Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

Istilah hidrokel berasal dari bahasa Yunani, yang berarti pembengkakan yang
berisi air (hidro = air, cele = pembengkakan). Saat ini, definisi hidrokel adalah
penumpukan cairan yang berlebihan di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika
vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga ini memang
ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh limfatik
sekitarnya.1
Penyebab hidrokel adalah gangguan dalam pembentukan alat genitalia eksternal,
yaitu kegagalan penutupan saluran tempat turunnya testis dari rongga perut ke dalam
skrotum. Cairan peritoneum mengalir melalui saluran yang terbuka tersebut dan
terperangkap di dalam skrotum sehingga skrotum dapat membengkak.1

Sekitar 10% bayi baru lahir mengalami hidrokel, dan umumnya akan hilang
sendiri dalam tahun pertama kehidupan. Biasanya tidak terasa nyeri dan jarang
membahayakan sehingga tidak membutuhkan pengobatan segera. Pada bayi hidrokel
dapat terjadi mulai dari dalam rahim. Pada usia kehamilan 28 minggu, testis turun
dari rongga perut bayi kedalam skrotum, dimana setiap testis ada kantong yang
mengikutinya sehingga terisi cairan yang mengelilingi testis tersebut. Pada orang
dewasa, hidrokel bisa berasal dari proses radang atau cedera pada skrotum. Radang
yang terjadi bisa berupa epididimitis (radang epididimis) atau orchitis (radang
testis).2,3

Tunika vaginalis di skrotum sekitar testis normalnya tidak teraba, kecuali bila
mengandung cairan membentuk hidrokel, yang jelas bersifat diafan (tembus cahaya)
pada transiluminasi. Jika tidak dapat ditemukan karena besarnya hidrokel, testis harus
dicari di sebelah dorsal karena testis terletak di ventral epididimis sehingga tunika
vaginalis berada di sebelah depan. Bila ada hidrokel, testis dengan epididimis
terdorong ke dorsal oleh ruang tunika vaginalis yang membesar. Hidrokel testis
mungkin kecil atau mungkin besar sekali.2,3

Hidrokel bisa disebabkan oleh rangsangan patologik seperti radang atau tumor
testis. Pada operasi, sebagian besar dinding dikeluarkan. Kadang ditemukan hidrokel
terbatas di funikulus spermatikus yang berasal dari sisa tunika vaginalis di dalam
funikulus; benjolan tersebut jelas terbatas dan bersifat diafan pada transiluminasi.3

Jarang sekali ditemukan benjolan di funikulus yang dapat dihilangkan dengan


tekanan, sedangkan memberikan kesan terbatas jelas di sebelah kranial. Bila
demikian, terdapat tunika vaginalis yang berhubungan melalui saluran sempit dengan
rongga perut dan berisi cairan rongga perut. Hernia inguinalis lateralis atau indirek
yang mengandung sedikit cairan rongga perut ini kadang diberikan nama salah
hidrokel komunikans. Karena hubungan dengan rongga perut terlalu sempit sekali.
Kelainan ini memberi kesan hidrokel funikulus; “kantong” hernia ini tidak dapat
dimasuki usus atau omentum.3

Ada dua tipe hidrokel testis, yaitu tipe primer (idiopatik) dan tipe sekunder
(didapat). Pada tipe primer, hidrokel terjadi akibat defek kongenital pada tunika
vaginalis testis. Sedangkan untuk tipe sekunder, hidrokel disebabkan oleh iritasi pada
tunika vaginalis testis. Jika dilihat dari letak kantong hidrokel terhadap testis, secara
klinis ada tiga macam hidrokel yaitu, hidrokel komunikan, hidrokel non-komunikan,
dan hidrokel funikulus.1

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI DAN FISIOLOGIS TESTIS

a.1 Anatomi

Testis adalah organ genitalia pria yang terletak terletak dalam scrotum yang
menghasilkan spermatozoa dan hormon testosteron. Ukuran testis pada orang dewasa
adalah 4×3×2,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis
terbungkus oleh jaringan tunika albuginea yang melekat pada testis 1.

Permukaan masing-masing testis tertutup oleh lamina visceralis tunica vaginalis,


kecuali pada tempat perlekatan epididimis dan funiculus spermaticus, tunica vaginalis
ialah sebuah kantong peritoneal yang membungkus testis dan berasal dari processus
vaginalis embrional. Lamina parietalis tunica vaginalis berbatasan langsung pada
fascia spermatica interna dan lamina visceralis tunica vagina melekat pada testis dan
epididimis. Sedikit cairan dalam rongga tunica vaginalis memisahkan lamina
visceralis terhadap lamina parietalis dan memungkinkan bergerak secara bebas dalam
scrotum. Epididimis adalah gulungan pipa yang berbelit-belit terletak pada
permukaan kranial dan permukaan dorsal testis. Testis bagian dalam terbagi atas
lobulus yang terdiri dari tubulus seminiferus, sel-sel sertoli, dan sel-sel leyding. Sel-
sel leyding mensekresi testosteron. Pada bagian posterior tiap-tiap testis, terdapat
duktus melingkar yang disebut epididimis. Bagian kepalanya berhubungan dengan
duktus seminiferus (duktus untuk aliran keluar) dari testis, dan bagian ekornya terus
melanjut ke vas deferens 1,2.

Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri atas lapisan viseralis
dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis
memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk
2
mempertahankan temperatur testis agar tetap stabil. Secara histopatologis, testis
terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiriatas tubuli seminiferi.

Gambar1. Anatomi testis

Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli,


sedang diantara tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-selspermatogenia pada
proses spermatogenesis menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi
makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel Leydig atau disebut sel interstisial
testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang
diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau
maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama
dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas
deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-cairan dari epididimis, vas
deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan semen atau mani
1,2
.

3
a.2 Vaskularisasi dan Inervasi

Arteria testicularis berasal dari pars abdominalis aorta, tepat kaudal arteri renalis.
Vena-vena meninggalkan testis dan berhubungan dengan plexus pampiniformis yang
melepaskan vena testicularis dalam canalis inguinalis. Limfe dari testis disalurkan ke
nodi lymphoidei lumbales dan nodi lymphoidei pre-aortici. Saraf autonom testis
berasal dari plexus testicularis sekeliling arteri testicularis. Saraf ini mengandung
serabut parasimpatis dari nervus vagus dan serabut simpatis dari segmen medulla
spinalis T7.
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta.
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior.
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus


pampiniformis. Pleksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal
sebagai varikokel 1,2.

Gambar 2. Vaskularisasi dan inervasi testis


4
B. HIDROKEL

b.1 Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan yang berlebihan diantara lapisan parietalis
dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam
rongga tersebut memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan
reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya 3,4.

Gambar 3. Tunika vaginalis testis

b.2 Epidemiologi
Pada tahun 2017 kasus hidrokel pada paten prosesus vaginalis ditemukan pada
80-90% bayi cukup bulan saat lahir secara global. Tingkat frekuensi ini terus
menurun hingga usia 2 tahun, di mana pada masih tampak tinggi sekitar 25-40%.

5
Gambar 4. Bayi dengan hidrokel

Memang, serangkaian otopsi laki-laki telah mengidentifikasi tingkat frekuensi


20% dari paten prosesus vaginalis yang tersisa sampai akhir hidupnya. Namun,
hidrokel skrotum yang terlihat secara klinis hanya terbukti pada 6% laki-laki cukup
bulan setelah periode baru lahir. Kondisi tertentu, seperti presentasi bokong,
penggunaan progestin kehamilan, dan berat lahir rendah, telah dikaitkan dengan
peningkatan risiko hidrokel. Insiden hidrokel pada pria kurang diketahui. Di
Indonesia sekarang belum terdapat studi prevalensi hidrokel di Indonesia. Akan
tetapi, pada negara di luar Amerika Serikat, etiologi penyebab hidrokel yang paling
sering ditemukan adalah filariasis.

b.3 Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat di sebabkan karena:
1. Belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis.
2. Belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel.

6
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder.
Penyakit sekunder terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis
menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel.
Kelainan testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididymis.
Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang berlebihan oleh testis,
maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus 3.
Hidrokel dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya,
yaitu3 :
1. Hidrokel primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak
diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan
dalam tunika akan diabsorpsi.

Gambar 3. Hidrokel Primer, A hidrokel hernia, B hidrokel Multilokasi, C hidrokel


vaginalis

7
2. Hidrokel sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang dalam suatu masa
dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran limfe. Dapat disebabkan oleh
kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu
proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan
terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam
jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika
Berdasarkan kejadian3 :
1. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan
berwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
2. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan
walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jrang menyebabkan
nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu3 :
1. Hidrokel testis (Non-Communicating Hydrocele)
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba.
Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
2. Hidrokel funikulus (Hydrocele of the Cord)
Kantong hidrokel berada difunikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis,
sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada diluar kantong hidrokel. Pada
anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari

8
3. Hidrokel komunikan (Communicating Hydrocele)
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga
prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong
hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis.
Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam
rongga abdomen.

Gambar 4. Klasifikasi hidrokel

b.4 Patofisiologi
Secara embriologi, prosesus vaginalis merupakan suatu divertikulum yang berasal
dari rongga peritoneal yang turun kebawah seperti halnya testis turun kedalam
skrotum melalui saluran inguinalis pada umur kehamilan 28 minggu tanpa disertai
penutupan pada bayi dan anak5.
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun
ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya

9
rongga peritoneum dengan prosessus vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara
tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan
yang berasal dari sistem limfatik disekitar 5.
Hidrokel cord terjadi ketika processus vaginalis terobliterasi di atas testis
sehingga tetap terdapat hubungan dengan peritoneum, dan processus vaginalis
mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum. Area seperti kantung di dalam
canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut tidak masuk ke dalam scrotum.
Cairan yang seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi
oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya
sistem sekresi atau reabsorbsi cairan limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika
vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi
aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Terjadilah atrofi testis
dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis
tersebut. Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam
rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum,
testis diikuti dengan ekstensi peritoneum dengan bentuk seperti kantung, yang
dikenal sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus vaginalis akan
terobliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus
vaginalis menetap sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika
vaginalis. Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan
abdomen5.
Organ viscera intraabdominal maupun cairan peritonel seharusnya tidak dapat
masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak
tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP). Bila
PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan sebagai
hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh usus,
omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia. Banyak
teori yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot polos
telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada peritoneum
10
normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat patensi
processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada
kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus berlanjut
untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini. Mekanisme terjadinya
PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan intraabdominal.
Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal
dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus vaginalis. Keadaan
tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan yang membuat bayi
sering mengedan (seperti feses keras), dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di
atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP yang dapat berakibat sebagai
hidrokel maupun hernia5.

b.5 Gambaran Klinis


Pasien mengeluh adanya benjolan di skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan
fisis didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan
pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel
yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan
pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi. Menurut
letak kantong hidrokel, yaitu3,5:
 Hidrokel testis
Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga
testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak
berubah sepanjang hari.
 Hidrokel funikulus
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di
sebelah kranial dari testis, sehingga pada palpasi testis dapat diraba dan berada
di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya tetap
sepanjang hari.

11
 Hidrokel komunikan
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dan
rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum.
Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.
Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan
dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.

b.6 Diagnosis
a. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri
tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi
pada tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan
atau hernia 5.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan
tekanan intraabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan
menyuruh pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan
memberikan tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua
tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan
menimbulkan tonjolan5.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan
hernia5.

12
Gambar 5. Tes Transiluminasi

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan
massa skrotum. Dilakukan dalam ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum. Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal
tidak dapat ditembuh sinar. Transmisi cahaya sebagai bayangan merah
menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel5.
2. Ultrasonografi
USG dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu
melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan
kemungkinan adanya tumor5.

13
b.7 Diagnosis Banding
1. Varikokel
Varises pada vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatika interna. Pada anamnesis pasien mengeluh adanya benjolan
diatas testis yang tidak nyeri, testis terasa berat dan pasien dengan varikokel
biasanya belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah. Pada pf pasien
berdiri dan diminta untuk melakukan maneuver valsava. Pada inspeksi dan palpasi
terdapat bentukan seperti cacing didalam kantung yang letaknya disebelah kranial
testis dengan konsistensi yang kenyal5,6.

Gambar 6. Varicocele

2. Torsio testis.
Keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan
vaskularisasi testis yang dapat terjadinya gangguan aliran darah dari testis.
Anamnesis keluhan mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan pada skrotum.
Sakit perut hebat kadang disertai mual dan muntah, nyeri dapat dirasakan menjalar
ke daerah inguinal5,6.
14
Gambar 7. Korda spermatikus terpuntir

3. Spermatocele
Spermatocele adalah benjolan kistik yang berasal dari epididymis dan berisi
sperma. Pada anamnesa pasien mengeluhkan adanya benjolan kecil yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisik teraba masa kistik, mobile, lokasi di kranial testis,
transiluminasi (+), pada aspirasi didapatkan : cairan encer, keruh keputihan 5,6.

Gambar 8. Massa benjolan kistik pada epididymis

15
4. Hematocele
Hematocele adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya
didahului oleh trauma. Pada pemeriksaan didapatkan benjolan pada testis, teraba
kistik. Pemeriksaan transiluminasi (-) 5,6.

Gambar 9. Hematocele

5. Hernia Inguinalis Lateralis


Pada anamnesis didapatkan keluhan benjolan di daerah inguinal/scrotal yang
hilang timbul. Timbul saat mengedan, batuk, atau menangis, dan hilang bila pasien
tidur. Pada pemeriksaan fisik didapatkan benjolan di lipat pada/skrotum pada bayi
saat menangis dan bila pasien diminta untuk mengedan. Benjolan menghilang atau
dapat dimasukkan kembali ke rongga abdomen. Transiluminasi (-). Terkadang
didapatkan bising usus (+) pada auskultasi5,6.

16
Gambar 10. hernia inguinalis lateralis

6. Tumor testis
Tumor testis merupakan keganasan pada pria yang terbanyak pada usia 115-35
tahun. Pada anamnesa didapatkan keluhan adanya pembesaran testis yang tidak
nyeri. Terasa berat paada kantong skrotum. Terkadang juga sering diikuti dengan
keluhan penurunan berat badan dan nafsu makan menurun5,6.

Gambar 11. Tumor testis

17
Tabel 1. Diagnosis Banding Hidrokel

18
b.8 Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri. Tetapi
jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu difikirkan untuk dilakukan
koreksi3,6.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi cairan hidrokel tidak di anjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi 3,6.
Beberapa indikasi untuk melakukan operasi pada hidrokel adalah:
1. Hidrokel yang besar sehingga dapat menekan pembuluh darah
2. Indikasi kosmetik
3. Hidrokel permagna yang dirasakan terlalu berat dan mengganggu pasien dalam
melakukan aktivitasnya sehari-hari.

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel


ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus
melakukan herniorafi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal
dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman
atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Pada hidrokel funikulus dilakukan
ekstirpasi hidrokel secara in toto 3,6.
Reparasi Hidrokel
Persiapan
1. Anestesi umum.
2. Posisi terlentang.

19
Dua teknik utama digunakan untuk reparasi hidrokel:
1. Winkleman/Jaboulay
Dengan jahitan serap, ikat pinggir tunika di belakang duktus deferens dan
kemudian kembalikan testis ke skrotum.

Gambar 12. Jahit tunika di belakang cord marsupialisasi Winkleman

Gambar 13. Hasil marsupialisasi hidrokel teknik Winkleman

20
2. Lord
Dengan beberapa jahitan cat gut, ikat sisa kantong sekeliling testis sebelum
mengikat benang dan mengembalikan testis ke dalam skrotum. Ingat , untuk
mengembalikan testis ke dalam skrotum, dan harus membuat rongga dengan
diseksi tumpul menggunakan jari. Hemostasis sangat penting, luangkan waktu
untuk memperhatikan hal ini sebelum menjahit luka. Tutup kulit dengan
jahitan terputus benang serap.

Gambar 14. Plikasi kantong hidrokel teknik


Lord

Pokok-pokok penting
1. Ingat pada pria usia 35-40 tahun, pikirkan tumor testis – pemeriksaan
ultrasonografi preoperatif bisa membantu.
2. Pada usia lanjut dan sakit kronis mungkin lebih sesuai dikerjakan aspirasi
jarum berulang.
3. Darah dalam hidrokel dijumpai pada trauma, torsi dan beberapa tumor
testis, jadi hati-hati dalam mengerjakan aspirasi hidrokel.
4. Teknik pada anak sama seperti untuk herniotomi inguinale pada bayi.
Hidrokel infantil tidak perlu dioperasi kecuali jika menetap sampai usia
lebih dari 18 bulan sampai 2 tahun.
21
b.9 Komplikasi
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke tastis sehingga
menimbulkan atrofi testis3,5.

b.10 Prognosis
Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1 %3,5.

22
BAB III
KESIMPULAN

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihn diantara


lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik disekitarnya. Hidrokel yang terjadi pada
bayi baru lahir dapat disebabkan karena: (1) Belum sempurnanya penutupan prosesus
vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis. (2) Belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan
hidrokel.
Gambaran klinis pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang
tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum
dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya
transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal
kadang-kadang sulir melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan
pemeriksaan ultrasonografi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan operasi.
Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka kekambuhannya tinggi,
kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi. Jika dibiarkan, hidrokel
yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel permagna bisa menekan
pembuluh darah yang menuju ke tastis sehingga menimbulkan atrofi testis.

23
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Daugar G, Classifying Hydroceles of the Pelvis and Groin: An Overview of


Etiology, Secondary Complications, Evaluation, and Management. Current
Urology. 2019
2. Snell R. Clinical Anatomy by Regions. Boston: Little, Brown, 2012: 131-7.
3. Sobotta J, Putz R, Pabst R, Putz R. Sobotta atlas of human anatomy.
Mü̈ nchen: Elsevier/Urban & Fischer, 2008: 193-4.
4. Purnomo B. Anomali Traktus Urinarius dalam Dasar-Dasar Urologi Edisi
Ketiga, Jakarta: Sagung Seto, 2012: 232-4.
5. Tekgul S. European Association of Urology Guidelines on Hydrocele.
Yearbook of Urology. 2014, 2014: 16-17.
6. Wein A, Kavoussi L, Campbell M, Walsh P. Campbell-Walsh urology.
Philadelphia, PA: Elsevier Saunders, 2012: 3584-6.
7. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah, Cetakan I, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 2010: 915-916

24

Anda mungkin juga menyukai