Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

(LOW BACK PAIN / LBP)

A. Pengertian Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)


Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang actual maupun
potensial. Definisi keperawatan tentang nyeri adalah, apapun yang
menyakitkan tubuh yang dikatakan individu/seseorang yang
mengalaminya, yang ada kapanpun orang tersebut mengatakannya
(Brunner & Suddarth. 2002).
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral
dan sakroiliakal, nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran
ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2000)
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya
disebabkan oleh terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi
dari nucleus pulposus,osteoartritis dari lumbal sacral pada tulang belakang
. Low Back Pain (LBP) atau Nyeri punggung bawah adalah suatu sensasi
nyeri yang dirasakan pada diskus intervertebralis umumnya lumbal bawah,
L4-L5 dan L5-S1 (Brunner & Suddarth. 2002)
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back
Pain adalah nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya
disebabkan trauma atau terdesaknya otot para vertebra atau
tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus, kelemahan
otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
B. Etiologi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
1. Perubahan postur tubuh biasanya karena trauma primer dan sekunder.
a. Trauma primer seperti : Trauma secara spontan, contohnya
kecelakaan.
b. Trauma sekunder seperti : Adanya penyakit HNP, osteoporosis,
spondilitis, stenosis spinal, spondilitis,osteoartritis.

1
2. Ketidak stabilan ligamen lumbosacral dan kelemahan otot.
3. Prosedur degenerasi pada pasien lansia.
4. Penggunaan hak sepatu yang terlalu tinggi.
5. Mengangkat beban dengan cara yang salah.
6. Keseleo.
7. Terlalu lama pada getaran.
8. Gaya berjalan.
9. Duduk terlalu lama.
10. Kurang latihan (oleh raga).
11. Olahraga (golp,tennis,sepak bola).
C. Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
1. Faktor resiko secara fisiologi.
a. Umur ( 20 – 50 tahun ).
b. Kurangnya latihan fisik.
c. Postur yang kurang anatomis.
d. Scoliosis parah.
e. HNP.
f. Spondilitis.
g. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
h. Osteoporosis.
i. Merokok.
2. Faktor resiko dari lingkungan.
a. Duduk terlalu lama.
b. Terlalu lama pada getaran.
c. Keseleo atau terpelintir.
d. Olah raga ( golp,tennis,gymnastik,dan sepak bola ).
e. Vibrasi yang lama.
3. Faktor resiko dari psikososial.
a. Ketidak nyamanan kerja.
b. Depresi.
c. Stress.

2
D. Manifestasi Klinik Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
1. Berjalan terasa kaku.
2. Tidak bias memutar punggung.
3. Pincang.
4. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
5. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
6. Nyeri otot dalam.
7. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
8. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
9. Nyeri pada pertengahan bokong.
10. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
E. Patofisiologi
Struktur spesifik dalam system saraf terlibat dalam mengubah stimulus
menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri
disebut sebagai system nosiseptif. Sensitifitas dari system ini dapat dipengaruhi
oleh sejumlah factor dan intensitas yang dirasakan berbeda di antara tiap
individu. Reseptor nyeri (nosiseptor) adalah ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak,
dimana stimuli tersebut sifatnya bisa kimia, mekanik, ataupun termal. Kornu
dorsalis dari medulla spinalis merupakan tempat memproses sensori, dimana
agar nyeri dapat diserap secara sadar, neuron pada system assenden harus
diaktifkan.
Stimulus ini akan direspon dengan pengeluaran berbagai mediator
inflamasi yang akan menimbulkan persepsi nyeri. Mekanisme nyeri merupakan
proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan sehingga proses
penyembuhan dimungkinkan. Salah satu bentuk proteksi adalah spasme otot,
yang selanjutnya dapat menimbulkan iskemia. Nyeri yang timbul dapat berupa
nyeri inflamasi pada jaringan dengan terlibatnya berbagai mediator inflamasi;
atau nyeri neuropatik yang diakibatkan lesi primer pada system saraf. Iritasi
neuropatik pada serabut saraf dapat menyebabkan dua kemungkinan.

3
Pertama, penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus saraf yang
kaya nosiseptor dari nervinevorum yang menimbulkan nyeri inflamasi. Nyeri
dirasakan sepanjang serabut saraf dan bertambah dengan peregangan serabut
saraf misalnya karena pergerakan. Kemungkinan kedua, penekanan mengenai
serabut saraf. Pada kondisi ini terjadi perubahan biomolekuler dimana terjadi
akumulasi saluran ion Na dan ion lainnya. Penumpukan ini menyebabkan
timbulnya mechano-hot spot yang sangat peka terhadap rangsang mekanikal
dan termal. Hal ini merupakan dasar pemeriksaan Laseque.

4
PATHWAY
Perubahan postur tubuh karena trauma, keseleo, ketidak stabilan
ligamen lumbosacral dan kelemahan otot

Kontraksi punggung

Tulang belakang menyerap


goncangan vertikal

Otot abdominal & thoraks Terjadi perubahan struktur dengan discus susun
melemah atas fibri fertilago dan matrik gelatinus

Fibri kartilago padat dan kurang


teratur
Mobilitas fisik terganggu
Penonjolan diskus/ kerusakan
sendi pusat
Hambatan mobilitas fisik
Menekan akar syaraf

Pelepasan
Takut bergerak
neurotransmitter

Aktivitas terganggu ketidaknyaman Transduksi,


aan modulasi, transmisi
Perawatan diri RAS teraktivasi
berkurang Nyeri dipersepsikan
REM menurun
Nyeri akut
Defisit self care
Gangguan pola
tidur

5
F. Klasifikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan pada
penderita nyeri punggung bawah karena Spondilosis. Hal ini terjadi karena
pasien selalu memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa
mempedulikan sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot
pada sisi vertebra yang sakit (Rosyadi, 2010).
G. Pemeriksaan Diagnostik Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
1. Electromyography (EMG)
2. Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis
kanal dan mielopati spinal.
3. Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)
4. Laboratorium (Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif
protein (CRP), faktor rematoid, fosfatase alkali / asam, kalsium,
Urinalisa)
H. Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
1. Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan
berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas
dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan :
jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain
korset, tongkat)
2. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas
termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat
badan posisi tubuh dan aktivitas.
3. Farmakoterapi : Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid
(nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri
radikuler. Antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker
(klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan)
4. Bedah syaraf

6
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Data fokus yang perlu dikaji:
1. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan
pengkajian)
2) Riwayat penyakit sekarang
a) Diskripsi gejala dan lamanya
b) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
c) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
d) Riwayat trauma
3) Riwayat Penyakit Sebelumnya
a) Immunosupression (supresis imun)
b) Penurunan berat badan tanpa penyebab yang jelas (kangker)
c) Nyeri yang menetap merupakan pertimbangan untuk kangker
atau infeksi.
d) Pemberatan nyeri di kala terbaraing (tumor instraspinal atau
infeksi) atau pengurangan nyeri (hernia nudeus pulposus /
HNP)
e) Nyeri yang paling berat di pagi hari (spondiloartropati
seronegatif: ankylosing spondyli-tis, artristis psoriatic,
spondiloartropati reaktif, sindroma fibromialgia)
f) Nyeri pada saat duduk (HNP, kelainan faset sendi, stenosis
kanal, kelahinan otot paraspinal, kelainan sendi sakroilikal,
spondilosis / spondilolisis / spondilolistesis, NPB-spesifik)
g) Adanya demam (infeksi)
h) Gangguan normal (dismenore, pasca-monopause
/andropause)
i) Keluhan visceral (referred pain)

7
j) Gangguan miksi
k) Saddle anesthesia
l) Kelemahan motorik ekstremitas bawah (kemungkinan lesi
kauda ekwina)
m) Lokasi dan penjalaran nyeri.
2. Aktivitas dan istirahat
Gejala: Riwayat pekerjaan yang perlu mengangkat benda berat, duduk,
mengemudi dalam waktu lama, membutuhkan papan/matras waktu tidur,
penurunan rentang gerak dari ekstrimiter pada salah satu bagian tubuh,
tidak mampu melakukan aktivitas yang biasanya dilakukan.
Tanda: Atropi otot pada bagian tubuh yang terkena, gangguan dalam
berjalan.
3. Eliminasi
Gejala: Konstribusi, mengalami kesulitan dalam defekasi, adanya
inkontenensia/retensi urine
4. Integritas Ego
Gejala: Ketakutan akan timbulnya paralysis, ansietas masalah pekerjaan,
finansial keluarga.
Tanda: Tampak cemas, defresi, menghindar dari keluarga/orang terdekat
5. Neurosensori
Gejala: Kesemutan, kekakuan, kelemahan dari tangan/kaki
Tanda: Penurunan refleks tendon dalam, kelemahan otot, hipotania, nyeri
tekan/spasme pavavertebralis, penurunan persesi nyeri (sensori)
6. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Nyeri seperti tertusuk pisau yang akan semakin memburuk dengan
adanya batuk, bersin, membengkokan badan, mengangkat defekasi,
mengangkat kaki, atau fleksi pada leher, nyeri yang tidak ada hentinya
atau adanya episode nyeri yang lebih berat secara interminten; nyeri
menjalar ke kaki, bokong (lumbal) atau bahu/lengan; kaku pada leher
(servikal). Terdengar adanya suara “krek” saat nyeri baru timbul/saat

8
trauma atau merasa “punggung patah”, keterbatasan untuk
mobilisasi/membungkuk kedepan.
Tanda Sikap: dengan cara bersandar dari bagian tubuh yang terkena,
perubahan cara berjalan: berjalan dengan terpincang-pincang, pinggang
terangkat pada bagian tubuh yang terkena, nyeri pada palpasi.
7. Keamanan
Gejala: Adanya riwayat masalah punggung yang baru saja terjadi
8. Penyuluhan dan pembelajaran
Gejala: Gaya hidup ; monoton atau hiperaktif
Pertimbangan: DRG menunjukan rata-rata perawatan:10,8 hari
Rencana pemulangan: Mungkin memerlukan batuan transportasi,
perawatan diri dan penyelesaian tugas-tugas.
B. Diagnosa Keperawatan Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain / LBP)
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan Low Back
Pain adalah :
1. Nyeri akut b.d agen injuri (fisik muskuloskeletal) dan system
syaraf vascular)
2. Kerusakan mobilitas fisik b.d nyeri, kerusakan muskula skeletal, kekakuan
sendi, kontraktur)
3. Gangguan pola tidur b.d nyeri, tidak nyaman
4. Defisit self care b.d nyeri

9
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1. Nyeri akut b/d agen injuri Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri secara kom-prehensif (lokasi,
(fisik, kelainan muskulo keperawatan selama 3 x 24 karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi).
skeletal dan system syaraf jam nyeri berkurang / 2. Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan.
vaskuler hilang dengan kriteria : 3. Gunakan teknik komunikasi terapetik untuk mengetahui
pengalaman nyeri klien.
Batasan karakteristik : - Melaporkan nyeri ber- 4. Kaji kultur / budaya yang mempengaruhi respon nyeri.
Verbal: kurang / hilang 5. Kontrol lingkungan yang dapat mempe-ngaruhi nyeri (suhu
Menarik nafas pan-jang, - Frekuensi nyeri berku- ruangan, pencahayaan, dan kebisingan)
merintih rang / hilang 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmokologi, non
Mengeluh nyeri - Lama nyeri berkurang farmakologi dan inter-personal)
· Motorik: - Ketegangan otot 7. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk me-nentukan intervensi.
- Menyeringaikan wajah. berku-rang / hilang 8. Ajarkan tentang teknik non farmakologi.
- Langkah yang ter-seok- - Dapat istirahat 9. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
seok - Skala nyeri berkurang / 10. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
- Postur yang kaku / tidak menurun 11. Tingkatkan istirahat
stabil - Klien melaporkan 12. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri
- Gerakan yang amat kebu-tuhan istirahat tidak berhasil.
lambat atau terpaksa tidur tercukupi 13. Monitor penerimaan klien tentang mana-jemen nyeri.

10
· Respon autonom - Melaporkan kondisi
- Perubahan vital sign fisik baik
- Melaporkan kondisi
psikis baik

2 Kerusakan mobilitas fi- Setelah dilakukan 1. Koreksi tingkat kemampuan mobilisasi de-ngan sekala 0-4 :
sik b.d nyeri, kerusakan tindakan keperawatan 0 : Klien tidak tergantung pada orang lain
muskuloskeletal, keka- selama 3 X 24 jam klien 1 : Klien butuh sedikit bantuan
kuan sendi atau kon- mampu mencapai 2:Klien butuh bantuan sederhana
traktur mobilitas fisik dengan kri- 3 : Klien butuh bantuan banyak
teria : 4 : Klien sangat tergantung pada pemberian pelayanan
Batasan karakteristik : 2. Atur posisi klien
- Postur tubuh kaku Mobility Level: 3. Bantu klien melakukan perubahan gerak.
tidak stabil. - Klien dapat melakukan 4. Observasi / kaji terus kemampuan gerak motorik,
- Jalan terseok-seok mobilitas secara keseimbangan
- Gerak lambat bertahap dengan tanpa 5. Ukur tanda-tanda vital sebelum dan sesudah melakukan
- Membatasi perubahan merasakan nyeri. latihan.
ge-rak yang - Penampilan seimbang 6. Anjurkan keluarga klien untuk melatih dan memberi motivasi.
mendadak atau cepat - Menggerakkan otot dan 7. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain (fisioterapi untuk
- Sakit berbalik sendi pemasangan korset)

11
- Mampu pindah tempat 8. Buat posisi seluruh persendian dalam letak anatomis dan
tanpa bantuan nyaman dengan memberikan penyangga pada lekukan
- Berjalan tanpa bantuan lekukan sendi serta pastikan posisi punggung lurus.

3. Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Peningkatan Tidur / Sleep Enhancement
nyeri, tidak nyaman keperawatan selama 3 X 1. Kaji pola tidur / pola aktivitas
24 jam klien dapat 2. Anjurkan klien tidur secara teratur
Batasan karakteristik : terpenuhi kebutuhan 3. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit dan
- Pasien menahan sa-kit tidurnya dengan criteria : terapi.
(merintih, me- - Jumlah jam tidur 4. Monitor pola tidur dan catat keadaan fisik, psykososial yang
nyeringai) cukup mengganggu tidur
- Pasien - Pola tidur normal 5. Diskusikan pada klien dan keluarga tentang tehnik peningkatan
mengungkapkan tidak - Kualitas tidur cukup pola tidur
bisa tidur karena nyeri - Tidur secara teratur
- Tidak sering terbangun Manajemen lingkungan
- Tanda vital dalam 1. Batasi pengunjung
batas normal 2. Jaga lingkungan dari bising
3. Tidak melakukan tindakan keperawatan pada saat klien tidur

12
4. Defisit self care b.d nyeri Seteleh dilakukan tindakan Self care assistance ;
keperawatan pada pasien
1. Monitor kemampuan klien untuk perawatan diri yang mandiri
selama 3 x 24 jam
2. Monitor kebutuhan klien untuk alat-alat bantu
diharapkan kebutuhan
3. Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk
perawatan diri pasien
memenuhi perawatan dirinya
dapat terpenuhi, dengan
4. Dorong klien untuk melakukan aktivitas yang mandiri sesuai
kriteria hasil :
kemampuan
- klien terbebas dari bau
badan
- Menyatakan
kenyamanan terhadap
pemenuhan kebutuhan
perawatan diri

13
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 1, EGC, Jakarta, 2002

Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah, Edisi 8, Volume 3, EGC, Jakarta, 2002

Ruth F. Craven, EdD, RN, Fundamentals Of Nursing, Edisi II, Lippincot, Philadelphia,
2000

Wim de Jong, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi Revisi, Cetakan I, EGC, Jakarta, 1997

Helman. 2010. Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.

Wilkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

14

Anda mungkin juga menyukai