Anda di halaman 1dari 3

Resume Fieldtrip/Observasi BB Biogen

Nama : Muhammad Arif Maulana


NIM : 1608106111
Kelas : Biologi C/ V
Profil BB Biogen
BB Biogen (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya
Genetika Pertanian) adalah suatu lembaga penelitian dibawah naungan Kementrian Pertanian
yang berlokasi di jalan Tentara Pelajar kota Bogor provinsi Jawa Barat, Indonesia. Lembaga
ini bermula pada tahun 1994 yang bermula dari reorganisasi Ballitan Bogor menjadi
Ballitbio, kemudian pada tahun 2002 menjadi Ballit biogen, dan terakhir pada tahun 2003
menjadi BB Biogen. Visi dari BB Biogen adalah terwujudnya sistem pertanian-bioindustri
berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggi
berbasis sumber daya lokal untuk kedaulatan pangan dan kesejaheraan petani. BB Biogen
memiliki bank gen yang setidaknya mengoleksi hampir sekitar 3.699 aksesi SDGP padi yang
telah terpetakan dalam suatu sistem data base, termasuk di dalamnya 523 aksesi jagung, 459
ubi minor dan 428 ubi kayu. Dengan material genetik yang sangat melimpah dirakit galur-
galur unggul tanaman (melalui proses pemuliaan molekuler, penyimpanan secara in vitro dan
mutasi) untuk produktivitas dan mutu tinggi, serta mampu mengatasi permasalahan cekaman
biotik dan abiotik di lapang, bahkan sejumlah varietas dan teknologi berbasis bioteknologi
juga sudah dilepas. Selain itu terdapat produk bioprospeksi pemanfaatan SDGP serangga
yang telah dipatenkan dan dilisensi oleh pihak swasta untuk dikomersialisasikan. Di samping
inovasi teknologi yang telah dihasilkan, BB Biogen juga menghasilkan karya tulis ilmiah
yang dipublikasi di jurnal terakreditasi baik nasional maupun internasional. Dalam lembaga
BB Biogen ini memilki empat kelti (kelompok peneliti), yaitu:
1. Kelti Pengelolaan Sumber Daya Genetik (PSDG)
Salah satu kelti yang ada di BB Biogen yang diketuai oleh bapak Dr. Drs. Dodin
Koswanudin, M.Si sebagai tempat untuk mengkaji lima bagian yaitu bank gen, rumah
kaca, penyimpanan sample, konservasi mikrobiologi, dan kebun percobaan.
Bank gen ini berfungsi untuk mengatasi lapang plasma nutfah ubi kayu, ubi
jalar, dan ubi ubian. Bank gen pada kelti PSDG ini lebih menekankan pada backup
gen, dimana sample yang digunakan yaitu sampel asli yang diambil langsung dari
llingkungan sekitar lalu sampel tanaman tersebut dikultur. Untuk pengkulturannya
dapat mengambil dari batang dan mata umbi. Saat pengkulturan Bank gen ini
menggunakan media MS (Media Standar) dan larutan mannitol agar tanaman tersebut
dapat kerdil. Dalam bank gen ini terdapat ruangan jangka pendek dengan suhu 0-20OC
dengan waktu bertahan smpai 5 tahun misalnya ada kacang-kacangan, sorgum, dan
gandum. Untuk ruangan penyimpanan jangka menengah suhunya -10OC dengan
ketahanan benih sampai 10-15 tahun. Dan yang terakhir untuk jangka panjang yakni
dengan suhu 0-45OC dapat bertahan hinggan 25-40 tahun, misalnya ada 6000 lebih
padi yang disimpan dalam jangka panjang.
Dokumentasi bank gen benih dan data fenotipik SDGP selain pembaruan data
koleksi, pengembangan sistem database , dilakukan untuk lebih meningkatkan
kemudahan dan efektivitas pengelolaan data. Pengembangan fitur database yang
telah dilakuakan meliputi fenotipik, penambahan barcoding. Sehingga dapat
memudahkan re-intervaris untuk berbagai keperluan.
2. Kelti Biokimia (BK)
Kelti ini mengkaji tentang interaksi hama/patogen tanaman dan lingkungan yang
berkaitan dengan interksi biokimia, fitokimia, dan fisik. Selain itu juga melakukan
penelusuran senyawa bioaktif dari tanaman/mikroba. Dan juga melakukan
pengembangan perangkat (KIT) deteksi pengumpul hama dan KIT deteksi
kebuntingan dini pada sapi. KIT deteksi kebutingan dini sapi salah satu inovasi yang
dibuat oleh BB Biogen yang ada pada kelti biokimia. Latar belakang pembuatan KIT
deteksi kebutingan dini sapi ini karena peneliti melihat peternak sapi yang kesulitan
untuk mendeteksi kehamilan, sehingga tidak jarang saat proses pengecekan
kebuntingan sapi banyak saapi yang keguguran karena bayinya yang masih lemah.
Berbeda dengan KIT deteksi kebutingan dini sapi, kelti biokimia BB Biogen juga
berinovasi dalam bidang pertanian, yaitu adanya feromon sex.
Feromon adalah substansi yang dikeluarkan oleh organisme untuk berkomunikasi
secara kimia dengan sesamanya dalam satu spesies. feromon yang diekstrak dari
serangga betina, tujuannya adalah agar menarik jantan sehingga serangga tersebut
tetap dapat berkembang biak. Ekstrak diambil pada bagian-bagian tertentu seperti
keringat, bagian ketiak atau sayap. Ekstrak dilarutkan agar banyak, pengenceran
dengan menggunakan larutan yang tidak mudah menguap dan aman terhadap
tanaman. Estrak tersebut dimasukkan pada karet kecil dan karet tersebut dimasukkan
lagi pada wadah seperti botol atau toples kaca yang sudah diberi lubang, gunanya agar
serangga tersebut masuk ke dalam. Pada botol di masukkan air, air sabun, lem
ataupun minyak untuk perangkap serangga dan yang paling efisien adalah dengan
menggunakan minyak. Penggunaan ekstrak (1 karet kecil) dapat digunakan pada
lahan 2000 m2 dan ketahanannya 3 bulan. Feremon-feromon yang berhasil di ekstrak
diantaranya adalah untuk ulat bawang, grayak, padi, talas, wereng coklat dll. Harga
dari ekstrak ini berkisar antara 15 ribu sampai 18 ribu.
Namun pemanfaatan ekstrak feromon yang jika hanya digunakan oleh salah satu
orang (petani) akan merugikan karena serangga-serangga akan tertarik pada lahan 1
orang tersebut sehingga dianjurkan pemakaian feromon digunakan untuk semua
petani pada desa tersebut. Penggunaan ekstrak feromon ini bertujuan untuk
menghindari penggunaan pestisida berlebih.

3. Kelti Biologi Molekuler ( BM )


Teridiri dari tiga bagian yaitu marka molekuler, PCR, dan Gel doc. Marka molekul ini
dikenal sebagai lab besar yang dimana didalamnya ada penanda dalam seleksi
tanaman dengan proses brinding (permulaan tanaman) secara konvensional dengan
tujuan agar lebih efektif dan efisien. Untuk produk dari marka molekuler ini yaitu
cabai yang lebih pedas (agri holti), padi yang toleran terhadap efisisensi posfor, dan
juga ada padi yang tahan terhadap hama wereng coklat. Sedangkan untuk PCR
(Polymerase Chain Reaction) merupakan suatu teknik untuk amplifikasi DNA atau
penggandaan DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Berikut tahapan-
tahapan dal PCR ini dimulai dari penggandaan DNA (amplifikasi DNA) dengan cara
penempelan primer DNA yang nantinya digunakan untuk pemanjangan DNA
(estension), PCR ini dapat mengalami denaturasi pada suhu 90-95 OC. Selanjutnya
yaitu elektroforesis gel yang mana merupakan metode untuk isolasi DNA atau
memisahkan DNA dengan menggunakanmedan listrik. Adapun tahapan-tahapannya
yaitu isolasi DNA, stenning, eddision running (+EB), DNA maker dengan fungsi
untuk standarisasi ukuran pita DNA, dan ketahanan sifat yang ingin dipertahankan
dengan kuat arus yang digunakan yaitu 80 volt. Ketahanan sifat ini untuk mengambil
sifat unggul dari parentalnya.
4. Kelti Biologi Sel dan Jaringan ( BSJ )
Mempunyai fasilitas salah satunya Kultur Jaringan (in vitro). Kultur jaringan ini
bertujuan untuk perbanyakan tanaman, perbaikan sifat genetik tanaman dan
pengedalian tanaman. Kultur jaringan ini berfungsi agar membantu menyediakan bibit
pertanian yang bersifat identik dengan induknya tanpa menyebabkan tanaman tersebut
bermutasi selain itu juga kultur jaringan ini berfungsi sebagai tindakan konservasi
dimana mampu menjaga kelestarian plasma nutfah yang ada. Kultur jaringan, yang
dilakukan dengan cara menanam bagian jaringan tumbuhan baik berupa jaringan biji,
jaringan batang , jaringan daun ataupun jaringan akar untuk dijadikan bibit baru yang
berjumlah banyak. Dalam teknik pengkulturan ini digunakan media tanam berupa
agar yang dicampurkan dengan ZPT, unsur hara, dan asam amino sesuai dengan
tanaman yang dikulturkan. Kultur jaringan ini memiliki syarat tertentu, seperti suhu
dan pencahayaan yang terkontrol.
Kelti Biologi Sel dan Jaringan (BSJ) mempunyai tugas untuk melaksanakan tugas
pokok dan fungsi Kelti Biologi Sel dan Jaringan (BSJ). Dalam melakukan tugas
tersebut Kelti Biologi Sel dan Jaringan (BSJ) memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Melakukan pengembangan metode regenerasi secara in vitro;
b. Melakukan perbaikan genetik tanaman melalui fusi protoplas, fertilisasi in
vitro, kultur, seleksi in vitro, keragaman somaklonal, dan penyelamatan
embrio;
c. Melakukan pecarian metode konservasi plasma nutfah tanaman melalui teknik
in vitro;
d. Melakukan pengambangan teknik kultur in vitro untuk produksimetabolit
sekunder;
e. Memberikan pelatihan, pelayanan, dan konsultasi teknik kultur in vitro.
Teknik penumbuhan tanaman dengan kultur jaringan yaitu dimulai dengan
adanya sterilisasi alat yang akan digunakan, sterilisasi tersebut dengan
menggunakan autoklaf, unsur hara yang terdiri dari makro yaitu HNO3 dan mikro
yaitu ZPT. Langkah selanjutnya dengan mengukur pH, pH yang dianjurkan yaitu 6,8.
Pembuatan media agar dan langka selanjutnya dengan memasukan tanaman kedalam
botol. Penggunaan kultur jaringan pada tanaman berfungsi sebagai eksplan atau stok
tanaman apabila tanaman tersebut mengalami kepunahan beberapa tahun yang akan
mendatang.

Anda mungkin juga menyukai