BAB 1
PENDAHULUAN
yang disebabkan oleh virus Dengue, ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti yang menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem
orang terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya dengan case fatality
untuk setiap 100 kasus demam berdarah dengue akan didapatkan 1−3 orang
kejadian luar biasa (KLB) DBD lima tahunan di Indonesia, seperti dilaporkan
Kemenkes RI pada tahun 2009 terjadi 158.912 kasus demam berdarah dengue
100.347 penderita DBD dan sebanyak 907 penderita meninggal dunia pada
tahun 2014. Hal ini dapat disebabkan oleh perubahan iklim dan rendahnya
terus meningkat, pada 2014 mencapai 2.208 kasus, hal itu disebabkan masih
meninggal melonjak menjadi 216 persen, dari 6 orang menjadi 19 orang. Ini
menurut data dari RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh dari tahun 2016 sampai
2017 mengalami peningkatan, dimana pada tahun 2016 jumlah penderita DBD
mencapai 86 orang, khususnya untuk anak sebanyak 20 orang dan pada tahun
2017 penderita DBD sebanyak 167 orang, khususnya untuk anak sebanyak 56
melalui gigitan nyamuk aedes aigypti. Penyakit ini dapat menyerang semua
orang dan dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga
Pada anak yang mengalami DBD biasanya akan mengalami nyeri pada
anggota badan seperti pada kepala, bola mata, punggung, dan sendi. Nyeri
3
(Syamsuddin, 2015).
mengikuti intruksi dari perawat atau orang tua. Oleh karena itu untuk
mendapatkan efek nafas dalam pada anak yang mengalami nyeri dapat
(Yuliastati, 2016).
nyeri terutama teknik relaksasi nafas dalam pada anak yang mengalami nyeri,
4
diajarkan
namun perawat jarang melakukannya anak-anak susah dan belum
sepenuhnya mengerti dengan intruksi perawat. Dan apabila anak tersebut sudah
berumur diatas 5 tahun baru perawat melakukan teknik relaksasi nafas dalam.
yang sesuai dengan umur anak tersebut, misalnya dengan distraksi, massase,
dan lain-lain. namun berdasarkan hasil observasi peneliti saat praktek diruang
tentang terapi relaksasi nafas dalam untuk menurunkan nyeri pada anak dengan
DBD, karena mudah dilakukan dan terbukti dalam beberapa penelitian sangat
nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri pada anak dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang anak BLUD RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh.
nafas dalam untuk menurunkan intensitas nyeri pada anak dengan Demam
Berdarah Dengue (DBD) di ruang anak BLUD RSUD Cut Nyak Dhien
Meulaboh.
1.4.1 Masyarakat
dalam.
1.4.3 Peneliti
Dengue (DBD).
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
penyakit menular yang di sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui
gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan
dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak. Penyakit ini juga sering
penyakit infeksi yang disebabkan oleh satu dari 4 virus dan ditularkan melalui
dapat menyerang anak usia sekolah maupun orang dewasa, ditandai dengan
(Misnadiarly, 2009).
2.1.2. Etiologi
dengue. Di Indonesia, virus tersebut sampai saat ini telah diisolasi menjadi 4
serotipe virus dengue yang termasuk dalam grub B dari arthropedi borne
terhadap serotype lain. Virus dengue ini terutama di tularkan melalui vector
beberapa spesies lain kurang berperan. Jenis nyamuk ini terdapat di seluruh
(Nursalam, 2008).
2.1.3. Patofisiologi
biokimia DBD hingga kini belum diketahui secara pasti. Sebagian sarjana
dapat terjadi bila seseorang setelah terinfeksi dengue untuk pertama kalinya
8
mendapat infeksi berulang dengan tipe virus dengue yang berbeda (Nursalam,
2008).
Lama dan keparahan penyakit DBD beragam untuk setiap individu pada
suatu KLB. Masa penyembuhan bisa cepat namun seringkali bisa cukup
pendarahan saluran cerna hematuria, dan menoragia juga bisa menyertai DBD,
berat, pada kasus berat, renjatan terjadi secara akut dan nilai hematokritt
Ada dugaan bahwa renjatan terjadi sebagai akibat dari kebocoran plasma di
ini adalah ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa, yaitu
mulai dari asimptomatik, yang merupakan penyakit yang paling ringan (mild
(DBD), atau epidemiologis infeksi ringan lebih banyak terjadi, tetapi pada awal
penyakit hampir tidak mungkin membedakan antara infeksi ringan atau berat.
Kasus DBD ditandai oleh manifestasi klinis, yaitu: demam tinggi dan
mendadak yang dapat mencapai 400C atau lebih dan terkadang disertai dengan
discomfort,nyeri perut kanan atas atau seluruh bagian perut, dan pendarahan,
terutama pendarahan kulit, walaupun hanya berupa uji toniquet positif. Selain
itu, pendarahan kulit dapat berwujud memar atau dapat juga berupa pendarahan
spontan muali dari petekia (muncul pada hari-hari pertama demam dan
berlangsung selama 3-6 hari) pada ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai
lebih jarang terjadi dan biasanya hanya terjadi pada kasus dengan syok yang
berkepanjangan atau setelah syok yang tidak dapat teratasi. Pendarahan lain
konvalesen sering kali ditemukan eritema pada telapak tangan dan kaki dan
penyakit dan pembesaran hati ini tidak sejajar dengan beratnya penyakit. Nyeri
tekan serting kali di temukan tanpa ikterus maupun kegagalan peradaran darah
3. Pembesaran hati.
4. Syok, yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan tekanan
nadi yang menurun (20 mmhg atau kurang), tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmhg atau kurang), dan kulit yang
teraba dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari, dan kaki.
2.1.5. Klasifikasi
2. Grade II: Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, ada pendarahan
spontan petekhia, pendarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil dan
tidak teratur.
3. Grade IV: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah,
4. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak
1. Jumlah leukosit bias any normal pada awal demam, selanjutnya terjadi
mungkin meningkat.
1. Oral
2 Paracetamol 2x1
2. Parenteral
asering
2.2.1. Pengkajian
1. Identitas pasien
kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua,
2. Keluhan utama
saat demam kesadaran kompos mentis. Turunnya panas terjadi antara hari
ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai dengan
sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola
mata terasa pegal, serta adanya manifestasi pendarahan pada kulit, gusi
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bsa mengalami
5. Riwayat imunisasi
6. Riwayat gizi
Status gizi anak menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
mual, muntah, dan nafsu makan menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan
13
tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
7. Kondisi lingkungan
kurang bersih (seperti air yang menggenang dan gantungan baju di kamar)
8. Pola kebiasaan
c. Eliminasi urine (buang air kecil) perlu dikaji apakah sering kencing,
f. perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
d. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat
c. Kepala dan leher: kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena
thorax terdapat adanya cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan
(efusi pleura) Rales +, Ronchi+, yang biasanya terdapat pada grade III
dan IV.
f. Ekstremitas. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang
(Nursalam, 2008).
b. Trombositopenia (<100.000/ml).
Batasan karakteristik :
a. Subjektif :
b. Objektif :
16
kejang, konvulsi.
2. Nyeri Akut.
Batasan karakteristik :
a. Subjektif :
b. Objektif :
tekanan darah, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, dan focus
menyempit.
kebutuhan tubuh.
Batasan karakteristik :
a. Subjektif :
b. Objektif :
berlebihan.
Faktor risiko :
defisiensi pengetahuan.
mekanisme regulasi.
Batasan karakteristik :
a. Subjektif :
Haus, kelemahan
b. Objektif :
pasien DHF.
dalam belajar.
Batasan karakteristik :
a. Subjektif :
Batasan karakteristik :
a. subjektif :
b. Objektif :
19
atau iskemia.
NOC :
pentingnya terapi.
normotermia.
NIC :
dan lain-lain).
b. Pantau suhu inti melalui rute yang tepat (mis., timpanik, rektal). Catat
kejang.
20
NOC :
NIC :
a. Catat usia klien, tingkat pekembangan, dan kondisi saat ini (mis., klien
bayi/anak, klien sakit kritis, klien yng diipasang ventilator, klien yang
c. Gunakan skala penilaian nyeri sesuai dengan usia dan kognisi (mis.,
skala 0 hingga 10, ekspresi wajah atau skala nyeri wajah Wong-Baker.
21
nyeri akut.
imajinasi terbimbing).
NOC :
tanda malnutrisi
NIC :
22
sindrom malasorbsi).
berkelanjutan.
c. Gali kebiasaan makan khusus, arti makanan bagi klien (mis., tidak
kebutuhan tersebut.
e. Catat kemampuan klien untuk makan sendiri atau adanya factor yang
g. Kaji berat badan saat ini, bandingkan dengan berat badan yang biasa,
dan berat badan normal sesuai usia dan dan ukuran tubuh untuk
mengidentifikasi perubahan.
NOC :
sesuaiindikasi.
NIC :
kelemahan, anak yang menangis tanpa air mata, dan mata cekung.
yang biasanya.
sponge.
f. Pertahankan asupan dan haluaran yang akurat dan timbang berat badan
setiap hari. Ukur berat jenis urin, pantau tekanan darah dan parameter
hemodinamika infasif.
h. Beri obat (mis., antimetik, anti diare, anti piretik) rujuk ke diagnosa
NOC :
proses terapi
NIC :
mencegah komplikasi).
g. Tangani ansietas atau emosi kuat lain yang dirasakan klien. Beri
NOC :
toleransi aktivitas
NIC :
mengurangi kelelahan.
f. Catat factor terkait terapi, seperti efek samping dan interaksi obat.
sesuai dengan kondisi pasien dan dilaksanakan dalam waktu yang telah
ditentukan.
sampai memberi penjelasan kepada klien agar mengikuti saran perawat. Faktor
waktu yang terbatas. Solusi untuk mengatasi hal tersebut, penulis lebih
mendokumentasikannya.
2.2.5. Evaluasi
Pada tahap evaluasi merupakan tahap akhir dan alat ukur untuk memulai
dilaksanakan dari diagnosa utama, pencapaian atau kemajuan kearah hasil yang
2.3.1. Pengertian
relaksasi merupakan tindakan pereda nyeri non invasive, teknik relaksasi yang
teratur dapat bermanfaat untuk mengurangi keletihan dan ketegangan otot yang
Menurut Smeltzer & Bare dalam (Hapsari, 2012), Teknik relaksasi nafas
dalam merupakan teknik bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
28
secara perlahan yang tujuannya adalah mengurangi stress baik fisik maupun
Meburut Potter & Perry dalam Hapsari (2012), Kegiatan relaksasi nafas
persepsi nyeri berkurang dan rasa cemas terhadap pengalaman nyeri menjadi
minimal.
nafas dalam secara efektif sehingga kapasitas vital dan ventilasi paru
otomatis dan lebih efesien, meningkatkan relaksasi dan rasa aman, menurunkan
2009).
3. Beri pasien posisi semi fowler di tempat tidur atau posisi duduk di kursi.
Tahap kerja :
1. Mencuci tangan
bawah iga
4. Anjurkan klien untuk menahan napas selama 2-3 detik setelah napas dalam
terakhir
8. Cuci tangan
9. Dokumentasi.
Teknik relaksasi yang paling sering digunakan yaitu nafas dalam. Pada
anak yang mengalami nyeri, teknik nafas dalam ini dilakukan sambil bermain.
Anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya dengan
melakukan permainan karena anak akan dapat mengalihkan rasa sakitnya pada
30
mengikuti intruksi dari perawat atau orang tua. Oleh karena itu untuk
mendapatkan efek nafas dalam pada anak yang mengalami nyeri dapat
Dalam keperawatan anak, yang menjadi individu (klien) dalam hal ini
adalah anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari
delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan
masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oodler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), usia sekolah (5-11
tahun) hingga remaja (11-18 tahun). Rentang ini berbeda antara anak satu
dengan yang lain mengingat latar belakang anak berbeda. Pada anak terdapat
lambat. Dalam proses berkembang anak memiliki cirri fisik, kognitif, konsep
Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama
31
Adakalanya anak anak dengan perkembangan kognitif yang cepat dan juga
dipengaruhi oleh latar belakang anak. Perkembangan konsep diri ini sudah ada
sejak bayi, akan tetapi belum terbentuk secara sempurna dan akan mengalami
perkembangan seiring dengan pertambahan usia pada anak. Bahwa pola koping
pada anak juga terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak
menangis. Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis seperti
bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain sebagainya
(Hidayat, 2009).
terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social pada anak sudah dapat
dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang lain, dengan orang banyak
usia. Perubahan sosial juga dapat berubah sesuai dengan lingkungan yang ada,
seperti bagaimana anak sudah mau bermain dengan kelompoknya yaitu anak-
dan perkembangan karena perawatan yang tidak optimal akan berdampak tidak
32
baik secara fisiologis maupun psikologis anak itu sendiri. Perawat harus
1. Anak bukan miniatur orang dewasa tetapi sebagai individu yang unik,
artinya bahwa tidak boleh memandang anak dari segi fisiknya saja
2. Anak adalah sebagai individu yang unik dan mempunyai kebutuhan sesuai
berbagai kebutuhan yang berbeda satu dengan yang lain sesuai tumbuh
angka kesakitan dan kematian pada anak mengingat anak adalah penerus
generasi bangsa.
kepentingan anak dan upayanya tidak terlepas dari peran keluarga sehingga
maturasi atau kematangan yang sehat bagi anak dan remaja sebagai
pada ilmu tumbuh kembang, sebab ini yang akan mempelajari aspek
dan orang tuanya. Perawat dapat berperan dalam berbagai aspek dalam
berkaitan dengan perawatan anak. Mari kita bahas secara jelas tentang peran
perawat anak. Perawat merupakan salah satu anggota tim kesehatan yang
bekerja dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat,
meliputi:
1. Sebagai pendidik.
anak selama dirawat di rumah sakit, serta perawatan lanjut untuk persiapan
pulang ke rumah. Tiga domain yang dapat dirubah oleh perawat melalui
2. Sebagai konselor.
melakukan sentuhan dan hadir secara fisik maka perawat dapat saling
bertukar pikiran dan pendapat dengan orang tua tentang masalah anak dan
asuhan yang holistik dan komprehensif. Perawat berada pada posisi kunci
samping pasien. Keluarga adalah mitra perawat, oleh karena itu kerjasama
dengan keluarga juga harus terbina dengan baik tidak hanya saat perawat
35
etik dengan berdasarkan pada nilai normal yang diyakini dengan penekanan
untuk didengar oleh para pemegang kebijakan dan harus aktif dalam
yang paling mengerti tentang pelayanan keperawatan anak. Oleh karena itu
5. Sebagai peneliti.
BAB 3
METODELOGI PENULISAN
Karya tulis ini menggunakan studi kasus deskriptif, yaitu suatu metode
yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu
keadaan secara objektif (setiadi, 2007). Desain Studi kasus ini merupakan
bentuk studi kasus dalam penerapan tindakan teknik relaksasi napas dalam
pada anak dengan DBD di ruang Anak BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Cut
Subyek pada studi kasus ini adalah pasien dengan diagnosa medis DBD
2. Pasien di rawat di Ruang Anak BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Cut
selama 3 hari.
Fokus dari studi kasus ini adalah Pelaksanaan Tindakan Teknik Relaksasi
dengan keluhan demam, nyeri, kurang nafsu makan, malaise, dan mungkin
3.5.1 Tempat
3.5.2 Waktu
umur, pekerjaan, sosial ekonomi, jenis kelamin dan lain-lain. Jenis instrumen
3. Wawancara
4. Skala Penilaian
Untuk studi kasus, data disajikan secara tekstural/narasi dan dapat disertai
dengan cuplikan ungkapan verbal dari subyek studi kasus yang merupakan data
pendukungnya.
pelayanan keperawatan anak, Oleh karena itu perawat harus dapat meyakinkan