A. Definisi WAHAM
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2006)
yang salah. Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
tentang isi pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan atau tidak cocok dengan
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
antara Reality dengan selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
rendah.
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa yang
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal
ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau
orang lain.
Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak berfungsinya norma
( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
6. Fase improving
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
Penyebab
Berbagai kehilangan dapat terjadi pada pasca bencana, baik kehilangan harta
stress bagi mereka yang mengalaminya. Jika stress ini berkepanjangan dapat
memicu masalah gangguan jiwa dan waham. (Budi Anna Keliat, 2006: 147)
· Akibat
Akibat dari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang
pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang
lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan
lingkungan.
2. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan
b) Fungsi persepsi
c) Fungsi emosi
Afek tumpul à kurang respon emosional, afek datar, afek tidak sesuai, reaksi
berlebihan, ambivalen
d) Fungsi motorik
katatonia.
halusinasi.
F. Klasifikasi Waham
b) Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
f) Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
g) Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang
tersebut
Kategori Waham :
2. Waham nonsistematis: tidak konsisten, yang secara logis dan teoritis tidak
mungkin
G. Penatalaksanaan WAHAM
1. Psikofarmakologi
5. Psikoterapi
jika sedang kesal, atau marah, melukai / merusak barang-barang dan tidak
Mata merah, wajah agak merah, nada suara tinggi dank eras, bicara
barang.
sesuai kenyataan.
b) Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah pasien
tidak nyata?
e) Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
f) Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh orang
(diri, orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak
tersinggung
Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bisa, tidak tahu apa-apa, bodoh,
Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
dengan waham
1. Tujuan umum :
2. Tujuan khusus :
Tindakan :
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas
katakan perawat tidak mendukung disertai ekspresi ragu dan empati, tidak
menemani klien dan klien berada di tempat yang aman, gunakan keterbukaan dan
Tindakan :
Diskusikan bersama klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan
melakukannya saat ini (kaitkan dengan aktivitas sehari hari dan perawatan
diri).
waham tidak ada. Perlihatkan kepada klien bahwa klien sangat penting.
Tindakan :
wahamnya.
· Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (diri, orang lain, tempat dan
waktu).
Tindakan :
· Diskusikan dengan kiten tentang nama obat, dosis, frekuensi, efek dan efek
· Bantu klien menggunakan obat dengan priinsip 5 benar (nama pasien, obat,
Anjurkan klien membicarakan efek dan efek samping obat yang dirasakan
Tindakan :
1. Tujuan Umum:
2. Tujuan Khusus:
· Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, empati, sebut nama perawat
Tindakan:
sikap tenang.
Tindakan :
· Simpulkan bersama klien tanda tanda jengkel / kesal yang dialami klien.
Tindakan:
· Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.
Tindakan:
kemarahan.
Tindakan :
· Diskusikan cara lain yang sehat.Secara fisik : tarik nafas dalam jika sedang
· Secara verbal : katakan bahwa anda sedang marah atau kesal / tersinggung
kesabaran.
Tindakan:
Tindakan :
keluarga.
Tindakan:
· Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek dan efek
samping)
· Bantu klien mengunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama klien, obat,
1. Tujuan umum :
Klien tidak terjadi gangguan konsep diri : harga diri rendah/klien akan meningkat
harga dirinya.
2. Tujuan khusus :
Tindakan :
tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang, buat kontrak yang jelas (waktu,
· Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang berharga dan
Tindakan :
Tindakan :
yang dimiliki
Tindakan :
· Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan
Tindakan :
Tindakan :
· Aziz R, dkk. Pedoman asuhan keperawatan jiwa. Semarang: RSJD Dr. Amino
Gondoutomo. 2003