Analisis Garuda Word

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 2

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PT GARUDA INDONESIA (GIAA)

Dalam dunia usaha pada umumnya setiap perusahaan memiliki laporan keuangan mengenai
keadaan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan tersebut dibuat dengantujuan untuk
menganalisis kinerja, menilai kondisi, dan perkembangan keuangan perusahaan yang telah
dicapai di waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Untuk memperoleh gambaran mengenai
kondisi dan perkembangan keuangan perusahaan diperlukan adanya analisa terhadap laporan
keuangan. Dalam hal ini, analisis laporan keuangan yang digunakan adalah suatu laporan laba
rugi yang mampu menggambarkan keadaan dan perkembangan suatu perusahaan.

Sebagai perusahaan penerbangan pertama dan terbesar di Indonesia, Garuda Indonesia wajib
mempertahankan eksistensi nya dalam industry penerbangan Indonesia. Belakangan ini,
bermunculan maskapai penerbangan dengan konsep Low Cost Carrier atau penerbangan biaya
murah yang mengakibatkan Garuda Indonesia harus mengubah strategi bisnisnya. Garuda
Indonesia mendirikan Citilink sebagai Strategic Business Unit yang melayani penerbangan
dengan konsep LCC dengan tujuan menggarap pasar menegah ke bawah, sedangkan Garuda
Indonesia tetap konsisten menggarap pasar menengah ke atas. Oleh karena itu Garuda Indonesia
juga berkerja sama dengan Mahata Aero Teknologi yang berkaitan dengan kontrak perjanjian
antara anak usaha Garuda Indonesia, PT Citilink Indonesia dan Mahata Aero Teknologi untuk
penyediaan layanan konektivitas internet dalam penerbangan.

Sesuai perjanjian, Garuda Indonesia dengan Mahata menjalin kerja sama untuk penyediaan
layanan konektivitas dalam penerbangan berupa Wi-Fi, pengelolaan In-Flight Entertaiment dan
manajamen konten dengan periode kerja sama selama 15 tahun. Dari kerja sama tersebut, Garuda
Indonesia semestinya memperoleh pendapatan berupa kompensasi atas hak pemasangan
peralatan layanan tersebut. Pembayaran sejatinya dilakukan setelah penandatangan kontrak kerja
sama.

Oleh karena itu, PT Garuda Indonesia menetapkan piutang usaha tersebut menjadi pendapatan
usaha. Direktur Keuangan PT Garuda Indonesia Fuad Rizal menegaskan, hal itu tidak melanggar
Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 23 karena secara substansi pendapatan dapat dibukukan
sebelum kas diterima. PSAK 23 menyatakan, tiga kategori pengakuan pendapatan, yaitu
penjualan barang, penjualan jasa, dan pendapatan atas bunga, serta royalti dan dividen.
Seluruhnya menyatakan kriteria pengakuan pendapatan, yaitu pendapatan dapat diukur secara
andal, adanya manfaat ekonomis yang akan mengalir kepada entitas, dan adanya transfer risiko.

Hal itu membuat kontroversi karena dua komisaris Garuda Indonesia, Dony Oskaria dan Chairal
Tanjung menolak menandatangani laporan tersebut. Penolakan tersebut lantaran pendapatan
Garuda Indonesia dari kerja sama yang diteken dengan Mahata Aero Teknologi belum
dibayarkan hingga akhir tahun lalu.

Garuda Indonesia mengakui pihaknya belum mendapatkan pembayaran dari kerja sama dengan
Mahata Aero Teknologi. Padahal, dalam laporan keuangan Garuda 2018, mereka memasukkan
kerja sama ini ke pos pendapatan, sehingga perusahaan berkode bursa GIAA tersebut mampu
membukukan laba bersih US$ 809.846 atau lebih dari Rp 11 miliar. Kontrak kerja sama Garuda
dengan Mahata mencapai US$ 239,94 juta ini baru dibayarkan US$ 6,8 juta.

Analis Oso Sekuritas Sukarno Alatas mengatakan bila hal tersebut benar adanya, maka hal itu
bisa mempengaruhi cashflow perusahaan dan perhitungan valuasi akan berbeda. Laba bersih dan
rasio profitability bisa turun, sehingga bisa mempengaruhi valuasi harga saham. Jika berlarut-
larut, Sukarno bilang hal tersebut bisa memunculkan persepsi negatif bagi CGC perusahaan.
yaitu akan jadi tambahan faktor negatif, pasar akan berkurang minatnya ke saham GIAA. Meski
begitu, Sukarno mengatakan apa yang sedang menimpa GIAA merupakan sentimen jangka
pendek saja. Ia memroyeksikan setelah permasalahannya selesai, pergerakan saham perusahaan
bisa kembali positif.

Sedangkan bagi analis Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih, pencatatan tersebut mungkin
dilakukan untuk menunjang pemasukan dividen bagi pemerintah. Ia juga menambahkan bila hal
tersebut sudah diaudit maka mungkin standar akuntansi perusahaan memperbolehkan hal
tersebut. Meski begitu jika piutang yang diakui sebagai pemasukan sedang laba bersih yang
tercatat tersebut maka besar kemungkinan tanpa piutang itu GIAA masih merugi sehingga
investor harus berhati-hati dalam memutuskan investasi di emiten ini.

Anda mungkin juga menyukai