TENTANG
DAN PERDAGANGANNYA
REPUBLIK INDONESIA
Menimbang:
a. bahwa dalam rangka menjamin mutu produk air minum yang dihasilkan oleh
Depot Air Minum yang memenuhi persyaratan kualitas air minum dan
mendukung terciptanya persaingan usaha yang sehat serta dalam upaya memberi
perlindungan kepada konsumen perlu adanya ketentuan yang mengatur
keberadaan Depot Air Minum.
b. bahwa untuk itu perlu dikeluarkan Keputusan Menteri Perindustrian dan
Perdagangan;
Mengingat:
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1984 tentang
Perindustrian (lembaran Negara Tahun 1984 Nomor 22, Tambahan lembaran
Negara Nomor 3274);
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan lembaran Negara dengan
Nomor 3495);
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil
(lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan lembaran Negara Nomor
3611);
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
(lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 99, Tambahan lembaran Negara Nomor
3656);
5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 tahun 1999 tentang larangan
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (lembaran Negara Tahun
1999 Nomor 33, Tambahan lembaran Negara Nomor 3817);
6. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 42,
Tambahan Lembaran Negara 3821);
7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek,
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 110, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4131);
8. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4131);
9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 1986 tentang
Kewenangan Pengaturan, Pembinaan dan Pengembangan Industri (Lembaran
Negara Tahun 1986 Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3596);
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1995 tentang Izin
Usaha Industri (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 25, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3596);
MEMUTUSKAN
Menetapkan: Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tentang
Persyaratan Teknis Depot Air Minum dan Perdagangannya.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan :
1. Depot Air Minum adalah usaha industri yang melakukan proses pengolahan air
baku menjadi air minum dan menjual langsung kepada konsumen.
2. Air minum adalah air baku yang telah diproses dan aman untuk diminum.
3. Air baku adalah air yang belum diproses atau sudah diproses menjadi air bersih
yang memenuhi persyaratan mutu sesuai Peraturan Menteri Kesehatan untuk
diolah menjadi produk air minum.
4. Proses pengolahan adalah perlakuan terhadap air baku dengan beberapa tahapan
proses sampai dengan menjadi air minum.
5. Mesin dan peralatan pengolahan air minum adalah semua mesin dan peralatan
yang digunakan dalam proses pengolahan.
6. Persyaratan kualitas air minum adalah persyaratan yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan Nomor 907/Permenkes/SK/VI1/2002.
7. Wadah adalah tempat untuk mewadahi air minum dari bahan tara pangan (food
grade), tahan suhu minimal 600 C, dan tidak bereaksi terhadap bahan pencuci
dan desinfektan.
8. Bahan tara pangan adalah (food grade) bahan yang aman digunakan untuk
mewadahi pangan.
9. Wadah bermerek adalah wadah yang mereknya telah terdaftar pada Departemen
Kehakiman dan HAM.
10. Menteri adalah Menteri Perindustrian dan Perdagangan.
BAB II
PERSYARATAN USAHA
Pasal 2
(1). Depot Air Minum wajib memiliki Tanda Daftar Industri (TDI) dan Tanda Oaftar
Usaha Perdagangan (TDUP) dengan nilai investasi perusahaan seluruhnya
sampai dengan Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.
(2). Depot Air Minum wajib memiliki Surat Jaminan Pasok Air Baku dari PDAM
atau perusahaan yang memiliki Izin Pengambilan Air dari Instansi yang
berwenang
(3). Depot Air Minum wajib memiliki laporan hasil uji air minum yang dihasilkan
dari laboratorium pemeriksaan kualitas air yang ditunjuk Pemerintah
Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.
BAB III
Pasal 3
(1). Air baku yang digunakan Depot Air Minum harus memenuhi standar mutu
yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan.
(2). Depot Air Minum harus melakukan Pengawasan secara periodik terhadap
mutu air baku, yang ditunjukkan dengan hasil uji laboratorium dari Pemasok
(3). Pengujian mutu air baku dilakukan minimal:
a. Satu kali dalam tiga bulan untuk analisa coliform.
b. Dua kali dalam satu tahun untuk analisa kimia dan fisika secara lengkap
(4). Pengujian mutu air baku harus dilakukan di Laboratorium Pemeriksaan Kualitas
Air yang ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.
(5). Depot Air Minum dilarang mengambil air baku yang berasal dari air PDAM
yang ada dalam jaringan distribusi untuk rumah tangga.
(6). Transportasi air baku dari lokasi sumber air baku ke Depot Air Minum harus
menggunakan tangki pengangkut air yang tara pangan (food grade).
Pasal 4
Proses pengolahan air minum di Depot Air Minum meliputi penampungan air baku,
penyaringan/filterisasi, desinfeksi dan pengisian.
Pasal 5
Depot Air Minum wajib memenuhi ketentuan teknis pada Pedoman Cara Produksi
Yang Baik Depot Air Minum, sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Pasal 6
(1) Air minum yang dihasilkan oleh Depot Air Minum wajib memenuhi
persyaratan kualitas air minum sesuai yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Kesehatan.
(2) Pengujian mutu produk sesuai persyaratan kualitas air minum wajib dilakukan
oleh Depot Air Minum di Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air yang ditunjuk
oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi sekurang-kurangnya 6
(enam) bulan sekali.
(3) Hasil pengujian mengenai standar mutu air minum disampaikan kepada Dinas
Kabupaten/Kota yang menerbitkan Tanda Daftar Industri.
(4) Biaya pengambilan contoh produk dan pengujian sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) di bebankan pada Depot Air Minum yang bersangkutan.
BAB IV
WADAH
Pasal7
(1) Depot Air Minum hanya diperbolehkan menjual produknya secara
langsung kepada konsumen dilokasi Depot dengan cara mengisi wadah
yang dibawa oleh konsumen atau disediakan Depot.
(2) Depot Air Minum dilarang memiliki "stock" produk air minum dalam
wadah yang siap dijual.
(3) Depot Air Minum hanya diperbolehkan menyediakan wadah tidak
bermerek atau wadah polos.
(4) Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang dibawa oleh konsumen
dan dilarang mengisi wadah yang tidak layak pakai.
(5) Depot Air Minum harus melakukan pembilasan dan atau pencucian dan
atau sanitasi wadah dan dilakukan dengan cara yang benar
(6) Tutup wadah yang disediakan oleh Depot Air Minum harus polos/tidak
bermerek.
(7) Depot Air Minum tidak diperbolehkan memasang segel/"shrink wrap"
pada wadah.
BAB V
PENGAWASAN
Pasal 8
(1) Pengawasan terhadap Depot Air Minum meliputi penggunaan air baku, proses
produksi, mesin dan peralatan, serta perdagangannya dilakukan secara berkala
atau sewaktu-waktu diperlukan.
(2) Pengawasan terhadap mutu produk Depot Air Minum dilaksanakan oleh
Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air yang ditunjuk Pemerintah
Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.
Pasal 9
(1) Kewenangan pengawasan terhadap Depot Air Minum sebagaimana dimaksud
dalam pasal 8 ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri yang dilimpahkan kepada :
a. Gubernur untuk melaksanakan koordinasi dalam pelaksanaan pengawasan
di daerah Propinsi sesuai wilayah kerjanya.
b. Gubernur DKI Jakarta untuk melaksanakan pengawasan di wilayah DKI
Jakarta.
c. Bupati/Walikota kecuali DKI Jakarta untuk melaksanakan pengawasan di
Daerah Kabupaten/Kota sesuai wilayah kerjanya.
(2) Gubernur dan Bupati/Walikota sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf b
dan c dalam melaksanakan tugas pengawasan melimpahkan kewenangannya
kepada Kepala Unit Kerja sesuai dengan lingkup tugas dan tanggung jawabnya.
(3) Biaya yang berkaitan dengan pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud
ayat (1) dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
masing-masing Pemerintah Daerah Propinsi dan Kabupaten/Kota.
Pasal 10
(1). Dalam rangka pengawasan sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1),
Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota dapat mengambil tindakan administratif
terhadap pelanggaran dalam ketentuan ini.
(2). Tindakan Administratif sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. Teguran lisan
b. Teguran tertulis
c. Penghentian sementara kegiatan
d. Pencabutan izin usaha
BAB VI
PELAPORAN
Pasal 11
(1) Laboratorium Pemeriksaan Kualitas Air yang ditunjuk oleh Pemerintah
Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi, menyampaikan laporan hasil
pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) kepada
Bupati/Walikota.
(2) Kepala Unit Kerja Kabupaten/Kota menyampaikan laporan hasil pengawasan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 8 ayat (1) kepada :
a. Bupati/Walikota setempat;
b. Kepala Unit Kerja Propinsi.
(3) Kepala Unit Kerja Propinsi menyampaikan laporan hasil pengawasan dari
Kabupaten/Kota kepada :
a. Gubernur setempat;
b. Direktorat Jenderal Industri Dagang Kecil Menengah cq. Direktorat
Pangan;
c. Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri cq. Direktorat
Perlindungan Konsumen.
BAB VII
SANKSI
Pasal 12
(1). Depot Air Minum yang sudah memiliki TDI dan melanggar Pasal 3 ayat (1) ;
(2) dan Pasal 6 ayat (1) dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan pidana
sebagaimana tercantum dalam Pasal 26 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian dan Pasal 62 ayat (1) Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen.
(2). Depot Air Minum yang melanggar pasal 7 ayat (4) dan (5) dikenakan sanksi
sesuai ketentuan pidana sebagaimana tercantum dalam pasal 55 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan.
(3). Depot Air Minum yang melanggar pasal 7 ayat (3), (6) dan (7) dikenakan sanksi
sesuai ketentuan pidana sebagaimana tercantum dalam pasal 90 atau pasal 91
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek.
BAB VIII
LAIN-LAIN
Pasal 13
Depot Air Minum yang pada saat keputusan ini diberlakukan, menggunakan nama
Depot Air Minum Isi Ulang atau nama lainnya, wajib menggantikan namanya menjadi
Depot Air Minum.
BAB IX
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 14
Depot Air Minum yang beroperasi dan belum memenuhi persyaratan sebagaimana
dimaksud dalam Keputusan ini, wajib menyesuaikan dengan Keputusan ini dalam
jangka waktu selambat-lambatnya 2 (dua) tahun terhitung sejak Keputusan ini
ditetapkan.
BAB X
PENUTUP
Pasal 15
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan ini
dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan : di Jakarta
Pada Tanggal: 18 Oktober 2004
NOMOR : 651/MPP/Kep/l0/2004
TANGGAL : 18 Oktober 2004
PEDOMAN
CARA PRODUKSI YANG BAlK
DEPOT AIR MINUM
MENTERI PERINDUSTRIAN DAN
PERDAGANGAN RI
PENDAHULUAN..................................................................... ..........
BAGIAN 1. : DESAIN DAN KONTRUKSI DEPOT
BAGIAN 2. : BAHAN BAKU, MESIN DAN PERALATAN
BAGIAN 3. : PROSES PRODUKSI
BAGIAN 4. : PRODUK AIR MINUM
BAGIAN 5. : PEMELIHARAAN SARANA PRODUKSI DAN PROGRAM
SANITASI
BAGIAN 6. : KARYAWAN
BAG IAN : PENYIMPANAN AIR BAKU DAN PENJUALAN
7.
PENDAHULUAN
Cara Produksi Yang Baik Depot Air Minum disusun berdasarkan Pedoman
Umum Cara Makanan Yang Baik (CPMB), Pedoman Umum Hygiene
Makanan/Minuman dan Peraturan Perundang-undangan dibidang makanan/minuman
lainnya.
Tujuan penyusunan pedoman ini adalah agar pengusaha pengolah Air Minum
dapat lebih memahami dan menerapkan cara produksi yang baik, sehingga masyarakat
tidak dirugikan oleh beredarnya air minum dari Depot Air Minum yang tidak
memenuhi persyaratan mutu dan keamanan
Pedoman Cara Produksi Yang Baik Depot Air Minum ini memberikan
penjelasan mengenai cara produksi air minum yang baik pada seluruh mata rantai
produksi air minum, mulai dari pengadaan bahan sampai penjualan ke konsumen,
menekankan pengawasan terhadap hygiene pada setiap tahap. Tahap-tahap yang
dianggap kritis perlu dilakukan pengawasan yang ketat,sehingga dapat terjamin
keamanan dan kelayakan air minum untuk dikonsumsi.
Lokasi di Depot Air Minum harus terbebas dari pencemaran yang berasal dari
debu disekitar Depot, daerah tempat pembuangan kotoran/sampah, tempat
penumpukan barang bekas, tempat bersembunyi/berkembang biak serangga, binatang
kecil, pengerat, dan lain-lain, tempat yang kurang baik system saluran pembuangan
air dan tempat-tempat lain yang diduga dapat mengakibatkan pencemaran.
Konstruksi lantai, dinding dan plafon area produksi harus baik dan selalu
bersih. Dinding ruang pengisian harus dibuat dari bahan yang licin, berwarna terang
dan tidak menyerap sehingga mudah dibersihkan. Pembersihan dilakukan secara rutin
dan dijadwalkan. Dinding dan plafon harus rapat tanpa ada keretakan.
Tempat pengisian harus didesain hanya untuk maksud pengisian produk jadi
dan harus menggunakan pintu yang dapat menutup rapat.
Ventilasi harus cukup untuk meminimalkan bau, gas atau uap berbahaya dan
kondensat dalam ruang proses produksi, pencucian/ pembilansan/sterilisasi dan
pengisian gallon. Pengecekan terhadap perlengkapan ventilasi perlu dilakukan secara
rutin agar tidak ada debu dan dijaga tetap bersih.
Semua bagian luar yang terbuka atau lubang harus dilindungi dengan
layar/screen, pelindung lain atau pintu yang menutup sendiri untuk mencegah
serangga, burung dan binatang kecil masuk ke dalam Depot.
BAGIAN 2
1. Bahan Baku
Bahan baku utama yang digunakan adalah air yang diambil dari sumber yang
terjamin kualitasnya, untuk itu beberapa hal yang harus dilakukan untuk
menjamin mutu air baku meliputi :
a. Sumber air baku harus terlindung dari cemaran kimia dan mikrobiologi
yang bersifat merusak/mengganggu kesehatan
b. Air baku diperiksa secara berkala terhadap pemeriksaan organoleptik
(bau, rasa, warna), fisika, kimia dan mikrobiologi
Mesin dan peralatan produksi yang digunakan dalam Depot Air Minum terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu :
a. Bahan mesin dan peralatan
Seluruh mesin dan peralatan yang kontak langsung dengan air harus
terbuat dari bahan tara pangan (food grade), tahan korosi dan tidak
bereaksi dengan bahan kimia.
b. Jenis mesin dan peralatan.
Mesin dan peralatan dalam proses produksi di Depot Air Minum sekurang-
kurangnya terdiri dari :
3) Alat pengisian.
Mesin dan alat untuk memasukkan air minum kedalam wadah.
BAG IAN 3
PROSES PRODUKSI
Urutan proses produksi air minum di Depot Air Minum adalah sebagai berikut :
Tangki, galang, pompa dan sambungan harus terbuat dari bahan tara pangan
(food grade), tahan korosi dan bahan kimia yang dapat mencemari air. Tangki
pengangkutan harus dibersihkan, disanitasi dan desinfeksi bagian luar dan dalam
minimal 3 (tiga) bulan sekali.
Air baku harus diambil sampelnya, yang jumlahnya cukup mewakili untuk
diperiksa terhadap standar mutu yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan,
sesuai dengan ketentuan pada BAB III pasal 3 ayat (2) dalam Surat Keputusan
ini.
Dokumen pengadaan air baku harus tersedia da!arn Depot Air Minum yang
isinya antara lain adalah nama pemasok/pemilik sumber air, jumlah air dan
tanggal pengadaan.
Depot Air Minum wajib memeriksa wadah yang dibawa konsumen dan
menolak wadah yang dianggap tidak layak untuk digunakan sebagai
tempat air minum.
b. Pengisian
Pengisian wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta
dilakukan dalam tempat pengisian yang hygienis.
c. Penutupan
Penutupan wadah dapat dilakukan dengan tutup yang dibawa konsumen
dan atau yang disediakan oleh Depot Air Minum.
BAG IAN 4
Sebelum dijual, untuk pertama kali produk air minum harus dilakukan
pengujian mutu yang dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi atau yang
ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten/Kota atau yang terakreditasi.
Mesin dan peralatan yang berhubungan langsung dengan bahan baku ataupun
produk akhir harus dibersihkan dan dikenakan tindak sanitasi secara teratur,
sehingga tidak menimbulkan pencemaran terhadap produk akhir.
Mesin dan peralatan yang digunakan oleh Depot Air Minum harus dirawat
secara berkala dan apabila sudah habis umur pakai harus diganti sesuai dengan
ketentuan teknisnya.
2. Program Sanitasi
Permukaan peralatan yang kontak dengan bahan baku dan air minum harus
bersih dan disanitasi setiap hari. Permukaan yang kontak dengan air minum
harus bebas dari kerak, oksidasi dan residu lain.
Proses pengisian dan penutupan dilakukan secara saniter yakni dilakukan dalam
ruang yang hygienis.
Wadah yang dibawa oleh konsumen harus disanitasi dan diperiksa sebelum
pengisian, dan setelah pengisian, wadah ditutup dengan penutup tanpa disegel.
Wadah cacat harus dinyatakan tidak dapat dipakai dan tidak boleh diisi.
BAG IAN 6
KARYAWAN
Karyawan yang berhubungan dengan produksi harus dalam keadaan sehat,
bebas dari luka, penyakit kulit atau hal lain yang diduga dapat mengakibatkan
pencemaran terhadap air minum.
Karyawan bagian produksi (pengisian) diharuskan menggunakan pakaian
kerja, tutup kepala dan sepatu yang sesuai.
Karyawan harus mencuci tangan sebelum melakukan pekerjaan, terutama
pada saat penanganan wadah dan pengisian.
Karyawan tidak diperbolehkan makan, merokok, meludah atau melakukan
tindakan lain selama melakukan pekerjaan yang dapat menyebabkan pencemaran
terhadap air minum.
Karyawan/personil tidak diperbolehkan dalam tempat pengisian kecuali yang
berwenang dengan pakaian khusus untuk melakukan pengujian atau pekerjaan yang
diperlukan.
BAG IAN 7
Bak penampung air baku harus dibuat dari bahan tara pangan (food grade),
harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air.
Depot air minum tidak boleh melakukan penyimpanan air minum yang siap
dijual dalam bentuk dikemas. Dengan demikian tidak ada stok air minum dalam
wadah yang siap dijual. Penyimpanan hanya boleh dilakukan untuk air baku
dalam tangki penampung.
2. Penjualan
Depot Air Minum tidak boleh melakukan penjualan secara eceran melalui
toko/kios/warung dan hanya diperbolehkan menjual di tempat usaha langsung
kepada konsumen yang membawa wadah miliknya sendiri atau disediakan oleh
Depot. Pelaksanaan penjualan/pengisian dilakukan seperti uraian pada proses
pengisian air minum yang dimulai dari pembilasan/ pencucian/sterilisasi wadah,
pengisian dan penutupan.