Anda di halaman 1dari 14

Ali Al-Jufri

Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman

Al-Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri


Syekh al-Habib
Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman
al-Jufri

Habib Ali Al-Jufri

Nama dan Gelar

Semua Gelar

Gelar (Islam) Syekh al-Habib

Nama

Nama Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman

Kelahirannya

Tanggal lahir (H) 20


Tanggal lahir (M) 16

Bulan lahir (H) Safar

Bulan lahir (M) April

Tahun lahir (H) 1391

Tahun lahir (M) 1971

Tempat lahir Jeddah

Negara lahir Jeddah 


(penguasa wilayah)

Nama ayah Habib Abdurrahman bin Ali Al-Jufri

Hari lahir Jumat

Usia (Tahun hijriyah)

± 51 Tahun

Usia (Tahun masehi)

± 49 Tahun

Agama, Identitas, Kebangsaan

Agama Islam

Etnis (Suku bangsa)

Marga al-Jufri

Etnis Alawiyyin
(Suku bangsa)
Kebangsaan Arab

Kewarganegaraan

Kewarganegaraan  Uni Emirat Arab[1]

KembangkanNasab

KembangkanDakwah, Ketokohan & Pengaruh

KembangkanPenghargaan

KembangkanSitus Web & Sosial Media

Bantuan kotak info

Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri dilahirkan di kota Jeddah, Arab


Saudi tepat sebelum fajar pada hari Jum'at, 16 April 1971 bertepatan 20 Safar 1391
H, dari orang tua yang masih keturunan Imam Hussein bin Ali ra.

Habib Ali al-Jufri mempunyai penampilan fisik yang menonjol: tampan, berkulit putih,
tinggi, besar, berjenggot tebal dan rapi tanpa kumis, sehingga kehadirannya di suatu
majelis sering menyita perhatian orang. Tetapi kelebihannya bukan itu, jika berbicara
di forum, orang akan dibuat kagum dengan penguasaannya dalam ilmu Agama
cukup luas dan mendalam serta kaitannya dengan masalah-masalah kontekstual di
era modern. Intonasi suaranya membuat orang tak ingin berhenti mengikuti
pembicaraannya. Pada saat tertentu, suara dan ungkapan-ungkapannya
menyejukkan hati pendengarnya. Tapi di saat yang lain, suaranya meninggi,
menggelegar, bergetar, membuat mereka tertunduk, lalu mengoreksi diri sendiri.

Materi yang dibawakan bukan hanya mengandalkan retorika semata, melainkan


penuh dengan pemahaman-pemahaman baru, sarat dengan informasi penting, dan
ditopang argumentasi-argumentasi yang kukuh. Wajar ceramahnya mampu
menyentuh kalbu dan membuat audiense seperti memperoleh tambahan ilmu dan
wawasan baru, juga semangat dan tekad baru untuk mengoreksi diri sendiri dan
membuat 'perubahan'.

Mungkin itu sebabnya, Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufri menjadi sosok ulama dan
da'i muda yang nama dan kiprahnya dikenal luas di berbagai negeri muslim, bahkan
juga di dunia Barat.

Adi Hidayat
Adi Hidayat

Ustadz
Adi Hidayat
Lc., M.A.

Nama dan Gelar

Semua Gelar

Gelar akademik (Sufiks) Lc., M.A.

Gelar Ustadz

(Islam/Sosial)

Nama

Nama Adi Hidayat

Kelahirannya

Tanggal lahir

11 September 1984 (umur 36)

Tempat lahir

 Pandeglang, Banten

Agama, Identitas, Kebangsaan

Agama Islam
Etnis (Suku bangsa)

Kebangsaan  Indonesia

KembangkanPendidikan

KembangkanWilayah aktif & Hijrah

KembangkanDakwah, Ketokohan & Pengaruh

KembangkanSitus Web & Sosial Media

Bantuan kotak info

Adi Hidayat berceramah di Masjid Al-Ukhuwah, Bandung, 2018

Ustaz Adi Hidayat, Lc., M.A. (lahir di Pandeglang, Banten, 11 September 1984;


umur 36 tahun) adalah seorang ulama asal Indonesia yang dapat menguasai isi
kitab suci Alquran beserta letak barisnya. Selain itu, ia juga menguasai ilmu hadis
dan berbagai kitab agama beserta makna dan posisinya. Pada 2013, Ustaz Adi
mendirikan Quantum Akhyar Institute[1] dan tiga tahun berikutnya ia mendirikan
Akhyar TV[2] sebagai media dakwah utama. Saat ini Ustaz Adi aktif menjadi
narasumber keagamaan baik ta’lim, seminar, dan selainnya. Ia juga aktif menulis
dan telah memiliki beberapa karya dalam bahasa Arab dan Indonesia.
Ustaz Adi Hidayat memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989
dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di
SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di
jenjang kelas IV hingga VI. Di dua sekolah dasar ini dia juga mendapat predikat
siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh
siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, dia juga
menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama. Dalam proses pendidikan dasar
ini, Adi Hidayat kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah
Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah
agama. Di madrasah ini, dia juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai
penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.
Tahun 1997, dia melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat
SMP-SMA) di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyyah Garut. Ponpes yang
memadukan pendidikan Agama dan umum secara proporsional dan telah mencetak
banyak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional. Di Ponpes inilah
ia mendapatkan bekal dasar utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik
umum maupun agama. Guru utama dia, Buya KH. Miskun as-Syatibi ialah orang
yang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan dia terhadap al-Qur’an dan
pendalaman pengetahuan.
Selama masa pendidikan ini dia telah meraih banyak penghargaan baik di tingkat
Pondok, Kabupaten Garut, bahkan Provinsi Jawa Barat, khususnya dalam hal
syarah al-Qur’an. Di tingkat II Aliyah bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam
program Daurah Tadribiyyah dari Universitas Islam Madinah di Ponpes Taruna al-
Qur’an Jogjakarta. Dia juga sering kali dilibatkan oleh pamannya KH. Rafiuddin
Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi
dakwah di wilayah Banten.
Ustaz Adi Hidayat lulus dengan predikat santri teladan dalam 2 bidang sekaligus
(agama dan umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah “konsep ESQ
dalam al-Qur’an” di hadapan tokoh pendidikan M. Yunan Yusuf. Tahun 2003, dia
mendapat undangan PMDK dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang bekerjasama dengan Universitas al-Azhar Kairo, hingga
diterima dan mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek. Tahun 2005,
dia mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyyah Dakwah
Islamiyyah Libya yang kemudian diterima, walau mesti meninggalkan program FDI
dengan raihan IPK 3,98.
Di Libya, Adi Hidayat belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan al-
Qur’an, hadis, fikih, usul fikih, tarikh, Lughah, dan selainnya. Kecintaannya pada al-
Qur’an dan Hadits menjadikan dia mengambil program khusus Lughah Arabiyyah
wa Adabuha demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat ini. Selain
pendidikan formal, dia juga ber-talaqqi pada masyayikh bersanad baik di Libya
maupun negara yang pernah dikunjunginya. Dia belajar al-Qur’an pada Syaikh
Dukkali Muhammad al-‘Alim (muqri internasional), Syaikh Ali al-Liibiy (Imam Libya
untuk Eropa), Syaikh Ali Ahmar Nigeria (riwayat warsy), Syaikh Ali Tanzania (riwayat
ad-Duri). dia juga belajar ilmu tajwid pada Syaikh Usamah (Libya). Adapun di antara
guru tafsir dia ialah Syaikh Tanthawi Jauhari (Grand Syaikh al-Azhar) dan Dr. Bajiqni
(Libya) Ilmu Hadits dia pelajari dari Dr. Shiddiq Basyr Nashr (Libya). Dalam hal Ilmu
Fiqh dan ushul Fiqh di antaranya dia pelajari dari Syaikh ar-Rabithi (mufti Libya) dan
Syaikh Wahbah az-Zuhaili (Ulama Syiria). Dia mendalami ilmu lughah melalui syaikh
Abdul Lathif as-Syuwairif (pakar bahasa dunia, anggota majma’ al-lughah), Dr.
Muhammad Djibran (pakar bahasa dan sastra), Dr. Abdullâh Ustha
(pakar nahwu dan sharaf), Dr. Budairi al-Azhari (pakar ilmu arudh), juga masyayikh
lainnya. Adapun ilmu tarikh, dia pelajari di antaranya dari Ustaz Ammar al-Liibiy
(Sejarawan Libya). Selain para masyayikh tersebut, dia juga aktif mengikuti seminar
dan dialog bersama para pakar dalam forum ulama dunia yang berlangsung di
Libya.
Di akhir 2009 dia diangkat menjadi amînul khutabâ, Ketua Dewan Khatib Jami'
Dakwah Islamiyyah Tripoli yang berhak menentukan para khatib dan pengisi di
Masjid Dakwah Islamiyyah. Dia juga aktif mengikuti dialog internasional bersama
para pakar lintas agama, mengisi berbagai seminar, termasuk acara tsaqafah
islâmiyyah di kanal At-Tawâshul TV Libya.
Awal tahun 2011 dia kembali ke Indonesia dan mengasuh Ponpes al-Qur’an al-
Hikmah Lebak Bulus. Dua tahun kemudian dia berpindah ke Bekasi dan mendirikan
Quantum Akhyar Institute, yayasan yang bergerak di bidang studi Islam dan
pengembangan dakwah. Pada November 2016, dia mendirikan Akhyar TV sebagai
media dakwah utama. Kini, Ustaz Adi Hidayat aktif menjadi narasumber keagamaan
baik ta’lim, seminar, dan selainnya. dia juga giat menulis dan telah melahirkan karya
dalam bahasa Arab dan Indonesia kurang lebih sebanyak 12 karya.[3][4][5][6].

Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Ustadz Adi Hidayat menyelesaikan pendidikan formalnya pada beberapa lembaga
berikut ini[3][7][8]:

 Pondok Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah, Garut (1997 - 2003)


 UIN Syarif HIdayatullah, Jakarta (2003 - 2005)
 Kuliyya Dakwah Islamiyyah, Tripoli, Libya (2005 - 2009)
 UIN Sunan Gunung Djati, Bandung[6]

Karya Tulis[sunting | sunting sumber]


Beberapa karya tulis Ustadz Adi Hidayat antara lain:[3]

 Minhatul Jalil Bita’rifi Arudil Khalil (tahun 2010)


 Quantum Arabic Metode Akhyar (2011)
 Ma’rifatul Insan: Pedoman Al-Qur’an Menuju Insan Paripurna (2012)
 Makna Ayat Puasa, Mengenal Kedalaman Bahasa Al-Quran (tahun 2012)
 Al-Arabiyyah Lit Thullabil Jami’iyyah (2012)
 Persoalan Hadist-hadist Populer (2013)
 Ilmu Hadist Praktis (2013)
 Tuntunan Praktis Idul Adha (2014)
 Pengantin As-Sunnah (2014)
 Buku Catatan Penuntut Ilmu (2015)
 Pedoman Praktis Ilmu Hadist (2016)
 Manhaj Tahdzir Kelas Eksekutif (2017)
 Muslim Zaman Now (2018)[9]

Umar bin Hafidz

al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz


Habib Umar pada tahun 2018 di Jakarta

Nama asal ‫عمر ﺁبن حفيظ‬

Lahir ‫عمر‬
27 Mei 1963 (umur 57)[1]

Tarim, Hadhramaut, Yaman

Tempat tinggal Tarim, Hadhramaut, Yaman

Kebangsaan Yamani

Warga negara Yamani

Pekerjaan Ulama, guru, Da'i

Organisasi Dar-al Musthafa

Dikenal atas Pendiri dan ketua

Dar-al Musthafa, Risalah Amman

Orang tua Muhammad bin Salim bin Hafiz (ayah)

Situs web www.alhabibomar.com

Etnis Arab
AL-HABIB UMAR BIN MUHAMMAD BIN SALIM BIN HAFIDZ yang dilahirkan pada
hari Senin, 27 Mei 1963 M [Kalender Hijriyah: 4 Muharram 1383][1], adalah
seorang ulama dunia era modern. al-Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman di
mana dia mengawasi perkembangan di Dar-al Musthafa dan berbagai sekolah lain
yang telah dibangun di bawah manajemennya. Dia masih memegang peran aktif
dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga dia meluangkan hampir
sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan
kegiatan-kegiatan mulianya itu[2].

Kehidupan awal

Dia terlahir di Tarim, Hadramaut, salah satu kota tertua di Yaman yang menjadi


sangat terkenal di seluruh dunia dengan berlimpahnya para ilmuwan dan para alim-
ulama yang dihasilkan kota ini selama berabad-abad[2]. Dia dibesarkan di dalam
keluarga yang memiliki tradisi keilmuan Islam dan kejujuran moral dengan ayahnya
yang adalah seorang pejuang martir yang terkenal, Sang Intelektual, Sang Da’i
Besar, Muhammad bin Salim bin Hafiz bin Shaikh Abu Bakr bin Salim[2]. Ayahnya
adalah salah seorang ulama intelektual Islam yang mengabdikan hidupnya demi
penyebaran agama Islam dan pengajaran Hukum Suci serta aturan-aturan mulia
dalam Islam[2]. Ia secara tragis diculik oleh kelompok komunis dan diperkirakan telah
meninggal[2]. Demikian pula kedua kakek dia, al-Habib Salim bin Hafiz dan al-Habib
Hafiz bin Abd-Allah yang merupakan para intelektual Islam yang sangat dihormati
kaum ulama dan intelektual Muslim pada masanya[2].

Nasab 

Dia adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari
Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-
Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah
putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-
Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera
dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari
Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera
dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-
Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali
al-‘Uraidi putera dari Ja’far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali
Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali
putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam.

Ali bin Abi Thalib


"Ali" beralih ke halaman ini. Untuk kegunaan lain, lihat Ali (disambiguasi).

'Ali bin Abi Thalib


‫علي بن أبي طالب‬
'Ali radhiallahu 'anhu

Khalifah
sudut pandang Sunni

Berkuasa 20 Juni 656 – 29 Januari 661

(4 tahun, 223 hari)

Pendahulu 'Utsman bin 'Affan

Penerus Hasan bin 'Ali

Imam
sudut pandang Syi'ah

Berkuasa 632–661

Penerus Hasan bin 'Ali

Lahir 15 September 601 (13 Rajab 21 SH)

Ka'bah, Makkah, Jazirah Arab[1]

Wafat 29 Januari 661 (21 Ramadan  40 H)

(usia 59)[2][3]

Kufah, Mesopotamia

Pemakaman Masjid Imam Ali, Najaf

Suku Bani Hasyim (Quraisy)

Nama lengkap
'Alī ibn Abī Ṭālib bahasa Arab: ‫علي ابن أبي طالب‬

Nama dan tanggal periode

Khulafaur Rasyidin: 632–661

Ayah Abu Thalib

Ibu Fatimah binti Asad

 Fathimah binti Muhammad


Pasangan
 Umamah binti Zainab

 Fathimah binti Hizam

 Laila binti Mas'ud

 Asma binti 'Umays

 Khaulah binti Ja'far

 As-Sahba' binti Rabi'ah

Anak  Hasan

 Husain

 Zainab

 Ummu Kultsum

 Muhsin

 Muhammad

 'Abbas

 'Abdullah

 Hilal

Agama Islam

Bagian dari seri tentang

Islam

Iman[tampilkan]

Ritual[tampilkan]

Teks dan hukum[tampilkan]

Sejarah dan pemimpin[tampilkan]

Firqah[tampilkan]
Budaya dan masyarakat[tampilkan]

Topik terkait[tampilkan]

  Portal Islam

 l
 b
 s

‘Alī bin Abī Thālib (Arab: ‫الب‬///‫علي بن أﺑﻲ ط‬, Persia: ‫الب‬///‫ر ابو ط‬///‫( )علی پس‬lahir sekitar
13 Rajab 23 SH/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi) adalah
khalifah keempat yang berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk
golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu sahabat utama Nabi. Secara
silsilah, 'Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad. Pernikahan 'Ali dengan Fatimah
az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad.
Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, 'Ali telah terlibat dalam berbagai peran
besar sejak masa kenabian, meski usianya terbilang muda bila dibandingkan
sahabat utama Nabi yang lain. 'Ali mengikuti semua perang, kecuali Perang Tabuk,
pengusung panji, juga berperan sebagai sekretaris dan pembawa pesan Nabi. 'Ali
juga ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada Perang Khaibar.
Sepeninggal Nabi Muhammad, 'Ali diangkat sebagai khalifah atau pemimpin umat
Islam setelah Abu Bakar, 'Umar, dan 'Utsman. Dalam sudut pandang Sunni, 'Ali
bersama tiga pendahulunya digolongkan sebagai Khulafaur Rasyidin.[4] Di sisi lain,
kelompok Syi'ah memandang bahwa 'Ali yang harusnya mewarisi kepemimpinan
umat Islam begitu mangkatnya Nabi Muhammad atas tafsiran mereka
dalam peristiwa Ghadir Khum, membuat kepemimpinan tiga khalifah sebelumnya
dipandang tidak sah. Masa kekuasaan 'Ali merupakan salah satu periode tersulit
dalam sejarah Islam karena saat itulah terjadi perang saudara pertama dalam tubuh
umat Muslim yang berawal dari terbunuhnya 'Utsman bin 'Affan, khalifah ketiga.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai status 'Ali dan hak kepemimpinannya
atas umat Islam, Sunni dan Syi'ah sepakat mengenai pribadinya yang saleh dan adil.

Anda mungkin juga menyukai