Anda di halaman 1dari 35

BAB I

STATUS PASIEN

1. Identitas Pasien

a. Nama/Kelamin/Umur : An. B/Laki-laki/ 17 Tahun

b. Pekerjaan/Pendidikan : Pelajar/SMA

c. Alamat : RT 14 Lebak Bandung

2. Latar Belakang Sosial-Ekonomi-Demografi-Lingkungan Keluarga

a. Status Perkawinan : Belum Menikah

b. Jumlah Anak/Saudara : Anak kedua/ dua bersaudara

c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup

d. Kondisi Rumah :

Rumah permanen dengan ukuran ± 8 x 5 m2. Rumah terdiri dari 1


ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur yang bergabung dengan ruang makan,
1 kamar mandi, terdapat 1 buah jamban/wc jongkok di kamar mandi.
Rumah pasien disertai 2 pintu yaitu berada di depan dan di belakang dekat
dapur, jendela terdapat di bagian depan rumah dan belakang rumah dekat

1
dapur. Lantai rumah keramik, dan dinding terbuat dari batu bata, beratap
genteng. Air yang digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM, air
yang digunakan cukup bersih, jernih dan tidak berbau sedangkan untuk
minum dengan air yang dimasak. Pencahayaan di dalam rumah cukup
baik, sedangkan sumber listrik dari PLN.

e. Kondisi lingkungan di sekitar rumah:

Sekitar rumah merupakan pemukiman yang padat penduduk, area


di sekitar rumah ditumbuhi beberapa pohon. Tampak saluran untuk
drainase air.

3. Aspek prilaku dan psikologis dalam keluarga

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ayah pasien


sudah meninggal dunia dan ibu pasien adalah seorang PNS. Menurut
orang tua hubungan antar anggota keluarga cukup harmonis. Masalah
dengan tetangga sekitar juga disangkal. Pasien tumbuh dan berkembang
seperti anak seusianya.

4. Keluhan Utama

Nyeri pada liang telinga kiri sejak 3 hari sebelum datang ke Puskesmas

5. Riwayat Penyakit Sekarang :

Sejak 3 hari ini pasien mengeluh telinga kiri nya sakit, nyeri juga
dirasakan saat telinga nya dipegang atau ditekan. nyeri dirasakan terus
menerus, nyeri juga disertai rasa gatal, riwayat keluar cairan dari telinga
(+) berwarna putih kekuningan, encer, dan berbau. Teling berdenging (+)
hilang timbul, telinga kiri terasa bengap (+), riwayat demam (-), batuk (-),
pilek sebelumnya (-), riwayat telinga terbentur (-), pasien mengaku

2
sebelum terjadi keluhan, pasien membersihkan telinganya menggunakan
korek kuping besi. Hal ini sering dilakukan pasien. Riwayat masuk air ke
telinga (-), berenang sebelumnya (-). Keluhan ini baru pertama kali
dirasakan pasien.

6. Riwayat Penyakit Dahulu :

 Keluhan yang sama sebelumnya (-)

 Kelainan bawaan lahir (-)

 Riwayat sakit parah saat sebelumnya (-)

 Riwayat rawat inap (-)

 Penyulit saat kelahiran (-)

 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan (-)

7. Riwayat Penyakit Keluarga :

 Keluhan yang sama

 Kelainan bawaan lahir di keluarga (-)

3
8. Riwayat makan, alergi, obat-obatan, perilaku kesehatan :

 Alergi obat-obatan (-), alergi makanan (-)

 Pasien sering membersihkan telinga menggunakan korek kuping besi.

9. Pemeriksaan Fisik

 Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

 Kesadaran : Compos Mentis

 IMT : BB 56 Kg; TB 165 cm; IMT : Normalweight

 Tanda vital : nadi 78 x/i, RR 20 x/i, suhu 36,9º C

 Kepala : Normocephal

 Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, RC (+/+)


 Telinga :
Status Lokalis

Daun telinga Kanan Kiri


Anotia/mikrotia/makrotia - -
Keloid - -
Perikondritis - -
Kista - -
Fistel - -
Ot hematom - -
Nyeri tekan tragus - +
Nyeri tekan auricula - +
Liang telinga Kanan Kiri
Atresia - -
Serumen - +
Epidermis prop - -
Korpus alineum - -
Jaringan granulasi - -

4
Eksositosis - -
Osteoma - -
Furunkel - -
Edema - +
Membran timpani Kanan Kiri
Hiperemis - Sulit dinilai
Retraksi - Sulit dinilai
Bulging - Sulit dinilai
Atropi - Sulit dinilai
Perforasi - Sulit dinilai
Bula - Sulit dinilai
Sekret - Sulit dinilai
Refleks cahaya + Sulit dinilai
Retro-aurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -
Preaurikular Kanan Kiri
Fistel - -
Kista - -
Abses - -

 Hidung : dalam batas normal

 Tenggorokan : uvula di tengah, tonsil T1-T1 hiperemis (-)

 Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-) tonsil T1-T1

 Leher : Pembesaran KGB (-), kaku kuduk (-)

5
 Thorak

Pulmo :

Pemeriksaan Kanan Kiri


Inspeksi Simetris Simetris
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Auskultasi Vesikuler (+) Vesikuler (+)
Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

Jantung :

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat.


Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri, kuat
angkat
Perkusi Batas-batas jantung :
Atas : ICS II kiri
Kanan : ICS IV linea parasternalis kanan
Kiri : ICS V linea midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

 Abdomen

Inspeksi Cembung, massa (-), jaringan parut (-), bekas operasi (-)
Palpasi Nyeritekan (-),defans musculer (-), hepatomegali (-),
splenomegali (-), nyeri ketok costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

 Ektremitas : Akral hangat, CRT > 2s, edema (-/-), sianosis (-/-)

6
10. Pemeriksaan Laboratorium :-

11. Usulan Pemeriksaan Penunjang : Kultur Pus

12. Diagnosis Kerja : Otitis Eksterna Difus Auricula Sinistra (H60.311)

13. Diagnosis Banding :

Otitis Eksterna Sirkumskripta Auricula Sinistra (H60.01)

Otitis Eksterna Maligna Auricula Sinistra (H60.21)

Otitis Media Akut Stadium Perforasi (H66.011)

14. Manajemen

a. Promotif

 Menjelaskan kepada pasien dan keluarganya mengenai penyakit


yang diderita pasien.
 Konsumsi makanan yang cukup dan bergizi

 Istirahat yang cukup

 Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar

b. Preventif

 Jangan mengorek atau memasukkan benda asing ke telinga yang


sakit
 Jangan berenang, jika mandi hindari liang telinga yang sakit agar
air tidak masuk (hindari basah pada liang telinga yang sakit)

c. Kuratif :

Non farmakologi:

 Membersihkan liang telinga

 Kompres/tampon antiseptik

7
Farmakologi :
 Asam Mefenamat tab 500 mg 3x1

 Kloramfenikol 3% ear drops 4 x 3 gtt pada telinga yang sakit/hari

Tradisional
 Kencur

Pada penelitian sari kencur maupun beras kencur terhadap


efek analgesik dilakukan pada manusia diapatkan hasil penelitian
memperlihatkan bahwa 200 ml sari kencur 10% yang diberikan
secara oral mempunyai khasiat analgesik yang tidak berbeda
dengan metampiron 500 mg. Sedangkan penelitian dengan beras
kencur menunjukkan bahwa beras kencur mempunyai efek
analgesik yang tidak berbeda dengan novalgin. Cara
mengkonsumsinya adalah dengan menyiapkan sebanyak 3 x 1 tea
bag (5 g serbuk kencur)/hari yang masing-masing diseduh dalam 1
cangkir air diminum sebelum makan.

d. Rehabilitatif

 Menaati nasihat dokter dan segera ke tempat pelayanan kesehatan


terdekat jika keluhan tida membaik dan atau disertai demam.

8
Resep puskesmas Resep ilmiah 1

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat
Dokter Ayyuhumah Amalia Dokter Ayyuhumah Amalia
SIP : 150396 SIP : 150396
Jambi, 28 Desember 2018 Jambi, 28 Desember 2018
2018

Pro : Pro :
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi

Puskesmas Simpang Kawat Puskesmas Simpang Kawat

Dokter Ayyuhumah Amalia Dokter Ayyuhumah Amalia

SIP : 150396 SIP : 150396

Jambi, 28 Desember 2018 Jambi, 28 Desember 2018

Pro : Pro :
Alamat : Alamat :
Resep tidak boleh ditukar tanpa Resep tidak boleh ditukar tanpa
sepengetahuan dokter sepengetahuan dokter
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi
Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah, dan telinga
dalam. Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai
membran timpani; telinga tengah terdiri dari membrane timpani,
tulang-tulang pendengaran (maleus, inkus, dan stapes), dan tuba
eustachius; sedangkan telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput)

dan kanalis semisirkularis.1,2,3

Gambar 1. Anatomi Telinga

Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan


kulit dengan dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut
membentuk liang telinga bagian luar. Hanya cuping telinga atau
lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan, tetapi terdiri dari
jaringan lemak dan jaringan fibros. Bentuk dari kulit, tulang rawan
dan otot pada suatu keadaan tertentu dapat menentukan bentuk dan
ukuran dari orifisium liang telinga bagian luar, serta menentukan
sampai sejauh mana serumen akan tertahan dalam liang telinga,

disamping itu mencegah air masuk kedalam liang telinga.4,5,6

Liang telinga mempunyai bagian tulang (di dua pertiga bagian


dalam) dan tulang rawan (di sepertiga bagian luar). Membran timpani
memisahkan telinga luar dan telinga tengah. Telinga luar berfungsi
mengumpulkan dan menghantar gelombang bunyi ke struktur-struktur
telinga tengah. Liang telinga luar yang sering disebut meatus, panjang
kira-kira 2,5 cm, membentang dari konka telinga sampai membran
timpani. Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit mengarah
keatas dan kebelakang dan bagian sedikit kebawah dan kedepan
sehingga berbentuk huruf “S“, sehingga penarikan daun telinga kearah
belakang atas luar, akan membuat liang telinga cenderung lurus dan
memungkinkan terlihatnya membran timpani pada kebanyakan liang

telinga.1,6

Bagian yang tersempit dari liang telinga adalah dekat perbatasan


tulang dan tulang rawan. Hanya sepertiga bagian luar atau bagian
kartilaginosa dari liang telinga dapat bergerak dan mengandung
folikel rambut yang banyaknya bervarasi antar individu namun ikut
membantu menciptakan suatu sawar dalam liang telinga. Bersama
dengan lapisan luar membrana timpani, liang telinga membentuk
suatu kantung berlapis epitel yang bersifat lembab, sehingga daerah

ini menjadi rentan infeksi pada keadaan tertentu. 6

Anatomi liang telinga bagian tulang sangat unik karena


merupakan satu- satunya tempat dalam tubuh dimana kulit langsung
terletak di atas tulang tanpa adanya jaringan subkutan (jaringan
longgar). Dengan demikian daerah ini sangat peka, dan tiap
pembengkakan akan sangat nyeri karena tidak terdapat ruang untuk
ekspansi. Karena keunikan anatomi aurikula serta konfigurasi liang
telinga yang melengkung atau seperti spiral, maka telinga luar mampu
melindungi membrana timpani dari trauma, benda asing dan efek

termal.1,6

2.2 Definisi
Otitis eksterna adalah suatu inflamasi, iritasi, atau infeksi kulit
dari liang/saluran telinga luar (meatus akustikus eksterna) yang
disebabkan oleh kuman maupun jamur (otomikosis) dengan tanda-
tanda khas yaitu rasa tidak enak di liang telinga, deskuamasi, sekret di
liang telinga dan kecenderungan untuk kambuhan. Infeksi ini bisa
menyerang seluruh saluran (otitis eksterna generalisata) atau hanya

pada daerah tertentu sebagai bisul (furunkel) atau jerawat. 1,6

2.3 Etiologi dan Faktor Predisposisi


Otitis eksterna terutama disebabkan oleh infeksi bakteri, yaitu
staphylococcus aureus, staphylococcus albus, dan escherichia coli.
Penyakit ini dapat juga disebabkan oleh jamur (10% otitis eksterna
disebabkan oleh jamur terutama jamur pityrosporum dan aspergilosis),
alergi, dan virus (misalnya: virus varisela zoster). Otitis eksterna dapat
juga disebabkan oleh penyebaran luas dari proses dermatologis yang

bersifat non infeksi.1,7

Faktor predisposisi otitis eksterna, yaitu :

a. Udara hangat dan lembab memudahkan kuman dan jamur untuk


tumbuh.

b. Derajat keasaman (pH) liang telinga, dimana PH basa


mempermudah terjadinya otitis eksterna. PH asam memproteksi
terhadap kuman infeksi.
c. Trauma mekanik seperti trauma lokal dan ringan pada epitel liang
telinga luar (meatus akustikus eksterna), misalnya setelah
mengorek telinga menggunakan lidi kapas atau benda lainnya.
d. Berenang dan terpapar air. Perubahan warna kulit liang telinga
dapat terjadi setelah terkena air. Hal ini disebabkan adanya bentuk
lekukan pada liang telinga sehingga menjadi media yang bagus
buat pertumbuhan bakteri. Otitis eksterna sering disebut sebagai
swimmer's ear.
e. Benda asing yang menyebabkan sumbatan liang telinga, misalnya
manik- manik, biji-bijian, serangga, dan tertinggal kapas.
f. Bahan iritan (misalnya hair spray dan cat rambut).

g. Alergi misalnya alergi obat (antibiotik topikal dan antihistamin)


dan metal (nikel).
h. Penyakit psoriasis

i. Penyakit eksim atau dermatitis pada kulit kepala.

j. Penyakit diabetes. Otitis eksterna sirkumskripta sering timbul pada


pasien diabetes.
k. Penyumbat telinga dan alat bantu dengar. Terutama jika alat

tersebut tidak dibersihkan dengan baik. 7,4

Otitis eksterna kronik dapat disebabkan :

 Pengobatan infeksi bakteri dan jamur yang tidak adekuat.

 Trauma berulang.

 Benda asing.

 Alat bantu dengar (hearing aid), penggunaan cetakan (mould)

pada hearing aid.4

2.4 Patofisiologi
Secara alami, sel-sel kulit yang mati, termasuk serumen, akan
dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang
telinga. Cotton bud (pembersih kapas telinga) dapat mengganggu
mekanisme pembersihan tersebut sehingga sel- sel kulit mati dan
serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga. Masalah ini juga
diperberat oleh adanya susunan anatomis berupa lekukan pada liang
telinga. Keadaan diatas dapat menimbulkan timbunan air yang masuk
ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang. Kulit yang basah,
lembab, hangat, dan gelap pada liang telinga merupakan tempat yang

baik bagi pertumbuhan bakteri dan jamur.1,7,8

Adanya faktor predisposisi otitis eksterna dapat menyebabkan


berkurangnya lapisan protektif yang menimbulkan edema epitel
skuamosa. Keadaan ini menimbulkan trauma lokal yang memudahkan
bakteri masuk melalui kulit, terjadi inflamasi dan cairan eksudat. Rasa
gatal memicu terjadinya iritasi, berikutnya infeksi lalu terjadi
pembengkakan dan akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Proses infeksi
menyebabkan peningkatan suhu lalu menimbulkan perubahan rasa
nyaman dalam telinga. Selain itu, proses infeksi akan mengeluarkan
cairan/nanah yang bisa menumpuk dalam liang telinga (meatus
akustikus eksterna) sehingga hantaran suara akan terhalang dan
terjadilah penurunan pendengaran. Infeksi pada liang telinga luar

dapat menyebar ke pinna, periaurikuler dan tulang temporal.4

Otalgia pada otitis eksterna disebabkan oleh:

a. Kulit liang telinga luar beralaskan periostium & perikondrium


bukan bantalan jaringan lemak sehingga memudahkan cedera
atau trauma. Selain itu, edema dermis akan menekan serabut
saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.
b. Kulit dan tulang rawan pada 1/3 luar liang telinga luar
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga
sehingga gerakan sedikit saja pada daun telinga akan
dihantarkan ke kulit dan tulang rawan liang telinga luar sehingga
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada penderita otitis

eksterna.1,7,8

2.5 Manifestasi Klinis

Tanda otitis eksterna menggunakan otoskop yaitu kulit pada


saluran telinga tampak kemerahan, membengkak, bisa berisi nanah

dan serpihan sel-sel kulit yang mati.3

Gejala otitis eksterna umumnya adalah rasa gatal dan sakit


(otalgia). Otalgia merupakan keluhan paling sering ditemukan.
Otalgia berat biasa ditemukan pada otitis eksterna sirkumskripta.
Keluhan ini bervariasi dan bisa dimulai dari perasaan sedikit tidak
enak, perasaan penuh dalam telinga, perasaan seperti terbakar, hingga
rasa sakit hebat dan berdenyut. Hebatnya rasa nyeri ini tidak
sebanding dengan derajat peradangan yang ada. Rasa nyeri terasa
makin hebat bila menyentuh, menarik, atau menekan daun telinga.

Juga makin nyeri ketika pasien sedang mengunyah.1,3,7,8

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada


tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya
rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal-gatal paling sering
ditemukan dan merupakan pendahulu otalgia pada otitis eksterna akut.
Pada kebanyakan penderita otitis eksterna akut, tanda peradangan
diawali oleh rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak enak pada

telinga.3

Pendengaran berkurang atau hilang. Tuli konduktif ini dapat


terjadi pada otitis eksterna akut akibat sumbatan lumen kanalis telinga
luar oleh edema kulit liang telinga, sekret serous atau purulen, atau
penebalan kulit progresif pada otitis eksterna lama. Selain itu,
peredaman hantaran suara dapat pula disebabkan tertutupnya lumen
liang telinga oleh deskuamasi keratin, rambut, serumen, debris, dan
obat-obatan yang dimasukkan ke dalam telinga. Gangguan
pendengaran pada otitis eksterna sirkumskripta akibat bisul yang

sudah besar dan menyumbat liang telinga.3

Selain gejala-gejala diatas otitis eksterna juga dapat memberikan


gejala- gejala klinis berikut:

1. Deskuamasi.

2. Tinnitus.

3. Discharge dan otore. Cairan (discharge) yang mengalir dari liang


telinga (otore). Kadangkadang pada otitis eksterna difus
ditemukan sekret / cairan berwarna putih atau kuning, atau
nanah. Cairan tersebut berbau yang tidak menyenangkan. Tidak
bercampur dengan lendir (musin).
4. Demam.

5. Nyeri tekan pada tragus dan nyeri saat membuka mulut.

6. Infiltrat dan abses (bisul). Keduanya tampak pada otitis eksterna


sirkumskripta. Bisul menyebabkan rasa sakit berat. Ketika pecah,
darah dan nanah dalam jumlah kecil bisa bocor dari telinga.
7. Hiperemis dan udem (bengkak) pada liang telinga. Kulit liang
telinga pada otitis eksterna difus tampak hiperemis dan udem
dengan batas yang tidak jelas. Bisa tidak terjadi pembengkakan,
pembengkakan ringan, atau pada kasus yang berat menjadi

bengkak yang benar-benar menutup liang telinga.3,7

2.6 Klasifikasi

Otitis eksterna diklasifikasikan atas :1,7

1) Otitis eksterna akut

a. Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel / bisul)


b. Otitis eksterna difus

2) Otitis eksterna kronik

1. Otitis Eksterna Akut (OEA)

a. Otitis Eksterna Sirkumskripta (Furunkel = Bisul)

Otitis eksterna sirkumskripta adalah infeksi oleh kuman pada


kulit disepertiga luar liang telinga yang mengandung adneksa kulit,
seperti folikel rambut, kelenjar sebasea dan kelenjar serumen sehingga
membentuk furunkel. Sering timbul pada seseorang yang menderita
diabetes. Kuman penyebabnya biasanya Staphylococcus aureus atau

Staphylococcus albus.1,7

Gejalanya ialah rasa nyeri yang hebat, tidak sesuai dengan besar
bisul. Hal ini disebabkan karena kulit liang telinga tidak mengandung
jaringan longgar dibawahnya, sehingga rasa nyeri timbul pada
penekanan perikondrium. Rasa nyeri dapat juga timbul spontan pada
waktu membuka mulut (sendi temporomandibula). Selain itu terdapat
juga gangguan pendengaran bila furunkel besar dan menyumbat liang
telinga. Rasa sakit bila daun telinga ketarik atau ditekan. Terdapat

tanda infiltrat atau abses pada sepertiga luar liang telinga.1,7

Beberapa furunkel mungkin bersatu membentuk karbunkel jika


infeksi berlanjut tidak diterapi, akan timbul selulitis dan mungkin
limfadenitis regional. Furunkulosis sering bersama-sama dengan
Otitis Eksterna Difusa (OED). Pada kasus berat, edema dapat
menyebar ke sulkus post aurikular menyebabkan daun telinga
terdorong ke depan. Kesulitan mendiagnosa timbul apabila liang
telinga bengkak keseluruhan yang menghalangi pemeriksaan
membrana timpani. Keadaan ini harus dibedakan dari mastoiditis
akuta, pembengkakan dan tenderness dapat menyebar ke daerah post

aurikula.4,7

Terapinya tergantung pada keadaan furunkel. Bila sudah


menjadi abses, diaspirasi secara steril untuk mengeluarkan nanahnya.
Lokal diberikan antibiotic dalam bentuk salep, seperti polymyxin B
atau bacitracin, atau antiseptik (asam asetat 2-5% dalam alkohol.
Kalau dinding furunkelnya tebal, dilakukan insisi, kemudian dipasang
salir (drain) untuk mengalirkan nanahnya. Biasanya tidak diperlukan
pemberian antibiotik secara sistemik, hanya diberikan obat simtomatik

seperti analgetik dan obat penenang.1

b. Otitis Eksterna Difus (OED)

Otitis eksterna difusa biasanya mengenai kulit liang telinga dua


pertiga bagian dalam. OED dikenal juga sebagai telinga cuaca panas
(hot weather ear), telinga perenang (swimmer ear), karena merupakan
suatu problema umum dibagian otologi yang didapat pada 5–20 %
penderita yang berobat ke dokter di daerah-daerah tropis dan subtropis
pada musim panas. Otitis eksterna difusa merupakan komplek gejala
peradangan yang terjadi sewaktu cuaca panas dan lembab dan dapat

dijumpai dalam bentuk ringan, sedang, berat dan menahun.7

Diduga bahwa suhu yang tinggi, kelembaban yang tinggi dan


kontaminasi kulit (kolonisasi) dengan basil gram negatif merupakan
tiga faktor terpenting yang menunjang didalam hal patogenesis otitis
eksterna difusa. Berdasarkan kepustakaan bahwa peningkatan yang
cepat dari insiden otitis eksterna terjadi apabila suhu menaik pada

lingkungan yang kelembaban relatif tinggi. 1,4,7

Tidak adanya serumen didalam liang telinga luar bisa


merupakan suatu keadaan predisposisi untuk terjadinya infeksi
telinga. Telah dikemukakan bahwa serumen dari telinga penyebab
terjadinya lapisan asam yang bersifat anti bakteri yang dianggap

berguna untuk mempertahankan telinga yang sehat.4

Gejalanya sama dengan gejala otitis eksterna sirkumskripta.


Kadang-kadang kita temukan sekret yang berbau namun tidak
bercampur lendir (musin). Lendir merupakan sekret yang berasal dari
kavum timpani dan kita temukan pada kasus otitis media. Rasa sakit
didalam telinga bisa bervariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar
hingga rasa sakit yang hebat, serta berdenyut, pada suatu penelitian
multisenter yang melibatkan 239 pasien yang dilakukan oleh Cassisi
dkk, rasa sakit yang hebat 20%, sedang 27%, ringan 36% dan tidak
ada rasa sakit 17%. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang
dominan, keluhan ini juga sering merupakan gejala sering
mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa agaknya tidak sebanding
dengan derajat peradangan yang ada. Ini diterangkan dengan
kenyataan bahwa kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan
dengan periosteum dan perikondrium,sehingga edema dermis

menekan serabut saraf yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat.8

Lagi pula, kulit dan tulang rawan sepertiga luar liang telinga
bersambung dengan kulit dan tulang rawan daun telinga sehingga
gerakan yang sedikit saja dari daun telinga akan dihantarkan kekulit
dan tulang rawan dari liang telinga luar dan mengkibatkan rasa sakit

yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.1

Rasa penuh pada telinga merupakan keluhan yang umum pada


tahap awal dari otitis eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya
rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga. Gatal merupakan gejala klinik
yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa sakit yang
berkaitan dengan otitis eksterna akut. Rasa gatal yang hebat 9%,
sedang 23%, ringan 35%, tidak didapat rasa gatal 33%. Pada
kebanyakan penderita rasa gatal disertai rasa penuh dan rasa tidak
enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu etitis eksterna

akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.8

Kurang pendengaran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari


otitis eksterna akut. Edema kulit liang telinga, sekret yang serousa
atau purulen, penebalan kulit yang progresif pada otitis eksterna yang
lama, sering menyumbat lumen kanalis dan menyebabkan timbulnya
tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen, debris, dan
obat-obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen

yang mengakibatkan peredaman hantaran suara.8

Diagnosis otitis eksterna difusa ditegakkan berdasarkan


anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari
anamnesis didapatkan keluhan telinga terasa nyeri, terasa penuh,
pendengaran berkurang, dan gatal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
kulit liang telinga hiperemis, dan edema dengan batas yang tidak jelas,

adanya sekret yang berbau dan tidak mengandung musin.6

Pada pemeriksaaan histopatologi otitis eksterna difusa akut


tampak adanya gambaran hiperkeratosis epidermis, parakeratosis,
akanthosis, erosi, spingiosis, hiperplasia stratum korneum dan stratum
germinativum, edema, hiperemis, infiltrasi leukosit, nekrosis, nekrosis
fokal diikuti penyembuhan fibroblastik pada dermis dan aparatus

kelenjar berkurang, aktifitas sekretoris kelenjar berkurang.8

Langkah pertama yang terpenting untuk terapi otitis eksterna


difusa berupa pembersihan secara cermat semua debris dan nanah di
dalam liang telinga, yang mudah dilakukan dengan menggunakan
ujung penghisap yang kecil. Kemudian liang telinga dimasukkan
tampon yang mengandung antibiotik. Kadang-kadang diperlukan

antibiotik sistemik.1
Ingat bahwa antibiotik harus berkontak seluruhnya dengan kulit
liang telinga secara efektif. Bila terdapat saluran yang baik dengan
membrana timpani, pasien disuruh berbaring pada satu sisi tubuhnya,
kemudian diteteskan antibiotika dan dipasang sumbat kapas dalam
telinga. Harus diberikan 4 atau 5 tetes ke dalam telinga setiap 4 jam
untuk 48 jam pertama, setelah itu liang diperiksa kembali. Biasanya
terjadi perbaikan dramatis. Kemudian tetesan antibiotika harus
diberikan 2 kali sehari selama 1 minggu. Kadang-kadang terdapat
pembengkakkan sedemikian rupa sehingga tetesan tersebut tidak
dapat masuk ke liang telinga. Pada keadaan ini, masukkan dengan
hati-hati gumpalan kapas tipis 5-7,5cm dan ditekan hati-hati ke dalam
liang telinga deengan forsep bayonet atau forsep buaya. Ujung dalam
gumpalan ini harus sedikit mungkin ke membran timapani dan ujung
luarnya harus menonjol ke luar dari liang telinga. Dengan pasien pada
salah satu sisinya, gumpalan tersebut harus dibasahi dengan larutan
antibiotika setiap 3-4 jam. Setelah kapas tersebut dibasahi, pasang
sumbatan kapas ke dalam telinga. Dua puluh empat jam setelah itu
kapas harus diangkat dan telinga dibersihkan, serta kemudian
dimasukkan gumpalan kapas yang lebih besar. Biasanya dalam waktu
48 jam, edema akan mengurai sedemikian rupa sehingga tetesan

antibiotika dapat langsung masuk ke dalam telinga.1,8


Suatu antibiotika yang mengandung neomisin bersama
polimiksin B sulfat (cortisporin) atau kolistin (colymiysin) akan
efektif untuk sekitar 99 % pasien. Bila infeksi disebabkan oleh jamur,
salep Nystatin (mycostatin) dapat dioleskan semuanya ke kulit liang
telinga dan dapat digunakan tetesan m-kresil asetat (creysylate) atau
mertiolat dalam air (1:1000). Harus dihindarkan masuknya air selama

2 minggu setelah infeksi teratasi untuk mencegah rekurensi.8

Biasanya terapi yang tepat menyebabkan penurunan dramatis


bagi nyeri dalam 34-48 jam. Untuk nyeri hebat yang biasanya
menyertai otitis ekterna difusa dapat diberikan kodein atau aspirin.
Kadang-kada ada individu yang sangat rentan terhadap otitis eksterna,
pasien-pasien ini harus diinstruksikan untuk menghindari masuknya
air, busa sabun dan semprotan rambut ke dalam telinga. Mereka dapat

membersihkan telinganya dengan alkohol.8

Terapi topikal biasanya cukup efektif, tetapi bila dijumpai


adenopathy dan gejala toksisitas, antibiotika sistemik dibutuhkan.
Penggunaan kortikosteroid diharapkan dapat mengurangi proses

inflamasi.7

2. Otitis Eksterna Kronik/Malignan

Otitis eksterna kronik adalah otitis eksterna yang berlangsung


lama dan ditandai oleh terbentuknya jaringan parut (sikatriks).

Adanya sikatriks menyebabkan liang telinga menyempit.5 Otitis


eksterna malignan adalah infeksi difus di liang telinga luar dan
struktur lain disekitarnya. Biasanya terjadi pada orang tua dengan
penyakit diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus PH
serumennya lebih tinggi dibandingkan PH serumen non diabetes.
Kondisi ini menyebabkan penderita diabetes lebih mudah mengalami
otitis eksterna. Akibat adanya faktor immunocompromize dan
mikroangiopati, otitis eksterna berlanjut menjadi otitis eksterna

malignan.1

Pada otitis eksterna malignan peradangan meluas secara


progresif kelapisan subkutis, tulang rawan dan tulang disekitarnya.
Sehingga dapat timbul kondroitis, osteitis, dan osteomielitis yang

menghancurkan tulang temporal.1


Gejala Klinis dan Pemeriksaan Fisik

Gejalanya dapat dimulai dengan rasa gatal pada liang telinga


yang dengan cepat diikuti oleh nyeri yang hebat dan sekret yang
banyak dan pembengkakan liang telinga. Rasa nyeri tersebut semakin
meningkat menghebat, liang telinga tertutup oleh tumbuhnya jaringan
granulasi yang tumbuh secara cepat. Saraf fasial dapat terkena,

sehingga menimbulkan paresis dan paralisis fasial.1 Penebalan


endotel yang mengiringi diabetes melitus berat bersama-sama dengan
kadar gula darah yan tinggi yang diakibatkan oleh infeksi yang sedang

aktif menimbulkan kesulitan pengobatan yang adekuat.8

Gambar 4. Otitis eksterna Maligna

Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan:

 Adanya inflamasi yang terlihat pada liang telinga luar dan jaringan
lunak periaurikuler
 Nyeri yang hebat, yang ditandai adanya kekakuan pada
jaringan lunak pada ramus mandibula dan mastoid
 Jaringan granulasi terdapat pada dasar hubungan tulang dan
tulang rawan. Jaringan ini patognomonik pada otitis eksterna
maligna. Pemeriksaan otoskopi juga dapat melihat keterlibatan
tulang.
 Nervus kranialis (V-XII) harus diperiksa

 Status mental harus diperiksa. Gangguan status mental dapat


menunjukkan komplikasi intrakranial
 Membran timpani biasanya intak

 Demam tidak umum terjadi.5

Pemeriksaan penunjang

1) Pemeriksaan Laboratorium

a. Jumlah leukosit

- Jumlah leukosit biasanya normal atau sedikit meninggi

- Adanya pergeseran ke kiri

b. Laju endap darah

- Laju endap darah meningkat bervariasi dengan rata-rata 87


mm/jam

- Laju endap darah dapat digunakan untuk mendukung


diagnosis klinik dari otitis eksternal akut atau keganasan
pada telinga yang tidak menyebabkan peningkatan tes ini.
c. Kimia darah

- Pasien yang diketahui dengan diabetik perlu pemeriksaan


kimia darah untuk menentukan intoleransi glukosa basal.
- Pasien tanpa riwayat diabetes perlu diperiksa toleransi
glukosanya
d. Kultur dan tes sensivitas dari liang telinga

- Kultur dari drainase telinga perlu dilakukan sebelum


pemberian antibiotik
- Organisme penyebab utama otitis eksterna maligna adalah
P. Aeruginosa (95 %). Organisme ini anaerobik, gram
negatif. Spesies pseudomonas mempunyai lapisan mukoid
untuk fagositosis. Eksotoksin (yaitu eksotoksin A,
kolagenase, elastase) dapat menyebabkan nekrosis
jaringan, dan beberapa strain menghasilkan neurotoksin

yang menyebabkan neuropati cranial.5

2) Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan ini penting untuk menentukan adanya osteomielitis,


perluasan penyakit, dan respon terapi, antara lain : CT scan dan
MRI keduanya berguna untuk memeriksa perluasan inflamasi
terhadap anatomi jaringan lunak, pembentukan abses, komplikasi

intracranial.5

Staging

Stage I : Otitis eksterna nekrotikan (otalgi yang menetap, terbatas


pada liang telinga luar, tidak ada kelumpuhan n. fasialis)

Stage II : Osteomielitis pada basis tengkorak yang terbatas


(kelumpuhan nevus fasialis pada foramen jugualar bagian
lateral)

Stage III : Osteomielitis pada basis tengkorak yang ekstensif (Ekstensi


sampai foramen jugular dan lebih medial bawah dari

kepala).5
Diagnosa Banding

Otitis eksterna malignan didiagnosis banding dengan herpes


zoster otikus, mastoiditis, otitis media kronik dan tumor ganas tulang

temporal.5

Penatalaksanaan

Pengobatan otitis eksterna maligna termasuk memperbaiki


imunosupresi, pengobatan lokal pada liang telinga, terapi sistemik
antibiotik jangka panjang, pada pasien tertentu dilakukan

pembedahan.5

Pengobatan tidak boleh ditunda-tunda sesuai dengan hasil kultur


dan resistensi. Mengingat kuman tersering penyebabnya adalah
Pseudomonas aerigenosa, diberikan antibiotik dosis tinggi yang
sesuai dengan Pseudomonas aerigenosa. Sementara menunggu hasil
kultur dan resistensi, diberikan golongan fluorokuinolon
(ciprofloxasin) dosis tinggi peroral. Pada keadaan yang lebih berat
dapat diberikan antibiotic parenteral kombinasi dengan antibiotic
golongan aminoglikosida yang diberikan selama 6-8 minggu.
Antibiotik yang sering digunakan adalah ciprofloxasin, ticarcilin-
clavulanat, piperacilin (dikombinasi dengan aminoglikosida),
ceftriaxone, ceftazidin, cefepime (maxipime), tobramicin (kombinasi
dengan aminoglikosida) gentamicin (kombinasi dengan golongan
penicillin), sebab penyakit akan segera menyerang bagian-bagian

penting di sekitarnya.1 Karena gentamisin dan tobramisin bersifat


nefrotoksik dan ototoksik, maka kadar kreatinin dan urin harus

diawasi ketat dan pendengaran diperiksa secara periodik.5


Disamping obat-obatan, seringkali diperlukan juga tindakan
membersihkan luka (debridement) secara radikal. Tindakan
membersihkan luka yang kurang bersih akan dapat menyebabkan
semakin cepatnya perjalanan penyakit. Telinga harus dibersihkan
dengan teliti setiap hari dan diolesi salep gentamisin. Diantara waktu
membersihkan, harus diberikan obat tetes gentamisin setiap 4-6 jam.
Setelah terapi diberikan dan infeksi terkontrol, maka pengangkatan
jaringan granulasi manapun yang menetap di liang telinga dan
biasanya dilakukan dengan obat anastesi lokal, akan mempercepat
penyembuhan. Kecuali kadang-kadang diperlukan debrideman meatus
akustikus eksternus. Biasanya tidak diperlukan pembedahan. Tetapi
bila keadaan pasien konstan atau memburuk walaupun telah diberikan

terapi medis, mungkin diperlukan mastoidektomi radikal.1,4,7

Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk


terapi yang banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik
pseudomonas, maka kini intervensi dengan antibiotik sistemik
merupakan bentuk utama terapi. Ada dugaan bahwa pembedahan
invasif tanpa perlindungan antibiotik akan mendukung penyebaran
infeksi pada pasien-pasien yang telah mengalami kemunduran ini.
Oleh sebab itu pembedahan sebaiknya dibatasi pada pengangkatan

sekuestra, drainase abses, debridemant lokal jaringan granulasi.8

Komplikasi

Komplikasi OEM yang dapat terjadi meliputi lower cranial


neuropathies, paresis atau paralisis nervus fasial, meningitis, abses
otak dan kematian. Pada otitis eksterna maligna peradangan meluas
secara progresif ke lapisan subkutis, tulang rawan, dan ke tulang
disekitarnya, sehingga timbul kondritis, osteitis, osteomielitis, yang

menghancurkan tulang temporal. 5


Prognosis

Rekurensi penyakit dilaporkan sekitar 9-27% dari pasien. Hal ini


berhubungan dengan lamanya pemberian terapi yang tidak cukup dan
manifestasinya biasanya berupa sakit kepala dan otalgi. Laju endap
darah mulai meningkat. Otitis eksterna maligna kambuh sekitar satu
tahun pengobatan komplit. Chandler melaporkan rata-rata kematian
50% tanpa pengobatan. Kematian berkurang sampai 20% dengan
ditemukannya antibiotik yang cocok dan perbaikan modalitas
imaging. Penelitian sekarang melaporkan kematian turun sampai 10%,
tetapi kematian tetap tinggi pada pasien dengan neuropati atau
antiparasit.
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Pasien tinggal di rumah permanen dengan ukuran ± 8 x 5 m2. Rumah terdiri
dari 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 dapur yang bergabung dengan ruang makan, 1
kamar mandi, terdapat 1 buah jamban/wc jongkok di kamar mandi. Air yang
digunakan untuk masak dan mandi dari air PDAM, air yang digunakan cukup
bersih, jernih dan tidak berbau sedangkan untuk minum dengan air yang dimasak.
Pencahayaan di dalam rumah cukup baik, sedangkan sumber listrik dari PLN.

Pada kasus ini tidak ada hubungan antara diagnosa penyakit dengan keadaan
rumah dan lingkungan sekitar.

b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam keluarga

Pasien tinggal bersama ibu dan saudaranya. Hubungan antar anggota


keluarga baik. Aspek psikologis keluarga baik, keluarga pasien merupakan
keluarga yang harmonis. Pada kasus ini tidak ada hubungan antara diagnosa
penyakit dengan keadaan keluarga dan hubungan keluarga.

c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan


lingkungan sekitar
Pasien sehari hari merupakan siswa SMA kelas 3. Pasien tidak rutin
membersihkan telinganya, jika membersihkan, pasien menggunakan cotton bud,
bahkan sering menggunakan cotton bud besi. Kebiasaan yang tidak baik ini
dalam menjaga kebersihan telinga ini berhubungan dengan penyakit yang
diderita pasien.

d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada


pasien ini

Pasien merupakan seorang anak laki-laki usia 17 tahun dengan status


gizi baik. Selain itu didapatkan riwayat mengorek telinga menggunakan korek

20
kuping besi pada pasien, sekitar satu hari sebelum keluhan muncul. Hal tersebut
merupakan beberapa faktor yang diduga sebagai faktor risiko dapat timbulnya
penyakit yang diderita oleh pasien.

e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan dengan


faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.

Pada pasien dan keluarga dianjurkan untuk jangan mengorek atau


memasukkan benda asing ke telinga yang sakit. Selain itu juga dijelaskan agar
menghindari kegiatan atau kondisi yang dapat menimbulkan kondisi basah pada
liang telinga yang sakit seperti berenang dan jika mandi hindari liang telinga
yang sakit agar air tidak masuk.

f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga

Pada pasien dan keluarganya dijelaskan mengenai penyakit, tatalaksana


dan hal yang diduga sebagai penyebab penyakit yang diderita pasien dimana
penyakit yang diderita oleh pasien ini kemungkinan besar disebabkan oleh gaya
hidup yang kurang baik, yaitu sering membersihkan kotoran telingan dengan
cotton bud. Sehingga pasien dan keluarga dianjurkan dan diedukasi tentang
bagaimana cara menjaga kebersihan telinga yang baik.

Selain itu pasien dan keluarga juga dianjurkan untuk konsumsi makanan
yang cukup dan bergizi diiringi dengan istirahat yang cukup. Lalu, jika dari
usaha pengobatan awal ini tidak ditemukan perbaikan atau justru terdapat
perburukan kondisi seperti timbulnya demam, maka keluarga wajib mencari
penanganan pelayanan kesehatan secepatnya.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung,


Tenggorokan, ed 6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku
Kedokteran, EGC, Jakarta, 1994: 78 - 80.
2. Senturia HB. Disease of the External Ear, An Otologic Dermatologic. San
Fransisco ; Manual Grime & Strotton, 2nd ed, 1980: 1 - 16, 31 - 59
3. Ballanger, Jhon. 1996. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan
Leher Edisi 13. Jakarta: Binarupa Aksara.
4. Soepardi, Iskandar, N., Bashiruddin, J., et al. (eds)., (2007), Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala dan Leher Edisi Keenam,
Jakarta : Gaya Baru.
5. Sosialisman, Alfian P. hafil, Helmi. 2012. Kelainan Telinga Luar.Buku Ajar
Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. Hal.
50. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014;
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

22
LAMPIRAN

23
24
25

Anda mungkin juga menyukai