Miniprojek Stephanie Maria Poli
Miniprojek Stephanie Maria Poli
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan sarana penting bagi setiap manusia untuk tetap mempunyai
kemampuan melakukan tugas fisiologis maupun psikologis dengan baik. Kebutuhan akan
kesehatannya. Usaha tersebut dilakukan dengan mencari pengobatan ketika sakit atau
Di Indonesia, penduduk yang mengeluh sakit selama satu bulan terakhir pada tahun
2012 sebanyak 24,41%. Upaya pencarian pengobatan yang dilakukan masyarakat yang
mengeluh sakit sebagian besar adalah pengobatan sendiri (87,37%). Sisanya mencari
pengobatan antara lain ke puskesmas, paramedis, dokter praktik, rumah sakit, balai
mencanangkan visi yang berbunyi Indonesia Sehat. Untuk mewujudkan visi tersebut,
bukan hanya diperlukan peran pemerintah tetapi juga masyarakat. Dengan adanya
perilaku masyarakat yang sehat dan kemampuan masyarakat untuk memilih dan
umumnya, anak-anak dibawah 12 tahun memiliki sistem kekebalan tubuh yang belum
maksimal dikarenakan masih pada masa perkembangan. Sehingga pada saat kekebalan
tubuh bertahan dari infeksi dapat menyebabkan demam pada anak yang memiliki ciri
1
Usia balita adalah usia yang paling rawan dalam pertumbuhan, dikarenakan pada
usia tersebut anak mulai berinteraksi dan bereskplorasi dengan lingkungan sehingga
meningkatkan resiko terkena paparan beberapa penyakit baik itu dari virus, bakteri
ataupun jamur.
Menurut Dr. Kishore R.J., dokter spesialis anak yang berpraktik di Rumah Sakit
Ibu dan Anak Hermina di Jatinegara, Jakarta, penyakit yang sering diderita bayi dan balita
antara lain, demam, infeksi saluran napas, dan diare. Demam dan diare adalah yang sering
Demam adalah keluhan pada anak yang paling sering dijumpai, sekitar 10-30%
dari semua keluhan yang ditemukan pada instalasi gawat darurat di rumah sakit atau
dalam praktek dokter sehari-hari. Sampai usia 2 tahun rata-rata anak menderita demam
sekitar empat sampai enam kali serangan. Sebagai manifestasi klinis, maka demam terjadi
pada sebagian besar penyakit infeksi yang ringan dan serius, dari demam saja tak dapat
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penanganan demam pada anak mulai dari
yang ringan yaitu berupa self management, sampai yang serius dengan cara non self
Pada dasarnya mengatasi demam pada anak secara self management salah satunya
yaitu dengan pemberian obat penurun demam. Ketika mengetahui anaknya demam,
tindakan awal yang dilakukan oleh orang tua adalah dengan memberikan obat penurun
demam. Tapi beberapa penelitian menunjukkan ada juga beberapa orang tua yang tidak
melakukan self management karena tidak ada ketersediaan obat demam dirumah.
2
Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meniliti tentang gambaran pengetahuan ibu
terhadap ketersediaan obat demam pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado.
B. Rumusan Masalah
pengetahuan ibu terhadap ketersediaan obat demam pada balita di Puskesmas Teling Atas
Manado.
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu terhadap
D. Manfaat Penelitian
1) Bagi Peneliti
mengenai gambaran pengetahuan ibu terhadapat ketersediaan obat demam pada balita
2) Bagi Masyarakat
pengetahuan terhadap penanganan awal demam pada balita dengan menyediakan obat
demam dirumah.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEMAM
1. Pengertian Demam
Demam merupakan respon normal tubuh terhadap infeksi. Dalam banyak hal demam
merupakan respon yang sangat berguna dan menolong tubuh dalam memerangi infeksi. Pada
anak kecil, demam yang ringan biasanya terjadi pada setiap infeksi. Demam yang ringan itu
Demam dapat didefinisikan baik secara patofisiologi dan secara klinis. Demam secara
patofisiologis yaitu peningkatan thermoregulatory set point dari pusat hipotalamus yang
diperantarai oleh interleukin (IL-1). Sedangkan demam secara klinis yaitu peningkatan suhu
tubuh 1C atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal.
Menurut Patient information: fever in children (beyond the basic) demam merupakan
respon normal untuk berbagai kondisi, yang paling umum dari infeksi, tidak ada nilai tunggal
yang didefinisikan sebagai demam. Namun terdapat nilai-nilai yang berlaku untuk demam
yaitu, suhu rektal diatas 100.4F (38C), suhu oral diatas 100F (37.8C), aksila (ketiak) suhu
diatas 100.4F (38C) dalam mode rektal atau 99.5F (37.5C), Dahi (arteri temporalis) suhu
Pada umumnya demam adalah suatu gejala dan bukan merupakan penyakit tersendiri.
Para ahli berpendapat bahwa demam adalah suatu reaksi tangkis yang berguna dari tubuh
terhadap infeksi. Pada suhu di atas 37C limfosit dan makrofag menjadi lebih aktif. Bila suhu
melampaui 40-41C, barulah terjadi situasi kritis yang bisa menjadi fatal, karena tdak
4
2. Penyebab Demam
Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering kali diderita oleh anak balita
(dan manusia pada umumnya), yaitu demam noninfeksi dan demam infeksi
a) Demam Noninfeksi
bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam noninfeksi jarang terjadi dan diderita oleh
manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam ini timbul karena adanya kelainan
pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh
demam noninfeksi antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan
degenerative atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stress, atau
b) Demam Infeksi
misalnya kuman, bakteri, viral atau virus atau binatang kecil lainnya ke dalam
tubuh. Demam infeksi paling sering terjadi dan diderita oleh manusia dalam
kehidupan sehari-hari. Bakteri, kuman, atau virus dapat masuk ke dalam tubuh
persentuhan tubuh.
3. Mekanisme Demam
Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan langsung dengan
tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi berbagai rangsang. Sebagai respon
terhadap rangsangan pirogenik, maka monosit,makrofag, dan sel kupfer mengeluarkan sitokin
yang berperan sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) yang bekerja
pada pusat thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon terhadap sitokin tersebut maka terjadi
5
sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui metabolisme asam arakidonat jalur
mempertahankan suhu sesuai patokan yang baru dan bukan suhu normal.
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin melalui sinyal
afferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk local Macrophage Inflammatory Protein-1
(MIP-1), suatu kemokin yang bekerja langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda
dengan demam dari jalur prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh
antipiretik.
vasokonstriksi kulit juga berlangsung untuk dengan cepat mengurangi pengeluaran panas.
Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik. Dengan demikian, pembentukan demam
sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik adalah sesuatu yang disengaja dan bukan
4. Penanganan demam
Menurunkan demam pada anak dapat dilakukan secara self management maupun non
self management.
Terapi Fisik
mandiri, misalnya :
6
- memberikan lebih banyak cairan pada anak, sedikit-sedikit tapi sering,
- anak yang demam harus mendapat istirahat yang cukup. Tetapi memaksa
anak yang demam untuk terus menerus istirahat di tempat tidur (bed rest),
meneliti 1082 anak yang demam, ternyata peneliti tidak menemukan bukti
Terapi Obat
Demam tak selalu harus diberikan pengobatan, apalagi pada anak yang
kondisinya baik serta suhunya kurang dari 39.0ºC dan bila diberi pengobatan
suhu tubuh tak perlu harus mencapai normal. Salah satu upaya yang sering
dilakukan orang tua untuk menurunkan demam anak adalah dengan pemberian
antipiretik untuk menurunkan suhu tubuh anak supaya kembali normal. Cara
obat ini dapat bersifat masking effect, misalnya pada pasien demam berdarah
7
penyebab penyakitnya masih ada. Antipiretik hanya dapat diberikan apabila
demam anak diatas 38,5oC, demam yang diikuti rasa tidak nyaman, atau
demam pada anak yang memiliki riwayat kejang demam atau penyakit
jantung. Antipiretik tidak boleh digunakan untuk anak dibawah 3 bulan. Dosis
pemberian antipiretik untuk anak juga perlu diperhatikan sesuai dengan berat
badan dan umurnya. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dawood dkk,
sekitar 80,7% orang tua telah mengetahui obat yang tepat diberikan untuk
menurunkan demam anak. Namun sampai sekarang masih ada orang tua yang
demam dirumah. Dari hasil penelitian yang dilakukan Youssef dkk, 80% orang
tersedianya obat demam dirumah. Orang tua yang tidak menyediakan obat
walaupun demam baru satu atau dua hari karena rasa takut / “fever phobia”
non self management memang merupakan salah satu jalan keluar untuk mengatasi
anak yang menderita demam, tetapi belum tentu merupakan pilihan yang terbaik
karena penanganan demam pada anak tidak bersifat mutlak dan tergantung kepada
tingginya suhu, keadaan umum, dan umur anak tersebut. Terdapat beberapa
kriteria yang menganjurkan agar anak mengubungi tenaga medis, antara lain:
8
- demam pada anak yang mempunyai riwayat penyakit kronis dan defisiensi
sistem imun.
- demam pada anak yang disertai gelisah, lemah, atau sangat tidak nyaman
B. BALITA
Balita adalah anak yang menginjak usia di atas satu tahun atau lebih sering dikenal
Periode penting dalam tumbuh kembang anak adalah masa balita. Karena pada masa
ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan selanjutnya.
Pada masa balita ini perkembangan kemampuan berbahasa, kreativitas, kesadaran sosial,
emosional dan intelegensia berjalan sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya. Jadi disayangkan apabila anak sakit maka dapat berpengaruh pada proses tumbuh
kembangnya.
Periode balita jika dilihat dari periode perkembangannya yaitu terdiri dari periode
bayi (lahir sampai 12 atau 18 bulan), Toddler (1 sampai 3 tahun) dan prasekolah 3 sampai 6
tahun).
Periode bayi merupakan salah satu perkembangan motoric, kognitif dan sosial yang
cepat. Melalui hubungan timbal balik dengan pemberi perawatan (orang tua), bayi
menetapkan dasar kepercayaan di dunia dan dasar untuk hubungan interpersonal di masa
yang akan datang. Periode ini merupakan bulan pertama kehidupan yang kritis, walaupun
bagian dari periode bayi, sering dibedakan dari sisi masanya karena penilaian fisik utama
Periode Toddler dan prasekolah merupakan periode yang meluas dari masa anak-anak
mencapai peningkatan daya gerak sampai mereka masuk sekolah, yang ditandai dengan
aktivitas dan penemuan yang intens. Hal ini adalah waktu penandaan perkembangan fisik dan
9
kepribadian. Perkembangan motorik meningkat secara stabil. Anak-anak pada usia ini
mendapatkan bahasa dan perluasan hubungan sosial, belajat standart peran, meningkatkan
10
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penilitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif kuantitatif
dengan analisis distribusi frekuensi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui gambaran
pengetahuan ibu terhadap ketersediaan obat demam pada balita di Puskesmas Teling Atas
Manado melalui alat ukur kuisioner yang akan diberikan kepada responden.
fenomena, sedangkan sampel didefinisikan sebagai sekumpulan data yang di ambil atau
diseleksi dari suatu populasi. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan pertimbangan tertentu yang dibuat oleh
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita di Puskesmas Teling
Atas Manado.
Sampel pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki balita dengan beberapa
11
4) Berpendidikan dari Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi
D. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan mengisi data demografi
yang ada pada kuisioner yang terdiri dari nama orang tua, umur, pekerjaan dan pendidikan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen pada penelitian ini yaitu menggunakan kuisioner yang dibuat oleh peneliti
yaitu dengan menggunakan lembar kuisioner. Instrument ini terdiri dari 2 bagian. Bagian
pertama berisi data demografi, bagian kedua berisi metode penanganan demam.
12
F. Analisi Data
Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini dengan menggunakan komputer,
yaitu analisa univariat. Analisis univariat adalah analisis yang menggambarkan dan
meringkas data tiap variable dengan cara ilmiah dalam bentuk table atau grafik. Analisis
univariat adalah penelitian ini menggunakan distribusi frekuensi. Analisis yang digambarkan
13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan menjelaskan hasil penelitian tentang pengetahuan ibu terhadap
ketersediaan obat demam pada balita. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2018
Puskesmas Teling Atas merupakan salah satu UPT Dinas Kesehatan Kota Manado
Puskesmas Teling Atas memiliki visi “Kecamatan Wanea Sehat Menuju Kota Model
Ekowisata”. Kecamatan Wanea Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan
yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam
kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan setinggi-
tingginya.
B. Data Geografis
Puskesmas Teling Atas mencakup sebagian kelurahan yang termasuk dalam wilayah
14
Puskesmas Teling Atas kecamatan Wanea mempunyai 4 wilayah kerja yang terdiri
dari :
2. Kelurahan Tingkulu
3. Kelurahan Wanea
Adapun luas kecamatan Wanea 313,9 km2 yang umumnya terdiri dari dataran rendah, dengan
Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Teling Atas pada akhir tahun 2013
berjumlah 30.240 jiwa dengan jumlah rumah tangga 8.106 dimana kelurahan Teling
orang dan kelurahan Tanjung Batu dengan jumlah penduduk paling sedikit berjumlah
1. Pendidikan
2. Sosio-Ekonomi
Pada tahun 2013 terdapat 4.746 jumlah jiwa miskin dengan 4.746 jiwa miskin
Pada tahun 2013 Puskesmas Teling Atas memiliki tenaga kerja sebanyak 40 orang
diantaranya 6 orang tenaga medis, 5 orang dokter umum, 1 orang dokter gigi.
Perawat dan bidan berjumlah 23 orang, farmasi berjumlah 3 orang, tenaga gigi
15
berjumlah 1 orang, sanitasi 1 orang, dan kesmas 1 orang. Staf lainnya adalah
pekarya, tata usaha, dan tenaga lainnya. Pada tahun 2013 di kecamatan wilayah
kerja Puskesmas Teling Atas terdapat beberapa sarana dasar untuk pelayanan
kesehatan seperti:
a) Puskesmas : 1 buah
g) Apotik : 3 buah
1) Demografi Responden
a) Umur Responden
Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Dalam Pengumpulan Data
Kuisioner di Puskesmas Teling Atas Manado
Hasil
Umur (Tahun)
Frekuensi Presentase (%)
16 - 25 11 36.7
26 - 35 16 53.3
36 - 45 3 10
Total 30 100
16
Umur
10.00% 36.70%
53.30%
16 - 25 26 - 35 36 - 45
Diagram 4.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Dalam Pengumpulan Data
Kuisioner di Puskesmas Teling Atas Manado
Berdasarkan tabel dan diagram diatas didapatkan 53.3% usia responden diantara 26 –
35 tahun. Depkes RI (2010) mengemukakan usia produktif wanita antara 20-49 tahun yang
berstatus belum kawin, kawin maupun janda. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh usia,
semakin cukup umur dan kekuatan individu akan lebih matang dalam berfikir, termasuk
mempunyai pengetahuan tentang masalah demam. Ibu yang berumur lebih tua cenderung
lebih memahami tentang masalah demam pada anak dibandingkan ibu dengan usia muda, hal
ini dipengaruhi jumlah anak yang dimiliki sehingga pengetahuan tentang demam dipengaruhi
17
b) Pekerjaan Responden
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Dalam Pengumpulan Data
Kuisioner di Puskesmas Teling Atas Manado
Hasil
Pekerjaan
Frekuensi Presentase (%)
Pegawai Negeri 5 16.7
Wiraswasta 3 10
Mahasiswa/Pelajar 3 10
Ibu Rumah Tangga 19 63.3
Total 30 100
Pekerjaan
Pegawai
Negeri;
16.70%
Wiraswasta;
Ibu Rumah 10.00%
Tangga IRT); Mahasiswa/Pela
63.30% jar; 10.00%
Diagram 4.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Dalam Pengumpulan Data
Kuisioner di Puskesmas Teling Atas Manado
Di Puskesmas Teling Atas paling banyak pekerjaan Pegawai Negeri sebanyak 5 ibu
(16.7%), Wiraswasta sebanyak 3 ibu (10%), Mahasiswa/Pelajar sebanyak 3 ibu (10%), dan
Ibu Rumah Tangga (IRT) sebanyak 19 ibu (63.3%). Berdasarkan tabel dan diagram diatas
didapatkan status pekerjaan 63.3% responden adalah ibu rumah tangga. Status ibu rumah
tangga karena dilatar belakangi adanya peran ibu yang mengasuh anak, sementara suami
sebagai kepala keluarga bekerja. Status pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dari segi waktu
18
mempunyai waktu lebih banyak dalam mengasuh anak termasuk dalam menjaga kesehatan
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dalam Pengumpulan
Data Kuisioner di Puskesmas Teling Atas Manado
Hasil
Tingkat Pendidikan
Frekuensi Presentase (%)
Tamat SD - -
Tamat SMP 5 16.7
Tamat SMA/SMK 20 66.6
Diploma, Sarjana,
5 16.7
Pascasarjana
Total 30 100
Tingkat Pendidikan
Tamat SD; 16.70%
Tamat SMA/SMK;
16.70%
Diagram 4.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dalam Pengumpulan
Data Kuisioner di Puskesmas Teling Atas Manado
Berdasarkan tabel dan diagram diatas didapatkan tingkat pendidikan 66.6% responden
responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup. Diketahui bahwa semakin tinggi tingkat
19
pendidikan akan berimplikasi pada pengetahuan dan sikap. Penanganan demam pada balita
yang buruk mayoritas dilakukan oleh ibu dengan tingkat pendidikan rendah. Tingkat
pendidikan mempengaruhi kesadaran akan pentingnya arti kesehatan baik pada diri sendiri
Pendidikan yang lebih tinggi akan dapat menjamin pengetahuan seseorang lebih baik
Tabel 4.4
Tindakan Ibu Bila Mendapati Balita Demam di Puskesmas Teling Atas
Hasil
Tindakan
Frekuensi Presentase (%)
Membawanya ke dokter/puskesmas/RS 15 50
Memberi Obat Panas 11 36.7
Mengompres dahinya 4 13.3
Membiarkannya - -
Total 30 100
Tindakan
Mengompres
dahinya; 13.30%
Membawanya ke
dokter/puskesmas/RS
Memberi Obat Panas; ; 50.00%
36.70%
Diagram 4.4
Tindakan Ibu Bila Mendapati Balita Demam di Puskesmas Teling Atas
20
Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan tindakan ibu bila mendapati balita
Kekhawatiran ibu terhadap akibat buruk dari demam yang menyebabkan ibu segera
mambawa anaknya ke dokter/puskesmas/rumah sakit bila anaknya demam. Ini juga didukung
adanya fasilitas puskesmas di wilayah Kecamatan Wanea ataupun mudahnya akses ke tenaga
Tabel 4.5
Banyaknya Dalam Sebulan Balita Mengalami Demam
Hasil
Banyaknya
Frekuensi Presentase (%)
< 5 kali 30 100
5 – 10 kali - -
10 – 15 kali - -
> 15 kali - -
Total 30 100
Banyaknya
100.00%
Diagram 4.5
Banyaknya Dalam Sebulan Balita Mengalami Demam
21
Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan banyaknya dalam sebulan balita
mengalami demam adalah < 5 kali sebanyak 30 ibu (100%). Seorang anak dapat
dikategorikan demam yang dianggap wajar apabila demam minimal 4-8 kali dalam setahun.
Demam pada anak dinilai wajar dikarenakan sistem imun yang berkembang sempurna
sehingga rentan terkena virus dan bakteri. Kondisi anak yang harus dikhawatirkan adalah
ketika anak bolak balik sakit (demam) bahkan dalam satu bulan dapat mengalami 2-3 kali
demam. Demam yang dialami anak dapat terjadi karena flu, diare ataupun batuk meskipun
penyakit yang umum dialami oleh anak-anak akan tetapi apabila sering terjadi harus
dilakukan pemeriksaan terhadap kondisi anak. Menurut penelitian Kaazem dkk, banyak
sedikitnya balita mengalami demam dalam sebulan ataupun setahun, dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Kondisi lingkungan yang tidak higienis, kurang pencahayaan, dan ventilasi yang
kurang baik dalam memicu anak mengalami demam. Disamping itu kurangnya kepedulian
orang tua terhadap kesehatan anak dapat meningkatkan jumlah dalam sebulan balita
mengalami demam.
Tabel 4.6
Persediaan Obat Demam Dirumah Ketika Balita Demam
Hasil
Persediaan
Frekuensi Presentase (%)
Ya 25 83.3
Tidak 5 16.7
Total 30 100
22
Persediaan
16.70%
83.30%
Ya Tidak
Diagram 4.6
Persediaan Obat Demam Dirumah Ketika Balita Demam
Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan ibu yang menyediakan obat
demam dirumah ketika balita demam adalah sebanyak 25 ibu (83.3%). Tingkat kesembuhan
balita ketika mengalami demam dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan ibu tentang
penanganan awal demam. 83.3% ibu menyediakan obat demam dirumah mengerti dan
memahami apa dampak negatif anak mengalami demam. Dengan menyediakan obat demam
dirumah sebagai langkah awal penanganan demam, dapat memperlambat atau mengurangi
Tabel 4.7
Jenis Obat Demam yang Digunakan Ibu Ketika Balita Demam Di Puskesmas Teling
Atas Manado
Hasil
Jenis Obat
Frekuensi Presentase (%)
Sanmol (Paracetamol) 26 86.7
Proris Ibuprofen 4 13.3
Total 30 100
23
Jenis Obat
Proris Ibuprofen;
15.97%
Sanmol
(Paracetamol);
84.03%
Diagram 4.7
Jenis Obat Demam yang Digunakan Ibu Ketika Balita Demam Di Puskesmas Teling
Atas Manado
Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan jenis obat demam yang digunakan
ibu ketika balita demam dirumah adalah sanmol (paracetamol) sebanyak 26 ibu (86.7%), dan
proris ibuprofen sebanyak 4 ibu (13.3%). Terapi obat merupakan salah satu cara untuk
menurunkan demam pada balita. Paracetamol merupakan obat yang sering digunakan
dibanding ibuprofen karena efek samping dari paracetamol lebih sedikit dan hampir tidak
terlihat efek sampingnya. Selain efek sampingnya sedikit, paracetamol juga mudah didapat
Tabel 4.8
Tempat Ibu Mendapatkan Obat Demam Pada Balita di Puskesmas Teling Atas Manado
Hasil
Tempat
Frekuensi Presentase (%)
Apotik 30 100
Warung - -
Toko Obat - -
Total 30 100
24
Tempat
Apotik
Warung
Toko Obat
100.00%
Diagram 4.8
Tempat Ibu Mendapatkan Obat Demam Pada Balita di Puskesmas Teling Atas Manado
Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan tempat ibu mendapatkan obat
25
Alasan
Menghemat biaya;
Penyakit masih cukup 14.40%
ringan; 25.60%
Diagram 4.9
Alasan Ibu Melakukan Pengobatan Sendiri Dirumah
Berdasarkan tabel dan diagram diatas menunjukkan alasan ibu melakukan pengobatan
sendiri dirumah, menghemat biaya sebanyak 4 ibu (14.4%), cepat mengatasi penyakit
sebanyak 18 ibu (60%), penyakit masih cukup ringan sebanyak 7 ibu (25.6%), dan obat
mudah didapat tidak ada jumlah frekuensi ibu. 60% ibu memilih alasan melakukan
Tabel 4.10
Tindakan bila Pengobatan Belum Memberikan Kesembuhan Pada Balita
Hasil
Tindakan
Frekuensi Presentase (%)
Langsung dibawa ke
30 100
dokter/puskesmas/RS
Pergi ke pengobatan tradisional - -
Membiarkannya sampai
- -
sembuh
Total 30 100
26
Tindakan
Langsung
dibawa ke
dokter/puskesm
as/RS; 100.00%
Diagram 4.10
Tindakan bila Pengobatan Belum Memberikan Kesembuhan Pada Balita
sebanyak 30 ibu (100%). Demam biasanya bisa pulih dengan sendirinya setelah 3-5 hari
setelah diberikan obat demam. Namun, demam yang tidak kunjung sembuh setelah diberi
obat demam bisa jadi menandakan infeksi atau penyakit lain yang lebih serius. Bila
Tabel 4.11
Pertimbangan Ibu Dalam Memberikan Obat Demam pada Balita
Hasil
Pertimbangan
Frekuensi Presentase (%)
Obat tersebut pernah
19 63.3
diresepkan
Informasi dari petugas apotik 8 26.7
Iklan - -
Informasi dari teman, tetangga 3 10
Total 30 100
27
Pertimbangan
10.00%
Obat ters ebut pernah
26.70% dires epkan
Informa s i dari petugas apotik
63.30%
Ikl an
Informa s i dari tema n, teta ngga
Diagram 4.11
Pertimbangan Ibu Dalam Memberikan Obat Demam pada Balita
memberikan obat demam pada balita dirumah paling banyak adalah obat tersebut pernah
diresepkan sebanyak 19 ibu (63.3%). Informasi dari petugas apotik sebanyak 8 ibu (26.7%),
Tabel 4.12
Lamanya Pengobatan Sendiri Dirumah Pada Balita sebelum Membawa ke Petugas
Kesehatan
Hasil
Lamanya
Frekuensi Presentase (%)
< 2 hari 22 73.3
2 – 5 hari 8 26.7
> 5 hari - -
Total 30 100
28
Lamanya
< 2 hari 2 - 5 hari > 5 hari
26.70%
73.30%
Diagram 4.12
Lamanya Pengobatan Sendiri Dirumah Pada Balita sebelum Membawa ke Petugas
Kesehatan
dirumah pada balita sebelum membawa ke petugas kesehatan adalah < 2 hari sebanyak 22 ibu
(73.3%), sedangkan 2 – 5 hari sebanyak 8 ibu (26.7%). Pengobatan sendiri bisa dilakukan
dalam waktu terbatas, lebih kurang 3-5 hari. Jika tidak sembuh maka dianjurkan untuk segera
dibawa ke dokter/puskesmas/RS.
29
Efek Samping
Tidak ada Ada Mengantuk Muntah
33.30%
66.70%
Diagram 4.13
Efek Samping Penggunaan Obat Demam pada Balita
Efek samping yang biasa timbul setelah meminum obat demam yaitu 66.7%
menyatakan tidak ada efek samping dari penggunaan obat demam pada balita dan mengantuk
sebesar 33.3%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
pada balita di Puskesmas Teling Atas Manado dapat disimpulkan sebagai berikut :
1) Gambaran umur ibu di Puskesmas Teling Atas Manado didapatkan 53.3% usia
30
2) Gambaran mengenai pekerjaan ibu di Puskesmas Teling Atas Manado didapatkan
63.3% responden bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT), 16.7% responden bekerja
sebagai Pegawai Negeri, 10% responden bekerja sebagai Wiraswasta, dan 10%
SD.
4) Gambaran tindakan ibu bila mendapati balita demam di Puskesmas Teling Atas
responden membiarkannya.
Atas Manado didapatkan 100% responden memilih < 5 kali balita mengalami demam
dalam sebulan.
6) Gambaran persediaan obat demam dirumah ketika balita demam di Puskesmas Teling
Atas Manado didapatkan 83.3% responden menjawab ya, dan 16.7% responden
menjawab tidak.
7) Gambaran jenis obat demam yang digunakan ibu ketika balita demam di Puskesmas
Teling Atas Manado didapatkan 86.7% responden memilih sanmol (paracetamol), dan
8) Gambaran tempat ibu mendapatkan obat demam pada balita di Puskesmas Teling Atas
obat demam.
31
9) Gambaran alasan ibu melakukan pengobatan sendiri dirumah di Puskesmas Teling
Atas Manado didapatkan 60% responden memilih cepat mengatasi penyakit, 25.6%
10) Gambaran tindakan bila pengobatan belum memberikan kesembuhan pada balita di
dibawa ke dokter/puskesmas/RS.
11) Gambaran pertimbangan ibu dalam memberikan obat demam pada balita di
Puskesmas Teling Atas Manado didapatkan 63.3% responden memilih obat tersebut
pernah diresepkan, 26.7% responden memilih informasi dari petugas apotik, 10%
12) Gambaran lamanya pengobatan sendiri dirumah pada balita sebelum membawa ke
petugas kesehatan didapatkan 73.3% responden memilih < 2 hari, 26.7% responden
13) Gambaran efek samping penggunaan obat demam pada balita didapatkan 66.7%
responden memilih tidak ada efek samping setelah balita minum obat demam, 33.3%
B. Saran
1) Bagi Puskesmas
Melakukan edukasi atau konseling kepada orang tua yang memiliki balita mengenai
kesehatan anak bahwa pentingnya orang tua menyediakan obat demam dirumah
variabel dan jumlah penelitian, sehingga di dapatkan hasil penelitian yang lebih baik.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anief, Moh. 1997. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Obat. Yogyakarta: UGM
Hastono, P. S. 1997. Hubungan Faktor Sosial Demografi Ibu dengan Pemanfaatan Penolong
Persalinan di Kabupaten Cianjur 1995. Jurnal Penelitian UI. Makaro no I seri A.
33
Kristina, S. A. 2008. Perilaku pengobatan sendiri yang rasional pada masyarakat Kecamatan
Depok dan Cangkringan Kabupaten Sleman, Majalah Farmasi Indonesia, 19 Vol 1,
32-40 dari Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Indonesia 2004. Jakarta: BPS, 135-
136.
Muslimin. 2002. Metode Penelitian di Bidang Sosial. Malang: Bayu Media, Universitas
Muhammadiyah Malang.
Notoatmojo, S. 2009. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Purwoko, Djauhar I., Soetaryo. 2003. Demam pada Anak: Perabaan Kulit, Pemahaman dan
Tindakan Ibu. Berkala Ilmu Kedokteran, Vol. 35, No. 2, 2003.
Sabri, L dan Hastono, S. P. 2009. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Supardi, S. 1996. Pengambilan Keputusan dan Pemilihan Pengobatan. Jurnal Cermin Dunia
Kedokteran, Hal 48-49.
Usman, Husaini dan Akbar, Purnomo S. 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi
Aksara.
34
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantasannya. Semarang: Penerbit Erlangga.
[BMJ Group and RPS Publishing] Royal Pharmaceutical Society. 2009. British National
Formulary 57. Jerman: GPP Media.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2005. Statistik Indonesia 2004. Jakarta: BPS, 135-136.
[DinKes] Dinas Kesehatan. 2007. Profil Kesehatan Jawa Tengah. Jawa Tengah: Dinkes
Jateng.
35