Anda di halaman 1dari 5

tugas yang biasanya diemban oleh seorang moderator:

1. Memulai Diskusi atau Debat:


 Membuka acara dengan sambutan atau pengantar.
 Menjelaskan tujuan dan aturan diskusi/debat.
2. Mengatur Waktu:
 Menentukan batas waktu untuk setiap pembicara atau sesi.
 Memberikan peringatan waktu kepada peserta.
3. Memoderasi Pertanyaan:
 Mengelola pertanyaan dari peserta atau audiens.
 Memastikan pertanyaan relevan dan bervariasi.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah


Subhanahu wa Ta'ala, karena atas izin-Nya kita dapat berkumpul di acara
diskusi yang sangat penting ini. Saya sebagai moderator, merasa terhormat
dapat memandu diskusi hari ini yang membahas tentang dunia Islam dan
realitas geopolitik Islam dalam konteks politik global kontemporer.

Dalam era yang penuh dinamika ini, kajian terkait dunia Islam dan
geopolitiknya menjadi semakin penting. Kita menyadari bahwa dunia
Islam memiliki peran yang signifikan dalam menyumbang pada
keragaman budaya, sejarah panjang, dan kontribusi penting terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban manusia.

Namun, kita juga tidak bisa mengabaikan realitas geopolitik Islam yang
tengah menghadapi tantangan kompleks di tengah dinamika politik global.
Melalui diskusi ini, kita berharap dapat menjelajahi isu-isu krusial yang
memengaruhi dunia Islam dan bagaimana interaksinya dalam politik
global saat ini.
dampak signifikan.

1. Pembagian wilayah oleh kekuatan kolonial Eropa seringkali tidak memperhatikan


etnis atau identitas agama lokal, menciptakan negara-negara dengan beragam
kelompok etnis dan agama.
2. Perubahan Politik: Geopolitik dunia Islam telah terpengaruh oleh perubahan politik di
tingkat nasional dan internasional.
3. Islamophobia Ekstremisme dan Terorisme DLL

Tanpa banyak kata lagi, kita telah mengundang para pembicara yang luar
biasa pembicara yang ahli di bidangnya untuk membagikan wawasan dan
pemikiran mereka, serta mengajak seluruh peserta untuk turut serta aktif
dalam diskusi ini.
Pembicara pertama telah hadir dihadapan kita:
Pakar Tafsir yang Lahir dari Keluarga Muhammadiyah dan NU

KH Ahmad Mustain Syafii adalah seorang pakar tafsir yang terkenal di kalangan umat
Muslim Indonesia. Beliau lahir pada 3 Desember 1955 di Kabupaten Pekalongan, Jawa
Tengah. Keluarganya aktif di dua ormas Islam, yaitu Nahdlatul Ulama dan
Muhammadiyah. Ahmad Mustain Syafii memulai pendidikan agamanya di Madrasah
Ibtidaiyah Muhammadiyah dan kemudian melanjutkan ke Madrasah Mu’allimin Mu’alliin
Mazroatul Ulum di Paciran.

Pada tahun 1979, beliau meraih gelar Sarjana Muda (BA) Fakultas Syariah dari Universitas
Hasyim Asy’ari dengan tugas akhir berjudul "Risalah ar-Risalah". Selanjutnya, beliau
menempuh studi doktoral dan meraih gelar sarjana lengkap di universitas yang sama
dengan konsentrasi Tafsir Hadits pada tahun 1985. Pada tahun 1993, beliau meraih gelar
Strata 1 dengan judul skripsi "Muqaranah Ta’sud Ibn Arabi dan Al-Qurtubi" di IAIN Sunan
Kalijaga.

Selanjutnya, KH Ahmad Mustain Syafii melanjutkan studi Pascasarjana di IAIN Sunan


Kalijaga pada tahun 1996 dan pada tahun 2013 melanjutkan studi doktoral (S3) di UIN
Sunan Ampel Surabaya. Beliau telah aktif dalam penelitian dan pengajaran di bidang tafsir
dan hadits, serta memiliki kontribusi yang signifikan dalam pemahaman Islam di
Indonesia. Beliau memiliki istri bernama Khadijah dan empat orang anak: Zuhaira,
Hunaiva, Ittaqi Tafuzi, dan Muhammad Mubtaghi Wajhillah.

Pembecara kedua
Muhammad Afifudin Dimyathi lahir pada 7 Mei 1979 di Jombang. Alamatnya berada di Hidayatul
Qur’an PP. Darul Ulum Rejoso Peterongan Jombang. Beliau pernah menempuh pendidikan formal di
berbagai institusi, termasuk Universitas Al Azhar di Mesir, Universitas Al-Neelain di Sudan, dan
lainnya.

Pendidikan formalnya dimulai dari Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Darul Ulum Rejoso Peterongan
hingga meraih gelar Sarjana (S3) di Universitas Al-Neelain Khartoum Sudan pada tahun 2007. Selain
itu, beliau juga menempuh pendidikan nonformal di Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Sleman
Yogyakarta.

Sebagai seorang akademisi, Muhammad Afifudin Dimyathi telah menjadi dosen di beberapa
universitas, termasuk IAIN Sunan Ampel Surabaya, UIN Malang, dan IAIN Tulung Agung. Selain
menjadi dosen, beliau juga aktif di berbagai organisasi, termasuk sebagai Katib Syuriah PBNU sejak
tahun 2019.
Dr. KH. M. Afifudin Dimyathi., L.c., M.A ini sebagai kyai muda yang produktif.
Produktivitasnya memang luar biasa, dalam decade terakhir ia telah menuliskan puluhan
kitab dan jurnal tentang bahasa dan sastra Arab hingga Tafsir Al-Qur’an. Yang menarik dari
karya Gus Awis adalah ditulis dengan bahasa Arab sebagai upaya meneruskan tradisi ulama
Nusantara terdahulu di Hijaz. Di antara karya-karyanya yaitu :

Karya Tulis

1- Sosiolinguistik, Penerbit UINSA Press.


2- Panduan Praktis Menulis Bahasa Arab, Penerbit Lisan Arabi. (an’Qur Uluumil Fii Bayaan
Mawaaridul
3- ‫موارد القرآن في علوم القرآن‬
4- ‫صفاء اللسان في اعراب القرآن‬
5- ‫مجمع البحرين في احاديث التفسير من الصحيحين‬

Sebelum kita memulai, saya mengingatkan kepada semua peserta untuk


menjaga etika diskusi, menghormati pendapat orang lain, dan
berkontribusi secara positif dalam membangun pemahaman bersama.
Mari kita berusaha mencari solusi bersama, mendorong kerjasama, dan
merangkul keberagaman untuk menghadapi tantangan bersama.

Semoga diskusi ini menjadi langkah awal yang bermakna dalam


merangkul pemahaman yang lebih mendalam terkait dunia Islam dan
geopolitiknya.

Terima kasih, dan mari kita mulai diskusi ini dengan membaca surat
alfatihah semoga ilmu yang kita dapatkan benar-benar menjadi ilmu yang
bermanfaat.
**Profil Singkat Muhammad Afifudin Dimyathi:**

Anda mungkin juga menyukai