Pembesaran dan perdarahan gingiva merupakan komplikasi oral yang paling umum
dari leukemia. Jaringan gingiva pada penderita leukemia menjadi lebih rentan terhadap
infiltrasi sel leukemia yang menyebabkan pengeluaran komponen molekul adhesi endotelial
sehingga infiltrasi leukosit meningkat.
Klasifikasi etiologi lesi gingiva pada pasien leukemia telah dibuat oleh Barrett.
Klasifikasi ini terdiri dari empat kategori yang membedakan antara lesi akibat langsung dari
proses penyakit dan perawatan penyakit serta yang disebabkan oleh efek sekunder seperti
depresi sumsum tulang dan jaringan limfoid. Kategori 1 adalah lesi yang disebabkan oleh
infiltrasi leukemia langsung disertai pembesaran pada gingiva. Kategori 2 berhubungan
langsung dengan toksisitas obat yang disebabkan oleh agen kemoterapi. Obat-obatan ini
menyebabkan perubahan yang nyata pada gingiva termasuk erosi dan ulserasi. Sebelum
transplantasi sumsum tulang, ablasi sumsum tulang dengan kemoterapi, dengan ataupun
tanpa radioterapi dapat mengakibatkan retensi epitel, yang akan terlihat memutih dan
menebalnya mukosa oral. Obat immunosuppressif siklosporin yang biasa digunakan untuk
mencegah terjadinya penolakan setelah transplantasi juga dapat menyebabkan terjadinya
hiperplasia gingiva. Kategori 3 terdiri dari efek yang merugikan dari graft versus host
reactions. Pada penyakit ini limfosit yang ditrasplantasikan bereaksi terhadap host antigens.
Lesi mukosa termasuk lichenoid striae, pelepasan epitel, erosi dan ulserasi dan dapat berguna
sebagai penanda aktivitas graft versus host reactions. D. Kategori 4 mencakup efek sekunder
dari depresi sumsum / jaringan limfoid dan juga perdarahan, ulserasi neutropeni dan rentan
terjadi infeksi mikroba. Gambaran klinis periodontal mencakup gingiva pucat, perdarahan
karena defisiensi trombosit, resistensi terhadap infeksi. Pembesaran gingiva yang paling
sering terjadi adalah pada Leukemia Monositik Akut (M5) yaitu sekitar 66,7% kemudian
Leukemia Mielomonositik Akut (M4) 18,5% dan Leukemia Mielositik Akut (M1,M2) sekitar
3,75%.7 Sel mukosa oral merupakan indeks mitotiknya yang tinggi, sering mengalami
kerusakan karena kerentanannya terhadap agen kemoterapi, menyebabkan pasien mudah
terkena mucositis dan xerostomia. Selain itu, infeksi oportunistik yang disebabkan oleh
penurunan granulosit normal. Diantara infeksi oportunistik yang ada pada kavitas oral, yang
paling sering ialah candidiasis oleh karena penggunaan anti biotik spectrum luas, kemoterapi,
kebersihan mulut yang jelek, malnutrisi, dan keadaan kesehatan umum yang buruk.
Umumnya perdarahan dan ulserasi gingiva dapat berkurang jika oral higiene yang cukup.