Skizofrenia Paranoid
Pembimbing I :
dr. Wildanah
Pembimbing II :
dr. Nurlela
Oleh :
Sulawesi Tenggara
2019 - 2020
1
No. ID dan Nama Peserta : / dr. Anugrah Darmawan
No. ID dan Nama Wahana: / RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka Utara
Topik: Skizofrenia Paranoid
Tanggal (kasus) : 04-05-2020
Nama Pasien : Tn. A.M / 45 tahun / BB : 68kg No. RM : 07.51.72
Tanggal presentasi : Pendamping: dr. Wildanah
Tempat presentasi : Gedung Aula RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka Utara
Obyek presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi: Pasien datang dengan gelisah yang dialami sejak seminggu yang lalu
Tujuan: Mendiagnosis dan menatalaksana Skizofrenia Paranoid
Bahan Tinjauan Riset Kasus Audit
bahasan: pustaka
Cara Diskusi Presentasi dan E-mail Pos
membahas: diskusi
Data Pasien: Nama: Tn. A.M RM : 07.51.72
Data utama untuk bahan diskusi:
Pasien masuk ke IGD RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka Utara dengan keluhan gelisah
yang dialami sejak seminggu yang lalu, pasien juga sering berkeliaran keluar rumah pada malam
hari berdasarkan pengakuan sang istri, pasien juga tidak bisa tidur pada malam hari dan selalu
mendengar adanya bisikan “jangan tidur” serta berbicara sendiri. BAK (+) dan BAK (+) dalam
batas normal. Gejala ini dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu, Kejadian ini berawal ketika pasien
dan istrinya terlibat pertengkaran dan menuduh istrinya berselingkuh. Dan pasien terkadang
kontrol di poli saraf RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka Utara
Daftar Pustaka:
1. Balhara, Y., & Verma, R. (2012). Schizophrenia and suicide. East Asian Arch
Psychiatry, 22:126–133.
2. Abrams, D., Rojas, D., & Arciniegas, D. (2008). Is Schizoaffective disorder a
distinct clinicalcondition?Journal of Neuropsychiatric Disease and Treatment,
1089 – 1109.
3. Anonymus. (2001). Kapita Selekta Kedokteran jilid 1. Fakultas Kedokteran Universitas
Tanjungpura: Media Aesculapicus.
4. Association, A. P. (2000). Diagnostic and statistical manual of mental disorders:
DSM-IV. Washington DC: American Psychiatric Publishing.
5. Association, A. P. (2013). Diagnostic And Statistical Manual of Mental Disorder Edition
2
―DSM-5". Washinton DC: American Psychiatric Publishing.
6. Beck , A., Steer , R., & Kovacs , M. (1985). Hopelessness and eventual suicide: a 10-
year prospective study of patients hospitalized with suicidal ideation. Am J Psychiatry
7. Bourgeois , M., Swendsen, J., & Young, F. (2004). Awareness of disorder and suicide
risk in the treatment of schizophrenia: results of the international suicide prevention
trial. Am J Psychiatry
8. Carlborg , K., Winnerboack , K., Jonsson , E., & Jokinen, J. (2010). Suicide in
schizophrenia. Expert Rev Neurother
9. Carlborg, A., & Jokinen , J. (2010). Attempted suicide predicts suicide risk in
schizophrenia spectrum psychosis. Nord J Psychiatry
10. Casadebaig F, P. A. (1999). Mortality in schizophrenic patients. 3 years follow-up of a
cohort. Encephale
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Skizofrenia Paranoid
2. Penanganan Pasien dengan Skizofrenia Paranoid
1. Subyektif:
Pasien masuk ke IGD RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka Utara keluhan gelisah yang
dialami sejak seminggu yang lalu, pasien juga sering berkeliaran keluar rumah pada
malam hari berdasarkan pengakuan sang istri, pasien juga tidak bisa tidur pada malam
hari dan selalu mendengar adanya bisikan “jangan tidur” serta berbicara sendiri. BAK
(+) dan BAK (+) dalam batas normal. Gejala ini dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu,
Kejadian ini berawal ketika pasien dan istrinya terlibat pertengkaran dan menuduh
istrinya berselingkuh, kemudian pasien mengamuk, berbicara sendiri, berteriak-teriak,
mudah marah dengan orang sekelilingnya, bila diajak berkomunikasi sulit. Kemudian
setelah itu pasien terkadang kontrol di poli saraf RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka
Utara
- Riwayat konsumsi obat – obatan : Ada dari dokter saraf
- Riwayat penanganan medis sebelumnya : Ada, sering kontrol di poli saraf
- Riwayat penyakit sebelumnya : keluhan yang sama ada
2. Obyektif:
a. Pemeriksaan Fisis
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Compos mentis
3
Tanda-tanda vital :
TD : 130/90 mmHg Nadi : 80x/m
Pernapasan : 20x/m Suhu : 36,6C
b. Status Generalis :
Kepala / Leher
- Kulit dan wajah : Wajah tidak pucat
- Mata : Mata cekung (-), Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil bulat, isokor dengan diameter 3/3 mm, reflek cahaya (+/+),
mata cekung (-)
- Mulut : bibir kering (-), sianosis (-), lidah kotor (-), suara serak (-), gusi
tidak ada perdarahan, faring tidak hiperemis
- Leher : KGB tidak membesar, JVP 5-2 cmH2O
Thoraks
Paru
- Inspeksi : Pengembangan dada simetris kiri dan kanan, gerak nafas simetris,
tidak ada bagian yang tertinggal.
- Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
- Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru
- Auskultasi: Vesikuler kedua lapangan paru, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
- Palpasi : Ictus cordis teraba pada SIK (sela interkosta) V, 1 jari medial linea
midclavicularis sinistra
- Perkusi :
Batas jantung kiri atas : SIK III garis parasternal sinistra
Batas jantung kiri bawah : SIK V linea midclavicularis sinistra
Batas jantung kanan atas : SIK III garis sternalis dextra
Batas jantung kanan bawah : SIK V garis sternalis dextra
- Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, gallop (-), murmur (-)
4
Abdomen
Akral hangat, capillary refilling time < 2 detik, washer womens hand (-), edema tidak
ada.
STATUS MENTAL
Hendaya Disfungsi
Hendaya Sosial (+)
Hendaya Pekerjaan (+)
Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)
Faktor Stressor Psikososial
Ditemukan stressor psikososial dilingkungan rumahnya
Hubungan gangguan sekarang dengan riwayat penyakit fisik dan psikis
sebelumnya
- Gangguan psikiatri sebelumnya ada
- Trauma capitis (-)
- Infeksi otak (-)
- Kejang (-)
- Penggunaan NAPZA (-)
A. Deskripsi Umum
Penampilan:
Tampak Tampak seorang laki-laki tampak proporsional dengan
menggunakan baju hitam polos berkerah + celana panjang warna
hitam. Wajah sesuai dengan umur, perawatan diri cukup.
Kesadaran: compos mentis
Perilaku dan aktivitas psikomotor : Tenang saat pemeriksaan
5
Pembicaraan : spontan, intonasi tinggi dan menjawab sesuai pertanyaan.
Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif
Keadaan afektif
Mood : Labil
Afek : Labil
Keserasian : Serasi
Empati : Tidak dapat dirabarasakan
Gangguan persepsi
Halusinasi : Auditorik (+) berupa mendengar bisikan-bisikan yang
memerintahkan dirinya untuk “jangan tidur”
Visual : Tidak ada
Ilusi : Tidak ada
Depersonalisasi : Tidak ada
Derealisasi : Tidak ada
Proses berpikir
Arus pikiran :
A.Produktivitas : Ide berlebihan
6
B. Kontinuitas : Kadang Irelevan
C. Hendaya berbahasa : Tidak ada
Isi Pikiran
A. Preokupasi : Tidak ada
B. Gangguan isi pikiran : Berupa Waham curiga karena pasien merasa
istrinya selingkuh
Pengendalian impuls
Terganggu
Daya nilai
Norma sosial : Terganggu
Uji daya nilai : Baik
Penilaian Realitas : Terganggu
Tilikan (insight)
Derajat IV: Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
penyebab sakitnya
Dapat dipercaya
c. Resume
Pasien masuk ke IGD RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka Utara keluhan gelisah yang
dialami sejak seminggu yang lalu, pasien juga sering berkeliaran keluar rumah pada
malam hari berdasarkan pengakuan sang istri, pasien juga tidak bisa tidur pada malam
hari dan selalu mendengar adanya bisikan “jangan tidur” serta berbicara sendiri. BAK
(+) dan BAK (+) dalam batas normal. Gejala ini dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu,
Kejadian ini berawal ketika pasien dan istrinya terlibat pertengkaran dan menuduh
istrinya berselingkuh, kemudian pasien mengamuk, berbicara sendiri, berteriak-teriak,
mudah marah dengan orang sekelilingnya, bila diajak berkomunikasi sulit. Kemudian
7
setelah itu pasien terkadang kontrol di poli saraf RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka
Utara. Riwayat konsumsi obat – obatan : Ada dari dokter saraf
Pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg, nadi : 80x/m, pernapasan :
20x/m dan suhu : 36,6C.
Pemeriksaan status mental: Hendaya Disfungsi (Hendaya Sosial (+), Hendaya
Pekerjaan (+), Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)), Gangguan persepsi
(Halusinasi: Auditorik (+) berupa mendengar bisikan-bisikan yang memerintahkan
dirinya untuk “jangan tidur”), Faktor Stressor Psikososial, terdapat stressor psikososial
dilingkungan rumahnya, terdapat gangguan isi pikiran (Berupa Waham curiga karena
pasien merasa istrinya selingkuh)
A: Skizofrenia Paranoid
P:
Assesment :
SKIZOFRENIA
Definisi
mereda, namun timbul hilang dengan manifestasi klinik yang amat luas
Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ, 2001) menjelaskan bahwa
skizofrenia adalah suatu sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui)
dan perjalanan penyakit tak selalu bersifat kronis atau (deteriorating) yang luas,
8
Epidemiologi
The lifetime risk skizofrenia di dunia adalah antara 15 sampai 19 per 1.000
populasi sedangkan point prevalence adalah antara 2 sampai 7 per 1000. Ada
kasus baru per 100.000 penduduk, dengan laki-laki memiliki onset lebih awal
gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa berat
Prevalensi psikosis tertinggi di D.I.Y dan Aceh (masing- masing 2,7%), artinya ada
1-2 penduduk dari 1000 peduduk yang menderita gangguan jiwa berat danprovinsi
Indonesia dengan angka kejadian 2,7 orang per mil atau 2-3 penduduk per
1000 penduduk
Etiologi
Etiologi atau penyebab skizofrenia yang lebih rinci dijelaskan oleh Kaplan dan
1) Model diatesis-stress
Suatu model untuk integrasi faktor biologis dan faktor psikososial dan
mungkin memiliki suatu kerentanan spesifik (diatesis) yang jika dikenai oleh
2) Faktor biologis
9
Semakin banyak penelitian telah melibatkan peranan patofiologisuntuk daerah
tertentu di otak termasuk sistem limbik, korteks frontalis dan ganglia basalis.Ketiga
daerah tersebut saling berhubungan sehingga disfungsi pada salah satu daerah
3) Genetika
yang sama besarnya seperti saudara kembarnya yang dibesarkan oleh orang tua
lingkungan.
4) Faktor psikososial
dan merupakan konflik antara ego dan dunia luar. Kerusakan ego memberikan
10
respon terhadap factor pemicu/pencetus, dan erat kaitanya dengan adanya
b) Teori Belajar
cara berfikir yang tidak rasional dengan mengintimidasi orang tua yang juga
dari pasien skizofrenia berkembang karena pada masa anak- anak mereka belajar
berasal dari keluarga dengan disfungsi, perilaku keluarga yang pagtologis yang
pasien skizofrenia.
d) Teori Sosial
penyakit.
Menurut (PPDGJ, 2001)tentang skizofren harus ada sedikitnya satu gejala berikut
ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang
11
1) Thought echo, Thought insertion or withdrawal, Thought broadcasting
a) Thought echo adalah isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama,
b) Thought insertion or withdrawal adalah isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari
c) Thought broadcasting adalah isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umumnya mengetahuinya
perception
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar (tentang dirinya secara jelas, merujuk ke
pergerakan tubuh serta anggota gerak atau pikiran, tindakan atau penginderaan
khusus).
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik dan mukjizat.
terus menerus terhadap prilaku pasien. Dan mendiskusikan perihal pasien di antara
mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara atau jenis suara halusinasi
12
4) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap
tidak wajar dan sesuatu yang mustahil,misalnya perihal keyakinan agama atau
5) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued
ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu-minggu atau
6) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation)
yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme.
8) Gejala negatif seperti sikap apatis, bicara yang jarang dan respons emosional
yang menumpul tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari
pergaulan sosial dan menurunya kinerja sosial, tetapi harus jelas bahwa semua hal
disorder
Dua atau lebih dari yang berikut ini, masing-masing muncul cukup jelas selama
jangka waktu satu bulan (atau kurang, bila ditangani dengan baik) :
13
a) Delusi
b) Halusinasi
c) Pembicaraan kacau
e) Sympton-symptom negatif
3) Durasi
bulan ini paling tidak mencakup paling tidak 1 bulan di mana symptom-symptom
muncul.
Disorder atau gangguan PDD lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat
bila ada halusinasi atau delusi yang menonjol, selama paling tidak 1 bulan. Adapun
gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal). Harus ada
suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall
sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut
dalam diri sendiri (self absorbed attitute), dan penarikan diri secara sosial.
skizofrenia dibagi menjadi dua, yaitu gejala positif dan gejala negatif.Gejala positif
skizofrenia adalah halusinasi, delusi, dan paranoid sedangkan yang termasuk dalam
14
gejala negatif skizofrenia adalah motivasi diri rendah, apatis, kehilangan
e. Pedoman Diagnosis
bulan, dan diagnosis dari gangguan skizoafektif atau gangguan mood harus ditepis
DSM-V :
1) Karakteristik Gejala
Terdapat 2 atau lebih dari kriteria dibawah ini, masing- masing terjadi dalam
(atau kurang bila telah berhasil diobati). Paling tidak salah satunya harus (1), (2),
atau (3):
a) Delusi/Waham
b) Halusinasi
2) Disfungsi Sosial/Pekerjaan
Selama kurun waktu yang signifikan sejak awitan gangguan, terdapat satu atau lebih
disfungsi pada area fungsi utama; seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau
perawatan diri, yang berada jauh di bawah tingkat yang dicapai sebelum awitan
(atau jika awitan pada masa anak-anak atau remaja, ada kegagalan untuk mencapai
15
yang diharapkan).
3) Durasi
ini harus mencakup setidaknya 1 bulan gejala (atau kurang bila telah berhasil
diobati) yang memenuhi kriteria A (gejala fase aktif) dan dapat mencakup periode
gejala prodromal atau residual. Selama periode gejala prodromal atau residual ini,
tanda gangguan dapat bermanifestasi sebagai gejala negatif saja atau 2 atau lebih
gejala yang terdaftar dalam kriteria A yang muncul dalam bentuk yang lebih
Gangguan skizoafektif dan gangguan depresif atau bipolar dengan ciri psikotik
a) Tidak ada episode depresif manik, atau campuran mayor yang terjadi bersamaan
b) Jika episode mood terjadi selama gejala fase aktif durasi totalnya relatif
Gangguan tersebut tidak disebabkan efek fisiologis langsung suatu zat (obat yang
lainnya, diagnosis tambahan skizofrenia hanya dibuat bila waham atau halusinasi
yang prominen juga terdapat selama setidaknya satu bulan (atau kurang bila telah
berhasil diobati).
16
Penggolongan Skizofrenia
Skizofrenia dapat dibedakan menjadi beberapa tipe menurut PPDGJ III, yaitu :
memberi perintah atau auditorik yang berbentuk tidak verbal; halusinasi pembauan
minggu.
hampa perasaan.
puas diri, senyum sendiri, atau sikap tinggi hati, tertawa menyeringai,
17
diulang-ulang.
d) Menampilkan posisi tubuh tertentu yang aneh dan tidak wajar serta
f) Rigiditas (kaku).
serta kalimat.
i) Diagnosis katatonik dapat tertunda jika diagnosis skizofrenia belum tegak karena
18
a) Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofernia selama 12 bulan terakhir ini.
b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi mendominasi
gambaran klinisnya).
kriteria untuk episode depresif (F32.-), dan telah ada dalam kurun waktu paling
sedikit 2 minggu.
episode depresif (F32.-).Bila gejala skizofrenia masih jelas dan menonjol, diagnosis
harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang sesuai (F20.0 - F20.3).
non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi
suara dan posisi tubuh, erawatan diri dan kinerja sosial yang buruk.
b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang
c) Sedikitnya sudah melewati kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang
d) Tidak terdapat dementia atau gangguan otak organik lain, depresi kronis
19
a) Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkankarena
dari:
(1) Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului riwayat
skizofrenia lainnya.
tidak enak, tidak sehat pada bagian tubuh tertentu), gangguan skizofreniform YTI.
Merupakan tipe skizofrenia yang tidak dapat diklasifikasikan kedalam tipe yang
telah disebutkan.
Penatalaksanaan Skizofrenia
harus diintegrasikan secara cermat ke dalam regimen terapi obat dan harus
20
1) Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalisasi)
atau membunuh, dan perilaku yang sangat kacau atau tidak sesuai, termasuk
tempat berlindung. Tujuan utama perawatan di Rumah Sakit yang harus ditegakkan
Perawatan di rumah sakit menurunkan stres pada pasien dan membantu mereka
pada keparahan penyakit pasien dan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan.
sampai enam minggu) adalah sama efektifnya dengan perawatan jangka panjang di
rumah sakit dan bahwa rumah sakit dengan pendekatan perilaku yang aktif adalah
praktis ke arah masalah kehidupan, perawatan diri sendiri, kualitas hidup, pekerjaan,
dan hubungan social. Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat
and- care homes, dan half-way house, pusat perawatan di siang hari (day care
center) dan kunjungan rumah kadang-kadang dapat membantu pasien tetap di luar
rumah sakit untuk periode waktu yang lama dan dapat memperbaiki kualitas
2) Farmakoterapi
21
Obat antipsikotik, diperkenalkan pada awal tahun 1950, telah mengalami
sampai empat kali banyaknya pasien yang kambuh ketika diterapi dengan plasebo
dibandingkan dengan terapi dengan obat antipsikotik. Akan tetapi obat ini
oleh berbagai penelitian buta ganda yang terkontrol. Untuk antipsikotik tipikal atau
generasi pertama, tidak ada bukti bahwa obat yang satu lebih daripada yang lain
b) Antipsikotik yang telah bekerja dengan baik sebelumnya pada pasien harus
enam minggu dengan dosis yang adekuat. Jika permulaan tidak berhasil, obat
antipsikotik yang berbeda, biasanya dari kelas yang berbeda, dapat dicoba. Akan
tetapi reaksi yang tidak menyenangkan dari pasien pada pemberian dosis pertama
obat antipsikotik berhubungan erat dengan ketidaktaatan dan respon yang jelek ke
depannya.
22
d) Pada umumnya, penggunaan lebih dari satu obat antipsikotik pada saat yang
bersamaan jarang, jika pernah, atas indikasi. Akan tetapi, pada terapi yang khusus
pasien resisten kombinasi obat antipsikotik dengan obat yang lain, sebagai
e) Pasien harus diberikan terapi rumatan dengan dosis minimal yang efektif. Dosis
rumatan lebih rendah dibandingkan dengan dosis selama kontrol simtom selama
episode psikotik.Skizofrenia adalah suatu gangguan yang berlangsung lama dan fase
psikotiknya memiliki tiga fase yaitu fase akut, stabilisasi, dan fase
tersebut.
kronis.Fase akut biasanya ditandai oleh gejala psikotik (yang baru dialami atau yang
gejala psikotik yang parah.Dengan fenotiazin biasanya waham dan halusinasi hilang
dalam waktu dua sampai tiga minggu.Biarpun masih ada waham dan halusinasi,
penderita tidak begitu terpengaruh lagi dan menjadi lebih kooperatif, mau ikut
serta dalam kegiatan lingkungannya dan mau turut terapi kerja. Setelah empat
gejala sedikit banyak sudah teratasi, tetapi resiko relaps masih tinggi, apalagi
amereda, maka dosis dipertahankan selama beberapa bulan lagi, jika serangan itu
baru yang pertama kali.Jika serangan skizofrenia itu sudah lebih dari satu kali, maka
sesudah gejala-gejala mereda, obat diberi terus selama satu atau dua tahun.Setelah
23
enam bulan, pasien masuk fase rumatan (maintenance) yang bertujuan untuk
diberi dalam jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya dengan dosis yang naik
turun sesuai dengan keadaan pasien (seperti juga pemberian obat kepada pasien
samping obat. Strategi rumatan adalah menemukan dosis efektif terendah yang
fungsi psikososial pasien. Hasil pengobatan akan lebih baik bila antipsikotik
mulai diberi dalam dua tahun pertama dari penyakit. Tidak ada dosis standar
untuk obat ini, tetapi dosis ditetapkan secara individual.Pemilihan obat lebih
banyak berdasarkan profil efek samping dan respon pasien pada pengobatan
wanita hamil lebih dianjurkan haloperidol, karena obat ini mempunyai data
keamanan yang paling baik.Pada pasien yang sensitif terhadap efek samping
ekstrapiramidal lebih baik diberi antipsikotik atipik, demikian pula pada pasien yang
menunjukkan gejala kognitif atau gejala negatif yang menonjol. Untuk pasien yang
pertama kali mengalami episode skizofrenia, pemberian obat harus diupayakan agar
tidak terlalu meberikan efek samping, karena pengalaman yang buruk dengan
Prognosis
Menyebutkan bahwa 1/3 dari pasien skizofrenia yang datang berobat dalam
24
tahun pertama setelah serangan pertama akan sembuh sama sekali (full
masih didapati cacat sedikit dan masih harus sering diperiksa dan diobati
selanjutnya dan sisanya biasanya, mereka tidak dapat berfungsi didalam masyarakat
dan menuju kemunduran mental, sehingga mungkin menjadi penghuni tetap rumah
mengalami kekambuhan dalam satu tahun, dan 85% dalam 2 tahun, dibandingkan
1) Sekitar15-20% dariepisodepertamatidakakankambuh.
2) Beberapaorangakan tetapbekerja
lain:
2) Bila skizofrenia timbul secara akut, maka prognosis lebih baik daripada bila
3) Jenis : Prognosis jenis katatonik yang paling baik dari semua jenis.
25
skizofrenia simplek mempunyai prognosis yang sama jelek, biasanya jenis
6) Dikatakan bahwa bila terdapat faktor pencetus, seperti penyakit badaniah atau
7) Faktor keturunan : prognosis menjadi lebih berat bila didalam keluarga terdapat
Analisa Kasus
Pasien masuk ke IGD RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka Utara keluhan gelisah yang
dialami sejak seminggu yang lalu, pasien juga sering berkeliaran keluar rumah pada
malam hari berdasarkan pengakuan sang istri, pasien juga tidak bisa tidur pada malam
hari dan selalu mendengar adanya bisikan “jangan tidur” serta berbicara sendiri. BAK
(+) dan BAK (+) dalam batas normal. Gejala ini dirasakan sejak ± 6 bulan yang lalu,
Kejadian ini berawal ketika pasien dan istrinya terlibat pertengkaran dan menuduh
istrinya berselingkuh, kemudian pasien mengamuk, berbicara sendiri, berteriak-teriak,
mudah marah dengan orang sekelilingnya, bila diajak berkomunikasi sulit. Kemudian
setelah itu pasien terkadang kontrol di poli saraf RSUD H.M. Djafar Harun Kolaka
Utara. Riwayat konsumsi obat – obatan : Ada dari dokter saraf
Pemeriksaan fisis didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
compos mentis, tanda-tanda vital : TD : 130/90 mmHg, nadi : 80x/m, pernapasan :
20x/m dan suhu : 36,6C.
Pemeriksaan status mental: Hendaya Disfungsi (Hendaya Sosial (+), Hendaya
Pekerjaan (+), Hendaya Penggunaan Waktu Senggang (+)), Gangguan persepsi
(Halusinasi: Auditorik (+) berupa mendengar bisikan-bisikan yang memerintahkan
dirinya untuk “jangan tidur”), Faktor Stressor Psikososial, terdapat stressor psikososial
dilingkungan rumahnya, terdapat gangguan isi pikiran (Berupa Waham curiga karena
pasien merasa istrinya selingkuh)
Pada pasien ini untuk mendiagnosa skizofrenia menurut DSM-IV (Diagnostic and
Statistical Manual of mental disorder) dimana terdapat Halusinasi (Auditorik (+)
26
berupa mendengar bisikan-bisikan yang memerintahkan dirinya untuk “jangan
tidur”), Pembicaraan kacau (kadang sulit diajak berkomunikasi), terdapat
Disfungsi sosial / okupasional. Durasi Symptom-symptom gangguan ini tetap ada
untuk paling sedikit 6 bulan. Periode 6 bulan ini paling tidak mencakup paling tidak 1
bulan di mana symptom-symptom muncul. Pada kasus ini pasien telah mengalami
gejala tersebut selama 6 bulan, tidak termasuk gangguan schizoaffective atau
gangguan mood, tidak termasuk gangguan karena zat atau karena kondisi medis,
dan hubungan dengan Pervasive Developmental Disorder. Bila ada riwayat Autistic
Disorder atau gangguan PDD lainnya, pada pasien tidak terdapat gangguan Pervasive
Developmental Disorder.
Sedangakan untuk menegakkan diagnosis paranoid menurut PPDGJ III, yaitu harus
memenuhi kriteria Memenuhi kriteria skizofrenia dan Halusinasi dan/atau waham
harus menonjol : halusinasi auditori yang memberi perintah atau auditorik yang
berbentuk tidak verbal; halusinasi pembauan atau pengecapan rasa atau bersifat
seksual;waham dikendalikan, dipengaruhi, pasif atau keyakinan dikejar-kejar (pada
pasien didapatkan Halusinasi: Auditorik (+) berupa mendengar bisikan-bisikan yang
memerintahkan dirinya untuk “jangan tidur” dan waham curiga karena pasien merasa
istrinya selingkuh)
Terapi pada skizofrenia menggunakan antipsikotik terdiri dari dua kelas
mayor seperti antagonis reseptor dopamin (misalnya chlorpromazine, haloperidol)
dan SDAs (misalnya risperidon) dan Clozapin. Pada kasus ini diberikan antagonis
reseptor dopamin dalam hal ini haloperidol 2mg 2x1 Tab Indikasi pemberian obat
antipsikotik pada skizofrenia adalah pertama untuk mengendalikan gejala aktif dan
kedua mencegah kekambuhan. Efektivitas antipsikotik dalam pengobatan skizofrenia
telah dibuktikan oleh berbagai penelitian buta ganda yang terkontrol. Untuk antipsikotik
tipikal atau generasi pertama, tidak ada bukti bahwa obat yang satu lebih daripada yang
lain untuk gejala-gejala tertentu. Sedangkan pemberian Triheksifenidil 2mg 2x1 Tab
untuk mengurangi gejala ekstrapiramidal dari pemberian haloperidol
Peserta Pendamping
27
dr. Anugrah Darmawan dr. Wildanah