OLEH
KELOMPOK J’18
Dini Novita Sari,Skep
Tuti Anggraini,S.Kep
Mimi Afnita Sari,S.Kep
Silvika Sari,S.Kep
Desy Putri Anggi Siregar,S.Kep
Izzah Farisa,S.Kep
Mistati Novita Sari,S.Kep
Sandra Merza Aranti,S.Kep
Hani Octavia Rahayu,S.Kep
Rifka Aulia Rahmi,S.Kep
Rahmi Wulandari,S.Kep
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang maha pengasih
dan maha penyayang yang telah melimpahkan rahmat-Nya kepada kita sehingga
kelompok dapat menyelesaikan telaah jurnal yang berjudul “ The Effect Of Oral
Telaah jurnal ini dibuat untuk melengkapi tugas mata kuliah Keperawatan
Anak serta memperluas pengetahuan kelompok. Dalam penulisan telaah jurnal ini
pengarahan pada mata kuliah Keperawatan Anak ini. Telaah jurnal ini bersumber
pada buku-buku ilmu pengetahuan dan jurnal yang berkaitan dengan mata kuliah
Keperawatan Anak.
Kelompok berharap semoga telaah jurnal ini dapat berguna bagi ilmu
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang........................................................................................1
B. Rumusan masalah...................................................................................3
C. Tujuan......................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan...................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1. Mukositis Oral…………..........................................................................5
2. Oral Hygiene ………….........................................................................19
3. Pengobatan Mukositis Oral dengan Oral Hygiene.................................20
BAB III TELAAH JURNAL
1. Judul Jurnal............................................................................................23
2. Abstrak...................................................................................................24
3. Pendahuluan...........................................................................................26
4. Latar Belakang.......................................................................................27
5. Kerangka Konsep dan Hipotesis............................................................29
6. Metodologi ............................................................................................29
7. Populasi dan Sampel..............................................................................31
8. Instrument..............................................................................................31
9. Data Analisa….......................................................................................32
10.Hasil Pembahasan.................................................................................32
11. Kesimpulan..........................................................................................33
12. Implikasi...............................................................................................34
13. Daftar Pustaka......................................................................................35
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................36
4.2 saran.....................................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................37
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
anak dengan kondisi kritis. Anak yang diawat diruang tersebut adalah anak
4
dilakukan pemeriksaan diagnostik sehingga mengharuskan anak dirawat di
stressor, baik stressor lingkungan, stressor psikologis, dan stressor fisik (Wong,
2009). adapun stressor fisik yang terjadi pada anak misalnya nyeri akibat
kekebalan tubuh sehingga anak akan mudah terserang oleh penyakit infeksi
lain.
Mukositis Oral merupakan salah satu gangguan yang sering terjadi pada
inflamasi yang terjadi pada mukosa oral sebagai efek samping radikal akibat
Gejala yang paling sering terjadi pada mukositis oral adalah nyeri pada
rongga mulut dan nyeri telan (odinofagia). Nyeri pada rongga mulut akibat
5
mukosistis oral (MO) menyebabkan gangguan saat mengunyah, menelan,
elektrolit.
dengan kemoterapi dapat timbul lebih cepat sekitar 4-5 hari setelah kemoterapi
Mukosa yang rusak mudah terjadi penetrasi bakteri, jamur dan virus. Hal ini
Padang, pada bulan April 2019, 3 dari 4 orang anak dirawat karena penyakit
disimpulkan bahwa anak yang dirawat di PICU karena penyakit kritis seperti
dengan klorhexidine, vitamin E, dan madu pada pasien dengan mukositis oral
B. Rumusan Masalah
6
Berdasarkan latar belakang tersebut, didapatkan rumusan masalah sebagai
berikut :
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
intensif.
2. Tujuan khusus
intensif
D. Manfaat Penulisan
a. Bagi kelompok
b. Bagi pasien
7
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan dapat
informasi bagi rumah sakit dan dapat dipertimbangkan sebagai salah satu
perawatan intensif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Mukositis Oral
A. Defenisi
8
Mukositis Oral adalah peradangan dan ulserasi dari mukosa mulut
membran mukosa sebagai akibat sekunder dari terapi kanker, dapat terjadi
pada rongga mulut, faring, laring, esophagus, dan area lain pada saluran
pada mukosa oral akibat nekrosis dari lapisan basalis dari mukosa oral,
yang ditandai dengan adanya eritema dan atau ulserasi pada mukosa oral,
terjadinya mukositis oral terbagi menjadi dua kelompok, yaitu faktor risiko
perbaikan jaringan menjadi lebih lama. Sedangkan, menurut Sonis dan Fey
(2002) dalam Gupta (2013), populasi anak-anak juga memiliki risiko lebih
9
tinggi karena proliferasi jaringan epitel sel anak lebih cepat dibandingkan
orang dewasa. Menurut Eilers (2014), anak-anak memiliki sel epitel yang
etoposide, 5 FU, dan methotrexate (Cawley & Benson, 2015). Obat ini
sangat sering diberikan pada pasien kanker darah dan nasofaring. Anak
yang mendapat terapi dengan dosis lebih besar, seperti misalnya pada anak
Kemoterapi yang dilakukan dalam waktu yang lama, seperti pada anak
Selain itu pasien yang mendapat kombinasi terapi juga memiliki risiko
10
memperparah infeksi yang dapat mengancam nyawa, khususnya bila
mukositis oral pada pasien, antara lain adalah riwayat terkena Virus
merupakan efek samping dari kemoterapi yang diberikan (Chu & Devita,
(Eilers, 2014). Hal ini juga dipertegas dengan penelitian yang dilakukan
oleh Peterson dan Carrielo (2014) yang menyatakan bahwa anak dengan
status gizi kurang atau gizi buruk lebih berisiko mengalami mukositis,
namun penelitian lain yang dilakukan oleh Robien et al. (2014), anak
dengan Body Mass Index (BMI) yang lebih tinggi, seperti gizi normal,
11
sehingga sel tersebut berhenti membelah dan menyebabkan atropi jaringan
TNF-α, IL-1β, dan IL-6. Berbagai faktor lain berinterferensi pada proses
ini, seperti mikroorganisme oral, status imunitas pasien, trauma lokal, dan
kondisi oral hygiene pasien. Lebih jauh lagi, terdapat suatu kemungkinan
(Sonis, 2014).
fase inisiasi yang merupakan fase awal kontaknya agen kemoterapi dengan
12
menyebabkan udema pada mukosa, atropi, dan akhirnya mengalami fase
ulserasi. Fase ulserasi merupakan fase mulai timbulnya lesi. Pada fase ini
Candida albicans pada ulserasi yang terjadi, dan kemudian mengarah pada
IL-1 dan TNF-alpha lebih banyak lagi. Pada fase ini, pasien akan
mengeluhkan nyeri yang hebat dan sensasi seperti terbakar pada mukosa
pada saat pasien membuka mulut, makan, mengunyah, dan berbicara. Fase
selama kurang lebih 12-16 hari tergantung dari kecepatan proliferasi atau
iritasi mekanik (Kostler, 2001; Shih et al., 2013; Naidu et al., 2014; Sonis,
Mukositis oral ini biasa terjadi 5-10 hari setelah inisiasi kemoterapi
13
Manifestasi klinisnya dapat bervariasi tergantung derajat keparahannya.
Seringkali tidak hanya berupa rasa tidak nyaman, namun juga dapat sangat
Manifestasi klinis yang sering muncul antara lain ulserasi berukuran 0,5-4
cm, eritema yang ditutupi garis kuning atau fibrin berwarna putih yang
berbicara. Lesi dapat terjadi bilateral, di bagian ventral atau lateral dari
lidah, mukosa labial, bagian dasar mulut, palatum mole, dan area
14
ikat membutuhkan waktu sekitar 2-3 minggu. Beberapa pasien yang
adanya penurunan produksi saliva sehingga lidah menjadi kering. Hal ini
(Priestman, 2012).
fraksi dari dosis agen kemoterapi, volume dari jaringan yang terkena
paparan agen kemoterapi, status nutrisi, tipe dari radiasi, riwayat paparan
15
dapat menimbulkan mukosa oral kering dan mudah iritasi. Manajemen
Kline, 2005), atau minimal melakukan perawatan mulut dua kali setelah
makan dan sebelum tidur, dan setiap dua jam sekali bila sudah mengalami
menjadi pilihan untuk pasien dengan mukositis oral. Pasien juga harus
peroral atau menghisap es batu. Pasien dengan mukositis oral yang berat
16
kebutuhan nutrisi pasien. Pasien juga harus menghindari makanan yang
(terapi dingin), estrak tanaman herbal, madu, larutan salin, dan permen
derajat keparahan dari mukositis oral. Mekanisme kerja dari terapi es ini
Penggunaan terapi dingin ini memerlukan kriteria tertentu, yaitu status gigi
anak dalam kondisi sehat (tidak memiliki riwayat gigi sensitif) karena
Nakhaee, 2013).
17
dialami pasien. Mekanisme kerja dari daun A. millefolium adalah efek
al., 2015).
2. Oral Hygiene
A. Defenisi
menyegarkan mulut, gigi dan gusi (Clark, dalam Shocker, 2008). Dan
yang ditujukan untuk menjaga kontinuitas bibir, lidah dan mukosa mulut,
18
menurut Hidayat dan Uliyah (2005), oral hygiene merupakan tindakan
ini dapat dilakukan oleh pasien yang sadar secara mandiri atau dengan
kebersihan mulut dan gigi secara mandiri harus dipantau oleh perawat.
gigi. Akumulasi plak bakteri pada gigi karena hygiene mulut yang buruk
gigi menyebabkan kerusakan gigi (gigi berlubang). Plak gigi juga dapat
periodontitis.
dijalankan dan tanpa efek samping (Kobya & Guducu, 2016). Meskipun
19
pengobatan yang efektif belum dikembangkan (Izgu, 2017). Penyebab
menghilangkan gejala.
mucositis oral (Aziziet al., 2015 ; Chaitanya et al., 2017 ; Kishore Kumar-
Dantas, & Morais, 2015 ; Ozveren, 2010). Hasil tidak efektif dan efek
dan enak, juga mengandung nutrisi yang sangat baik untuk kesehatan.
asam amino esensial, mineral yang paling lengkap. Selain itu madu juga
20
mengandung enzim invertase, diastase, katalase, oksidase, dan
et.al.,2010).
BAB III
TELAAH JURNAL
A. Telaah Penulisan
1. Judul Jurnal
21
Judul jurnal penelitian lebih dari 14 kata dalam bahasa Inggris dan jika
jurnal yang baik yaitu tidak lebih 14 kata dalam bahasa Indonesia ) (LIPI,
penulis utama berada urutan paling depan (LIPI, 2013). Pada jurnal ini
penulis nama sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik karena
komunikasi.
22
2. Abstrak
jarak 1 (satu) spasi (Fakultas Keperawatan UNAND, 2012). Pada jurnal ini
menggunakan bahasa inggris dengan 288 kata, maka dari itu penulisan
jurnal ini tidak sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik.
dan kesimpulan beserta saran. Pada jurnal ini terdapat tujuan penelitian,
sebagai berikut :
23
a. Tujuan
anak (PICU).
Penelitian ini adalah uji coba terkontrol secara acak dengan desain
pengumpulan data.
c. Hasil
21 dan penelitian ini menemukan bahwa nilai indeks mucositis dari anak-
24
d. Kesimpulan
Vitamin E adalah agen yang paling efektif dalam manajemen, diikuti oleh
madu sebagai agen kedua yang paling efektif. Klorin ditemukan kurang
e. Kata kunci
ditempatkan di bawah abstrak, terdiri dari dua sampai lima kata yang
2013). Berdasarkan uraian diatas, kata kunci ditulis dalam bahasa inggris
3. Pendahuluan
kalimat pada pendahuluan ini harus padat dan berisi. Pembahasan dalam
pendahuluan sudah sesuai dengan kaidah penulisan jurnal yang baik yaitu
25
4. Latar belakang dari penelitian jurnal :
26
ketidakmampuan untuk mengambil cairan dan makanan melalui rute oral,
(Cubukcu, 2005). Lebih jauh lagi, karena refleks menelan menjadi lemah
atau tidak ada pada anak-anak yang tidak sadar, bakteri memproduksi
kembali di dalam air liur dan menumpuk di mulut. Bakteri gram positif
kolonisasi dan infeksi pada organ-organ tersebut (Grap & Munro, 2004).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan efek dari tiga metode
5. Studi Literatur
27
Tinjauan pustaka sudah berisikan semua teori yang memperkuat
bermakna.
vitamin E dan madu pada mucositis oral (OM) manajemen pada anak-
7. Metodologi
28
Bagian metodologi ini umumnya terdiri dari beberapa bagian
penelitian besar dengan desain yang agak kompleks, biasanya bagian ini
29
sederhana biasanya hanya beberapa paragraf saja. Umumnya, bagian ini
terdiri dari beberapa bagian seperti : lokasi penelitian, populasi dan sampel,
dilakukan sebagai uji coba terkontrol secara acak dengan desain paralel.
sampling.
9. Instrument
2011).
30
Dalam jurnal Data untuk penelitian ini dikumpulkan menggunakan
Kesehatan Dunia. Formulir ini disiapkan oleh para peneliti setelah tinjauan
2016).
yang digunakan dan data analisnya sudah di tampilkan sehingga kita dapat
Penjelasan tabel atau gambar dalam narasi tidak boleh terlalu detail
atau panjang. Cukup memberikan keterangan singkat tentang isi dari tabel
atau gambar. Dengan demikian tidak ada pengulangan informasi dari tabel
diperhatikan juga bahwa setiap tabel atau gambar harus dapat menjelaskan
harus bisa terlihat pada tabel tersebut. Tabel atau gambar yang dibuat
31
untuk tulisan jurnal harus diletakan pada bagian belakang dari manuskrip
yang kita siapkan atau setelah daftar pustaka. Setiap satu tabel atau gambar
kesimpulan Yang tidak ditarik oleh tim peneliti terhadap penelitian yang
Telah dilakukan. Ini tentu merujuk pada hasil dan pembahasan yang telah
bivariatnya.
12. Kesimpulan
Bagian ini adalah yang kadang ditampilkan dalam teks dan kadang
adalah kesimpulan yang diputuskan oleh peneliti setelah melihat hasil yang
terkait dengan apa yang ada dalam penelitian tersebut. Kesimpulan harus
32
rekomendasi kepada pihak pengambil kebijakan dalam menanggulangi
dan saran disusun dalam beberapa kalimat dan umumnya hanya satu
33
a. Daftar Pustaka harusnya tersusun berdasarkan abjad, dalam jurnal ini
b. Daftar Pustaka dari internet harusnya dibuat nama penulis, kalau tidak
34
dalam sumber internet tidak lengkap dan tidak semua ada tanggal dan
waktu mengakses.
c. Judul buku dan jenis jurnal dalam daftar pustaka sudah dicetak miring
35
36
37
B. TELAAH KONTEN
1. Pendahuluan
penyakit ini ini belum sepenuhnya diidentifikas dan memiliki dampak yang
I), fase epitel (Tahap II), ulseratif/ bakteriologisfase (Phase III) dan fase
antaranya pasien anak tidak sadar, tidak mampu untuk makan melalui oral,
2005 ). Selain itu, karena reflek menelan yang lemah atau tidak bisa
berkembang biak dalam air liur dan menumpuk di dalam mulut. bakteri
38
2006 ). Selain itu, migrasi mikroorganisme ini ke paru-paru bisa
mengakibatkan kolonisasi dan infeksi pada organ tersebut ( Grap & Munro,
&Munro, 2004 ).
bahwa zat yang digunakan dalam perawatan mulut harus efektif, aman,
memiliki efek yang merugikan pada fase lain ( Cubukcu et al., 2006 ;
Ma fi, 2015 ; Chaitanya et al., 2017 ; Cheng, Chang, & Yuen, 2004 ; Costa,
39
( Cavusoglu 2007 ; Ozveren 2010 ). Namun, rasanya tidak menyenangkan
Morais, Dantas, & Morais, 2015 ; Ozveren2010 ). Karena hasil tidak efektif
menunjukkan efek buruk saat penggunaan secara topikal (Azizi et al., 2015
topikal dua kali sehari efektif dalam manajemen OM ( Azizi et al., 2015 ;
dari profesional kesehatan di seluruh dunia ( Biglari et al., 2013 ; Izgu 2017
untuk pengobatan borok kaki, luka bedah, luka bakar dan berbagai penyakit
kulit, penyembuhan luka pada pasien kanker dan pengobatan infeksi oral (
Al-Jaouni et al., 2017 ; Khanal, Baliga, & Uppal, 2010 ;Awam- fl urrie
40
2008 ; Maiti et al., 2012 ; Raeessi et al., 2014 ; Samdariya, Lewis, Kauser,
2. Metode penelitian
- Desain
desain paralel
dilengkapi dengan empat tempat tidur dan memiliki staf perawat sebanyak
enam orang. Sampel dibagi menjadi dua kelompok yang termasuk anak-
tanpa OM) dengan kekuatan 80%, tingkat kesalahan 5% dan efek ukuran
0,25. Sampling penelitian ini terdiri dari total 150 anak usia dua tahun atau
41
Tiga solusi perawatan mulut yang berbeda digunakan untuk
yang diobati dengan vitamin E, Grup-3. Pasien yang diobati dengan madu
dalam Grup-3 dan - 6 (karena risiko botulisme pada bayi di bawah usia
satu tahun) selain itu anak anak yang tidak bisa dimasukan ke kelompok
ini adalah mereka yang alergi terhadap madu (berdasarkan laporan orang
pada grafik) atau anak-anak untuk menerima pengobatan itu tidak tepat.
Anak-anak di bawah dua tahun tidak termasuk dalam penelitian ini untuk
Mucositis Index.
42
3. Hasil Penelitian
51% lainnya adalah lakilaki dengan usia rata rata 7,25 tahun. Tidak ada
dalam hal seks dan kelompo untuk penakit krois sekunder. Begitu juga
pada periode yang berbeda atau bahwa perbedaan nilai indeks berbeda
Grup-1 menjadi lebih tinggi dari nilai yang diukur pada hari-hari yang
diukur pada hari 3, 6, 9, 12 dan 15 di Grup-2 lebih rendah dari nilai yang
indeks mucositis diukur pada hari 6, 9, 12, 15, 18 dan lebih rendah
masing).
43
- Intervensi pada kelompok kontrol
Untuk median nilai indeks mucositis diukur pada hari pertama, tidak ada
4. Pembahasan
yang paling tidk efektif. Vitamin E adalah molekul antioksidan yang paling
penting yang ditemukan pada manusia danlarut dalam lemak ( Alt saya ner,
oksidatif pada jaringan khusus seperti pembuluh darah ( Alt saya ner et al.,
44
dalam studi sebelumnya yang menyelidiki efektivitas vitaminE. Penelitian
oleh El-Housseiny et al. (2007) dilakukan pada pasien anak yang menjalani
inflamasi dan antioksidan ( Nagi, Patil, Rakesh, Jain, & Sahu, 2018 ). Ada
banyak laporan kasus menunjukkan efek dari madu pada percepatan proses
penyembuhan pada luka akut dan kronis ( Biglari et al., 2013 ; Dunford,
Cooper, Molan, & White, 2000Awam- fl urrie 2008 ). Madu juga dikenal
luka dan pengobatan berbagai gusi dan infeksi intraoral ( Nagi et al., 2018 ;
rutin, diminta untuk membilas mulut dengan 20ml madu tiga kali sehari dan
bahwa campuran madu dan kopi (300 g madu dan 20 g kopi instan) efektif
45
Penelitian tentang chlorhexidine mengatakan chlorhexidine kurang efektif
5. Kesimpulan
Sampai saat ini, tidak ada agen telah terbukti benar-benar efektif
perawatan mulut untukmencegah dan mengobati OM. Selain itu, madu, yang
atau alergi terhadap madu. Namun, madu tidak boleh diberikan pada bayi
46
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
nekrosis dari lapisan basalis dari mukosa oral, yang ditandai dengan adanya
eritema dan atau ulserasi pada mukosa oral, dan dapat menimbulkan nyeri
sangat penting bahwa zat yang digunakan dalam perawatan mulut harus
efektif, aman, mudah dijalankan dan tanpa efek samping Penelitian ini
perawatan Mukositis Oral pada anak yang di rawat di PICU. Hal ini dapat
B. Saran
Penelitian ini harus melibatkan sampel yang lebih besar dan diperluas
47
DAFTAR PUSTAKA
Azizi, A., Alirezaei, S., Pedram, P., & Ma fi, AR (2015). Keampuhan dari vi-
https://doi.org/10.5812/rro.2(1)2015.796 .
Biglari, B., Moghaddam, A., Santos, K., Blaser, G., Axel-Buchler, A., Jansen, G.,
https://doi.org/10.5222/HEAD.2017.304 .
Chaitanya, N., Muthukrishnan, A., Babu, DBG, Kumari, CS, Lakshmi, MA, Palat,
G., & Alam, KS (2017). Peran vitamin E dan vitamin dalam mucositis lisan
https://doi.org/10.7860/JCDR/2017/26845.990
https://doi.org/10.4172/2155-9538.10
48
Macedo, RAP, Morais, EF, Dantas, AN, & Morais, MLSA (2015). klorheksidin
untuk mengobati mucositis oral pada pasien dengan leukemia akut: tinjauan
https://doi.org/10.1177/1043454211408103 .
Journal, 92 - 99.
Pediatrics.
Eilers, J. (2014). Nursing intervention and supportive care for the prevention and
Gupta, N., & Khan, M. (2013). Oral Mucositis. E-Journal of Dentistry. 3(3), 405-
410.
49
Kakoei, S., Ghassemi, A., & Nakhaee, N. (2013). Effect of cryotherapy on oral
Lalla, R.V., Bowen, J., Barasch, A., Elting, L., Epstein, J., Keefe, D.M., et al.
undergoing radiation treatment for head and neck carcinoma. Risk factors
50