Anda di halaman 1dari 14

KEBIJAKAN ASUHAN PASIEN SERAGAM

DIREKTUR RUMAH SAKIT

enimbang ; a. Bahwa dalam meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit , maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan asuhan pasien yang seragam yang bermutu tinggi
b. Bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya Peraturan
Direktur tentang Kebijakan Asuhan Pasien seragam Rumah Sakit sebagai landasan bagi
penyelenggaraan seluruh pelayanan di RS
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b perlu ditetapkan dengan
Peraturan Direktur RS

engingat ; 1. Undang- undang RI no 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit


2. Undang –undang no 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
3. Undang- undang no 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
4. Kepmenkes 1333/1999 tentang standart Pelayanan Rumah Sakit

MEMUTUSKAN

Menetapkan ;
Pertama ; Peraturan Direktur Rumah Sakit Tentang Kebijakan Asuhan Pasien Seragam Rumah Sakit
Kedua ; Kebijakan Asuhan Pasien Seragam Rumah Sakit sebagaimana tercantum dalam lampiran
peraturan ini
Ketiga ; Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan Asuhan Pasien Seragam dilaksanakan oleh petugas
kesehatan RS
Keempat ; Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di kemudian hari ternyata tersapat
kekeliruan dalam penetapan ini akan di adakan perbaikan sebagaimana mestinya

Ditetapkan di Tangerang
Tanggal ...../...../......
Direktur Rumah Sakit

___________________

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT
NOMOR ;
TANGGAL ;

KEBIJAKAN ASUHAN PASIEN SERAGAM


RUMAH SAKIT

1. RS memberikan pelayanan kepada pasien yang sama dan tidak membedakan keturunan, ras,
agama.
2. pelayanan pasien RS mengacu pada Undang-Undang tentang Standar Pelayanan RS.
3. RS memberikan pelayanan yang seragam dalam kondisi apapun baik dalam keadaan gawat
maupun pasien Rawat Jalan.
4. RSmemberikan pelayanan yang seragam yang dilakukan oleh praktisi yang kompeten dalam
setiap harinya.
5. RS memberikan pelayanan yang seragam dengan sumber daya yang efisien dan menghasilkan
evaluasi yang bermutu tinggi.

Asuhan Pasien Seragam, meliputi :


a. Pelayanan Unit :
1. Pelayanan Unit Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif, Laboratorium, dan
Radiologidilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan Rawat Jalan sesuai dengan jadwal praktik
dokter.
2. Pelayanan Kamar Operasi dilaksanakan dalam jam kerja, dan dilanjutkan dengan sistem oncall.
3. Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan pasien
4. Seluruh stafRumah Sakit harus bekerja sesuai dengan standar profesi, pedoman / panduan dan
standar prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika Rumah Sakit dan peraturan
perundangan yang berlaku
5. Seluruh staf Rumah Sakit dalam melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan
ketentuan Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit ( K3), termasuk dalam penggunaan
alat pelindung diri ( APD)

b. Skrining dan triase


1. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat dilayani oleh
Rumah Sakit
2. Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan fisik,
psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing sebelumnya
3. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase berbasis bukti
untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.

c. Identifikasi;
1. Setiap pasien yang termasuk rawat inap harus dipasang gelang identitas pasien
2. Pasien selalu diidentifikasi sebelum pemberian obat, sebelum tranfusi darah, atau produk darah
lainnya, sebelum pengambilan darah dan spesimen lain untuk pemeriksaan laboratorium klinis,
sebelum pemeriksaan radiologi, serta sebelum dilakukan tindakan.

d. Transfer/ perpindahan di dalam rumah sakit


1. Transfer dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
2. Pasien yang ditranfer harus dilakukan stabilisasi terlebih dahulu sebelum dipindahkan

e. Transfer keluar rumah sakit/ rujukan


1. Stabilisasi terlebih dahulu sebelum dirujuk
2. Rujukan ke rumah sakit atau sarana kesehatan ditujukan kepada Unit yang fasilitasnya lebih
tinggi
3. Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan pelayanan berkelanjutan
4. Rujukan menunjuk siapa yang bertanggung jawab selama proses rujukan serta perbekalan dan
peralatan apa yang dibutuhkan selama tranformasi
5. Kerjasama yang resmi atau tidak resmi dibuat dengan rumah sakit penerima
6. Proses rujukan didokementasikan di dalam rekam medis

f. Penundaan pelayanan ;
1. 1.Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau penundaan untuk
pelayanan diagnostik dan pengobatan
2. 2.Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau pengobatan
3. 3.Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan informasi tentang
alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan klinis mereka

g. Pemulangan pasien;
1. DPJP yang bertanggung jawab atas pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan
pasien untuk dipulangkan
2. Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan yang terbaik atau sesuai
kebutuhan pasien
3. Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang dan kelanjutan pelayanan
medis
4. Resume pasien pulang dibuat oleh DPJP sebelum pasien pulang
5. Resume berisi pula instruksi untuk tindak lanjut
6. Salinan resume pasien pulang didokumentasikan dalam rekam medis
7. Salinan resume pasien pulang diberikan kepada praktisi kesehatan yang dirujuk

h. Tranformasi ;
1. Tranformasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku
berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan
2. Tranformasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
3. Semua kendaraan yang dipergunakan untuk tranformasi, baik kontrak maupun milik rumah sakit
, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan medikamentosa seuai dengan
kebutuhan pasien yang dibawa

i. Hak pasien dan keluarga


1. Menghormati kebutuhan privasi pasien
2. Melindungi pasien dari kekerasan fisik
3. anak- anak, individu yang cacat, lanjut usia, dan lainnya yang berisiko, mendapatkan
perlindungan yang layak
4. Membantu mencari second opinion dan kompromi dalam pelayanan didalam maupun diluar
rumah sakit.
5. Pernyataan persetujuan ( Informed Consent) dari pasien didapat melalui suatu proses yang
ditetapkan rumah sakit dan dilaksanakan oleh staf yang terlatih, dalam bahasa yang dipahami
pasien
6. Informed concent diperoleh sebelum operasi, anestesi, sedasi, penggunaan darah atau produk
darah dan tindakan serta pengobatan lain yang berisiko tinggi

j. Penolakan pelayanan dan pengobatan;


1. Memberitahukan hak pasien dan keluarga untuk menolak atau tidak melanjutkan pengobatan.
2. Memberitahukan tentang konsekuensi, tanggung jawab berkaitan dengan keputusan tersebut dan
tersedianya alternatif pelayanan dan pengobatan.
3. Memberitahukan pasien dan keluarganya tentang menghormati keinginan dan pilihan pasien
untuk menolak pelayanan resusitasi atau memberhentikan pengobatan bantuan hidup dasar ( Do
Not Resuscitate )
4. Rumah sakit telah menetapkan posisinya pada saat pasien menolak pelayanan resusitasi dan
membatalkan atau mundur dari pengobatan bantuan hidup dasar.
5. Posisi rumah sakit sesuai dengan norma agama dan budaya masyarakat,serta persyaratan hukum
dan peraturan.

k. Pelayanan pasien tahap terminal :


1. Mendukung hak pasien untuk mendapatkan pelayanan yang penuh hormat dan kasih sayang
pada akhir kehidupannya
2. Perhatian terhadap kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek pelayanan pada
tahap akhir kehidupan
3. Semua staf harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir kehidupannya yaitu meliputi
pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder,manajemen nyeri,respon terhadap aspek
psikologis,sosial,emosional,agama dan budaya pasien dan keluarganya serta keterlibatannya
dalam keputusan pelayanan.

l. Asesmen pasien :
1. Semua pasien yang dilayani rumah sakit harus diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui
suatu proses asesmen yang baku.
2. Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik,psikologi ,sosial dan ekonomi
,termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan
3. Hanya mereka yang kompeten sesuai perizinan ,undang - undang dan peraturan yang berlaku
dan sertifikasi dapat melakukan sesmen
4. Asesmen awal medis dilakukan dalam 24 jampertama sejak rawat inap atau lebih dini / cepat
sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit
5. Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat inap atau lebih
cepat sesuai kondisi pasien atau kebijakan rumah sakit.
6. Asesmen awal medis yang dilakukan sebelum pasien di rawat inap, atau sebelum tindakan pada
rawat jalan di rumah sakit, tidak boleh lebih dari 30 hari, atau riwayat medis telah diperbaharui
dan pemeriksaan fisik telah diulang.
7. Untuk asesmen yang berumur kurang dari 30 hari, apabila ada perubahan kondisi pasien yang
signifikan, maka perubahan dicatat dalam rekam medis pasien pada saat masuk rawat inap
8. Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan pasien (discharge
planning)
9. Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada internal tertentu atas dasar kondisi dan pengobatan
untuk menetapkan respon terhadap pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk
pemulangan pasien.
10. Data dan informasi asesmen pasien dianalisis dan diinterasikan.

m. Manajemen obat :
1. Elektrolit konsentrat tidak boleh berada di unit pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara
klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang tidak sengaja di area tersebut, bila
diperkenankan dengan kebijakan khusus.
2. Elektrolit kosentrat yang disimpan di unit pelayanan pasien diberi label yang jelas dan disimpan
dengan cara yang membatasi akses (restricted access).

n. Manajemen nutrisi ;
1. Pasien di skrining untuk status gizi
2. Respon pasien terhadap terapi gizi di monitor
3. Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi resiko kontaminasi dan pembusukan
4. Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik
5. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus

o. Manajemen nyeri;
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit dan dilakukan asesment
apabila ada rasa nyerinya
2. Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif
3. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan protokol
4. Komunikasi dengan dan mendidik pasien dan keluarga tentang pengelolaan nyeri dan gejala
dalam konteks pribadi, budaya dan kepercayaan agama masing-masing.
p. Surgical Safety Checklist;
1. Digunakan suatu tanda yang segera dikenali untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan
pasien dalam proses penandaan / pemberian tanda
2. Menggunakan suatu check list untuk melakukan verifikasi pra operasi tepat-lokasi, tepat-
prosedur, dan tepat-pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat,
benar dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat/ mendokementasikan prosedur” sebelum
insisi/ time–out” tepat sebelum dimulainya suatu prosedur/ tindakan pembedahan.

q. Hand hygiene;
a. Mengadaptasi pedoman hand hygiene terbaru yang baru- baru ini diterbitkan dan sudah diterima
secara umum (dari WHO Patient Safety)
b. Menerapkan program hand hygiene yang efektif

r. Resiko Jatuh;
1. Penerapan asesment awal resiko pasien jatuh dan melakukan asesment ulang terhadap pasien
bila diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan
2. Langkah- langkah diterapkan untuk mengurangi resiko jatuh bagi mereka yang pada hasil
asesment dianggap berisiko
3. Langkah- langkah dimonitor hasilnya, baik tentang keberhasilan pengurangan cedera akibat
jatuh maupun dampak yang berkaitan secara tidak disengaja

s. Komunikasi Efektif ;
1. Perintah lisan dan yang melalui telepon ataupun hasil pemeriksaan dituliskan secara lengkap
oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut
2. Perintah lisan dan melalui telepon atau hasil pemeriksaan secara lengkap dibacakan kembali
oleh penerima perintah atua pemeriksaan tersebut
3. Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi perintah atau
pemeriksaan tersebut
t. Manajemen di Instalasi;
1. Semua petugas instalasi wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku
2. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan
3. Melaksanakan koordinasi dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu
bulan sekali
4. Setiap bulan Instalasi wajib membuat laporan

u. Manajemen Fasilitas dan Keselamatan RS;


1. Peralatan di instalasi harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, untuk menjamin semua peralatan tetap dalam kondisi yang baik
2. Perbaikan peralatan dilaksanakan dengan memperhatikan kontiunitas pelayanan RS terutama
pada palayanan yang menyangkut emergency dan bantuan hidup.

Direktur Rumah Sakit

_________________
PANDUAN PELAYANAN PASIEN SERAGAM

1. PENDAHULUAN
1.1. Tujuan utama rumah sakit adalah memberikan perawatan yang terbaik untuk pasien. Agar
dapat memberikan dukungan dan respon yang baik sesuai dengan kebutuhan pasien, juga untuk
menjalankan prinsip ”satu level perawatan yang bermutu” keseragaman pemberian pelayanan
kepada pasien tanpa membedakan waktu, faktor ekonomi, sosial, agama, ras, suku, bangsa, maka
dibutuhkan adanya perencanaan dan koordinasi kerja yang baik.
1.2. Dilain pihak pasien dengan masalah yang sama berhak mendapatkan mutu pelayanan yang
sama disemua unit di rumah sakit. Mengingat hal ini maka diperlukan adanya kebijakan dan
prosedur disetiap unit agar dapat memberikan pelayanan yang seragam setiap hari maupaun saat
hari minggu atau hari libur besar. Dengan perawatan yang seragam akan memberikan dampak,
baik pada efisiensi dan memudahkan dalam melakukan evaluasi.

2. TUJUAN
2.1. Menyediakan acuan kerja untuk menjamin pemberian pelayanan yang sama untuk semua
pasien .
2.2. Meningkatkan kualitas pelayanan dan keselamatan pasien di rumah sakit.

3. RUANG LINGKUP
Kebijakan ini berlaku bagi semua staff rumah sakit: dokter, perawat, penunjang medik dan staff
lainnya yang memberikan pelayanan pada pasein.

4. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


4.1. CEO, Bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap Kebijakan Perawatan Pasien
4.2. COO, Bertanggung jawab memastikan Kebijakan Perawatan Pasien dilaksanakan.
4.3 Manager Keperawatan Bertanggung jawab untuk memastikan Kebijakan Perawatan Pasien
berjalan dengan tepat dan dimonitor.
4.4 KU bertanggung jawab untuk

4.4.1. Menjalankan kebijakan Perawatan Pasien


4.4.2. Memastikan pasien mendapatkan perawatan sesuai dengan standar
4.4.3. Memastikan staff paham tentang isi kebijakan Perawatan Pasien
4.4.4. Melakukan Koordinasi dengan unit lain / multidisiplin terkait pelaksanaan kebijakan
Perawatan Pasien
4.4.5. Melakukan monitoring, evaluasi dan tinjau ulang secara regular
4.5. Semua Staff Bertanggung jawab untuk
4.5.1. Melaksanakan Kebijakan Perawatan Pasien dengan aman
4.5.2. Melaporkan semua hal yang berpotensi terhadap ketidaksesuaian terkait dengan
pelaksanaan pelayanan pasien

5. DEFINISI
5.1. Perawatan pasien adalah semua tindakan yang diberikan pada pasien seperti tindakan
medis dan, pengobatan, tindakan perawatan serta tindakan lainnya yang diberikan pada pasien
sejak pasien masuk rumah sakit sampai pasien pulang dari rumah sakit.
5.2. Pelayanan kesehatan perorangan adalah setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang
diberikan oleh tenaga kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah,
mengobati penyakit, dan memulihkan kesehatan.
5.3. Tenaga kesehatan adalah tenaga dokter, perawat, bidan, perawat gigi, apoteker, asisten
apoteker, fisioterapis, refraksionis, optisien, terapis wicara dan radiografer.
5.4. Pelayanan Medis adalah pelayanan kesehatan individual yang dilandasi ilmu klinik,
merupakan upaya kesehatan perorangan yang meliputi aspek pencegahan primer, pencegahan
skunder meliputi deteksi dini dan pengobatan serta pembatasan cacat dan pencegahan tersier
berupa rehabilitasi medic yang secara maksimal dilakukan oleh dokter (KepMenKes RI
No.666/MENKES/SK/IV/2007)
5.5. Rawat Inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi observasi, diagnosa,
pengobatan, keperawatan, rehabilitasi medik dengan menginap diruang rawat inap pada sarana
kesehatan yang oleh karena penyakitnya penderita harus menginap. (KepMenKes RI No.
666/MENKES/SK/VI/2007)

6. PERNYATAAN KEBIJAKAN
6.1. Akses, ketepatan pelayanan dan pengobatan tidak tergantung pada kemampuan pasien untuk
membayar atau sumber pembiayannya.
6.1.1. Semua pasien yang datang ke Unit Emergency harus melalui Triage dan segera diberikan
pertolongan pertama tanpa membedakan suku, agama dan status sosial ekonomi
6.1.2. Setiap pasien yang datang berobat ke Unit Emergency dengan kasus gawat maupun tidak
gawat harus diberikan pelayanan yang cepat, tepat dan efisien
6.1.3. Terhadap pasien yang gawat dilakukan perawatan, tindakan dan observasi kegawatan
secara intensif oleh dokter dan perawat sampai dengan kondisi klinis pasien stabil, tanpa
mempertimbangkan biaya dan sumber pembiayaannya
6.1.4. Pada pasien yang sudah dalam perawatan namun mengalami kesulitan dalam pembiayaan
perawatannya, maka yang bersangkutan dianjurkan untuk berkonsultasi dengan bagian
keuangan rumah sakit. Pada kondisi demikian perawatan, tindakan dan observasi yang
diberikan kepada pasien tetap sama seperti kepada pasien lainnya.

6.2. Akses pada ketepatan pelayanan oleh petugas kesehatan tidak bergantung pada hari dan
waktu kerja
6.2.1. Pada setiap unit pelayanan tersedia jadwal tugas yang mencerminkan jumlah, jenis atau
kategori serta penentuan penanggung jawab atau koordinator jaga pada setiap hari dan shift
jaga
6.2.2. Diluar jam kerja kantor dan hari libur ada petugas (dokter, perawat, petugas lainnya) yang
bersedia di panggil untuk menangani pasien dan kebutuhannya

6.2.3. Diluar jam kerja kantor dan hari libur ada petugas sebagai Duty Officer yang bekerja untuk
mengkoordinasikan semua kegiatan dan menjamin proses pelayanan tetap berjalan baik

6.3. Ketergantungan kondisi pasien menentukan sumber daya yang dialokasikan untuk
memenuhi kebutuhan pasien
6.3.1. Semua pasien yang datang ke Unit Emergency harus melalui Triage untuk menentukan
tingkat kegawatan dan pemberian pelayanan sesuai kategori pasien
6.3.2. Pada setiap kategori ketergantungan pasien tersedia fasilitas /sumber daya yang sesuai
6.3.3. Penentuan petugas yang menangani pasien berdasarkan kompetensi yang dimiliki dan
tingkat ketergantungan pasien

6.4. Tingkat pelayanan yang diberikan kepada pasien adalah sama diseluruh RS.
6.4.1. Tersedia sistim dan prosedur yang berlaku sama diseluruh unit pelayanan di RS
6.4.2. Semua pasien yang masuk ke rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan kebutuhannya dan sesuai dengan cakupan pelayanan
yang di sediakan oleh rumah sakit
6.4.3. Semua order pemeriksaan dan penunjang lain yang di order untuk pasien harus dituliskan
oleh dokter (mengacu pada kebijakan Medical record)
6.4.4. Pada pasien yang memerlukan tindakan pelayanan anaestesi mendapat perlakukan yang
sama
6.4.5. Proses asuhan pada pasien ditetapkan dengan pengkajian hingga evaluasi. Proses
perencanaan dibuat berdasarkan pengkajian data awal yang dibuat berdasarkan kebutuhan
pasien. Perencanaan asuhan dibuat tidak lebih dari 24 jam setelah pasien masuk perawatan.
6.4.6 Dalam pelayanan medis, pemantauan dilakukan oleh Case Manager, antara lain :
4.6.i Diagnosis harus ditegakkan paling lama 72jam setelah pasien masuk rawat
4.6.ii Menyarankan dilakukannya peninjauan kasus ( Case Review pada pasien yang
telah dirawat >7hari. Case review tersebut akan dihadiri oleh :
 DPJP
 Dokter yang terlibat
 Sub Komite Mutu – Komite Medik
 Manager Medik
4.6.iii DPJP harus membuat Rencana perawtan ( care plan ) untuk setiap pasien yang
dirawat.
6.4.7 DPJP harus melakukan pengkajian ulang ( Re-assessement ) pasien rawat inap sesuai
dengan Kebijakan Pengkajian & Pengkajian Ulang Pasien
6.4.8 Perkembangan asuhan pasien dievaluasi dan direvisi sesuai dengan pengkajian ulang yang
dilakukan oleh setiap tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

6.5 Pasien dengan kebutuhan pelayanan kwpwrawatan yang sama menerima pelayanan
keperawatan yang setingkat diseluruh Rumah sakit .
6.5.1 Petugas dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan martabat
manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna
kulit , umur , jenis kelamin, aliran politik dan agama yang dianut serta kedudukan social .
6.5.2 Tersedia standar pelayanan medic dan standar asuhan keperawatan yang sama diseluruh
unit pelayanan keperawatan.
6.5.3 Semua pelayanan yang diberikan kepada pasien baik pelayanan medis maupun pelayanan
keperawatan terintegrasi dan di dokumentasikan dalam medical record pasien yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan.

7. IMPLEMENTASI DAN TRAINING


Tersedia standar pelayanan medic dan standar asuhan keperawatan di rumah sakit dan dijalankan
oleh staff yang memberikam pelayanan .

8. MONITORING DAN KEPATUHAN


Monitoring dan kepatuhan terhadap kebijakan ini aka dilakukan melalui audit klinik.

9. DOKUMEN TERKAIT
9.1 Kebijakan Penerimaan dan Akses Pasien
9.2 Kebujakan Pengkajian dan Pengkajian Ulang Pasien
9.3 Kebijakan Pelayanan Emergency

10.REFERENSI
10.1 Undang – Undang Republik Indonesia NO. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
10.2 Undang – Undang Republik Indonesia NO. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
10.3 Standar Pelayanan Rumah Sakit di Indonesia , Direktorat Jendral Bina Pelyanan Medik
10.4 Joint Commission Internasional Accreditation Standards For Hospitals 4th edition , 2011

Anda mungkin juga menyukai