Anda di halaman 1dari 16

DARI PERSIA HINGGA CINA:

Diskursus tentang Teori Kedatangan Islam


di Melayu Nusantara

Lukmanul Hakim
Dosen Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Imam Bonjol Padang
E-mail: luqman_az01@yahoo.com

Abstract

The arrival of Islam in Malay Archipelago to this day is still a debate, because no data
and facts have been found to be scientifically justified, but also because of the unilateral
nature of the various theories. There is a strong tendency, certain theories emphasize
only the specific aspects, while ignoring the other aspects. Therefore, most of the
theories that exist in certain aspects fail to explain the coming of Islam, and the process
of Islamization. This paper aims to analyze the theory of the arrival of Islam in the
Malay Archipelago world. The method used is historical method. Until now there are at
least four theories that discuss the theory of the arrival of Islam in the Malay
Archipelago world. The four theories are Gujarat theory, Mecca theory, Persian theory
and fourth theory (Chinese). Each of these theories has the strengths and weaknesses
and certainly these four theories have a common view of Islam as a religion developed
in the archipelago through a peaceful way and Islam does not recognize mission as
practiced by Christians and Catholics.

Keywords: Persian, Chinese, Discourse, Islamic historical theory, Malay Archipelago

Abstrak

Kedatangan Islam di Melayu Nusantara sampai hari ini masih menjadi perdebatan,
karena belum ditemukannya data dan fakta yang benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tetapi juga karena sifat sepihak dari berbagai
teori yang ada. Terdapat kecenderungan kuat, teori tertentu menekankan hanya aspek-
aspek khusus, sementara mengabaikan aspek lainnya. Karena itu, kebanyakan teori
yang ada dalam segi-segi tertentu gagal menjelaskan kedatangan Islam, dan proses
Islamisasi. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis teori kedatangan Islam di dunia
Melayu Nusantara. Metode yang digunakan adalah metode sejarah. Sampai saat ini
setidaknya ada empat teori yang memperbincangkan teori kedatangan Islam di dunia
Melayu Nusantara. Keempat teori tersebut adalah teori Gujarat, teori Makkah, teori
Persia dan teori keempat (Cina). Masing-masing teori ini mempunyai kekuatan dan
kelemahan dan yang pasti keempat teori ini mempunyai persamaan pandangan yakni
Islam sebagai agama yang dikembangkan di Nusantara melalui jalan damai dan Islam
tidak mengenal adanya misi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen.

Kata Kunci: Persia, Cina, Diskursus, teori sejarah Islam, Melayu Nusantara

1
2 Dari Persia Hingga Cina...

PENDAHULUAN baru saja diperkenalkan. Hal ini pada


Diskursus tentang kedatangan gilirannya tidak saja menciptakan
Islam di dunia Melayu Nusantara keragaman artikulasi Islam, tetapi
berkisar kepada tiga masalah pokok: sekaligus menyebabkan upaya untuk
tempat asal kedatangan Islam, para membuat satu teori tentang Islamisasi
pembawanya, dan waktu yang berlaku umum di Nusantara
1
kedatangannya. Berbagai teori dan menjadi sulit dilakukan.2
pembahasan yang berusaha menjawab Berangkat dari permasalahan di
ketiga masalah pokok ini jelas belum atas, tulisan ini berusaha menjelaskan
tuntas, tidak hanya karena kurangnya maksud teori kedatangan Islam di dunia
data yang dapat mendukung suatu teori Melayu Nusantara dan teori-teori yang
tertentu, tetapi juga karena sifat sepihak muncul dan berkembang selama ini
dari berbagai teori yang ada. Terdapat tentang kedatangan Islam di dunia
kecenderungan kuat, suatu teori tertentu Melayu Nusantara.
menekankan hanya aspek-aspek khusus
dari ketiga masalah pokok, sementara METODE PENELITIAN
mengabaikan aspek-aspek lainnya. Tulisan ini menggunakan
Karena itu, kebanyakan teori yang ada metode analisis isi (content analisis).
dalam segi-segi tertentu gagal Menurut Stempel analisis isi adalah
menjelaskan kedatangan Islam, konversi suatu tehnik penelitian yang objektif,
agama yang terjadi, dan proses-proses sistemik, kuantitatif dan
Islamisasi yang terlibat di dalamnya. mendeskripsikan isi komunikasi.[4]
Bukannya tidak biasa jika suatu teori Paling tidak ada 6 langkah yang
tertentu tidak mampu menjawab digunakan dalam metode ini yaitu: (1)
pertanyaan-pertanyaan tandingan yang mencari pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan teori-teori lain. akan diteliti dan teori-teori serta
Jajat Burhanuddin hipotesa apa yang akan digunakan, (2)
menambahkan bahwa langkanya menyeleksi sample dan membuat
sumber sejarah yang tersedia untuk pembatasan kategori yang digunakan,
periode awal ini telah menghambat (3) menginterpretasikan fakta yang ada
berbagai upaya para sarjana yang berkenaan dengan konsep dan teori
berusaha memberikan satu rekonstruksi yang memadai.[5] Analisis isi yang
sejarah Islamisasi di wilayah Nusantara. digunakan dalam tulisan ini lebih
Lebih dari itu, persoalan karena bersifat kualitatif. Alasannya adalah: (1)
kurangnya data ini selanjutnya menjadi yang dicermati adalah tulisan dalam
sangat kompleks mengingat di wilayah sebuah karya (buku), (2) tulisan ini
ini Islam memperlihatkan keragaman menggunakan sample untuk melihat dan
yang dalam beberapa segi bisa menganalisis isi sebuah karya (buku)
dikatakan sangat menghambat bagi sejarah.
dilakukannya satu pembahasan yang
tuntas tentang waktu dan pola yang HASIL DAN PEMBAHASAN
diambil dalam proses penyebarannya ke Pengertian Diskursus Teori
wilayah-wilayah di Nusantara. Kedatangan Islam di Melayu
Islamisasi di beberapa wilayah Nusantara
berlangsung dengan mulus, tapi di Memahami maksud dari teori
beberapa wilayah lain harus berhadapan kedatangan Islam di Melayu Nusantara,
dengan kuatnya oposisi tradisi lokal. ada dua kata kunci yang mesti
Demikian pula di beberapa wilayah lain dijelaskan dalam pembahasan ini.
Pertama yaitu tentang pengertian teori
1
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama
2
Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad Jajat Burhanuddin, Islam dalam Arus
XVII dan XVIII, Edisi Perenial, (Jakarta: Sejarah Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2017), h.
Kencana Prenadamedia Group, 2013), h. 2 1-2

Khazanah Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018


Lukmanul Hakim 3

dan yang kedua adalah maksud Islam di Melayu mungkin berasal daripada nama
Melayu Nusantara. sebuah anak sungai yang bernama
Teori berasal dari bahasa sungai Melayu di hulu Sungai Batang
Yunani yaitu theoria yang berarti Hari Sumatera. Di sana letaknya
kaidah yang mendasari suatu gejala dan Kerajaan Melayu sekitar 1500 tahun
sudah dilakukan verifikasi.3 Dari sisi lalu sebelum atau pada masa Kerajaan
lain teori adalah keyakinan atau Sriwijaya.9 Khairul A. Mastor, Putai
prosedur yang diajukan sebagai dasar Jin, dan Martin Cooper mengatakan
tindakan; suatu prinsip atau dasar untuk bahwa ‘orang Melayu’ (Malays) adalah
bertindak. Namun pada dasarnya teori mereka yang merupakan penduduk asli
merupakan ide-ide yang (indigenous) di wilayah Malaya, suatu
terorganisasikan tentang suatu wilayah di Semenanjung Malaya. Orang
kebenaran, yang ditarik dari sejumlah Melayu juga bertempat tinggal di
fakta yang berhubungan dengan itu.4 Brunai, Singapura dan Indonesia,
Teori dalam disiplin sejarah Thailand Selatan dan Kamboja maupun
biasanya dinamakan “kerangka di luar Asia Tenggara.10 Istilah Melayu
referensi” atau “skema pemikiran”.5 seperti dikeluarkan UNESCO pada
Dalam pengertian yang lebih luas, teori 1972, merupakan suku bangsa Melayu
adalah suatu perangkat kaidah yang di Semenajung Malaysia, Thailand,
memandu sejarawan dalam Indonesia, Filipina, dan Madagaskar.11
penelitiannya, dalam menyusun bahan- Sebutan Melayu berasal dari
bahan (data) yang diperolehnya dari “Himalaya” lalu kemudian disingkat
analisis sumber, dan juga dalam menjadi “Malaya”. “Hima” berarti
mengevaluasi hasil penemuannya.6 “salju” atau “sejuk”, sedangkan “alaya”
Teori apabila dipandang sebagai bermakna “tempat”. Dengan demikian
bagian pokok ilmu sejarah adalah dapat disimpulkan “tempat yang sejuk
apabila penulisan atas suatu peristiwa seperti di puncak gunung yang tinggi”12.
itu sampai kepada upaya melakukan Frasa Melayu dapat pula berasal dari
analisa atas faktor-faktor kausal, perkataan “malaiyur-pura” yang berarti
kondisional, konstektual, serta unsur- “kota malaiyur” atau “kota gunung”.13
unsur yang merupakan komponen dan Kata “Melayu” dapat pula berasal dari
eksponen dari proses sejarah yang kata “mala” dan “yu”. “Mala” artinya
dikaji.7 “mula” atau “permulaan” dan “yu”
Menurut etimologi, perkataan artinya “negeri”. Melayu berarti “negeri
Melayu berasal dari kata Sansekerta: mula”: negeri asal mula atau negeri asal
‘Malaya’ yang berarti ’bukit’ atau usul. Menurut Ahmad Dahlan, Bukit
‘tanah tinggi’. Ada pula sumber sejarah Siguntang di Palembang diyakini
yang mengatakan bahwa kata ‘Melayu’ sejarah sebagai negeri asal usul raja-raja
berasal dari sungai Melayu di Jambi8. Melayu yang memerintah di Kerajaan
Ada juga yang berpendapat, perkataan Melayu Singapura dan Kemaharajaan
Melayu Melaka serta Kemaharajaan
3 Melayu yang kelak berpusat di Johor,
Suhartono W. Pranoto, Teori &
Metodologi Sejarah, (Yogyakarta: Graha Ilmu, Riau dan Lingga.14
2014), Cet. Ke-2, h. 12
4 9
Ibid Ibid., h. 15-16
5 10
Dudung Abdurrahman, Metodologi Ibid., h. 16
11
Penelitian Sejarah Islam, (Yogyakarta: Ombak, Ibid
12
2011), h. 28 Abdul Rashid Melebek dan Amat
6
Ibid., h. 28-29 Juhari Moain, Sejarah Bahasa Melayu, (Kuala
7
Ibid., h. 29 Lumpur: Utusan Publications & Distributors
8
Abdullah Idi, Dinamika Sosiologis SDN BHD, 2005), h. 9
13
Indonesia; Agama dan Pendidikan dalam Ibid
14
Perubahan Sosial, (Yogyakarta: PT. LKiS Ahmad Dahlan, Sejarah Melayu,
Pelangi Aksara, 2015), h. 16 (Jakarta: KPG, 2015), Cet. ke-2, h. 15

Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora


4 Dari Persia Hingga Cina...

Melayu adalah nama sebuah artinya “kita”. Begitiulah cara Melayu


kerajaan tua yang pernah ada di Muara yang selalu merendah.17
Sungai Melayu (kini bernama Sungai Menurut Kamus Besar Bahasa
Batang Hari, Jambi) dalam abad ke-7 Indonesia, Melayu adalah suku bangsa
M. Penamaan sebuah kerajaan dan bahasa di Sumatera, Semenanjung
berdasarkan nama sungai hal yang biasa Malaysia, dan dipelbagai daerah di Asia
dalam tradisi Melayu, karena bangsa Tenggara/rumpun bahasa besar yang
Melayu zaman dulu selalu membangun meliputi suatu daerah kepulauan luas
kerajaan di pinggir sungai. Sedangkan yang di bagian barat dibatasi oleh
penamaan sungai sebagai “Melayu” bahasa-bahasa di Madagaskar, di utara
berasal dari sifat air sungai itu sendiri oleh bahasa-bahasa penduduk asli
yang deras atau kencang atau melaju Taiwan, di selatan oleh bahasa di
seperti orang berlari.15 Indonesia, dan di timur oleh kepulauan
Melayu juga untuk menyebut yang paling timur di Oceania, yaitu
bahasa yaitu bahasa Melayu yang pulau Paskah; Austronesia.18
berkembang di tengah masyarakat Muchtar Luthfi,19 setidaknya
Melayu mulai dari zaman Kerajaan mengemukakan beberapa pengertian
Melayu Jambi Tua, Kemaharajaan Melayu. Pertama Melayu adalah salah
Melayu Sriwijaya, Kerajaan Melayu satu ras di antara ras yang lainnya. Ras
Singapura, Kemaharajaan Melayu Melayu adalah ras yang kulitnya
Melaka, Kemaharajaan Melayu yang berwarna cokelat, yang merupakan
meliputi Riau, Johor, Lingga, dan campuran ras Mongol, Dravida dan
Pahang serta seluruh Kerajaan Melayu Aria. Kedua, Melayu adalah sebagai
di Tanah Semenanjung (Malaysia dan suku Bangsa. Perkembangan sejarah
Thailand Selatan), dataran tanah dan politik telah menyebabkan ras
Sumatera dan Kalimantan Barat, Melayu yang tersebar di seluruh
termasuk Brunai Darussalam, Sabah Nusantara-dari Madaghaskar sampai
dan Serawak. Pada suatu masa, bahasa Lautan Teduh-sekarang terbagi dalam
Melayu pernah menjadi lingua franca beberapa Negara, seperti Indonesia,
atau bahasa pergaulan antar bangsa Malaysia, Singapura, Brunei
dalam dunia perdagangan di kawasan Darussalam, Philipina, dan Thailand
Nusantara, bahkan Asia Tenggara.16 dalam kesatuan bangsa masing-masing,
Dalam konteks prilaku, frasa Melayu tidak dipandang sebagai ras,
“melayu” diartikan pula “layu” yang tetapi sebagai suku bangsa.20Ketiga,
bermakna “rendah”: Melayu selalu Melayu yang diartikan sebagai sebagai
“merendah”. Tapi bukan rendah diri. suku. Menurut adat, orang Melayu di
Bangsa Melayu itu rendah hati. Pesisir Timur pulau Sumatera misalnya
Menghormati pemimpin dan yang lebih Kampar dan Kuantan terdiri dari
tua dari dirinya. Menyebut “patik” berbagai suku, yaitu Chaniago, Piliang,
untuk diri sendiri bila berhadapan Tiga Kampung, Lima Kampung,
dengan raja. Mengatakan dirinya Cermin, Melayu, Bodi, dan lain-lain.
“hamba” ketika berhadapan dengan
orang tua-tua. Namun dalam pergaulan 17
Ibid
dengan teman sebaya tetap menyebut 18
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
dirinya “aku” atau “saya”. Dalam Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
pergaulan di zaman sekarang “aku” atau Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005),
Cet. ke-3, h. 729
“saya” sering pula diganti dengan 19
Muchtar Luhfi, “Melayu dan Non-
sebutan “kami”, dan untuk menyapa Melayu: Masalah Pembauran Kebudayaan”
lawan bicara disebut “awak” yang dalam Koentjaraningrat, et.al., Masyarakat
Melayu dan Budaya Melayu dalam Perubahan,
15
Abdul Rashid Melebek dan Amat (Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan
Juhari Moain, Sejarah Bahasa…, h. 9 Masyarakat Melayu, 2007), h. 660-661
16
Ahmad Dahlan, Sejarah…, h. 16 20
Ibid., h. 661

Khazanah Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018


Lukmanul Hakim 5

Yang dimaksud dengan Melayu di sini Teori Kedatangan Islam di Melayu


adalah orang yang bersuku Melayu, dan Nusantara
yang non-Melayu adalah yang bukan Ada beberapa teori yang hingga
suku Melayu.21 kini masih dibahas, baik oleh sarjana-
Berbagai teori asal usul orang sarjana Barat maupun kalangan
Melayu yang diajukan para ahli intelektual Islam sendiri. Setidaknya
purbakala dan sosio-antropologis ada tiga teori yang menjelaskan
memang tidak selalu sama persis, dan kedatangan Islam ke Timur Jauh
sering kali berbeda. Suatu hal yang termasuk ke Nusantara.24 Namun
lebih penting adalah sudah ribuan tahun Mestika Zed menambahkannya menjadi
orang-orang tinggal di Semenanjung empat25 teori tentang kedatangan Islam
Malaya. Orang-orang itu tidak di Nusantara dan salah satu di antaranya
diragukan lagi merupakan nenek dikemukakan oleh Hamka, yaitu teori
moyang dari orang-orang Melayu Mekkah.26 Keempat teori itu masing-
sekarang. masing disbut Teori Gujarat, Teori
Istilah Nusantara (Ing: Mekkah atau Arab, Teori Parsi, dan
Archipelago) dalam konteks sejarah teori-teori lainnya yang belum memiliki
perkembangan Islam adalah gambaran ketegasan lebelnya namun untuk
wilayah kepulauan yang terletak di sementara disebut saja Teori Keempat.
antara Benua Asia dan Australia, Namun Nor Huda mempertegas lagi
termasuk di dalamnya Semenanjung teori yang disebut oleh Mestika Zed ini
Malaya dan Selatan Filiphina. dengan Teori Cina.27 Perlu diingat
Walaupun kemudian, pada awal abad 20 bahwa apa yang disebut dengan “teori”
istilah Nusantara mengalami di sini sebetulnya bukanlah teori dalam
penyempitan arti sehingga dipahami arti sepenuhnya. Terutama karena
sebagai wilayah kepulauan yang secara konsep-konsep dan bukti-bukti empirik
politis dan geografis pernah berada di yang dikemukakan masing-masingnya
bawah penjajahan Belanda atau yang masih lemah, disebabkan oleh
dikenal sebagai Indonesia sekarang. terbatasnya sumber data yang tersedia.
Tentang sejarah Nusantara ini telah Lagi pula, perlu ditandaskan tentang
dijelaskan dalam sebuah penelitian adanya kesan bahwa teori itu cenderung
yanag komprehensif oleh Singgih Tri bersifat parsial atau sepihak, karena
Sulistiyono.22 Menurut Hamka istilah suatu teori hanya menekankan aspek
Nusantara terdiri dari dua kata (Nusa-
24
Pulau) dan (Tara-antara), terletak di Silfia Hanani, Sirah Islam di
antar dua benua besar, yaitu Australia Indonesia, dalam:
http://swaramuuslim.net/comments.php?
dan Asia, atau menurut cara berfikir di
Id=1009010C, di akses Rabu/4 Oktober 2017.
zaman itu, terletak di antara Benua Lihat juga Ikwan Basri, Sirah Islam Indonesia,
China dan Benua India. Daerah dalam http.//www.Mail-archive com/rantau-net-
Nusantara yaitu daerah yang melingkupi rantau net.com/mgq 23303.htm 1, di akses
Siam, Semenanjung Tanah Melayu, Rabu/4 Oktober 2017.
25
Mestika Zed, “Hamka dan Penulisan
Pulau Sumatera dan Jawa.23
Sejarah Islam di Indonesia”, HISTORIA Jurnal
Pendidikan Sejarah, No. 3, Vol. II (Juni, 2001),
h. 15-21
21 26
Ibid. Ahmad Mansur Suyanegara,
22
Singgih Tri Sulistiyono, Konsep Menemukan Sejarah: Wacana Pergerakan
Batas Wilayah Negara di Nusantara: Kajian Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1998),
Historis, (Semarang: Universitas Diponegoro, Cet. ke-4. Lihat juga Mestika Zed, “Hamka dan
2009). Lihat juga Bernard Hubertus Maria Studi Islam ...”, h. 15-21. Lihat juga Azyumardi
Vlekke, Nusantara: Sejarah Indonesia, (Jakarta: Azra, Jaringan Ulama ...., h. 24. Lihat juga
Kepustakaan Popular Gramedia, 2008). Azyumardi Azra, Islam Nuzantara ...., h. 24-34
23 27
Lebih lanjut lihat Hamka, Sejarah Nor Huda, Sejarah Sosial Intelektual
Umat Islam, (Singapura: Pustaka Nasional Pte Islam di Indonesia, (Jakarta: Rajawali Press,
Ltd, 2002), h. 656 2015), h. 2

Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora


6 Dari Persia Hingga Cina...

tertentu saja, sementara mengabaikan Teori ini kemudian


aspek-aspek yang lain. Jadi tidak dikembangkan dan yang paling besar
holistik dan komprehensif. Keempat memasarkan teori Gujarat ini adalah
teori tersebut diberi nama menurut Snouck Hurgronje. Salah satu alasannya
asumsi tempat asal kedatangan Islam di adalah, karena Snouck dipandang
Nusantara. Namun teori tersebut sebagai sosok yang mendalami Islam.31
sebetulnya memuat diskusi tentang Snouck Hurgronje, seorang orientalis
banyak hal yang saling bertalian. Selain paling terkemuka sejak awal abad ke-20
menganalisis tempat asal dan masuknya ini yang berhujjah, begitu Islam
Islam ke Nusantara, juga membahas berpijak kukuh di beberapa kota
tentang: pertama, siapa pembawa dan pelabuhan Anak Benua India. Muslim
penerimanya yang pertama; kedua, Deccan banyak di antara mereka tinggal
saluran atau media yang digunakan; di sana sebagai pedagang perantara
ketiga, sifat ajaran atau aliran Islam dalam perdagangan Timur Tengah
yang dibawa; dan keempat, corak dengan Nusantara datang ke dunia
kehidupan agama Islam awal dalam MelayuNusantara sebagai para
masyarakat lokal.28 Untuk itu, marilah penyebar Islam pertama. Baru
dilihat secara berurutan satu persatu. kemudian mereka disusul orang-orang
Arab kebanyakannya keturunan Nabi
Teori Gujarat Muhammad Saw karena menggunakan
Sarjana pertama yang gelar Sayyid atau Syarif yang
mengemukakan teori ini adalah J. menyelesaikan penyebaran Islam di
Pijnappel, Profesor bahasa Melayu yang Nusantara. Orang-orang Arab ini
pertama dari Universitas Laiden29 pada muncul di Nusantara baik sebagai
abad ke-19.30 Dia mengaitkan asal “pendeta” (priest) maupun sebagai
muasal Islam di Nusantara dengan “pendeta penguasa” (priest-princes)
wilayah Gujarat dan Malabar sejak awal atau Sulthan.32 Snouck Hurgronje tidak
hijriyah (atau abad ke-7 dan 8 Masehi). menyebut secara eksplisit dari wilayah
Menurut Dia, adalah orang-orang Arab mana di India Selatan yang ia pandang
(pedagang) bermazhab Syafi’i yang sebagai asal Islam di Nusantara. Tetapi
bermigrasi dan menetap di wilayah ia menyebut abad ke-12 sebagai periode
India tersebut yang kemudian membawa paling mungkin dari permulaan
Islam ke Nusantara. penyebaran Islam di Nusantara. Teori
ini didukung oleh W. F. Stutterheim,
Clifford Geertz33 dan Harry J. Benda34
28
Suatu survey singkat untuk
Teori Mekkah
melakukan penilaian ulang terhadap teori-teori
ini telah dilakukan oleh Azyumardi Azra, Teori Gujarat mendapat koreksi
Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan dan kritikan yang signifikan dari para
Nusantara Abad XVII dan XVIII, Edisi Perenial, pendukung teori Mekkah, di antaranya
(Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2013),
h. 2-51. Azyumardi Azra, Islam Nusantara:
31
Jaringan Global dan Lokal, (Bandung: Mizan, Silfia, Sirah Islam di Indonesia,
2002), h. 17-36. Lihat juga Lihat juga Ahmad dalam: http://swaramuuslim.net/comments.php?
Mansur Suyanegara, Menemukan Sejarah ..., h. id=1009010C, di akses Rabu/4 Oktober 2017.
32
16 Azyumardi Azra, Jaringan Ulama
29
G. W. J. Drewes, “Pemahaman Baru ...., h. 24. Lihat juga G. W. J. Drewes,
tentang Kedatagan Islam di Indonesia”, dalam “Pemahaman Baru ....”, h. 10
Ahmad Ibrahim, dkk, Penerjemah A. Setiawan 33
Clifford Geertz, “Agama Jawa”,
Abadi, Judul Asli “Readings on Islam in dalam Ahmad Ibrahim, dkk, Islam di Asia
Southeast Asia”, (Jakarta : LP3ES, 1989), h. 8. Tenggara: Perkembangan Kontemporer,
Lihat juga, Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Penerjemah Hasan Basari, Judul Asli “Readings
...., h. 24 on Islam in Southeast Asia”, (Jakarta : LP3ES,
30
Mestika Zed, “Hamka dan Studi 1990), h. 297
Islam ....”, h. 16 34
Ibid

Khazanah Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018


Lukmanul Hakim 7

oleh Hamka yang melahirkan teori dijelaskan dalam catatan Ibnu Bathutah
baru, yaitu Mekkah.35 Koreksinya ini daerah-daerah mana saja yang pernah ia
disampaikan dalam pidatonya pada Dies kunjungi.
Natalis Perguruan Tinggi Agama Islam Selain itu, Hamka menolak
Negeri (PTAIN) ke-8 di Yogyakarta, pendapat yang menyatakan bahwa
pada 1958.36 Pidatonya pada Dies agama Islam baru masuk ke Nusantara
Natalis PTAIN dikuatkan dalam pada abad ke-13, karena di Nusantara
sanggahannya dalam Seminar Sejarah abad ke-13 telah berdiri kekuasaan
Masuknya Agama Islam ke Indonesia politik Islam. Jadi masuknya agama
di Medan, 17-20 Maret 1963, Hamka Islam ke Nusantara terjadi jauh
menolak pandangan yang menyatakan sebelumnya yakni pada abad ke-7. Guna
bahwa agama Islam masuk ke dapat mengikuti lebih lanjut mengenai
Nusantara pada abad ke-13 dan berasal pendapat waktu masuknya agama Islam
dari Gujarat. Hamka lebih mendasarkan ke Nusantara pada abad ke-7, perlu
pandangannya pada peranan bangsa kiranya dijelaskan terlebih dahulu
Arab sebagai pembawa agama Islam ke tentang peranan bangsa Arab dalam
Indonesia. Gujarat dinyatakan sebagai perdagangan di Asia yang dimulai sejak
tempat singgah semata, dan Mekkah abad ke-2 SM. Peranan ini tidak pernah
sebagai pusat, atau Mesir sebagai dibicarakan oleh penganut teori Gujarat.
tempat pengambilan ajaran Islam. Tinjauan teori Gujarat menghapuskan
Analisis Hamka berbeda dengan peranan bangsa Arab dalam
sejarawan Barat atau orientalis, dengan perdagangan dan kekuasaannya di
menambahkan pengamatannya pada lautan, yang telah lama mengenal
masalah Mazhab Syafi’i, sebagai Samudera Indonesia dari pada bangsa-
mazhab yang istimewa di Mekkah dan bangsa lainnya.
mempunyai pengaruh yang terbesar di Tetapi tidaklah berarti dari teori
Indonesia. Hal ini tidak dibicarakan Gujarat secara mutlak menolak peranan
secara mendalam oleh penulis sejarah bangsa Arab. Selintas terlihat
dari Barat sebelumnya, sekalipun juga membicarakan tentang adanya bangsa
menggunakan sumber yang sama. Arab yang tidak berpengaruh dalam
Schrieke juga membicarakan laporan penyampaian ajaran Islam. Oleh karena
kunjungan Ibnu Battutah ke Sumatera itu, perhatiannya tertumpu pada
atau ke Cambay. Tetapi karena titik pengaruh India terhadap Islamisasi di
analisisnya pada permasalahan dan Indonesia, kendatipun peranan bangsa
jalan perdagangannya. Sebaliknya Arab di perdagangan berlangsung
penglihatan penelitian Hamka lebih hingga abad ke-18, ketika berangsur-
tajam sampai permasalahan mazhab angsur peranannya digantikan oleh
yang menjadi bagian isi laporan bangsa Barat. Tentu hal ini mempunyai
kunjungan Ibnu Bathutah ke tujuan politis dalam hubungannya
Nusantara.37 Tapi sayangnya, tidak dengan pelestarian penjajahan di
Indonesia. Fakta sejarah, dalam hal
35 pelayaran bangsa Arab yang ditulis oleh
Silfia Hanani, Sirah Islam di
Indonesia, T. W. Arnold, yang menyatakan bahwa
dalam:http://swaramuuslim.net/commnets.php? bangsa Arab sejak abad ke-2 SM telah
Id=1009010C, di akses Rabu/4 Oktober 2017. menguasai perdagangan di Ceylon.38
Lihat juga Ikwan Basri, Sirah Islam Indoneaia,
dalam http.//www.mail-archive com/ rantau-net-
rantau net.com.msg23303.htm 1, di akses net@rantau.net.com/msg23303.htm 1, di akses
Rabu/4 Oktober 2017. Rabu/4 Oktober 2017.
36
Ahmad Mansur Suryanegara, 38
T. W. Arnold, Sejarah Da’wah
Menemukan Sejarah…., h. 81 Islam, Penerjemah A. Nawawi Rambe, Judul
37
Ikwan Abidin Basri, Sirah Islam Asli “The Preaching of Islam:A History of the
Indonesia, dalam: http://www.mail- Propagation of the Muslim Faith”, (Jakarta :
archive.com/rantau- Wijaya, 1979), h. 319

Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora


8 Dari Persia Hingga Cina...

Bila memang benar telah ada peta bumi yang telah dimiliki oleh
hubungan antara bangsa Arab dengan bangsa Arab, yang di dalamnya
Indonesia sejak abad ke-2 SM, maka menggambarkan Samudera Indonesia.
bangsa Arab merupakan bangsa asing Sedangkan bangsa Eropa saat itu masih
pertama yang datang ke Nusantara. menganggap Samudera Indonesia
Karena berdasarkan keterangan D. H. sebagai jurang laut, dan petama yang
Burger dan Prajudi Aymosudirdjo, demikian itu tidaklah dimiliki oleh
bangsa India dan Cina baru bangsa Eropa dan hanya dimiliki oleh
mengadakan hubungan dengan navigator bangsa Arab Muslim.41
Indonesia pada abad ke-1 M. Sedangkan Melihat fakta sejarah di atas,
hubungan Arab dengan Cina terjadi bangsa Arab telah menguasai jalan laut
jauh lebih lama, melalui jalan darat ke Nusantara, dan memiliki peta bumi
menggunakan “kapal sahara”, jalan yang dilengkapi dengan Samudera
darat ini sering disebut sebagai “jalan Indonesia, tidak mengherankan bila
sutera”, berlangsung sejak 500 SM.39 pada 674 telah terdapat perkampungan
Kalau demikian halnya Arab Islam di pantai Barat Sumatera.
hubungan antara Arab dengan negara- Selai itu, faktor tersebut memberikan
negara Asia lainnya, maka tidaklah informasi tentang telah terjadinya
mengherankan bila pada 674 M telah hubungan Nusantara-Arab jauh sebelum
terdapat perkampungan perdagangan abad ke-13. Oleh karena itu, sukar
Arab Islam di Pantai Barat Sumatera, kiranya untuk dimengerti mengapa
bersumber dari berita Cina. Kemudian pendukung teori Gujarat, hanya melihat
berita Cina ini dituliskan kembali oleh India-Nusantara dengan menghapusnya
T. W. Arnold (1896), J. C. van Leur peranan Arab dalam perdagangan
(1955), dan Hamka (1958). lautnya, termasuk penguasaan jalan laut
Timbulnya perkampungan ke Nusantara.
perdagangan Arab baik di Pantai Barat Apalagi melihat peninggalan
Sumatera ataupun di Asia Tenggara dan mata uang yang tersebar di kota-kota
Kanton, ditunjang oleh kekuatan laut Eropa, ternyata bangsa Arab pada abad
Arab. Untuk mengetahui seberapa jauh ke-7-11 menguasai perniagaan di Eropa,
kekuatan laut Arab, perlu dijelaskan tidak hanya terbatas di Asia dan Afrika
keterangan penulis-penulis Arab. Ibn saja, mata uang tersebut ditemukan
Rusta (900), Sulaiman (850), dan Abu negara-negara Rusia, Fhilipina, Swedia,
Zaid (950) menjelaskan bahwa pelaut- Norwegia, Inggris, dan pulau ES di
pelaut Arab Islam telah mengenal sekali Utara. Di Rusia ditemukan mata uang
lautan Indonsia.40 Selain itu dijelaskan Islam di Volga Provinsi Kazan. Dalam
pula bahwa bangsa Arab telah mengenal jumlah yang cukup besar terdapat pula
pertambangan Timah, Kala, sebagai mata uang Arab di Provinsi Baltik.42
pertambangan yang dikuasai oleh Zabaj. Bagaimana pun juga adanya fakta yang
Adapun yang dimaksudkan dengan berupa mata uang yang terbesar di kota-
Zabaj menurut Sir Thomas Arnold kota Eropa memberikan tanda luasnya
adalah Sriwijaya. daerah pengaruh kebudayaan Islam.
Dari ahli geografi Arab seperti Besarnya pengaruh ini dapat diukur
Abu Zaid al-Balkhi (934), Ibnu Hauqal dengan kata-kata bahasa Arab yang
(975), Istakhiri (950), dan Maqdisi memperkaya perbendaharaan bahasa
(985), didapatkan informasi tentang Inggris atau Belanda. Sebagai ilustrasi,
kata traffic dari kata tafriq, tarif,
39
D. H. Burger dan Prajudi berasal dari ita’rif, chequq berasal dari
Atmosudirdjo, Sedjarah Ekonomis Sosiologis
Indonesia, Djilid Pertama, (Djakarta: Pradjnja
Paramita, 1960), h. 16
40 41
Ahmad Mansur Suryanegara, Ibid
42
Menemukan Sejarah ...., h. 84 Ibid

Khazanah Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018


Lukmanul Hakim 9

sakk, maqazine berasal dari makhazin, Indonesia dengan Mekkah dan Arab
dan lain-lain. dengan bahasa Arabnya.45 Selain itu,
Kenyataan sejarah semacam ini Hamka juga menyatakan masuknya
kemudian dianggap tidak pernah terjadi, agama Islam ke Jawa bersamaan
artinya adanya peranan bangsa Arab waktunya dengan yang ke Sumatera
atas bangsa Indonesia tidak diakui, pada abad ke-7. Pandangan Hamka ini
karena lebih cenderung memperbanyak didasarkan pada berita Cina yang
informasi tentang hubungan India- mengisahkan kedatangan utusan Raja
Indonesia. Apakah target pengaruh Ta Cheh kepada Ratu Sima. Adapun
informasi yang bersifat Hindu-sentries Raja Ta Cheh ini menurut Hamka
terhadap kalangan intelektual Indonesia adalah raja Arab, dan khalifah saat itu
yang berpendidikan Belanda, adalah Muawiyah bin Abu Sufyan.46
menampakkan kecintaannya terhadap Peristiwa ini terjadi pada saat
Sejarah pra-Islam Indonesia.43 Muawiyah bin Abu Sufyan
Kalau ini yang dijadikan target melaksanakan pembangunan kembali
pengaruh informasi sejarah atas sikap armada Islam. Ruban Levy memberi
politik kalangan intelektual Indonesia, jumlah angka kapal yang dimiliki oleh
tepatlah peringatan Hamka terhadap Muawiyah pada 34 H atau 654/655 M
pandangan Snouck Hurgronje yang sekitar 5.000 kapal.47 Tentu armada
bertujuan menentang pengaruh Arab kapal ini berfungsi pula untuk
yang ditemuinya dalam perang Aceh. melindungi armada niaganya. Oleh
Keterangan mengenai peranan karena itu, tidaklah mustahil pada 674,
bangsa Arab dalam dunia perniagaan Muaawiyah dapat mengirimkan dutanya
seperti di atas, sudah cukup sebagai ke Kalinga.
telaah bahan pertimbangan mengapa Teori Arab atau Teori Mekkah
pada abad ke-7 terdapat perkampungan ini juga dibela oleh Naguib al-Attas. Al-
Arab Islam di pantai Barat Sumatera, Attas berpendapat, batu-batu nisan yang
juga sebagai informasi sejarah yang dibawa dari Gujarat itu dibawa dari
menggambarkan tentang mungkinnya India semata-mata karena jaraknya yang
peranan bangsa Arab dalam lebih dekat dibandingkan dengan
memasukkan agama Islam ke Arabia. Al-Attas memandang bahwa
Nusantara. bukti paling penting yang perlu dikaji
Hamka mengingatkan kembali ketika membahas kedatangan Islam ke
tentang sikap umat Islam Indonesia Nusantara adalah karakteristik internal
yang menyukai sejarah Hasan Husain, Islam di Dunia Melayu Nusantara.
dan juga menampakkan kecintaan yang Untuk itu al-Attas berpendapat bahwa
dalam terhadap keluarga Nabi Islam di Nusantara berasal langsung
Muhammad Saw, tetapi hal itu tidak dari Arab.48
berarti menganut paham Syi’ah. Selain
45
itu, Hamka juga mengakui adanya S. Ibrahim Buchari, Sedjarah
peninggalan ajaran Syi’ah di Masuknya Islam dan Proses Islamisasi di
Indonesia, (Djakarta: Publicita, 1971), h. 41
Indonesia,44 tetapi Hamka menolak 46
Hamka, “Dari Hati ke Hati, suatu
adanya usaha sementara sarjana yang komentar terhadap Seminar Pendahuluan
mencoba memberikan informasi sejarah Sejarah Islam di Indonesia”, 13-16 Rabiul Akhir
yang bertujuan memisahkan Islam 1400, 29 Februari-2 Maret 1980, di Jakarta,
Panji Masyarakat, No. 291 Tahun XXI, (15
Maret 1980), h. 9
43 47
Ibid Ahmad Mansur Suryanegara,
44
Diskusi yang agak mutakhir tentang Menemukan Sejarah ...., h. 88
pengaruh Sunni dan Syi’ah dalam sejarah awal 48
S.M.N., al-Attas, Islam dalam
Islam di Indonesia, lebih lanjut lihat Azyumardi Sejarah dan Kebudayaan Melayu, (Kuala
Azra, “Syi’ah di Indonesia: Antara dan Lumpur: Universiti Kebangsaan Malaysia,
Realitas” dalam UlumulQur’an, No. 4, Vol. IV, 1972), h. 33-34.Lihatjuga S.M.N., al-
1995, h. 4-19 Attas,Preliminary Statement on a General

Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora


10 Dari Persia Hingga Cina...

Jer-zer-er Kasrah
Teori Persia P’es-py’es Dhammah
Pembangun teori ini adalah P. Huruf sin yang tidak bergigi berasal dari
A. Hoesein Djajadiningrat. Fokus Persia, sedangkan sin berasal dari Arab:
pandangan teori ini tentang masuknya Persia Arab51
agama Islam ke Nusantara berbeda Keempat, nisan pada makam
dengan teori Gujarat dan Mekkah, Malikus Saleh (1297) dan makam Malik
sekalipun mempunyai kesamaan Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari
masalah Gujaratnya, serta Mazhab Gujarat. Dalam hal ini teori Persia
Syafi’inya. Teori Persia lebih mempunyai kesamaan mutlak dengan
menitikberatkan tinjauannya kepada teori Gujarat. Tetapi sangat berbeda
kebudayaan yang hidup di kalangan jauh dengan pandangan G. E. Morrison.
masyarakat Islam Indonesia yang Kelima, pengakuan umat Islam
dirasakan mempunyai persamaan Indonesia terhadap Mazhab Syafi’i
dengan Persia.49 sebagai mazhab yang paling utama di
Kesamaan kebudayaan ini dapat daerah Malabar. Dalam masalah
dilihat pada masyarakat Islam Indonesia Mazhab Syafi’i, P. A. Hoesein
antara lain: Pertama, peringatan 10 Djajadiningrat mempunyai kesamaan
Muharam yang dijadikan sebagai hari dengan G. E. Morrison, tetapi berbeda
peringatan wafatnya Hasan dan Husein, dengan teori Mekkah yang
cucu Rasulullah Saw. Selain itu, di dikemukakan oleh Hamka di depan. P.
beberapa tempat di Sumatera Barat ada A. Hoesin Djajadiningrat di satu pihak
tradisi Tabut, yang berarti keranda, melihat salah satu budaya Islam
juga untuk memperingati Hasan dan Indonesia kemudian dikaitkan dengan
Husein.50 Di Sumatera Tengah bagian kebudayaan Persia, tetapi dalam
Barat, disebut bulan Tabut, dan memandang Mazhab Syafi’i terhenti di
diperingati dengan mengarak kerenda Malabar, tidak berlanjut dihubungkan
Husein untuk dilemparkan ke sungai dengan pusat Mazhab Syafi’i di
atau ke dalam perairan lainnya. Mekkah.
Keranda tersebut tabut diambil dari Namun berbeda dengan Teori
bahasa Arab. Kedua, adanya kesamaan Mekkah dikemukakan oleh Hamka,
ajaran antara ajaran Syaikh Siti Jenar Hoesein Djajadiningrat percaya bahwa
dengan ajaran Sufi Siti Jenar yang hidup pengaruh mazhab itu di pusatnya,
pada abad ke-16 dapat mempelajarinya. Mekkah, tidak langsung masuk ke
Ketiga, penggunaan istilah Bahasa Iran Nusantara, melainkan tertahan di
dalam sistem mengeja huruf Arab, Malabar dan orang Parsi-lah yang
untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam meneruskannya ke Indonesia dengan
pengajian al-Qur’an tingkat awal: Mazhab Syi’ah.52
Bahasa Iran Bahasa Arab
Jabar-jabar Fathah Teori Keempat

51
Theory of the Islamization of the Malay- Ibrahim Buchari, Sedjarah
Indonesian Archipelago, (Kuala Lumpur: Masuknya Islam ...., h. 21. Lihat juga P. A.
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969), h. 1 dan 25. Hoesein Djajadiningrat, “Islam di Indonesia”...,
49
P. A. Hosein Djajdiningrat, “Islam di h. 123. Lihat juga Silfia Hanani, Sirah Islam
Indonesia”, dalam Islam Djalan Mutlak, Indonesia, idalam http://
Kenneth Morgan (Editor). Diterjemahkan oleh swaramuuslim.net/comments.php?id=1009010C
Abu Salamah et.al., (Djakarta: Pembangunan, . di akses Rabu/4 Oktober 2017. Lihat juga
1963), h. 139-140 Ikwan Abidin Basri, Sirah Islam Indonesia,
50
Silfia Hanani, Sirah Islam .... lihat dalam http.//www.mail-archive com/rantau-net-
juga Ikwan Abidin, Sirah Islam Indonesia, rantau net.com/msg23303.htm 1, di akses
dalam http.//www.mail-archive com/rautau-net- Rabu/4 Oktober 2017.
rantau net.msg23303.htm 1, di akses Rabu/4 52
Mestika Zed, “Hamka dan Studi
Oktober 2017. Islam ....”, h. 20

Khazanah Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018


Lukmanul Hakim 11

Merupakan adopsi dari ketiga pengaruh Cina dalam berbagai aspek


teori yang dibicarakan di atas, tetapi kehidupan bangsa Indonesia, seperti
tampaknya tidak memperoleh ruang makanan, pakaian, bahasa, seni
dalam banyak diskusi tentang masuknya bangunan, dan sebagainya. Lombar
Islam ke Indonesia.53 Teori ini mengulas semua ini dalam bukunya
memiliki pendapat yang lain tentang Nusa Jawa: Silang Budaya yang tiga
asal usul Islam yang masuk ke jilid itu.57
Indonesia. Sebagian mengatakan dari Dari uraian keempat teori di
Mesir dan sebagian lain dari Cina. atas, dapat dilihat perbedaan dan
Karena hubungan diplomasi yang erat persamaannya, di antaranya sebagai
antara Arab dan Cina melalui “jalan berikut:
sutera”, telah memberi jalan bagi Islam Antara teori Gujarat dan Persia
masuk ke Indonesia lewat perantara terdapat kesamaan pandangan mengenai
Cina Islam.54 masuknya agama Islam ke Nusantara
Peranan orang Cina terhadap yang berasal dari Gujarat. Perbedaannya
Islamisasi di Nusantara perlu mendapat terletak pada teori Gujarat yang melihat
perhatian. Banyaknya unsur kebudayaan ajaran agama Islam mempunyai
Cina dalam beberapa unsur kebudayaan kesamaan ajaran dengan mistik di India,
Islam di Nusantara perlu sedangkan Teori Persia memandang
mempertimbangkan peran orang-orang adanya kesamaan ajaran sufi di
Cina dalam Islamisasi di Nusantara. Indonesia dengan Persia. Gujarat
Karenanya “teori Cina” dalam dipandangnya sebagai daerah yang
Islamisasi Nusantara tidak bisa dipengaruhi oleh Persia, dan menjadi
diabaikan.55 H. J. de Graaf, misalnya, tempat singgah ajaran Syi’ah ke
telah menyunting beberapa literatur Indonesia. Dalam hal ini memandang
Jawa klasik (Catatan Tahunan Melayu) Gujarat sebagai tempat singgah bukan
yang memeperlihatkan peranan orang- pusat, sependapat dengan teori Mekkah.
orang Cina dalam pengembangan Islam Tetapi teori Mekkah memandang
di Indonesia.56 Tokoh-tokoh besar Gujarat sebagai tempat singgah
semacam Sunan Ampel (Raden perjalanan perdagangan laut antara
Rahmat/Bong Swi Hoo) dan Raja Indonesia dengan Timur Tengah,
Demak (Raden Fatah/Jin Bun) sedangkan ajaran Islam diambilnya dari
merupakan orang-orang keturunan Cina. Mekkah atau dari Mesir. Teori Gujarat
Pandangan ini juga didukung oleh salah tidak melihat adanya peranan bangsa
seorang sejarawan Indonesia Slamet Arab dalam perdagangan, ataupun
Muljana, dalam bukunya yang dalam penyebaran agama Islam ke
kontroversial, Runtuhnya Kerajaan Indonesia.
Hindu Jawa dan Timbulnya Negara- Teori ini lebih melihat peranan
negara Islam di Nusantara. Denys pedagang India yang beragama Islam
Lombard seperti yang dikutip Nor Huda dari pada bangsa Arab yang membawa
juga mengatakan bahwa besarnya ajaran Islam asli. Oleh karena itu,
bertolak dari inskripsi tertua dan
53
Ibid., h. 21 laporan perjalanan Marco Polo,
54
G. W. J. Drewes, “New Light on the ditetapkan daerah Islam yang pertama
Coming of Islm to Indonesia?” dalam BKI, di Nusantara adalah Samudera Pasai,
124,, 2 (1968), h. 434-459 dan waktunya pada abad ke-13. Dalam
55
Nor Huda, Sejarah Sosial
hal ini, teori Persia mempunyai
Intelektual…, h. 7
56
H. J. de Graaf dkk, Cina Muslim di kesamaan pendapat bahwa agama Islam
Jawa Abad XV dan XVI: antara Historisitas dan masuk ke Nusantara pada saat
Mitos, Penterjemah: Alfajri, (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1998), Judul Asli: “Chinise Muslims in
57
Java in the 15 and 16 Centuries: The Malay Nor Huda, Sejarah Sosial
Annals of Semarang and Cirebon”. Intelektual…, h. 8

Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora


12 Dari Persia Hingga Cina...

timbulnya kekuasaan politik Islam pada mempunyai persamaan pandangan


abad ke-13 di Sumatera dengan yakni Islam sebagai agama yang
pusatnya Kerajaan Samudera Pasai. dikembangkan di Nusantara melalui
Sebaliknya teori Mekkah tidak jalan damai. Dan Islam tidak mengenal
dapat menerima abad ke-13 sebagai saat adanya misi sebagaimana yang
masuknya, karena dianggap saat-saat dijalankan oleh kalangan Kristen dan
perkembangan agama Islam di Katolik. Bagaimana pun juga, keempat
Nusantara, dan saat itu telah berdiri teori di atas memiliki kelamahan dan
kekuasaan politik Islam. Sedangkan kekuatan, serta pengikutnya sendiri-
masuknya agama Islam ke Nusantara sendiri. “Teori Hamka” atau teori
pada abad ke-7, dua ratus tahun Mekkah, khususnya mendapat
sebelum didirikannya candi Budha perhatian besar dalam seminar-seminar,
Borobudur, dan lima ratus tahun di antaranya Seminar Sejarah Islam di
sebelum berdirinya kerajaan Majapahit. Minangkabau (1969), Seminar Sejarah
Dasar penentuan waktunya bertolak dari Riau (1975), Seminar Sejarah
berita Dinasti Tang. Dalam melihat Masuknya Agama Islam di Kalimantan
sumber negara yang mempengaruhi atau (1976), dan dibicarakan dalam Seminar
asal ajaran agama Islam, teori Mekkah Pendahuluan Sejarah Islam di
58
lebih kuat berpendirian dari Mekkah Indonesia (1980). Tentu saja Hamka
dan Mesir. Dasar tinjauannya bertolak tidak sendirian dalam membangun
dari besarnya pengaruh Mazhab Syafi’i teorinya tersebut. Sejumlah penulis
di Indonesia. Barat, yang sebagian digunakannya
Teori Persia membicarakan sebagai rujukan (Arnold, Schrieke, dan
masalah pengaruh Mazhab Syafi’i di Van Leur), juga memperkuat hujjah
Indonesia, tetapi juga dijadikan sebagai yang dikemukakan Hamka. Namun di
argumen besar pengaruh India atas antara pembela tergigih dari teori
Indonesia. Pandangan teori Persia Mekkah (Arab) ini, dan sebaliknya
dalam melihat Mazhab Syafi’i penentang terkeras terhadap teori
merupakan pengaruh Mazhab Syafi’i Gujarat (India), ialah Prof. Naquib al-
dibawa oleh pedagang India Islam ke Attas dari Malaysia. Sejalan dengan
Indonesia. Jadi teori Persia tidak Hamka, ia sangat menekankan bahwa
melanjutkan hubungan Mazhab Syafi’i Islam di Nusantara itu berasal langsung
Indonesia dengan pusatnya yakni dari Arab.59
Mekkah dan Mesir. Sedangkan Hamka
mengartikan Malabar atau Mu’tabar PENUTUP
berasal dari ma’bar yang artinya pantai Setidaknya ada 4 teori sampai
yang disediakan untuk menyeberang. hari ini yang membicarakan tentang
Dengan demikian Hamka berpandangan kedatangan Islam di Melayu Nusantara:
Malabar bukan sumber melainkan teori Gujarat, teori Makkah, teori Persia,
hanya sebagai tempat persinggahan. dan teori keempat. Walaupun dari
Teori keempat, memiliki keempat teori ini tidak terdapat titik
pendapat yang lain tentang asal usul temu, namun mempunyai persamaan
Islam yang masuk ke Nusantara. pandangan yakni Islam sebagai agama
Sebagian mengatakan dari Mesir dan yang dikembangkan di Nusantara
sebagian lain dari Cina. Karena
58
hubungan diplomasi yang erat antara Ahmd Mansur Suryanegara,
Menemukan Sejarah ...., h. 94
Arab dan Cina melalui “jalan sutera”, 59
Sayyed Naguib al-Attas, Preliminary
telah memberi jalan bagi umat Islam Statement on a General Theory of Islamizations
masuk ke Nusantara lewat perantaraan of the Malay-Indonesia Archipelago, (Kuala
Cina Islam. Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, 1969),
Walaupun dari keempat teori ini Tulisan yang lebih mutakhir tentang hubungan
Arab-Nusantara dikerjakan oleh Prof. Dr.
tidak terdapat titik temu, namun
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama ....., h. 38

Khazanah Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018


Lukmanul Hakim 13

melalui jalan damai. Dan Islam tidak _______, "Islam Asia Tenggara:
mengenal adanya missi sebagaimana Pengantar Pemikiran”,
yang dijalankan oleh kalangan Kristen dalam Suntingannya,
dan Katolik. Bagaimana pun juga, Perspektif Islam di Asia
keempat teori di atas memiliki Tenggara, Jakarta: Yayasan
kelemahan dan kekuatan, serta Obor Indonesia, 1989
pengikutnya sendiri-sendiri. “Teori
Hamka” atau teori Mekkah, khususnya _______, Renaisans Islam Asia
mendapat perhatian besar dalam Tenggara; Sejarah Wacana
seminar-seminar tentang masuknya dan Kekuasaan, Bandung:
Islam ke dunia Melayu Nusantara. Remaja Rosdakarya, 1999

_______, “Jaringan 'Ulama Timur


DAFTAR PUSTAKA Tengah dan Indonesia Abad
ke-17 (Sebuah Esai untuk 70
Abdurrahman, Dudung, Metodologi Tahun Prof. Harun
Penelitian Sejarah Islam, Nasution)", dalam Panitia
Yogyakarta: Ombak, 2011 Penerbitan buku dan Seminar
70 Tahun Nasution Bekerja
Arnold, T. W., Sejarah Da’wah Islam, sama dengan Lembaga Studi
Penerjemah A. Nawawi Agama dan Filsafat, Refleksi
Rambe, Judul Asli “The Pembaharuan Pemikiran
Preaching of Islam:A History Islam 70 Tahun Harun
of the Propagation of the Nasution, Jakarta: LSAF,
Muslim Faith”, Jakarta : 1989
Wijaya, 1979
_______, “Kebangkitan Islam akan
al-Attas, Sayyed Naguib, Preliminary Muncul dari Melayu”, dalam
Statement on a General Abu Zahra (ed), Politik Demi
Theory of Islamizations of the Tuhan: Nasionalisme
Malay-Indonesia Religius di Indonesia,
Archipelago, Kuala Lumpur: Bandung: Pustaka Hidayah,
Dewan Bahasa dan Pustaka, 1996
1969
_______, “Kebangkitan Islam akan
Azra, Azyumardi, Jaringan Ulama Muncul dari Melayu”, dalam
Timur Tengah dan Kepulauan Moeflich Hasbullah, Asia
Nusantara Abad XVII dan Tenggara Konsentrasi Baru:
XVIII, Edisi Perenial, Jakarta: Kebangkitan Islam, Jakarta:
Kencana Prenadamedia Fokus Media, 2003
Group, 2013
Basri, Ikwan, Sirah Islam Indoneaia,
_______, Azyumardi, “Syi’ah di dalam http.//www.mail-
Indonesia: Antara dan archive com/ rantau-net-
Realitas” dalam rantau
UlumulQur’an, No. 4, Vol. net.com.msg23303.htm 1, di
IV, 1995 akses Rabu/4 Oktober 2017.

_______, Islam Nusantara: Jaringan Buchari, S. Ibrahim, Sedjarah


Global dan Lokal, Bandung: Masuknya Islam dan Proses
Mizan, 2002 Islamisasi di Indonesia,
Djakarta: Publicita, 1971

Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora


14 Dari Persia Hingga Cina...

Muslims in Java in the 15 and


Burger, D. H. dan Prajudi 16 Centuries: The Malay
Atmosudirdjo, Sedjarah Annals of Semarang and
Ekonomis Sosiologis Cirebon”.
Indonesia, Djilid Pertama,
Djakarta: Pradjnja Paramita, Hamka, “Dari Hati ke Hati, suatu
1960 komentar terhadap Seminar
Pendahuluan Sejarah Islam di
Burhanuddin, Jajat, Islam dalam Arus Indonesia”, 13-16 Rabiul
Sejarah Indonesia, Jakarta: Akhir 1400, 29 Februari-2
Kencana, 2017 Maret 1980, di Jakarta, Panji
Masyarakat, No. 291 Tahun
Dahlan, Ahmad, Sejarah Melayu, XXI, (15 Maret 1980)
Jakarta: KPG, 2015, Cet. ke-2
_______, Sejarah Umat Islam,
Singapura: Pustaka Nasional
Djajdiningrat, P. A. Hosein, “Islam di
Pte Ltd, 2002
Indonesia”, dalam Islam
Djalan Mutlak, Kenneth Hanani, Silfia, Sirah Islam di Indonesia,
Morgan (Editor). dalam:
Diterjemahkan oleh Abu http://swaramuuslim.net/com
Salamah et.al., Djakarta: ments.php? Id=1009010C, di
Pembangunan, 1963 akses Rabu/4 Oktober 2017

Drewes, G. W. J., “New Light on the Huda, Nor, Sejarah Sosial Intelektual
Coming of Islm to Islam di Indonesia, Jakarta:
Indonesia?” dalam BKI, 124,, Rajawali Press, 2015
2 (1968)
Idi, Abdullah, Dinamika Sosiologis
Indonesia; Agama dan
_______, “Pemahaman Baru tentang
Pendidikan dalam Perubahan
Kedatagan Islam di
Sosial, Yogyakarta: PT. LKiS
Indonesia”, dalam Ahmad
Pelangi Aksara, 2015
Ibrahim, dkk, Penerjemah A.
Setiawan Abadi, Judul Asli Luhfi, Muchtar, “Melayu dan Non-
“Readings on Islam in Melayu: Masalah Pembauran
Southeast Asia”, Jakarta : Kebudayaan” dalam
LP3ES, 1989 Koentjaraningrat, et.al.,
Masyarakat Melayu dan
Geertz, Clifford, “Agama Jawa”, dalam Budaya Melayu dalam
Ahmad Ibrahim, dkk, Islam Perubahan, Yogyakarta:
di Asia Tenggara: Balai Kajian dan
Perkembangan Kontemporer, Pengembangan Masyarakat
Penerjemah Hasan Basari, Melayu, 2007
Judul Asli “Readings on
Islam in Southeast Asia”, Melebek, Abdul Rashid dan Amat
Jakarta : LP3ES, 1990 Juhari Moain, Sejarah
Bahasa Melayu, Kuala
Graaf, H. J. de, dkk, Cina Muslim di Lumpur: Utusan Publications
Jawa Abad XV dan XVI: & Distributors SDN BHD,
antara Historisitas dan 2005
Mitos, Penterjemah: Alfajri,
Yogyakarta: Tiara Wacana, Pranoto, Suhartono W., Teori &
1998, Judul Asli: “Chinise Metodologi Sejarah,

Khazanah Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018


Lukmanul Hakim 15

Yogyakarta: Graha Ilmu,


2014, Cet. Ke-2
Sulistiyono, Singgih Tri, Konsep Batas
Wilayah Negara di
Nusantara: Kajian Historis,
Semarang: Universitas
Diponegoro, 2009
Suryanegara,Ahmad Mansur,
Menemukan Sejarah:
Wacana Pergerakan Islam di
Indonesia, Bandung: Mizan,
1998, Cet. ke-4
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Edisi
Ketiga, Jakarta: Balai
Pustaka, 2005, Cet. ke-3
Vlekke, Bernard Hubertus Maria,
Nusantara: Sejarah
Indonesia, Jakarta:
Kepustakaan Popular
Gramedia, 2008
Zed, Mestika, “Hamka dan Penulisan
Sejarah Islam di Indonesia”,
HISTORIA Jurnal Pendidikan
Sejarah, No. 3, Vol. II (Juni,
2001)

Jurusan Sejarah Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora


16 Dari Persia Hingga Cina...

Khazanah Volume VIII, Nomor 15, Januari-Juni 2018

Anda mungkin juga menyukai