Masalah air bersih dan sanitasi layak adalah salah itu isu yang digagas dalam
program pembangunan berkelajutan. Sanitasi merupakan perilaku untuk
membudiayakan hidup bersih. Regional manager Jawa Tengah United States Agency
for International Development (USAID) Indonesia Urban Water Santation and Hygiene
(IUWAS) Penyehatan Lingkungan Untuk Semua (PLUS), Jefry Budiman (2017)
menyampaikan bahwa Indonesia berada diurutan terakhir di antara negara-negara
ASEAN dalam masalah akses air dan sanitasi. Padahal, harusnya 100% penduduk
Indonesia memperoleh akses air bersih dan sanitasi layak sebagai pemenuhan dari hak
asasi mereka.
Salah satu hal yang dapat dilakukan generasi muda Indonesia untuk mendukung
tercapainya akses air bersih dan sanitasi layak adalah dengan 3P. 3P itu sendiri
mencakup penyuluhan pada masyarakat, pembinaan untuk masyarakat, dan pergerakkan
generasi muda bersama masyarakat. Dengan ilmu pengetahuan, pemanfaatan teknologi,
dan semangatnya diharapkan generasi muda dapat menempati posisinya sebagai titik
terang dalam menyokong pembangunan agar Indonesia lebih maju.
Setelah memahami pentingnya air bersih dan sanitasi layak dan mempelajari
kasus-kasus yang ditimbulkan akibat kerusakannya, pemahaman serta kecemasan dapat
mendorong kesadaran masyarakat menuju keinginan untuk memiliki pola perilaku
hidup sehat. Langkah selanjutnya yang diambil generasi muda adalah melakukan
pembinaan untuk masyarakat terkait penanggulangan masalah ketersediaan air dan
sanitasi.
Terkait upaya mencapi 100% air bersih dan sanitasi layak di
Indonesia,Kementerian Perkerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui
Direktorat Jendral Cipta Karya mengadakan Penandatanganan Perjanjian Kerjasama
(PKS) Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) dan tempat pengolahan sampah
dengan pola reduce, reuse, recycle pada tahun 2017. PKS yang ditandatangani oleh 46
Bupati/Walikota ini bertujuan untuk mendukung komitmen bersama antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah melalui pembagian tugas dan tanggung jawab pengolahan
Sanimas. Beberapa kegiatan pembangunan Sanimas diantaranya adalah pembangunan
prasarana Mandi Cuci Kakus (MCK), Instalasi Pengolahan Air limbah (IPAL)
Kombinasi dengan MCK, dan Sambungan Rumah (SR).
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) adalah sarana untuk mengolah limbah
cair yang mencangkup limbah dari WC, limbah air cuci atau limbah kamar mandi. IPAL
dapat dibangun secara pribadi (digunakan untuk satu keluarga saja) atau secara komunal
(bersama-sama). IPAL sangat dianjurkan pada wilayah yang padat penduduk karena
jarak antara sumur air ataupun WC maupun saluran pembuangan limbah cair lainnya
yang kadang berdekatan. Masyarakat dibina mengenai cara pengoperasian dan
pemeliharaan IPAL mengacu pada Pedoman dan Tata Cara Direktorat Sub Bidang Air
Limbah, pedoman yang digunakan mencangkup pedoman operasi dan pemeliharaan
IPAL Kolam Stabilisasi, IPAL Rotating Biological Contractor (RBC) dan tata cara
perencaaan jaringan perpipaan air limbah terpusat tentang pedoman operasi dan
penggunaan. Pembinaan dilakukan secara rinci mulai dari pembutan konstruksi IPAL,
pembuatan IPAL sampai tata cara pengoperasian dan pemeliharaan berdasarkan
pedomannya.
Tidak hanya berpangku tangan pada program-program pemerintah, masyarakat
pun diharapkan menggunakan kreatifitasnya untuk mencapai hasil yang maksimal.
Jangan menunggu ide brilian muncul kemudian baru meminta pembinaan dalam
mengembangkannya, tapi mulailah dengan hal-hal sederhana dari lingkungan sekitar,
seperti mempelajari cara pembuatan biopori sederhana dan tahap melakukan reboisasi
yang konsisten. Peran generasi muda dalam hal ini adalah bertindak sebagai partner
belajar bukan hanya membina dengan berbagai macam teori, namun juga
mengaplikasikan teori melalui gambar-gambar ilustrasi dan praktek secara langsung.
Departemen Air Los Angeles (LADWP) telah menebar 20.000 bola-bola plastik
hitam ke permukaan waduk di Kota Los Angeles untuk melindungi sumber air mereka.
Ide penggunaan bola plastik yang bertujuan untuk menyelamatkan dan menjaga kualitas
air baku ditengah kekeringan yang dihadapi, pertama kali dicetuskan oleh Dr. Brian
White, seorang pensiunan ahli biologi LADWP. Penggelontoran ini dapat dijadikan
contoh nyata untuk memacu semangat mayarakat Indonesia bersama generasi harapan
bangsanya untuk semakin gencar melakukan pergerakkan dan menggali ide-ide baru.