Semua Gelar
Nama
Kelahirannya
± 51 Tahun
± 49 Tahun
Agama Islam
Etnis (Suku bangsa)
Marga al-Jufri
Etnis Alawiyyin
(Suku bangsa)
Kebangsaan Arab
Kewarganegaraan
KembangkanNasab
KembangkanPenghargaan
Habib Ali al-Jufri mempunyai penampilan fisik yang menonjol: tampan, berkulit putih,
tinggi, besar, berjenggot tebal dan rapi tanpa kumis, sehingga kehadirannya di suatu
majelis sering menyita perhatian orang. Tetapi kelebihannya bukan itu, jika berbicara
di forum, orang akan dibuat kagum dengan penguasaannya dalam ilmu Agama
cukup luas dan mendalam serta kaitannya dengan masalah-masalah kontekstual di
era modern. Intonasi suaranya membuat orang tak ingin berhenti mengikuti
pembicaraannya. Pada saat tertentu, suara dan ungkapan-ungkapannya
menyejukkan hati pendengarnya. Tapi di saat yang lain, suaranya meninggi,
menggelegar, bergetar, membuat mereka tertunduk, lalu mengoreksi diri sendiri.
Mungkin itu sebabnya, Habib Ali bin Abdurrahman al-Jufri menjadi sosok ulama dan
da'i muda yang nama dan kiprahnya dikenal luas di berbagai negeri muslim, bahkan
juga di dunia Barat.
Adi Hidayat
Adi Hidayat
Ustadz
Adi Hidayat
Lc., M.A.
Semua Gelar
Gelar Ustadz
(Islam/Sosial)
Nama
Kelahirannya
Tanggal lahir
11 September 1984 (umur 36)
Tempat lahir
Pandeglang, Banten
Agama Islam
Etnis (Suku bangsa)
Kebangsaan Indonesia
KembangkanPendidikan
Pendidikan[sunting | sunting sumber]
Ustadz Adi Hidayat menyelesaikan pendidikan formalnya pada beberapa lembaga
berikut ini[3][7][8]:
Lahir عمر
27 Mei 1963 (umur 57)[1]
Tarim, Hadhramaut, Yaman
Kebangsaan Yamani
Pekerjaan Ulama, guru, Da'i
Etnis Arab
AL-HABIB UMAR BIN MUHAMMAD BIN SALIM BIN HAFIDZ yang dilahirkan pada
hari Senin, 27 Mei 1963 M [Kalender Hijriyah: 4 Muharram 1383][1], adalah
seorang ulama dunia era modern. al-Habib ‘Umar kini tinggal di Tarim, Yaman di
mana dia mengawasi perkembangan di Dar-al Musthafa dan berbagai sekolah lain
yang telah dibangun di bawah manajemennya. Dia masih memegang peran aktif
dalam dakwah agama Islam, sedemikian aktifnya sehingga dia meluangkan hampir
sepanjang tahunnya mengunjungi berbagai negara di seluruh dunia demi melakukan
kegiatan-kegiatan mulianya itu[2].
Kehidupan awal
Nasab
Dia adalah al-Habib ‘Umar putera dari Muhammad putera dari Salim putera dari
Hafiz putera dari Abd-Allah putera dari Abi Bakr putera dari‘Aidarous putera dari al-
Hussain putera dari al-Shaikh Abi Bakr putera dari Salim putera dari ‘Abd-Allah
putera dari ‘Abd-al-Rahman putera dari ‘Abd-Allah putera dari al-Shaikh ‘Abd-al-
Rahman al-Saqqaf putera dari Muhammad Maula al-Daweela putera dari ‘Ali putera
dari ‘Alawi putera dari al-Faqih al-Muqaddam Muhammad putera dari ‘Ali putera dari
Muhammad Sahib al-Mirbat putera dari ‘Ali Khali‘ Qasam putera dari ‘Alawi putera
dari Muhammad putera dari ‘Alawi putera dari ‘Ubaidallah putera dari al-Imam al-
Muhajir to Allah Ahmad putera dari ‘Isa putera dari Muhammad putera dari ‘Ali
al-‘Uraidi putera dari Ja’far al-Sadiq putera dari Muhammad al-Baqir putera dari ‘Ali
Zain al-‘Abidin putera dari Hussain sang cucu laki-laki, putera dari pasangan ‘Ali
putera dari Abu Talib dan Fatimah al-Zahra puteri dari Rasul Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam.
Khalifah
sudut pandang Sunni
Imam
sudut pandang Syi'ah
Berkuasa 632–661
Ka'bah, Makkah, Jazirah Arab[1]
(usia 59)[2][3]
Kufah, Mesopotamia
Nama lengkap
'Alī ibn Abī Ṭālib bahasa Arab: علي ابن أبي طالب
Khulafaur Rasyidin: 632–661
Anak Hasan
Husain
Zainab
Ummu Kultsum
Muhsin
Muhammad
'Abbas
'Abdullah
Hilal
Agama Islam
Bagian dari seri tentang
Islam
Iman[tampilkan]
Ritual[tampilkan]
Teks dan hukum[tampilkan]
Sejarah dan pemimpin[tampilkan]
Firqah[tampilkan]
Budaya dan masyarakat[tampilkan]
Topik terkait[tampilkan]
Portal Islam
l
b
s
‘Alī bin Abī Thālib (Arab: الب///علي بن أﺑﻲ ط, Persia: الب///ر ابو ط///( )علی پسlahir sekitar
13 Rajab 23 SH/599 Masehi – wafat 21 Ramadan 40 Hijriah/661 Masehi) adalah
khalifah keempat yang berkuasa pada tahun 656 sampai 661. Dia termasuk
golongan pemeluk Islam pertama dan salah satu sahabat utama Nabi. Secara
silsilah, 'Ali adalah sepupu dari Nabi Muhammad. Pernikahan 'Ali dengan Fatimah
az-Zahra juga menjadikannya sebagai menantu Nabi Muhammad.
Sebagai salah satu pemeluk Islam awal, 'Ali telah terlibat dalam berbagai peran
besar sejak masa kenabian, meski usianya terbilang muda bila dibandingkan
sahabat utama Nabi yang lain. 'Ali mengikuti semua perang, kecuali Perang Tabuk,
pengusung panji, juga berperan sebagai sekretaris dan pembawa pesan Nabi. 'Ali
juga ditunjuk sebagai pemimpin pasukan pada Perang Khaibar.
Sepeninggal Nabi Muhammad, 'Ali diangkat sebagai khalifah atau pemimpin umat
Islam setelah Abu Bakar, 'Umar, dan 'Utsman. Dalam sudut pandang Sunni, 'Ali
bersama tiga pendahulunya digolongkan sebagai Khulafaur Rasyidin.[4] Di sisi lain,
kelompok Syi'ah memandang bahwa 'Ali yang harusnya mewarisi kepemimpinan
umat Islam begitu mangkatnya Nabi Muhammad atas tafsiran mereka
dalam peristiwa Ghadir Khum, membuat kepemimpinan tiga khalifah sebelumnya
dipandang tidak sah. Masa kekuasaan 'Ali merupakan salah satu periode tersulit
dalam sejarah Islam karena saat itulah terjadi perang saudara pertama dalam tubuh
umat Muslim yang berawal dari terbunuhnya 'Utsman bin 'Affan, khalifah ketiga.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai status 'Ali dan hak kepemimpinannya
atas umat Islam, Sunni dan Syi'ah sepakat mengenai pribadinya yang saleh dan adil.