NIT TERKAIT Staf Medis Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Keperawatan
Ruangan Rawat Inap

Instalasi Gawat Darurat


Instalasi Intensive Care
Instalasi Intermediet Care
Instalasi Bedah
Rev 00.08-201S

RUTAH SAKIT No. RM:


PKU iIUHATTADIYAH YOGYAKARTA Nama :

Tgl lahir:

SERAH TERIMA PASIEN PINDAH RI.,,ANG


: flumwn flaminan..

Riwayat alergilreaksi obat : D Tidak D ya, sebutkan ..................

Hasil pemeriksaan : fl Foto rontgen ... .. .lembar fl CT scan ... ... .. lembar
penunjang yang dise(akan E USC
D Laboratotium
Alat bantu yang masih terpasang :

Nama alat Tanggal mulai terpasang Nama alat Tanggal mulai terpasang
I lnfusffransusiset
E otsigen
D Kateter urine
D Drain
fl rucr tr

Rekam Medis Kesehatan

Anda mungkin juga menyukai