Anda di halaman 1dari 18

Cerita Rakyat Malin Kundang

Dongeng Cerita Rakyat Malin Kundang

"Malin, jangan nakal. Jangan kau kejar-kejar lagi ayam jago itu. Ingat, kau sudah tidak punya ayah,
kaulah satu-satunya harapan Bunda," nasihat ibunya. Malin hanya mengangguk dan menyeringai.

Sejak ayah Malin meninggal, ibunya bekerja keras untuk menghidupi Malin. Ia membantu para
nelayan membongkar ikan hasil tangkapan di pantai. Kadang, Malin ikut dengannya. Di sana,
Malin bertemu dengan Saudagar Ali, salah satu orang kaya di kampung itu. Saudagar Ali telah
menganggap Malin seperti anaknya sendiri. Beliau mengajari Malin cara berdagang dan
mengemudikan kapal. Bagi Saudagar Ali, Malin cerdas dan dewasa, tidak seperti anak kecil pada
umumnya.

Ketika Malin beranjak dewasa, Saudagar Ali mengajaknya untuk ikut berlayar ke negeri seberang.
Di sana, ia akan mengenalkan Malin pada saudaranya yang juga memiliki usaha perdagangan.
Malin pun berpamitan pada ibunya Mande Rubayah. "Bunda, Saudagar Ali mengajakku untuk ikut
dengannya. Izinkan aku pergi Bunda, karena aku ingin bekerja di negeri seberang. Jika aku sukses,
aku akan kembali dan memboyong Bunda." Ibunya menunduk. Tak terasa, air matanya menetes.
"Bunda tak bisa melarangmu, Malin. Bunda tahu keinginanmu begitu besar," jawabnya.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba, Malin berlayar ke negeri seberang. Rasanya seperti mimpi
yang jadi kenyataan. Saat Malin sedang melamun, tiba-tiba kapal berhenti. Seperti ada sesuatu
yang menabraknya. Mendengar suara gaduh di bawah, Malin melongokkan kepalanya. Ia melihat
segerombolan orang dengan pedang terhunus menaiki kapal itu. Malin merasa tak enak. "Pasti
mereka para perompak. Aku harus segera bersembunyi," katanya dalam hati. Beruntung, ia
menemukan sebuah keranjang ikan dari bambu yang cukup besar untuk bersembunyi.

Para perompak itu mengambil semua uang dan emas milik Saudagar Ali. Mereka juga membunuh
Saudagar Ali dan anak buahnya. Malin selamat, karena para perompak itu tidak tertarik pada
keranjang bambu tempat persembunyian Malin. Mereka hanya mengobrak-abrik peti-peti yang
berisi uang dan emas. Sepeninggal para perompak itu, Malin keluar dari tempat
persembunyiannya. Ia mengemudikan kapal itu ke daratan terdekat. Malin lalu menceritakan apa
yang terjadi pada penduduk setempat. Warga bergotong royong untuk menguburkan jenazah
Saudagar Ali dan anak buahnya.

Karena tak tahu harus pergi ke mana, Malin memutuskan untuk tinggal di sana. Ia menggunakan
kapal Saudagar All untuk mengangkut barang- barang penduduk yang akan dikirim ke tempat lain.
Malin menerima bayaran dari jasa pengiriman itu. Lama kelamaan, jasa pengirimannya itu
berkembang pesat. Malin bahkan bisa membeli kapal-kapal yang lain.

Malin sekarang telah menjadi pemuda yang kaya raya. Ia menikahi seorang gadis yang cantik,
anak tetua kampung itu. Sadar bahwa istrinya berasal dari keluarga yang terpandang, Malin pun
merahasiakan asal-usulnya. Tiap kali istrinya bertanya tentang orang tuanya, Malin selalu
menjawab kalau mereka sudah meninggal. Malin mengatakan, bahwa Saudagar Ali adalah
ayahnya. Ia tak tahu bahwa ibunya menunggu dengan hati cemas di kampung halaman.
Suatu hari, Malin dan istrinya pergi berlayar. Entah mengapa, nahkoda membawa kapal itu ke arah
kampung halaman Malin. Mendekati bibir pantai, Malin tersadar. "Bukankah ini kampung
halamanku?" bisiknya cemas. Baru saja Malin ingin meminta nahkoda untuk berbalik arah, istrinya
berteriak kegirangan, "Suamiku... lihat! Kapal nelayan itu sedang membongkar ikan. Aku ingin
sekali makan ikan segar. Ayo kita turun untuk membeli ikan!" Malin tak kuasa menolak. Ia dan
istrinya berjalan menuju kapal nelayan itu. "Minggir...minggir... Saudagar Malin mau lewat..."
kata anak buah Malin.

Mande Rubayah ibu Malin yang kebetulan sedang membantu para nelayan terkesiap. "MALIN?
Apakah aku tidak salah dengar?" Mata wanita itu mencari-cari dan hatinya berdesir, "Ya, benar.
Itu Malin anakku!" Tak bisa menahan diri, ia berlari ke arah Malin. "MALIN... MALIN
KUNDANG anakku!!" teriak ibunya. Ia memeluk Malin erat-erat dan menangis. Malin kaget
bukan kepalang, ia tak siap dengan keadaan itu. Istrinya menatapnya dengan heran, "Malin,
bukankah kau bilang ibumu sudah meninggal sejak kau kecil?"

Malin cepat-cepat melepaskan diri dari pelukan ibunya. "Hei kau wanita tua, berani sekali kau
menyebutku anakmu," teriak Malin lantang.

Bunda terpana mendengar ucapan Malin itu. "Malin anakku sayang... sudah lupakah kau pada
bundamu sendiri?" ratap wanita itu.

Istri Malin berusaha menengahi keadaan, "Wahai Ibu, apakah Ibu bisa membuktikan bahwa Malin
benar-benar anak Ibu?" tanyanya dengan santun.
Cerita Rakyat Malin Kundang

"Semua orang di kampung ini tahu bahwa Malin adalah anakku. Namun jika kau tak percaya,
cobalah periksa lengan kanannya. Ada bekas luka karena patokan ayam Datuk Firman. Bunda
percaya kau masih ingat hal itu Malin," kata Bunda sambil menatap Malin tajam. Istri Malin
kemudian memeriksa lengan kanan suaminya dan benar, ada bekas luka di sana. Istrinya
memandang Malin dengan sedih, "Malin, kenapa kau mengingkari ibumu sendiri?"

"Istriku, kau harus percaya padaku. Ibuku sudah meninggal ketika melahirkanku. Tentu Ibu ini
tahu tentang luka di lenganku, karena semua orang di sini tahu cerita itu," kata Malin membela
diri.

Setelah berkata demikian, Malin mengajak istrinya pergi dari tempat itu. Mereka menaiki kapal.
Bunda menangis tersedu-sedu sambil bersimpuh di bawah kapal. "Malin anakku... jangan kau
tinggalkan Bundamu lagi, Nak... Bunda sangat merindukanmu. Kaulah satu-satunya harta Bunda
di dunia ini," ratapnya. Malin bergeming. Sambil memandang sinis ke bawah, ia meludahi ibunya.
"Dasar orang tua tak tahu diri, berani sekali kau mengaku sebagai ibuku!"

Hati wanita tua itu sakit sekali. Tanpa sadar, ia mengucap doa, "Ya Tuhan, sadarkan anak hamba.
Ia telah mengingkariku sebagai ibu yang pernah melahirkan dan menyusuinya." Seketika itu juga
langit menjadi mendung clan hujan turun deras sekali. Petir menggelegar dan angin bertiup sangat
kencang. Tiba-tiba, petir menyambar tepat di depan kaki Malin. Ajaib, di tengah gemuruh hujan,
tubuh Malin langsung kaku.

Mula-mula kakinya tak bisa digerakkan. Istrinya berteriak, "Malin, apa yang terjadi pada kakimu?
Kakimu seperti batu!" Rupanya tak hanya kakinya yang menjadi batu, perlahan- lahan seluruh
tubuhnya juga jadi batu. Malin sangat ketakutan. Ia sadar ini adalah hukuman Tuhan atas
perbuatannya. "Bunda, ampuni aku. Tolong selamatkan aku Bunda..." teriaknya. Namun semuanya
sudah terlambat. Seluruh tuhuh Malin akhirnya jadi batu.

Mulutnya menganga karena ia berteriak mohon ampun. Ibunya menangis, istri Malin pun
menangis. Mereka berdua memeluk Malin yang sudah jadi patung.

Konon kabarnya, batu yang menyerupai Malin Kundang masih dapat ditemui di Pantai Air Manis,
di sebelah selatan Kota Padang, Sumatra Barat.

Pesan dari Cerita Rakyat Malin Kundang dari Sumatera Barat untukmu adalah hormati dan sayangi
kedua orang tuamu, terutarna ibumu. Berkat doa merekalah kita bisa meraih kesuksesan.

Jangan sampai adik-adik meniru perilaku buruk Malin dalam dongeng maling kundang si anak
durhaka.
Cerita Rakyat Indonesia : Lutung Kasarung
Pada zaman dahulu kala hiduplah seorang putri bernama Purbasari. Dia merupakan anak bungsu
dari Prabu Tapa Agung yang merupakan raja kerajaan pasir batang. Purbasari memiliki enam
orang kakak perempuan yaitu Purbararang, Purbadewata, Purbaendah, Purbakancana, Purbamanik
dan Purbaleuih.

Cerita Rakyat Indonesia Lutung Kasarung

Purbasari sangat baik sifat dan kelakuannya. Dia lembut, manis budi, ddan suka menolong.
Siapapun juga yang membutuhkan pertolongan dengan senang hati dibantunya. Selain hatinya
yang elok, Purbasari juga memiliki paras yang cantik dan rupawan, setiap orang yang melihatnya
pasti jatuh hati pada pandangan pertama. Sayangnya kecantikan dan kebaikan hati purbasari tidak
menurun dari kakak sulungnya Purbararang yang berperangai sangat buruk. Walaupun cantik
Purbararang sangat kasar, sombong, kejam dan iri hati terhadap siapapun juga.

Setelah bertahta dalam waktu yang cukup lama, Prabu Tapa Agung berniat turun tahta. Telah
dipikirkan masak-masak, bahwa untuk melanjutkan kepemimpinannya dia akan menunjuk
Purbasari. Sang Prabu telah mengamati selama puluhan tahun bahwa Purbasari adalah sosok yang
paling pantas menggantikannya, bukan Purbararang walaupun Purbararang adalah anak
sulungnya. Pemikirian dari sang Prabu yang bijaksana ini terutama karena sifat dan perilaku anak
sulungnya yang buruk. Prabu Tapa agung khawatir, jika Purbararang menjadi Raja maka
ketentraman dan kedamaian kehidupan rakyat akan terganggu dan bahkan menjadi rusak akibat
kepemimpinan Purbararang yang memiliki sifat sangat buruk.

Dihadapan seluruh pembesar kerajaan dan juga ketujuh putrinya raja, Prabu Tapa Agung
menyerahkan takhtanya kepada Purbasari. Prabu Tapa Agung lantas meninggalkan istana
kerajaannya untuk memulai hidup barunya sebagai pertapa.

Purbararang sangat marah luar biasa mendapati takhta Kerajaan Pasir Batang diserahkan kepada
adik bungsunya dan tidak kepada dirinya. Maka, berselang satu hari sejak penobatan Purbasari
menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang, Purbararang menghubungi Indrajaya tunangannya.
Keduanya kemudian meminta bantuan nenek sihir untuk mencelakai Purbasari.

Nenek sihir jahat memberikan boreh (zat berwarna hitam yang dibuat dari tumbuhan) kepada
Purbararang. Nenek sihir itu berkata.” Semburkan boreh ini kewajah dan seluruh tubuh dari
Purbasari.”
Purbararang segera melaksanakan pesan dari si nenek sihir. Boreh itu disemburkan ke wajah dan
seluruh tubuh Purbasari. Akibatnya diseluruh tubuh Purbasari bermunculan bercak-bercak hitam
yang mengerikan. Dengan kondisi tersebut Purbararang memiliki alsan untuk mengusir Purbasari
dari istana.

“ Orang yang dikutuk hingga memiliki penyakit mengerikan ini tidak pantas menjadi Ratu kerajaan
Pasir Batang. Sudah seharusnya dia diasingkan ke hutan agar penyakitnya tidak menular.” Kata
Purbararang.

Purbararang kemudian mengambil tahta Kerajaan Pasir Batang. Dia memerintahkan Uwak Batara
yang merupakan penasihat istana mengasingkan Purbasari ke hutan.

Ketika Purbasari tengah diasingkan dihutan, terjadilah masalah besar di khayangan. Pangeran
Guru Minda tidak berkenan menikah dengan bidadari khayangan seperti yang diperintahkan Sunan
Ambu ibunya. Pangeran Guruminda hanya berkenan menikah dengan perempuan yang
kecantikannya setara dengan Sunan Ambu ibunya.

Sunan ambu menjelaskan bahwa sosok perempuan yang secantik dirinya hanya akan ditemui
Pangeran Guruminda di dunia manusia. Namun jika pangeran Guruminda bersikeras ingin
menemui wanita sesuai keinginannya itu, dia harus pergi ke dunia tidak dalam bentuk pangeran
Guruminda yang gagah dan tampan, melainkan harus dalam wujud penyamaran berupa lutung.”
Lutung kasarung namamu.” Kata sunan Ambu.” Apakah engkau bersedia melakukannya?”

Pangeran Guruminda menyatakan kesediannya. Setelah menjelma menjadi seekor Lutung


Kasarung, Pangeran Guru Minda segera turun ke dunia manusia. Dia tiba di hutan. Dalam waktu
singkat saja Lutung Kasarung sudah menjadi raja para lutung dan kera dihutan tersebut. Hal ini
sangat wajar karena tidak ada kera dan lutung yang mampu menandingi kesaktian, kecerdasan dan
kekuatan dari Pangeran Guruminda.

Lutung Kasarung mengetahui keburukan dan kekejaman dari Purbararang yang bertakhta sebagai
ratu di kerajaan Pasir Batang. Lutung Kasarung atau Pangeran Guruminda benar-benar ingin
memberi pelajaran kepada Ratu yang kejam tersebut. Maka, ketika dia mendengar rencana
Purbararang mencari hewan kurban di hutan, Lutung Kasarung membiarkan dirinya ditangkap
oleh orang-orang suruhan Purbararang.

Sebelum dijadikan hewan kurban, Lutung Kasrung tiba-tiba mengamuk dan menimbulkan
kerusakan di istana Pasir Batang. Para prajurit kerajaan Pasir Batang yang berniat menangkapnya
dibuat tidak berdaya. Kalang kabut semua yang berniat meringkusnya. Lutung Kasarung
sepertinya menunjukan permusuhan dengan semua prajurit Kerajaan Pasir Batang.

Melihat kondisi prajuritnya yang terus terdesak. Purbararang meminta Uwak Barata untuk
menjinakan Lutung Kasarung. Anehnya saat Uwak Batara maju ke medan laga, Lutung Kasarung
seperti tidak berniat menyakiti Uwak Batara. Bahkan saat Uwak Batara menangkapnya Lutung
Kasarung tidak melawan. Purbararang segera meminta Uwak Batara membuang Lutung Kasarung
ke hutan dimana Purbasari diasingkan. Dia menghendaki Purbasari tewas dimangsa Lutung
Kasarung yang dianggapnya sebagai hewan buas.
Uwak Batara Lengser membawa Lutung Kasarung ke hutan dimana Purbasari diasingkan. Uwak
Batara Lengser yakin bahwa Lutung Kasarung bukanlah hewan biasa, oleh karena itu dia
memberikan pesan kepada Lutung Kasarung saat mereka bertemu Purbasari.” Lutung, puteri yang
saat ini ada didepanmu adalah putri dari Prabu Tapa Agung. Ia adalah Putri yang baik hati dan
seharusnya menjadi Ratu Kerajaan Pasir Batang. Hanya karena kekuatan jahatlah dia diasingkan
dan tersingkir ke hutan ini. Oleh karena itu hendaklah engkau menjaga junjungan kami ini.”

Lutung Kasarung menganggukan kepala tanda mengerti. Maka sejak saat itu Lutung Kasarung
menjadi penjaga sekaligus menjadi sahabat dekat Purbasari. Dengan hadirnya Lutung Kasarung
disisinya membuat kesedihan Purbasari perlahan sirna. Dia mendapatkan sahabat yang menghibur
dan melindunginya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Lutung Kasarung memerintahkan
para kera untuk membawa makanan dan buah-buahan untuk Purbasari. Kelembutan hati, kebaikan
dan sifat baik Purbasari membuat Lutung Kasarung semakin lama semakin sayang kepada
Purbasari. Sedangkan sikap tanggung jawab, kepemimpinan dan kecerdasan dari Lutung Kasarung
membuat Purbasari menjadi jatuh cinta. Semakin lama mereka merasa tidak dapat dipisahkan lagi.

Tanpa diketahui Purbasari, Lutung Kasarung memohon kepada ibundannya Sunan Ambu untuk
dibuatkan taman yang indah dengan tempat pemandian untuk Purbasari. Sunan ambu lantas
memerintahkan para dewa dan para bidadari turun ke bumi untuk mewujudkan keinginan dari
putranya. Para Dewa dan Bidadari membuatkan taman dan tempat mandi yang sangat indah untuk
Purbasari. Pancurannya terbuat dari emas murni. Dinding dan lantainya terbuat dari batu pualam.
Air telaga yang mengalir berasal dari telaga kecil yang murni bersih dan dengan doa-doa dari para
dewa. Para Dewa dan Bidadari menyebut taman yang indah itu Jamban Salaka. Selain dibuatkan
telaga dan taman yang indah, para bidadari menyiapkan beberapa pakaian indah untuk Purbasari.
Pakaian itu sangat indah dan lembut. Terbuat dari awan yang lembut dengan hiasan batu-batu
permata dari dalam lautan. Tidak ada pakaian di dunia ini yang mampu menandingi keindahan
pakaian Purbasari.

Pada saat melihat telaga dengan pancuran yang indah. Purbasari segera berniat mandi untuk
membersihkan diri. Pada saat itulah boreh kutukan yang menempel di wajah dan tubuhnya
perlahan sirna. Kecantikannya telah kembali. Lutung Kasarung yang melihat hal tersebut menjadi
terperangah tidak menyangka orang yang selama ini disayangi ternyata wanita yang sangat cantik
mempesona. Bahkan kecantikan Purbasari dapat mengalahkan kecantikan dari Sunan Ambu.
Lutung Kasarung dan Purbasari sangat senang dengan keadaan ini. Walaupun Purbasari telah
kembali kewujudnya yang cantik rupawan, kasih sayang Purbasari terhadap Lutung Kasarung
tidak berkurang, malah bisa dikatakan semakin bertambah.

Kabar mengenai kembalinya kecantikan Purbasari didengar Purbararang. Purbararang tidak


percaya dengan berita ini, dia masih percaya diri karena tahu bahwa boreh yang disemburkan
kepada Purbasari mengandung kutukan yang sangat jahat dan kuat. Purbararang lantas mengajak
tunangannya untuk melihat kebenaran berita tersebut. Betapa kagetnya dia melihat Purbasari telah
kembali kesosok nya yang cantik rupawan. Purbasari terlihat semakin mempesona dengan balutan
pakaian dari para bidadari.
rambut purbasari lebih panjang dari rambut purbararang

Purbararang khawatir, telah kembalinya kecantikan adiknya Purbasari akan mengancam takhta
yang saat ini dikuasainya. Dia pun memutar otak mencari cara untuk kembali menyingkirkan
adiknya tersebut, bahkan kali ini dia berniat menyingkirkan Purbasari untuk selama-lamanya.
Purbararang lantas menantang Purbasari untuk beradu panjang rambut. Katanya.” Jika rambutku
lebih panjang dibandingkan rambut Purbasari, maka leher Purbasari harus dipenggal algojo
kerajaan.”

Purbararang menelan kekecewaan yang besar setelah terbukti rambutnya yang sebetis kalah
panjang dengan rambut Purbasari yang sepanjang tumit. Purbararang sangat malu mendapati
kekalahannya. Untuk menutupi kekalahannya. Purbararang mengemukakan tantangan baru untuk
Purbasari. Tidak tanggung-tanggung tantangan ini diucapkan didepan seluruh masyarakat
Kerajaan Pasir Batang. Dengan suara lantang agar didengar warga masyarakat, Purbararang
berkata.” Jika wajah tunanganmu lebih tampan dibandingkan wajah tunanganku, takhta Pasir
Batang akan kuserahkan kepadamu. Namun jika sebaliknya, maka engkau hendaklah merelakan
lehermu dipenggal algojo kerajaan.”

Purbasari paham dia tidak akan mampu menang pada tantangan kali ini. Namun cintanya kepada
Lutung Kasarung membuatnya tegar. Dia menggenggam tangan Lutung Kasarung. “ Aku
mencintaimu dan ingin engkau menjadi suamiku.” Ucapnya kepada Lutung Kasarung. Air mata
berlinang mengalir dikedua pipinya. Lutung Kasrung balas menggenggam tangan Purbasari
kemudian mengusap air mata dipipi putri cantik jelita itu.

Purbararang tertawa terbahak-bahak.” Monyet hitam itu tunanganmu?”

“ Iya.” Jawab Purbasari lantang dan mantap.


Sebelum Purbararang memerintahkan algojo untuk memenggal Purbasari. Lutung Kasarung tiba-
tiba duduk bersila dengan mata terpejam. Mulutnya terlihat komat-kamit. Tiba-tiba asap tebal
menyelimuti tubuh Lutung Kasarung. Tidak dalam waktu yang lama, asap tebal menghilang, sosok
lutung kasarung dengan wajah jelek, menghilang seiring berlalunya asap pekat. Berganti dengan
sosok Pangeran guru Minda yang sangat tampan dan gagah.

Terperanjatlah semua yang hadir ditempat itu mendapati keajaiban yang luar biasa tersebut. Betapa
tampannya Pangeran Guru Minda, bahkan sangat jauh melebihi ketampanan Indrajaya tunangan
dari Purbararang.

Pangeran Guruminda lantas mengumumkan bahwa ratu kerajaan Pasri Batang yang sebenarnya
adalah Purbasari. Purbararang telah mengalami kekalahan dari tantangan yang dibuatnya sendiri.

Dalam kondisi seperti itu, Purbararang tidak dapat menyangkal dan mau tidak mau mengakui
kekalahannya. Tidak ada lagi yang dapati diperbuatnya selain menyerakan takhta kerajaan pasri
batang kepada adiknya Purbasari. Dia pun memohon ampun atas kejahatan yang telah
dilakukannya bersama Indrajaya tunangannya. Dengan kebaikan hatinya, Purbasari memaafkan
kesalahan kakak sulungnya itu.

Sejak saat itu Purbasari kembali bertakhta sebagai Ratu. Segenap rakyat sangat bergembira
menyambut ratu mereka yang baru, dan sekaligus terlepas dari belenggu pemerintahan
Purbararang yang jahat. Mereka semakin berbahagia mengetahuii bahwa Ratu Mereka Purbasari
menikah dengan Pangeran guruminda yang tampan dan gagah. Purbasari dan Pangeran guruminda
pun hidup berbahagia.
Cerita Rakyat Nyi Roro Kidul Laut Selatan

Cerita Rakyat Nyi Roro Kidul Laut Selatan

Pada zaman dahulu, tepat di daerah Jawa Barat. Terdapat sebuah Kerajaan bernama Pakuan
Pajajaran. Kerajaan tersebut di pimpin oleh seorang Raja yang sangat bijaksana dan arif. Rakyat
dibawah kekuasaanya sangat bahagia dan menghormati sang raja karena kepemimpinannya
membuat hidup para rakyat sejahtera. Raja tersebut bernama Raja Prabu Siliwangi. Sang Prabu
mempunyai cukup banyak anak, salah satunya bernama Putri Kandita. Ia adalah seorang gadis
yang sangat cantik jelita, baik hati dan memiliki sifat yang sama seperti Ayahnya. Sang Prabu
Siliwangi sangat menyayangi Putri Kandita, dan Seiring bertambahkan usia, putri Kandita semakin
memiliki paras yang cantik dan area ia merupakan anak tunggal maka ialah sang calon pewaris
tahta raja Prabu Siliwangi kelak.

Mendengar keinginan Prabu Siliwangi untuk menjadikan Putri Kandita sebagai penerus tahta para
Selir dan anak-anaknya tidak setuju. Mereka tidak rela jika Putri Kandita yang akan menjadi Ratu
kelak.

Suatu hari, para Selir dan anak-anaknya berkumpul untuk merencanakan siasat jahat untuk
menyingkirkan Putri Kandita dan ibunya keluar dari Istana. Untuk melancarkan rencananya
mereka meminta bantuan kepada seorang penyihir sakti yang tiggal di sebuah desa terpencil, yang
memiliki berbagai macam ilmu hitam .

Suatu hari, Tanpa sepengetahuan raja, para selir dan anaknya mendatangi Penyihir tersebut dan
dengan memberikan imbalan yang diminta sang Penyihir, selir dan anaknya ingin putri Kandita
serta permaisurinya diberi kutukan agar tidak menjadi pewaris tahta sang raja.

Tanpa menunggu lama, sang Penyihir melaksanakan tugasnya. Dengan ilmu hitam ia menyihir
Putri Kandita dan Ibunya agar menderita penyakita Kusta. Suatu hari, ketika bangun dari tidurnya
Putri Kandita dan Ibunya berubah menjadi buruk rupa, Tubuh yang awalnya mulus, bersih dan
kuning langsat seketika langsung berubah, tubuh keduanya di penuhi dengan borok dan
mengeluarkan bau yang tidak sedap.

Putri Kandita dan sang permaisuri mengidap penyakit kusta yang tak kunjung sembuh. Prabu
Siliwangi yang merasa heran melihat penyakit aneh pada kedua orang kesayangannya itu langsung
memanggil tabib istana untuk melakukan pengobatan. Tetapi setelah dicoba dengan berbagai
macam ramuan, sang tabib istana tetap tidak dapat menyembuhkan mereka.

Penyakit Putri Kandita dan ibundanya bertambah parah. Tubuh mereka semakin lemah karena
tidak dapat mencerna makanan dan minuman. Putri Kandita yang masih muda dapat bertahan
menghadapi penyakit yang dideritanya. Namun, Sang ibunda yang sudah tua ternyata tidak dapat
bertahan hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir.

Putri Kandita dan raja sangat terpukul dengan meninggalnya permaisuri. Selama berhari-hari, Raja
Prabu Siliwangi termenung sendirian, ia merasa sangat sedih karena orang yang paling di
cintainya sudah meninggalkan dunia terlebih dahulu. Namun, sang Prabu pun merasa sangat sangat
terpikul melihat kondisi Putri Kandita yang tidak menunjukkan tanda-tanda kesembuhannya. Ia
merasa sangat cemas karena Putri Kandita yang akan menggantikan meneruskan tahta Kerajaan.

Suatu hari, para Selir dan anak-anaknya datang menemui Raja untuk menghasut agar Putri Kandita
di usir. Awalnya, Raja menolak. Namun, karena takut penyakitnya menular dengan terpaksa Prabu
Siliwangi menyetujui usulan tersebut.

Tanpa sepengetahuan Raja, Selir dan Saudara-saudaranya. Putri Kandita yang mendengar
pembicaraan tersebut sangat kecewa dan ia memutuskan untuk melarikan diri dari istana. Dalam
suasana hati yang sedih, bingung, dan tidak menentu Putri Kandita berjalan keluar dari istana tanpa
tujuan yang pasti.

Selama berhari-hari ia berjalan tanpa arah hingga akhirnya tiba di pesisir pantai selatan Pulau Jawa
yang memiliki banyak batu karang dan ombak besar. Di salah satu batu karang itu dia kemudian
beristirahat hingga akhirnya tertidur karena kelelahan. Dalam tidurnya, Putri Kandita bermimpi
mendengar sebuah suara gaib yang menyuruhnya menceburkan diri ke laut agar penyakitnya
sembuh dan sehat seperti sediakala.

"Ceburkanlah dirimu ke dalam laut, Putri Kandita, jika kamu ingin sembuh dari penyakitmu.
Kulitmu akan mulus seperti sedia kala."

Putri Kandita pun terbangun dari tidurnya. Ia lalu merenung meresapi kata-kata gaib tersebut
karena ragu apakah suara itu merupakan sebuah wangsit atau hanya orang iseng yang membisiki
saat dia tertidur. Tetapi setelah melihat sekeliling, sejauh mata memandang yang ada hanyalah
hamparan pasir putih beserta ombak bergulung-gulung di sekitarnya. Oleh karena itu, yakinlah
Putri Kandita bahwa suara gaib tadi merupakan sebuah wangsit yang harus dia laksanakan demi
kesembuhan dirinya.
Meyakini bahwa suara itu sebuah wangsit, Putri Kandita segera melakukan yang diperintahkan.
Sangat ajaib! Ketika menyentuh air, seluruh tubuh Putri Kandita yang dihinggapi borok
berangsur-angsur hilang dan menjadi mulus kembali.

Kesembuhan Putri Kandita tidak membuatnya kembali ke istana. Dia lebih memilih untuk
menetap di pantai selatan dan berbaur dengan penduduk sekitar yang sebagian besar berprofesi
sebagai nelayan.

Sejak tinggal disana, Putri Kandita sangat terkenal karena kecantikan yang ia miliki. Banyak
Pangeran dari berbagai kerajaan datang untuk melamarnya. Namun, dari sekian banyak yang
melamarnya Putri Kandita sama sekali tidak tertarik. Sebagian dari mereka mundur karena Putri
Kandita mengajukan syarat yang sangat sulit. Salah satu syaratnya adalah mengadu kesaktianya di
atas gelombang pantai laut. Namun, sebagian dari mereka yang menerima syarat.

Ternyata, dari sekian banyak lelaki yang beradu kesaktian, tak seorang pun mampu mengalahkan
Putri Kandita. Mereka akhirnya menjadi pengikut setia yang selalu mengawal Sang Putri ke mana
pun dia pergi. Sejak itulah, Putri Kandita dikenal sebagai Ratu Penguasa Laut Selatan Pulau Jawa
yaitu Nyai Roro Kidul.
Cerita Rakyat Si Pitung : Jagoan Dari Betawi

Cerita Rakyat Si Pitung dari Betawi

Hati si Pitung geram sekali. Sore ini ia kembali melihat kesewenang-wenangan para centeng
Babah Liem. Babah Liem atau Liem Tjeng adalah tuan tanah di daerah tempat tinggal si Pitung.
Babah Liem menjadi tuan tanah dengan memberikan sejumlah uang pada pemerintah Belanda,
Selain itu, ia juga bersedia membayar pajak yang tinggi pada pemerintah Belanda. Itulah sebabnya,
Babah Liem mempekerjakan centeng-centengnya untuk merampas harta rakyat dan menarik pajak
yang jumlahnya mencekik Ieher.

Si Pitung bertekad, ia harus melawan para centeng Babah Liem. Untuk itu ia berguru pada Haji
Naipin, seorang ulama terhormat dan terkenal berilmu tinggi. Haji Naipin berkenan untuk
mendidik si Pitung karena beliau tahu wataknya. Ya, si Pitung memang terkenal rajin dan taat
beragama. Tutur katanya sopan dan ia selalu patuh pada kedua orangtuanya, Pak Piun dan Bu
Pinah.

Beberapa bulan kemudian, si Pitung telah menguasai segala ilmu yang diajarkan oleh Haji Naipin.
Haji Naipin berpesan, "Pitung, aku yakin kau bukan orang yang sombong. Gunakan ilmumu untuk
membela orang-orang yang tertindas. Jangan sekali-kali kau menggunakannya untuk menindas
orang lain." Si Pitung mencium tangan Haji Naipin lalu pamit. Ia akan berjuang melawan Babah
Liem dan centeng-centengnya.

"Lepaskan mereka!" teriak si Pitung ketika melihat centeng Babah Liem sedang memukuli seorang
pria yang melawan mereka.
Cerita Rakyat Si Pitung

"Hai Anak Muda, siapa kau berani menghentikan kami?" tanya salah satu centeng itu.

"Kalian tak perlu tahu siapa aku, tapi aku tahu siapa kalian. Kalian adalah para pengecut yang
bisanya hanya menindas orang yang lemah!" jawab si Pitung.

Pemimpin centeng itu tersinggung mendengar perkataan si Pitung. Dia lalu memerintahkan anak
buahnya untuk menyerang si Pitung. Namun semua centeng itu roboh terkena jurus-jurus si Pitung.
Mereka bukanlah lawan yang seimbang baginya. Mereka Ian terbirit-birit, termasuk pemimpinnya.

Sejak saat itu, si Pitung menjadi terkenal. Meskipun demikian ia tetaplah si Pitung yang rendah
hati dan tidak sombong.

Sejak kejadian dengan para centeng Babah Liem, si Pitung memutuskan untuk mengabdikan
hidupnya bagi rakyat jelata. Ia tak tahan menyaksikan kemiskinan mereka, dan ia muak melihat
kekayaan para tuan tanah yang berpihak pada Belanda.

Suatu saat ia mengajak beberapa orang untuk bergabung dengannya. Mereka merampok rumah
orang-orang kaya dan membagikan hasil rampokan tersebut pada rakyat jelata. Sedikit pun ia tak
pernah menikmati hasil rampokan itu secara pribadi.

Rakyat jelata memuji-muji kebaikan hati si Pitung. Sebaliknya, pemerintah Belanda dan para tuan
tanah mulai geram.

Apalagi banyak perampok lain yang bertindak atas nama si Pitung, padahal mereka bukanlah
anggota si Pitung. Pemerintah Belanda kemudian mengeluarkan perintah untuk menangkap si
Pitung. Meskipun menjadi buronan, si Pitung tak gentar. Ia tetap merampok orang-orang kaya,
dengan cara berpindah tempat agar tak mudah tertangkap.

Kesal karena tak bisa menangkap si Pitung, pemerintah Belanda menggunakan cara yang licik.
Mereka menangkap Pak Piun dan Haji Naipin. Salah satu pejabat pemerintah Belanda yang
bernama Schout Heyne mengumumkan bahwa kedua orang tersebut akan dihukum mati jika si
Pitung tak menyerah. Berita itu sampai juga ke telinga si Pitung. Ia tak ingin ayah dan gurunya
mati sia-sia. Ia lalu mengirim pesan pada Schout Heyne. Si Pitung bersedia menyerahkan diri jika
ayah dan gurunya dibebaskan. Schout Heyne menyetujui permintaan si Pitung. Pak Piun
dibebaskan, tapi Haji Naipin tetap disandera sampai si Pitung menyerahkan diri. Akhirnya si
Pitung muncul. "Lepaskan Haji Naipin, dan kau bebas menangkapku," kata si Pitung. Schout
Heyne menuruti permintaan tersebut. Haji Naipin pun dilepaskan.

"Pitung, kau telah meresahkan banyak orang dengan kelakuanmu itu. Untuk itu, kau harus
dihukum mati," kata Schout Heyne.
"Kau tidak keliru? Bukannya kau dan para tuan tanah itu yang meresahkan orang banyak? Aku
tidak takut dengan ancamanmu," jawab si Pitung.

"Huh, sudah mau mati masih sombong juga. Pasukan, tembak dia!" perintah Schout Heyne pada
pasukannya.

Pak Piun dan Haji Naipin berteriak memprotes keputusan Schout Heyne. "Bukankah anakku sudah
menyerahkan diri? Mengapa harus dihukum mati?" ratap Pak Piun. Namun Schout Heyne tak
perduli, baginya si Pitung telah mengancam jabatannya.

Suara rentetan peluru pun memecahkan kesunyian, tubuh si Pitung roboh bersimbah darah terkena
peluru para prajurit Belanda. Pak Piun dan Haji Naipin sangat berduka. Mereka membawa pulang
jenazah si Pitung kemudian menguburkannya. Berkat jasa-jasanga, bangak sekali orang yang
mengiringi pemakamannga dan mendoakannga. Meskipun ia telah tiada, si Pitung tetap dikenang
sebagai pahlawan bagi rakyat jelata.
Cerita Rakyat Jawa Tengah : Cerita Rakyat Timun Mas
Mbok Sarni tinggal sebatang kara di hutan yang sepi. Ia sangat menginginkan kehadiran seorang
anak. Tiap hari ia tiada henti selalu berdoa, "Tuhan, karuniai seorang anak padaku. Sesungguhnya
hidupku sangat sepi. Jika engkau mengaruniai aku seorang anak tentunya aku akan semakin
bersyukur dan taat kepadamu."

Cerita Rakyat Timun Emas

Suatu hari, raksasa yang kebetulan lewat mendengar doa Mbok Sarni. Dengan suaranya yang
menggelegar, raksasa itu bertanya, "Hei wanita tua! Apakah kau sungguh-sungguh menginginkan
seorang anak?"

Mbok Sarni terkejut. Dengan gemetar, ia menjawab, "Benar sekali. Aku mendambakan seorang
anak yang bisa menemaniku. Namun sepertinya hal itu tak mungkin, usiaku sudah tua, dan
suamiku telah meninggal."

"Ha... ha... ha... aku bisa mengabulkan keinginanmu dengan mudah, tapi tentu ada syaratnya.
Apakah kau bersedia?" tanga si raksasa.

"Baiklah, aku bersedia," sahut Mbok Sarni menjawab walau hatinya takut melihat sosok raksasa
yang besar dan seram.

"Peliharalah anak yang kuberikan padamu nanti. Beri ia makan yang bangak supaya gemuk. Aku
akan menjemputnya saat ia berusia 6 tahun." Ucap si Raksasa menggelegar.

"Menjemputnya? Untuk apa?" tanya Mbok Sarni heran.

"Tentu saja untuk kumakan. Anak yang gemuk adalah hidangan yang paling aku sukai. Ha... ha...
ha...", raksasa tergelak. Suaranya menggelegar menggetarkan hutan yang tadinya sepi.
Tidak ada pilihan lain, Mbok Sarni menerima syarat tersebut. Raksasa itu memberinya segenggam
biji mentimun untuk ditanam.

Mbok sarni pun mengikuti saran si Raksasa untuk menanam biji mentimun yang didapatkanya.
Biji itu tumbuh dan berbuah dalam waktu singkat, dalam beberapa hari saja pohon mentium
tumbuh dengan buahnya yang sangat besar siap untuk dipanen. Betapa terkejutnya Mbok Sarni
ketika sedang memetik salah satu mentimun, di hadapannya terdapat bayi perempuan yang cantik.
Bayi itu dinamai Timun Mas, karena ia lahir dari mentimun yang berwarna keemasan.

Hari ini Timun Mas genap berusia 6 tahun. Mbok Sarni ingin memasak nasi kuning sebagai ucapan
syukur. Ketika ia sedang sibuk di dapur, Bumi bergetar. Buumm... bumm... buumm... seperti
langkah kaki raksasa. "Gawat, raksasa itu sudah datang. Untung Timun Mas sedang pergi. Aku
harus mencari akal untuk mengusir raksasa itu," kata Mbok Sarni dalam hati

"Hai, Ibu Tua... keluarlah! Mana anakmu?" teriak raksasa itu.

Mbok Sarni cepat keluar menghampiri si Raksasa, "Sabar, aku akan menyerahkannya padamu,
tapi

apakah kau mau? Tubuhnya masih kecil dan kurus, aku rasa ia belum cukup lezat untuk kau
makan,"

"Hah? Berarti kau tidak menjaganya dengan balk! Mana anak itu?" teriak raksasa lagi.

"Ia sedang pergi. Percayalah padaku, kembalilah dua tahun lagi, aku jamin ia sudah gemuk," jawab
Mbok Sarni. Raksasa itu percaya pada perkataan Mbok Sarni. "Dua tahun bukanlah waktu yang
lama," pikirnya.

Sepeninggal raksasa, Mbok Sarni mencari akal untuk menyelamatkan Timun Mas. Ia juga berdoa
supaya Tuhan memberinya jalan keluar. Suatu malam, Tuhan menjawab doanya. Mbok Sarni
bermimpi bertemu dengan seorang pertapa di gunung. Pertapa itu menguruh Timun Mas untuk
menemuinya. Ia akan menolong Timun Mas. Saat Mbok Sarni terbangun, ia merasa tak ada
salahnya untuk mencari pertapa itu. Ia lalu menceritakan semuanya pada Timun Mas, termasuk
perjanjiannya dengan raksasa. Timun Mas memang anak pemberani, ia tak takut ketika tahu bahwa
raksasa akan menyantapnya. Timun Mas bertekad untuk menemui pertapa di gunung. Sebelum
berangkat, ia memohon restu pada ibunya.

Setelah berhari-hari mendaki, Timun Mas akhirnya mencapai puncak gunung. Ia melihat seorang
lelaki tua berambut putih dan berjubah putih. "Permisi, Kek. Namaku Timun Mas. Ibuku bilang,
Kakek akan membantuku melawan raksasa jahat yang hendak menyantapku," sapa Timun Mas.

"Oh, kau yang bernama Timun Mas? Ya, aku memang mendatangi ibumu lewat mimpi. Cucuku,
jika raksasa itu kembali, berlarilah dengan kencang," pesan si pertapa itu.

"Langkah kakinya lebar, aku pasti mudah tertangkap," kata Timun Mas heran.
"Ambillah empat buah bungkusan kecil ini. Lemparkan satu persatu ketika kau melarikan diri,"
jawab pertapa itu dengan tegas.

Timun Mas paham. Ia lalu pamit pulang.

Dua tahun berlalu. Saatnya raksasa kembali untuk mengambil Timun Mas. Benar saja, tiba-tiba
terdengar langkah kaki dan teriakan menggelegar, "Mbok Sarni! Mana anakmu? Aku sudah lapar!"
teriaknya.

"Kumohon, jangan makan dia," pinta Mbok Sarni.

"Enak saja. Kau sudah berjanji, kau tak boleh mengingkarinya!" jawab raksasa. Dengan terpaksa,
Mbok Sarni membawa Timun Mas menemui raksasa itu.

Timun Mas berbisik padanya, "Jangan khawatir, Bu."

"Hahaha... wah... ibumu benar-benar merawatmu dengan baik. Badanmu cukup berisi, pasti
dagingmu nikmat sekali."

Timun Mas menjawab, "Dasar raksasa rakus, makanlah aku jika bisa!"

Setelah berkata demikian, Timun Mas lari sekencang-kencangnga. Dengan marah, raksasa itu
segera mengejarnya. Timun Mas terus berlari dan berlari. Namun, ia mendengar Iangkah kaki
raksasa itu semakin mendekat.

Timun Mas segera membuka bungkusan pemberian kakek pertapa itu. Bungkusan pertama,
ternyata berisi biji mentimun. Ia melemparkannya ke arah raksasa. Keajaiban pun terjadi. Biji
mentimun itu berubah menjadi ladang timun yang buahnya sangat banyak. Langkah raksasa
tertahan oleh ladang timun itu. Dengan susah payah ia harus melewati rintangan dan batang-batang
pohon yang meliliti tubuhnya. Namun, ia berhasil meloloskan diri. Ia bertambah marah.

Timun Mas menoleh ke belakang, "Gawat, ia berhasil lolos. Aku harus segera membuka
bungkusan kedua," pikirnya. Bungkusan kedua itu berisi jarum. Timun Mas melemparkan jarum-
jarum itu. Apa yang terjadi? Jarum-jarum itu berubah menjadi pohon-pohon bambu yang tinggi
dan berdaun lebat. Raksasa harus bekerja keras menerobos pohon-pohon bambu itu. Badannya
terluka karena tergores batang-batang bambu. Meskipun tubuhnya berdarah, ia pantang menyerah.
Justru larinya semakin kencang setelah berhasil melewati hutan bambu yang dibuat Timun Mas.
Ia kesal karena dipermainkan oleh Timun Mas.
Timun Mas membuka bungkusan ketiga. Sambil terus berlari, ia me lemparkan isi bungkusan itu,
yaitu garam. Lagi-lagi keajaiban terjadi. Ga ram itu berubah menjadi lautan yang luas. Namun,
lautan itu tak menjadi penghalang bagi raksasa. Ia berenang melintasi lautan itu, dan berhasil
mencapai tepi. Raksasa mulai kelelahan, tapi mengingat lezatnya daging Timun Mas, ia kembali
bersemangat berlari.

Timun Mas ketakutan melihat kekuatan raksasa itu. Bungkusan ter akhir adalah harapan satu-
satunya. Sambil berdoa, Timun Mas membuka bungkusan keempat. Isinya terasi. Sekuat tenaga,
Timun Mas melemparkan terasi itu ke arah raksasa. Apa yang terjadi? Terasi itu berubah menjadi
lautan lumpur yang panas mendidih. Raksasa yang berlari kencang tak dapat menghentikan
langkahnya. Ia pun terperosok ke dalam lumpur. Ia berteriak dan meronta. Namun semakin ia
meronta, semakin dalam lumpur itu mengisap tubuhnya. Ia akhirnya tenggelam ke dalam lumpur
panas.

Timun Mas menghentikan langkahnya. Ia lega karena berhasil menyelamatkan diri. Dengan
kelelahan ia berjalan pulang ke rumahnya.

Mbok Sarni, yang terus menangis sepeninggal Timun Mas, sangat bahagia melihat kepulangan
putrinya. Mereka berpelukan dan mengucap syukur pada Tuhan atas pertolonganNya. Sejak saat
itu, Mbok Sarni hidup bahagia bersama Timun Mas.

Anda mungkin juga menyukai