Anda di halaman 1dari 44

Seri Bahan Bimbingan Teknis

Implementasi KTSP

IMPLEMENTASI
SISTEM KREDIT SEMESTER
PADA SEKOLAH MENENGAH
KEJURUAN

Departemen Pendidikan Nasional


Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar
Menengah
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan
2008

1
2
3
KATA PENGANTAR

Sebagaimana diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah


Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) telah
menyelesaikan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
yang kemudian dikukuhkan menjadi Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Nomor 23 Tahun 2006,
serta Nomor 24 Tahun 2006 yang disempurnakan dengan
Nomor 6 tahun 2007 tentang ketentuan pelaksanaannya.
BSNP juga telah menerbitkan Panduan Penyusunan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Pengalaman melakukan persiapan untuk penyusunan
Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada Sekolah
Menengah Kejuruan (KTSP-SMK), ternyata berbagai ketentuan
tentang penyusunan KTSP yang termuat pada peraturan-
peraturan tersebut, termasuk pedoman penyusunannya, masih
memerlukan analisis dan upaya pensistematisan yang tidak
sederhana, terutama karena ada beberapa ketentuan yang
saling terkait tapi berada pada dokumen yang berbeda-beda.
Atas dasar itulah, maka sesuai dengan tugas dan fungsinya,
Direktorat Pembinaan SMK berupaya merevisi Bahan
Bimbingan Teknis Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan tahun 2006 menjadi
Edisi 2008 yang sepenuhnya diturunkan secara sistematis dari
peraturan-peraturan tersebut dan pedoman pelaksanaannya.
Bahan bimbingan teknis hasil revisi ini diharapkan dapat
membantu para pihak yang terlibat dalam pengembangan dan
implementasi KTSP-SMK serta satuan pendidikan SMK pada
umumnya, dalam upaya menerapkan peraturan-peraturan
dimaksud. Pada gilirannya, seperti yang diharapkan, setiap
SMK atau kelompok SMK akan mampu menyiapkan sendiri
KTSP yang akan diimplementasikannya.

i
Seri bahan bimbingan teknis (Bimtek) ini meliputi judul-
judul berikut.
1. Teknik Penyusunan KTSP dan Silabus SMK;
2. Teknik Penyusunan RPP;
3. Teknik Pengembangan Mata Pelajaran Muatan Lokal
SMK;
4. Teknik Penyusunan Modul Bahan Ajar);
5. Teknik Pelaksanaan Pengembangan Diri pada SMK;
6. Model-model Pembelajaran SMK;
7. Penilaian dan Pelaporan Hasil Belajar Peserta Didik
SMK;
8. Implementasi Sistem Kridit Semester pada SMK.
Kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi
sehingga terwujudnya seri buku bahan bimbingan teknis ini,
kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-
tingginya.

Jakarta, November
2008
Direktur Pembinaan
Sekolah Menengah
Kejuruan,

Dr. Joko Sutrisno


NIP. 131415680

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI iii

Bab I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang 1
2. Tujuan Panduan Pelaksanaan Sistem
Kredit Semester 4
3. Dasar Hukum 4

Bab II KONSEPSI SISTEM KREDIT SEMESTER


A. Pengertian Sistem Kredit Semester (SKS) 9
B. Karakteristik SKS 11
C. Tujuan SKS 13
D. Manfaat Penerapan SKS 14

Bab III PELAKSANAAN SISTEM KREDIT SEMESTER


A. Pelaksanaan SKS 15
B. Penilaian Dalam SKS 17
C. Penyetaraan Sistem Paket kedalam SKS 21

Bab IV PERANAN INSTITUSI BERKENAAN


DENGAN PENYELENGGARAAN
SISTEM KREDIT SEMESTER
A. Pemerintah Pusat 27
B. Pemerintah Provinsi 29
C. Pemerintah Kabupaten/Kota 30
D. Sekolah/Madrasah Kategori Mandiri dan
Bertaraf Internasioal 31

Bab V PENUTUP 33

iii
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Sistem penyelenggaraan pendidikan di Indonesia saat
ini di semua satuan pendidikan pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah menggunakan sistem paket, di mana
semua peserta didik menempuh pembelajaran yang sama
dalam menyelesaikan program belajarnya. Hal ini
dianggap kurang demokratis karena peserta didik tidak
mendapatkan haknya untuk belajar sesuai dengan
kemampuan, bakat, maupun minatnya. Peserta didik yang
pandai akan terhambat untuk menyelesaikan program
studinya. Sebaliknya peserta didik yang lemah merasa
dipaksa untuk mengikuti peserta didik berkemampuan
tinggi.
Menjawab tantangan kemajemukan peserta didik
sebagaimana tergambarkan, Undang-undang No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12
ayat 1 butir (b) menyatakan: “Setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya”. Selanjutnya pada butir (f) dinyatakan
bahwa “Peserta didik pada setiap satuan pendidikan
berhak menyelesaikan pendidikan sesuai dengan

1
kecepatan belajar masing-masing dan tidak menyimpang
dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan”.
Untuk memenuhi pelayanan pendidikan yang
demokratis dan adil bagi peserta didik sesuai dengan
ketentuan di atas, dapat ditempuh dengan menerapkan
Sistem Kredit Semester (SKS) sebagaimana diatur lebih
lanjut pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Pada pasal 11 ayat
(2) dinyatakan ”Beban belajar untuk SMA/
MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat pada
pendidikan formal kategori standar dapat dinyatakan dalam
satuan kredit semester”; Ayat (3) ”Beban belajar untuk
SMA/MA/SMLB,SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
pada pendidikan formal kategori mandiri dinyatakan dalam
satuan kredit semester”.
Untuk merumuskan lebih rinci tentang beban belajar
setiap mata pelajaran yang sesuai dengan bakat, minat,
dan kemampuan peserta didik, maka diperlukan pedoman
pelaksanaan sistem kredit semester. Pedoman ini
diharapkan dapat memberi penjelasan dan pegangan bagi
para pemangku kepentingan pendidikan khususnya SMK di
tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan
sekolah/madrasah dalam menerapkan Sistem Kredit
Semester (SKS) pada SMK.
Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem
penyelenggaraan pendidikan yang menggunakan satuan

2
kredit semester (sks) untuk menyatakan beban belajar
peserta didik, beban kerja guru, pengalaman belajar, dan
beban penyelenggaraan program. Sistem kredit
merupakan model penyelenggaraan pendidikan bervariasi
dan fleksibel yang dapat mengakomodasi variasi tuntutan
berbagai kebutuhan peserta didik.
Penyelenggaraan pendidikan pada sekolah menengah
kejuruan (SMK/MAK) perlu dikembangkan dengan
menyediakan model yang semakin mampu
mengakomodasi pilihan-pilihan kebutuhan belajar peserta
didik. Perbedaan kapasitas dan kecepatan belajar peserta
didik dalam menyelesaikan program-program pendidikan
perlu mendapat layanan yang tepat, benar, dan
demokratis. Artinya peserta didik dengan kapasitas dan
kecepatan belajar tinggi tidak terhambat oleh peserta didik
dengan kapasitas dan kecepatan belajar rendah.
Disamping itu penyelenggaraan pendidikan dengan SKS
memberi peluang terealisasinya prinsip multy entry dan
multy exit.
Pemerintah perlu mangakomodasi tuntutan ini dengan
menyediakan sistem penyelenggaraan pendidikan yang
dapat mengakomodasi kebutuhan peserta didik namun
tetap memperhatikan tuntutan kualifikasi dan kompetensi
yang diperlukan dunia kerja. Dengan kata lain model SKS
ini tidak boleh menurunkan beban belajar standar yang
ideal dalam penguasaan kompetensi tertentu. Kebijakan

3
pemerintah untuk memberikan alternatif pilihan model
penyelengggaraan pendidikan dengan SKS memerlukan
panduan implementasinya pada tingkat satuan pendidikan.

2. Tujuan Panduan Pelaksanaan Sistem Kredit


Semester
Panduan Pelaksanaan Sistem Kredit Semester
SMK/MAK ini disiapkan sebagai upaya
mengoperasionalkan tuntutan penyelenggaraan pendidikan
dengan SKS, untuk digunakan oleh para pihak yang terlibat
dalam pengembangan KTSP SMK/MAK. Dengan panduan
pelaksanaan SKS semua pemangku kepentingan
diharapkan:

1. Memiliki persepsi yang sama tentang


konsepsi SKS dan penyelenggaraannya.
2. Mampu menjabarkan secara operasional
SKS sesuai karakteristik dan kebutuhan SMK/MAK.
3. Melaksanakan seluruh proses dalam SKS
secara taat azas antara lain penyusunan strukur
kurikulum yang meliputi jenis dan jumlah mata
pelajaran, jumlah mata pelajaran pilihan yang
disediakan, penetapan jumlah dan jenis mata pelajaran
yang diambil setiap peserta, serta jumlah beban sks-
nya.

3. Dasar Hukum

4
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 12 ayat 1
butir (b) dan butir (f).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 11
ayat (2), dan ayat (3).
3. Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
Pasal 11 ayat (2) dan (3), bahwa ada tiga kategori
sekolah yaitu sekolah kategori standar, sekolah
kategori mandiri, dan sekolah bertaraf internasional.
Sekolah kategori standar adalah sekolah yang belum
memenuhi Standar Nasional Pendidikan. Sekolah
kategori mandiri adalah sekolah yang sudah atau
hampir memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
Sekolah bertaraf internasional adalah sekolah yang
sudah memenuhi Standar Nasional Pendidikan.
4. Penjelasan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 11 ayat (1), ”Pemerintah dan/atau
pemerintah daerah memfasilitasi satuan pendidikan
yang berupaya menerapkan sistem satuan kredit
semester karena sistem ini lebih mengakomodasikan
bakat, minat, dan kemampuan peserta didik. Dengan
diberlakukannya sistem ini maka satuan pendidikan

5
tidak perlu mengadakan program pengayaan karena
sudah tercakup (buit in) dalam sistem ini”.
Penjelasan dari pasal-pasal tersebut pada butir 3 dan 4
mengandung makna bahwa yang wajib menerapkan
Sistem Kredit Semester (SKS) adalah SMA/
MA/SMLB,SMK/MAK kategori mandiri dan bertaraf
internasional, sedangkan SMA/MA/SMLB,SMK/MAK
kategori standar dapat menerapkan sistem SKS.
5. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006
Tentang Standar Isi yang menjelaskan bahwa: satuan
pendidikan pada semua jenis dan jenjang pendidikan
menyelenggarakan program pendidikan dengan
menggunakan sistem paket atau sistem kredit
semester. Kedua sistem tersebut dipilih berdasarkan
jenjang dan kategori satuan pendidikan yang
bersangkutan. Satuan pendidikan SMK/MAK kategori
standar menggunakan sistem paket atau dapat
menggunakan sistem kredit semester. Satuan
pendidikan SMA/MA/SMALB dan SMK/MAK kategori
mandiri dan bertaraf internasional menerapkan sistem
satuan kredit semester.
Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu
yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti
program pembelajaran melalui kegiatan tatap muka,
penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak

6
terstruktur. Semua itu dimaksudkan untuk mencapai
standar kompetensi lulusan dengan memperhatikan
tingkat perkembangan peserta didik.
1. Kegiatan tatap muka adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa proses interaksi antara
peserta didik dengan pendidik. Beban belajar
kegiatan tatap muka per jam pembelajaran pada
SMA/MA/SMALB/ SMK/MAK berlangsung selama
45 menit. Jumlah jam pembelajaran kegiatan tatap
muka per minggu untuk SMA/MA/SMALB/
SMK/MAK adalah 38 s.d. 39 jam pembelajaran
2. Penugasan terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang
oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Waktu penyelesaian penugasan terstruktur
ditentukan oleh pendidik.
3. Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan
pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang dirancang
oleh pendidik untuk mencapai standar kompetensi.
Waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh peserta
didik.
4. Beban belajar setiap mata pelajaran pada sistem
kredit semester dinyatakan dalam satuan kredit
semester (sks). Beban belajar satu sks meliputi

7
satu jam pembelajaran tatap muka, satu jam
penugasan terstruktur, dan satu jam kegiatan
mandiri tidak terstruktur.

8
9
BAB II
KONSEPSI SISTEM KREDIT SEMESTER

A. Pengertian Sistem Kredit Semester (SKS)

Sistem Kredit Semester (SKS) adalah sistem


penyelenggaraan program pendidikan yang peserta
didiknya menentukan sendiri beban belajar dan
matapelajaran yang diikuti untuk setiap semester pada
satuan pendidikan. Satuan kredit semester (sks) adalah
takaran penghargaan terhadap pengalaman belajar yang
diperoleh selama satu semester melalui kegiatan terjadwal
tatap muka per minggu sebanyak 1 jam teori atau 2 jam
praktikum sekolah, atau 4 jam kerja lapangan/praktek
industri. Alokasi waktu satu jam pelajaran tatap muka
adalah 45 menit.

Beban belajar adalah rumusan satuan waktu yang


dibutuhkan oleh peserta didik dalam mengikuti program
pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan
terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak terstruktur untuk
mencapai standar kompetensi lulusan serta kemampuan
lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan
peserta didik.

Semester adalah satuan waktu kegiatan belajar


efektif, terdiri atas 17 sampai 19 minggu yang digunakan
untuk kegiatan pembelajaran efektif pada satuan

10
pendidikan termasuk kegiatan penilaian. Semester reguler
adalah semester yang dilaksanakan antara bulan Juli-
Desember (semester gasal) dan Januari-Mei (semestar
genap) tiap tahun. Semester pendek adalah semester di
antara dua semester reguler, yaitu antara bulan Juni-
Agustus.

Kegiatan tatap muka adalah kegiatan pembelajaran


yang berupa proses interaksi antara peserta didik, materi
pembelajaran, pendidik dan lingkungan.

Penugasan terstruktur adalah kegiatan


pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh
pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi
dan atau kemampuan lainnya pada kegiatan tatap muka.
Waktu penyelesaian penugasan terstruktur ditentukan oleh
pendidik. Penugasan terstruktur termasuk kegiatan
perbaikan, pengayaan, dan percepatan.

Kegiatan mandiri tidak terstruktur adalah kegiatan


pembelajaran yang berupa pendalaman materi
pembelajaran oleh peserta didik yang didesain oleh
pendidik untuk menunjang pencapaian tingkat kompetensi
mata pelajaran atau lintas mata pelajaran atau kemampuan
lainnya yang waktu penyelesaiannya diatur sendiri oleh
peserta didik.

11
Mata pelajaran wajib adalah semua mata pelajaran
normatif dan adaptif, mata pelajaran dalam kelompok mata
pelajaran dasar kejuruan, dan mata pelajaran dalam
kelompok spesialisasi dari Bidang Keahlian yang terkait.
Mata pelajaran pilihan adalah mata pelajaran yang
disediakan bagi peserta didik bagi pengembangan karir ke
depan berdasarkan minat dan spesialisasi. Kurikulum
dengan SKS perlu menyediakan sejumlah mata pelajaran
pilihan bagi peserta didik dengan sejumlah sks tertentu.

B. Karakteristik SKS
Karakteristik Sistem Kredit Semester

1. Dalam SKS, tiap mata pelajaran diberi harga (bobot)


yang namanya kredit.
2. Besarnya nilai kredit untuk mata pelajaran yang
berlainan tidak perlu sama.
3. Besarnya nilai kredit untuk masing-masing mata
pelajaran ditentukan atas besarnya usaha yang
diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang
dinyatakan dalam program tatap muka teori (TMT),
praktikum sekolah (PS), tugas lapangan/praktek
Industri (PI).
4. Kegiatan yang disediakan terdiri atas kegiatan wajib
dan kegiatan pilihan. Kegiatan wajib merupakan
kegiatan yang harus diikuti semua peserta didik.
Kegiatan pilihan merupakan kegiatan yang disediakan

12
untuk menjadi alternatif bagi upaya meningkatkan
kompetensi peserta didik.
5. Dalam batas tertentu, peserta didik mendapatkan
kebebasan untuk menentukan :
a. Banyaknya satuan kredit
yang diambil untuk tiap semester.
b. Jenis kegiatan studi
yang diambil untuk tiap-tiap semester.
c. Jangka waktu untuk
menyelesaikan beban studi.
6. Banyaknya satuan kredit semester yang dapat diambil
oleh peserta didik pada suatu semester ditentukan oleh
indeks prestasi semester sebelumnya dan
kemungkinan kondisi yang melatarbelakangi studi
peserta didik (kecuali untuk semester awal harus
sudah ditentukan).

13
C. Tujuan SKS
Secara umum tujuan SKS adalah agar satuan
pendidikan dapat menyajikan program pendidikan yang
bervariasi dan fleksibel, untuk memberikan peluang kepada
peserta didik memilih program pembelajaran menuju pada
suatu jenjang profesi tertentu.

Secara khusus, tujuan penerapan SKS adalah untuk:

1. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik


yang cakap dan giat belajar, agar dapat menyelesaikan
studi dalam waktu sesingkat mungkin.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik agar
dapat mengambil mata pelajaran sesuai dengan minat,
bakat, dan kemampuannya.
3. Memberikan kemungkinan sistem pendidikan untuk
mewujudkan keseimbangan antara input dan output.
4. Mempermudah penyesuaian kurikulum tingkat satuan
pendidikan dari waktu ke waktu sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
5. Memberikan kemungkinan agar sistem evaluasi
kemajuan belajar peserta didik dapat diselenggarakan
dengan baik.
6. Memungkinkan pengalihan kredit antar program
keahlian dalam satu satuan pendidikan atau
perpindahan (transfer) dari satuan jenis pendidikan lain
ke SMK atau antar program keahlian di SMK yang

14
menggunakan SKS maupun sistem paket melalui
konversi.
7. Meningkatkan kemungkinan keterlaksanaan prinsip
multy entry dan multy exit.

D. Manfaat Penerapan SKS


1. Menyesuaikan dengan kecepatan belajar setiap
peserta didik.
2. Mempersingkat waktu penyelesaian studi bagi peserta
didik yang berkemampuan dan berkemauan tinggi.
3. Peserta didik dapat mengembangkan potensi diri
sesuai dengan kemampuannya.
4. Meningkatkan kemandirian peserta didik dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar.

15
BAB III
PELAKSANAAN SISTEM KREDIT SEMESTER

A. Pelaksanaan SKS

Alokasi waktu yang diperlukan per minggu per satu sks


sebagai berikut:
1. Untuk mata pelajaran teori (TMT=Tatap Muka
Teori):
a. Bagi peserta didik berarti:
1) 45 menit melaksanakan proses pembelajaran
tatap muka.
2) 45 menit penugasan terstruktur.
3) 45 menit kegiatan mandiri.
b. Bagi guru berarti:
1) 45 menit melaksanakan proses pembelajaran
tatap muka.
2) 45 menit perencanaan dan penilaian hasil
belajar.
3) 45 menit pengembangan materi pembelajaran.
2. Untuk pelajaran praktik sekolah (PS):
a. Bagi peserta didik berarti:
1) 90 menit kegiatan
praktik di laboratorium atau praktik di bengkel
atau studio atau di tempat olah raga di
lapangan.
2) 45 menit kerja mandiri.
b. Bagi guru berarti:

16
1) 90 menit kegiatan
pembelajaran dan penilaian di
laboratorium/bengkel/studio.
2) 45 menit pengembangan
materi dan persiapan mengajar.
3. Untuk pelajaran praktik lapangan/Industri (PI):
a. Bagi peserta didik berarti:
1) 180 menit kegiatan
praktik lapangan/industri.
2) 45 menit penugasan
terstruktur.
3) 45 menit kerja mandiri.
Tiap semester peserta didik mempunyai kesempatan
memilih mata pelajaran yang akan diambil berdasarkan
mata pelajaran yang ditawarkan oleh sekolah. Penawaran
mata pelajaran dibagi menjadi tiga yaitu semester gasal,
semester genap, dan semester pendek. Mata pelajaran
yang akan diambil dikonsultasikan dengan guru
pembimbing akademik.
Pengurangan mata pelajaran yang sudah diambil atau
penambahan mata pelajaran yang diinginkan hanya dapat
dilakukan pada saat menambah-mengurangi dalam
semester yang sedang berjalan.
Program produktif untuk masing-masing kompetensi
keahlian dikelompokkan dalam mata pelajaran inti dan
mata pelajaran pilihan. Satu tahun akademik dilaksanakan
sebanyak 38 minggu.

17
Satuan pendidikan atau sekolah wajib
mensosialisasikan penerapan SKS yang akan
dilaksanakan kepada stakeholders. Sekolah yang telah
memutuskan untuk melaksanakan SKS harus
melakukannya secara taat azas atau konsisten. Sekolah
wajib melaksanakan 1 sks dalam pengertian yang benar
seperti yang dituangkan dalam jadwal pelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran melalui tatap muka (TM),
tugas terstruktur (TT), dan kegiatan mandiri (KM). Peserta
didik didorong untuk belajar secara mandiri. Oleh karena
itu program pembelajaran untuk tugas terstruktur, kegiatan
mandiri wajib disusun oleh guru pemangku mata pelajaran.
Jumlah sks maksimal yang dapat diambil oleh peserta didik
ditentukan berdasarkan hasil prestasi pada semester
sebelumnya.

B. Penilaian dalam SKS

1. Penentuan kemampuan kompetensi seorang


peserta didik mempertimbangkan pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan.
2. Penilaian kompetensi menggunakan berbagai
pendekatan secara komplementatif, mencakup semua
unsur hasil belajar.
3. Kriteria ketuntasan minimal (KKM) setiap mata
pelajaran ditetapkan sesuai fungsi dan kedudukan

18
mata pelajaran dalam proses pembentukan standar
kompetensi lulusan (SKL).
4. Nilai suatu mata pelajaran ditentukan dengan
“standar sebelas” yaitu nilai 0 sampai dengan 10 atau
“standar 101” dengan nilai 0 sampai dengan 100.
Penilaian dalam sistem kredit semester dilakukan
dengan menggunakan kriteria nilai (grade) sebagai
berikut. A, A-, B+, B, B-, C+, C, C-, D+, D, D-, dan E
dengan makna sebagai berikut:
A : baik sekali C :cukup
A-: kurang dari baik sekali C-: kurang dari
cukup
B+: lebih dari baik D : kurang
B : baik D-: kurang dari
kurang
C+: lebih dari cukup E : gagal

5. Skala nilai dari masing-masing nilai ditentukan


sebagai berikut:

Tabel 1. Konversi Nilai


Standar Nilai Nilai
11 101 Huruf Bobot
8,6 - 10 86 - 100 A 4,00
8,0 - 8,5 80 - 85 A- 3,75
7,5 - 7,9 75 - 79 B+ 3,25
7,1 - 7,4 71 - 74 B 3,00
6,6 - 7,0 66 - 70 B- 2,75
6,4 - 6,5 64 - 65 C+ 2,25
6,0 - 6,3 60 - 63 C 2,00
5,6 - 5,9 56 - 59 C- 1,75
5,1 - 5,5 51 - 55 D+ 1,25
4,6 - 5,0 46 - 50 D 1,00

19
4,0 - 4,5 40 - 45 D- 0,75
0 - 3,9 0 - 39 E 0,00

6. Berdasarkan kriteria penilaian di atas ditentukan


batas ambang ketuntasan minimal untuk seluruh mata
pelajaran. Untuk kelompok normatif dan adaptif
ditentukan nilai C+ dan untuk kelompok produktif nilai
B. Peserta didik yang belum mencapai nilai batas
ambang ketuntasan minimal dinyatakan tidak lulus.
7. Indeks Prestasi (IP) adalah nilai kredit rata-rata
yang merupakan satuan nilai akhir, menggambarkan
kadar kompetensi suatu hasil belajar. Untuk
menentukan IP digunakan rumus jumlah nilai huruf
ditransfer ke nilai bobot x sks, dibagi jumlah sks.

Tabel 2. Contoh Perhitungan Indeks Prestasi


Nilai
No Mata Pelajaran sks sks x bobot
Huruf Bobot
1. Pendidikan Agama 1 A 4 1 x 4= 4
2. Pendidikan
1 A- 3,75 1 x 3,75= 3,75
Kewarganegaraan
3. Bahasa Indonesia 2 B 3 2 x 3= 6
4. Seni Budaya 1 B+ 3,25 1 x 3,25= 3,25
5. Bahasa Inggris 2 A 4 2 x 4= 8
6. Matematika 2 A 4 2 x 4= 8
7. Fisika 2 B+ 3,25 2 x 3,25= 6,50
8. KKPI 1 A- 3,75 1 x 3,75= 3,75
9. Teori Dasar Elektronika 4 A 4 4 x 4= 16
JUMLAH 16 61,25

20
61,25
Indeks Prestasi = ----------- = 3,83
16
Catatan:
1) Apabila nilai belum masuk, bobot kredit mata
pelajaran tersebut tidak diperhitungkan sebagai
perhitungan IP.
2) Apabila nilai tidak ada karena peserta didik tidak
menempuh ujian, bobot kredit mata pelajaran
tersebut tetap diperhitungkan untuk menentukan
IP.

8. Nilai IPK semester sebelumnya akan menentukan


jumlah sks maksimal yang dapat diambil oleh peserta

didik yang bersangkutan pada semester berikutnya,


dengan ketentuan sebagai berikut:

Indeks Prestasi Beban Studi maksimal


(semester)
Lebih dari 2,99 22
2,50 - 2,99 19
2,00 – 2,49 16
1,50 - 1,99 13
Kurang dari 1,50 10

9. Bagi peserta didik yang belum mencapai


ketuntasan minimal, harus diberi kesempatan untuk
memperbaiki nilai pada semester pendek.

21
C. Penyetaraan Sistem Paket kedalam SKS

1. Beban Belajar SKS


Satu sks dalam sistem kredit semester setara dengan:
a. Untuk TMT sama dengan 45 menit proses
pembelajaran tatap muka, 45 menit penugasan
terstruktur, dan 45 menit kegiatan mandiri.
b. Untuk PS sama dengan 2x45=90 menit kegiatan
praktik di laboratorium atau praktik di bengkel atau
studio atau di tempat olah raga di lapangan dan 45
menit kerja mandiri.
c. Untuk PI sama dengan 4x45=180 menit kegiatan
praktik lapangan/praktik industri, 45 menit penugasan
terstruktur, dan 45 menit kerja mandiri.
d. Dalam sistem paket alokasi waktu untuk penugasan
terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur 0%-
60% dari waktu kegiatan tatap muka
2. Perhitungan Konversi
Konversi dari Sistem Paket ke dalam SKS
menggunakan rumusan jumlah jam sebagai berikut:

a. Untuk Mata Pelajaran Normatif dan Adaptif


1 jam pelajaran Teori=TM+ 60%TM = 1,6 TM
=1,6x45 = 72 menit
1 sks TMT = TM + TT + KM = 45 + 45 + 45 = 135
menit
1 sks PS= 2 TM + KM = 90 + 45 = 135 menit

22
Indeks penyetaraan jam pelajaran TMT ke sks = 72 :
135 = 0,533.
Indeks penyetaraan jam pelajaran PS ke sks = 72 :
135 = 0,533.
Artinya:
1 jam pelajaran TMT sama dengan 0,533 sks
1 jam pelajaran PS sama dengan 0,533 sks
Contoh:
1. Mata pelajaran Pendidikan Agama, jam
pelajaran total adalah 192 jam. Maka jumlah
sks mata pelajaran Pendidikan Agama untuk
kebulatan studi tiga tahun sama dengan
192x0,533 = 102,33 sks. Jika mata pelajaran
Pendidikan Agama dilaksanakan dalam 6
semester dan satu semester dilaksanakan
dalam 19 minggu, maka sks tiap semesternya
adalah 102,33: (6x19)= 0,88 dibulatkan 1 sks
dan dilaksanakan dalam enam semester
dengan rincian Pendidikan Agama 1 = 1 sks,
Pendidikan Agama 2=1 sks, Pendidikan
Agama 3=1 sks, Pendidikan Agama 4=1 sks,
Pendidikan Agama 5=1 sks, Pendidikan
Agama 6=1 sks.
2. Mata pelajaran Bahasa Inggris, jam pelajaran
total adalah 440 jam. Maka jumlah sks mata
pelajaran Bahasa Inggris untuk kebulatan studi

23
tiga tahun sama dengan 440x0,533 = 234,52
sks. Jika mata pelajaran Bahasa Inggris
dilaksanakan dalam 6 semester dan satu
semester dilaksanakan dalam 19 minggu,
maka sks tiap semesternya adalah 234,52:
(6x19)= 2,05 dibulatkan 2 sks dan
dilaksanakan dalam enam semester dengan
rincian Bahasa Inggris 1 = 2 sks, Bahasa
Inggris 2 = 2sks, Bahasa Inggris 3 = 2 sks,
Bahasa Inggris 4 = 2 sks Bahasa Inggris 5 = 2
sks, Bahasa Inggris 6 = 2 sks.

b. Untuk Mata Pelajaran Produktif

1 jam pelajaran Teori= TM + 0,6 TM = 1,6 TM = 72


menit

1 sks Teori = TM + TT + KM = 45 + 45 + 45 = 135


menit

1 sks PS= 2 TM + KM = 90 + 45 = 135 menit

1 sks PI = 4 TM + TT + KM = 180 + 45 + 45 = 270


menit

Indeks penyetaraan jam pelajaran TMT ke sks = 72 :


135 = 0,533.

Indeks penyetaraan jam pelajaran PS ke sks = 72 :


135 = 0,533.

24
Indeks penyetaraan jam pelajaran PI ke sks = 72 :
270 = 0,266

Artinya:
a. 1 jam pelajaran TMT sama dengan

0,533 sks

b. 1 jam pelajaran PS sama dengan 0,533 sks

c. 1 jam pelajaran PI sama dengan 0,266 sks

25
Contoh:
STANDAR KOMPETENSI : Merawat kulit kepala secara
kering (dry scalp treatment)
KODE KOMPETENSI : KEC.TK.02.005.01
ALOKASI WAKTU : 30 (73)x 45 menit

Alokasi Waktu
KD
TMT PS PI
1.Melakukan Persiapan Kerja 2(2) 2(4) 2(8)
2.Mendiagnosa kulit kepala dan 2(2) 2(4) 2(8)
rambut
3.Melaksanakan perawatan 3(3) 4(8) 3(12)
kulit kepala dan rambut
secara kering
4. Memberikan saran pasca 1(1) 1(2) 2(8)
perawatan
5.Mengemas alat, bahan dan 1(1) 1(2) 2(8)
kosmetika, serta merapikan
area kerja
JUMLAH 9(9) 10(20) 11(44)

Jumlah sks TMT = (9x0,533): 19 = 0,25sks


Jumlah sks PS = (20x0,533): 19 = 0,56 sks
Jumlah sks PI =(44x0,266): 19 = 0,62 sks
Hasil konversi jam pelajaran menjadi sks dirangkum dalam
tabel berikut:
sks
SK Jumlah
TMT PS PI
Merawat kulit kepala 0,25 0,56 0,62 1,43
secara kering dibulatkan
ke 1

26
27
BAB IV
PERANAN INSTITUSI BERKENAAN DENGAN
PENYELENGGARAAN SISTEM KREDIT SEMESTER

A. Pemerintah Pusat
Departemen Pendidikan Nasional menetapkan
ketentuan yang berlaku secara nasional dalam
penyelenggaraan SKS bagi Sekolah/Madrasah yang
melaksanakan. Ketentuan tersebut dilaksanakan oleh unit
utama yang terkait.

Badan Penelitian dan Pengembangan sesuai dengan


kewenangannya:

a. mendukung upaya setiap penyelenggara


Sekolah/Madrasah dalam mengembangkan dan/atau
memperkaya kurikulum, proses pembelajaran, dan
penilaian dalam pelaksanaan SKS;
b. melakukan pengembangan model adaptasi dan adopsi
kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian untuk
sekolah/Madrasah yang melaksanakan SKS;
c. mengembangkan dan mengujicobakan model
kurikulum yang melaksanakan SKS;
d. memberikan fasilitas teknis terselenggaranya Ujian
Nasional bagi Sekolah/Madrasah yang melaksanakan
SKS;
e. melakukan kerja sama dengan perguruan tinggi dan
LPMP untuk melakukan pendampingan dalam
pengembangan SKS; dan

28
f. memonitor, meneliti, dan mengevaluasi pelaksanaan
SKS dan mengusulkan rekomendasi kebijakan kepada
Menteri;
g. mengembangkan pangkalan data dan layanan
informasi tentang Sekolah/Madrasah yang
melaksanakan SKS.

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar


dan Menengah sesuai dengan kewenangannya:

a. melakukan pembinaan teknis


manajerial kepada sekolah atas penyelenggaraan
SKS;
b. mendukung upaya setiap
Sekolah/Madrasah untuk dapat melaksanakan SKS;
c. membantu pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota dalam penjaminan mutu pelaksanaan
SKS; dan
d. melakukan pengawasan manajerial
atas penyelenggaraan SKS.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan


Tenaga Kependidikan sesuai dengan kewenangannya:

a. melakukan pembinaan teknis profesi


dan kompetensi guru dan tenaga kependidikan dalam
pelaksanaan SKS;
b. mendukung upaya setiap
penyelenggara Sekolah/Madrasah untuk

29
mengembangkan dan/atau memperkaya kompetensi
pendidik dan tenaga kependidikan lainnya; dan
c. membantu pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota dalam penjaminan mutu pendidik dan
tenaga kependidikan Sekolah/Madrasah yang
melaksanakan SKS.

B. Pemerintah Provinsi
Dinas Pendidikan Provinsi menetapkan hal-hal yang
berlaku pada suatu provinsi tertentu dalam
penyelenggaraan Sekolah/Madrasah yang melaksanakan
SKS antara lain sebagai berikut:

a. menyusun kebijakan operasional


provinsi bagi Sekolah/Madrasah yang melaksanakan
SKS sesuai dengan kebijakan nasional;
b. melakukan koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan operasional dan program
Sekolah/Madrasah yang melaksanakan SKS antar
kabupaten/kota;
c. memberikan dukungan informasi dan
layanan mengenai pengaturan tentang
penyelenggaraan SKS;
d. memfasilitasi terselenggaranya Ujian
Nasional bagi Sekolah/Madrasah yang melaksanakan
SKS;
e. melakukan pengawasan dalam
rangka penjaminan mutu Sekolah/Madrasah yang
melaksanakan SKS; dan

30
f. menyediakan layanan sistem
informasi dan data Sekolah/Madrasah yang
melaksanakan SKS ditingkat provinsi.

C. Pemerintah Kabupaten/Kota
Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota menetapkan hal-hal
yang berlaku pada suatu kabupaten/kota tertentu dalam
penyelenggaraan Sekolah/Madrasah yang melaksanakan
SKS antara lain sebagai berikut:

a. menyusun kebijakan operasional


Sekolah / Madrasah yang melaksanakan SKS di
tingkat kabupaten/kota sesuai dengan kebijakan
nasional dan provinsi;
b. melakukan koordinasi dan
sinkronisasi kebijakan operasional dan program antar
Sekolah/Madrasah yang melaksanakan SKS;
c. memberikan dukungan informasi dan
layanan mengenai pengaturan penyelenggaraan
Sekolah/Madrasah yang melaksanakan SKS;
d. memfasilitasi terselenggaranya Ujian
Nasional bagi Sekolah/Madrasah yang melaksanakan
SKS;
e. melakukan pengawasan dalam
rangka penjaminan mutu Sekolah/Madrasah yang
melaksanakan SKS; dan

31
f. menyediakan layanan sistem
informasi dan data Sekolah/Madrasah yang
melaksanakan SKS di tingkat kabupaten/kota.

32
D. Sekolah/Madrasah Kategori Mandiri dan
Bertaraf Internasional
Sekolah/Madrasah Bertaraf Internasional menetapkan
hal-hal yang berlaku pada tingkat Sekolah/Madrasah
antara lain sebagai berikut:

a. menyusun program pelaksanaan


SKS, baik jangka pendek dan menengah maupun
jangka panjang;
b. melaksanakan sistem adminstrasi
eksternal dan internal yang mendukung pelaksanaan
SKS;
c. menyusun struktur program
kurikulum tiap semester selama enam semester;
d. menetapkan sejumlah mata
pelajaran pilihan;
e. menetapkan mata-mata pelajaran
yang memerlukan pembagian ke dalam level tingi atau
level standar;
f. memfasilitasi peserta didik untuk
menetapkan jumlah sks yang diambil setiap semester;
g. memfasilitasi peserta didik untuk
melaksanakan remedial dan perbaikan nilai pada
semester pendek;
h. dapat mengadaptasi dan/atau
mengadopsi model-model pengembangan SKS yang
disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
atau pihak lain yang berwenang;
i. melaksanakan Ujian Nasional;

33
j. menyediakan layanan sistem
informasi dan data di tingkat Sekolah/Madrasah
tentang pelaksanaan SKS.

34
BAB V
PENUTUP
Pola penyelenggaraan pendidikan dengan SKS dapat
dilakukan untuk kurikulum berbasis kompetensi dengan
melakukan beberapa penyesuain penetapan konversi dari
jam pelajaran ke sks. Penilaian dalam kurikulum berbasis
kompetensi tetap mengacu pada kriteria lulus dan tidak
lulus kompetensi. Namun untuk lulus kompetensi ada
gradasi nilai (grade) yaitu dari paling rendah C, C+, B-, B,
B+, A-, dan A. Untuk status tidak lulus hanya dinyatakan
dengan nilai D, D-, dan E. Pembulatan besarnya sks hasil
konversi bisa dilakukan dengan ketentuan hasil pecahan
>0,5 dibulatkan ke atas dan yang < 0, 5 dibulatkan ke
bawah.
Pemerintah dan pemerintah daerah memfasilitasi
satuan pendidikan yang berupaya menerapkan sistem
kredit semester karena sistem ini dapat
mengakomodasikan bakat, minat, dan kemampuan peserta
didik. Dengan diberlakukan sistem ini maka satuan
pendidikan tidak perlu mengadakan program pengayaan
karena sudah tercakup dalam sistem. Pemerintah
mendorong dan mengharuskan menerapkan sistem SKS
bagi SMK/MAK atau yang sederajad pada sekolah kategori
mandiri.

35
36

Anda mungkin juga menyukai