Anda di halaman 1dari 6

Sejarah Perkembangan Islam pada

masa Dinasti Umayah dan Abbasiyah

Oleh Kelompok 3 (XII A 9) :

1. Izzati Amalia Ahmada


2. Jemima Syahrotul I.
3. Khusnul Khotimah
4. Nanda Rizky
5. Nurul Ulya
6. Rizta Enggar

SMA DARUL ULUM 2 UNGGULAN BPPT


Cambridge International School ( CIS ) ID 113
JOMBANG
DINASTI BANI UMAYYAH
A. Asal-usul Dinasti Bani Umayyah
Nama ” Daulah Umayah” berasal dari nama ” Umayah ibnu” Abdi Syam ibnu ”Abdi Manaf”, yaitu
salah seorang dari pemimpin Qurays di zaman Jahiliyah. Bani Umayah merupakan keturunan
Umayah, yang masih memiliki ikatan famili dengan para pendahulu Nabi. Naiknya bani Umayah ke
puncak kekuasaan, dimulai oleh Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan, salah seorang keturunan bani umayah
dan salah seorang sahabat Nabi, dan ia menjadi bagian penting dalam setiap masa pemerintahan
para khulafa ar-rasyidun. Pada masa Ustman, Mu’awiyah diduga memiliki hubungan yang kuat
dengan Ustman, sehingga terjebak dengan praktik nepotisme dengan Mu’wiyah. Bahkan kerusakan
pemerintahan Ustman akibat nepotismenya kepada Bani Umayah, sehingga mendapatkan
tantangan dari para pendukung Ali.
Disinilah letak kepekaan nalar politik yang dimiliki Mu’awiyah mulai bekerja. Mu’awiyah pada
dasarnya termasuk politisi ulung yang mampu mengambil posisi kekuasaan dalam setiap masa
pemerintahan. Pada masa Ustman, betapa Mu’awiyah mampu membangun koalisi nepotis dengan
Ustman, sehingga Bani Umayah tetap menjadi pihak yang diuntungkan. Sementara pada masa-masa
Ali, Mu’awiyah telah mulai melakukan gerakan politik untuk meraih posisi puncak dalam
kekuasaan. Mu’awiyah mampu memanfaatkan kelemahan dan keluguan kekuasaan Ali.
Pada masa Ali masih berkuasa, Mu’awiyah telah memiliki kekuatan penuh, sehingga pada saat
Ali terbunuh, Mu’awiyah langsung mengambil alih kekuasaan dengan sangat mudah dan
terkordinasi dengan baik. Salah satu kepekaan nalar politik Mu’awiyah ialah mampu belajar pada
pengalaman yang terjadi pada tiga khalifah sebelumnya, yang berakhir dengan pembunuhan.
Pilihan memindahkan kekuasaan ke luar Jazirah Arab, menunjukkan sikap dan kecerdasan politik
Mu’awiyah dalam menghindari pergolakan antar kubu yang sangat tragis di kalangan umat Islam di
jazirah Arab bahkan sebagai upaya untuk menghindari tragedi pembunuhan yang dilakukan
terhadap tiga khalifah sebelumnya. Akhirnya, Mu’awiyah dan dinastinya mengendalikan
kekuasaannya dari luar jazirah Arab, mencoba bersebarangan dengan para pendahulu-
pendahulunya yang berkonsentrasi di wilayah jazirah Arab

B.sejarah masa kekuasaan Dinasti Umayah


Pada masa-masa Awal Mu’awiyah menjadi penguasa kekuasaan masih berjalan secara
demokratis, tetapi setelah berjalan dalam beberapa waktu, Mu’awiyah mengubah model pemerintahnya
dengan model pemerintahan monarchiheredetis (kerajaan turun temurun). yaitu sebagai berikut:
NO NAMA MASA BERKUASA
1 Mu’awiyah ibnu Abi Sufyan 661-681 M
2 Yazid ibn Mu’awiyah 681-683 M
3 Mua’wiyah ibnu Yazid 683-685 M
4 Marwan ibnu Hakam 684-685M.
5 Abdul Malik ibn Marwan 685-705 M
6 Al-Walid ibnu Abdul Malik 705-715 M
7 Sulaiman ibnu Abdul Malik 715-717 M
8 Umar ibnu Abdul Aziz 717-720 M
9 Yazid ibnu Abdul Malik 720-824 M
10 Hisyam ibnu Abdul Malik 724-743 M
11 Walid ibn Yazid 734-744 M
12 Yazid ibn Walid [ Yazid III] 744 M
13 Ibrahim ibn Malik 744 M
14 Marwan ibn Muhammad 745-750 M
C.Perkembangan peradaban ilmu pengetahuan Islam
masa pemerintahan dinasti Umayah
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Sastra-Seni
Waktu dinasti ini telah mulai dirintis jalan ilmu naqli ; berupa filsafat dan eksakta. Dan
ilmu pengetahun berkembang dalam tiga bidang, yaitu bidang diniyah, tarikh, dan
filsafat. Kota-kota yang menjadi pusat ilmu pengetahuan selama pemerintahan dinasti
Umayah, antara lain kota Kairawan, Kordoba, Granda dan lain sebagainya. Sehingga
secara perlahan ilmu pengetahuan terbagi menjadi dua macam, yaitu : pertama, Al-
Adaabul Hadits (ilmu-ilmu baru), yang meliputi : Al-ulumul Islamiyah (ilmu al-Qur’an,
Hadist, Fiqh, al-Ulumul Lisaniyah, At-Tarikh dan al-Jughrafi), Al-Ulumul Dkhiliyah (ilmu
yang diperlukan untuk kemajuan Islam), yang meliputi : ilmu thib, filsafat, ilmu pasti,
dan ilmu eksakta lainnya yang disalin dari Persia dan Romawi. Kedua : Al-Adaabul
Qadamah (ilmu lama), yaitu ilmu yang telah ada pasa zaman Jahiliyah dan ilmu di
zaman khalifah yang empat, seperti ilmu lughah, syair, khitabah dan amtsal.
Pada masa ini pula sudah mulai dirancang tentang undang-undang yang
bersumber dari al-Qur’an, sehingga menuntut masyarakat mempelajari tentang tafsir
al-Qur’an. Salah seorang ahli tafsir pertama dan termashur pada masa tersebut adalah
Ibnu Abbas. Pada waktu itu beliau telah menafsirkan al-Qur’an dengan riwayat dan
isnad, kemudian kesulitan-kesulitan dalam mengartikan al-Qur’an dicari dalam al-
hadist, yang pada gilirannya melahirkan ilmu hadist. Dan akhirnya kitab tentang ilmu
hadist sudah mulai dikarang oleh para ulama muslim. Beberapa ulama hadist yang
terkenal pada masa itu, antara lain : Abu Bakar Muhammad bin Muslim bin Ubaidilah
bin Abdullah bin Syihab az-Zuhri, Ibnu Abi Malikah (Abdullah bin Abi Malikah at-
Tayammami al-Makky, Al-Auza’i Abdurrahman bin Amr, Hasan Basri as-Sya’bi. Dalam
bidang hadist ini, Umar bin Abd Aziz secara khusus memerintahkan Ibn Syihab az-Zuhri
untuk mengumpulkan hadist. Oeh karena itu, Ibnu Syihab telah dianggap sanat berjasa
dalam menyebarkan hadist hingga menembus berbagai zaman. Sejak saat itulah
perkembangan kitab-kitab hadist mulai dilakukan.

DINASTI ABBASIYAH

A. Asal-usul Dinasti Bani Abbasiyah


Khilafah Bani Abbasyiyah adalah penerus tongkat estafet perjuangan Islam dari khilafah
bani Umayyah yang berhasil mereka gulingkan pada tahun 750 M. Akar munculnya khilafah ini
dimulai dari tindakan propaganda Abbasiyah yang dimotori oleh Ibrahim (orang Bani
Abbas/saudara Saffah) yang mendapat dukungan dari pemuka khurasan bernama Abu Muslim.
Ditambah lagi kekuatan oposisi yang semakin solid serta pemegang kursi pemerintahan bani
Umayyah semakin melemah. Dari tindakan propaganda ini akhirnya memunculkan perselisihan
seru antara bani Umayyah dan bani Abbasiyah yang diakhiri dengan jatuhnya kekuasaan Bani
Umayyah.
Dinasti Abbasiyah muncul juga tidak bisa dilepaskan dari bantuan orang-orang Persia
yang merasa bosan terhadap bani Umayyah di dalam sosial, politik dan administrasi. Orang-
orang Persia percaya kepada hak agung raja-raja (yang berasal dari Tuhan). Kekhalifahan
menurut mereka merupakan kekuasaan dari Allah. Hal ini nampak jelas dalam ucapan al-
Manshur yang menyatakan:“Innamaa Anaa Sulthaanullah fii Ardlihii” (sesungguhnya saya
adalah kekuasaan Tuhan di bumi-Nya). Dengan demikian, konsep khilafah dalam pandangannya
merupakan mandat langsung dari Allah bukan dari rakyat. Sistem kekhalifahan semacam ini
sangat berbeda dengan sistem kekhalifahan pada masa Khulafaur Rasyidun dimana
kekhalifahan mereka berasal dari rakyat. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri
dan penguasa dinasti ini adalah dari keturunan al-Abbas paman Nabi Muhammad S.A.W

.
B. Sistem Pergantian Kholifah
Sistem pemerintahan yang diterapkan bani Abbasiyah masih sama dengan
pendahulunya, bani Umayyah dengan sistem kekuasaan absolutisme. Mereka mengangkat dan
mengumumkan seorang atau dua orang putra mahkota atau saudaranya sendiri untuk terus
mempertahankan kepemerintahan. Kebijakan menerapakan sistem seperti ini tentu saja
menimbulkan kecemburuan dan kebencian diantara sesama keluarga. Sebagai contoh, tatkala
al-Manshur naik tahta, dia mengumumkan Mahdi sebagai putra mahkota pertama dan
menunjuk Isa ibn Musa, kemenakannya sebagai putra mahkota kedua. Saat itu juga al-Manshur
mengasingkan Isa sama sebagaimana yang dilakukan oleh khalifah pertama al-Shaffah.
Seluruh anggota keluarga Abbas dan pemimpin umat Islam mengangkat Abdullah al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas sebagai khalifah mereka yang pertama
walaupun masih ada Abu Ja’far (al-Manshur) yang nantinya akan menjadi khalifah yang kedua.
Kekhalifahan bani Abbasiyah berlangsung dalam rentang waktu yang sangat panjang dan pada
periode pertama (750 – 848 M) tercatat kurang lebih 10 khalifah yang memimpin dengan
silsilah keturunan sebagai berikut :
NO NAMA MASA BERKUASA
1. Saffah ibn Muhammad (132 H/750 M)
Abu Ja’far al-Manshur ibn
2. (136 H/754 M)
Muhammad
3. Mahdi ibn al-Manshur (158 H/775 M)
4. Hadi ibn Mahdi (169 H/785M)
5. Harun al-Rasyid ibn Mahdi (170 H/786M)
6. Amin ibn Harun (193 H/804 M)
7. Ma’mun ibn Harun (198 H/813 M)
8. Mu’tashim ibn Harun (218 H/833 M)
9. Watsiq ibn Mu’tashim (227 H/842 M)
10. Mutawakkil ibn Mu’tashim (232 H/848 M)

C. Perkembangan ilmu pengetahuan Islam masa pemerintahan


dinasti Abasiyah
Kemajuan yang dicapai dinasti Abbasiyah mencakup ilmu agama, filsafat dan sain (Harun
Nasution, 2001:65-69). Ilmu agama yang dikembangkan pada masa ini mencakup:
a. Ilmu Hadits
Tokohnya: Al-Bukhori dengan kitabnya al-Jam’i al-Shahih dan Tarikh al-Kabir, Muslim
dengan kitabnya Shahih Muslim, Ibnu Majjah, Abu Dawud, al-Tirmidzi, dan al-Nasa’i.
b. Ilmu Tafsir
Tokohnya: Ibnu Jarir Ath Thabari dengan karyanya Jami al-Bayan fi Tafsir al- Qur’an
sebagai pegangan pokok bagi mufassir hingga sekarang, Abu Muslim Muhammad Ibn
Bahar al-Ashfahani dengan tafsirnya Jami’ut Ta’wil, Ar-Razy dengan tafsirnya Al-
Muqthathaf.
c. Ilmu Fiqih
Tokohnya: Abu Hanifah dengan kitabnya Musnad al-Imam al-A’dhom atau Fiqh al-Akbar,
Malik dengan kitabnya al-Muwatha’, Syafi’i dengan kitabnya al-Um dan al-Fiqh al-Akbar
fi al-Tauhid, dan Ibn Hambal dengan kitabnya al-Musnad.
d. Ilmu Tasawuf atau Mistisisme Islam
Tokohnya: Abu Bakr Muhammad al-Kalabadi dengan karyanya al-Ta’arruf li Mazhab Ahl
al-Tasawuf, Abu Nasr as-Sarraj al-Tusi dengan karyanya al-Luma’, Abu Hamid al-Ghazali
dengan karyanya Ihya ‘Ulum al-Din, dan Abu Qasim Abd al-Karim al- Qusyairi dengan
karyanya Maqamat. Tokoh lainnya, Zunnun al-Misri, Abu Yazid al-Bustami, Husain Ibn
Mansur al-Hallaj, dsb.
e. Ilmu Kalam atau Theologi
Tokohnya seperti Washil bin Atha’, Ibn al-Huzail, al-Allaf, dll dari golongan Mu’tazilah,
Abu al-Hasan al-Asy’ari dan al-Maturidi dari ahli sunnah.
f. Ilmu Tarikh atau Sejarah
Tokohnya: Ibn Hisyam (abad VIII), Ibn Sa’d (abad IX), dll.
g. Ilmu Sastra
Tokohnya: Abu al-Farraj al-Isfahani dengan karyanya Kitab al-Aghani, al-Jasyiari dengan
karyanya Alfu Lailah wa Lailah di pertengahan abad X.
*kemajuan-kemajuan dalam berbagai bidang ilmu
pengetahuan, seperti:
a. Kedokteran
Tokohnya: Al-Razi dengan karyanya al-Hawi, Ibn Sina dengan karyanya al-Qanun fi al-Tibb
(Canon of Medicine) dan Materia Medica yang memuat 760 obat-obatan.
b. Ilmu Kimia
Tokohnya: Jabir Ibn Hayyan yang berpendapat bahwa logam seperti timah, besi dan tembaga
dapat diubah menjadi emas atau perak dengan menggunakan obat rahasia. Ia mengetahui cara
membuat asam belerang, asam sendawa, dan aqua regia yang dapat menghancurkan emas dan
perak.Ia juga memperbaiki teori aristoteles mengenai campuran logam.241
c. Astronomi
Tokohnya: Al-Biruni dengan kitabnya al-Hind dan al-Qanun al-Mas’udi fi al-Hai’a wa al-Nujum,
Nasiruddin Tusi menyusun tabel astronomi Ilkanian, Ibn Yunus membuat perbaikan tabel
astronomi dan Hakemite Tables, Moh. Targai Ulugh Begh (cucu Timur Lenk) menyusun kitab al-
Zij al-Sulthani al-Jadid yang berisi 1018 bintang.
d. Matematika
Tokohnya yang populer adalah al-Khawarizmi yang menemukan angka 0 (aljabar) pada abad IX.
Angka 1-9 berasal dari angka-angka Hindu di India.
e. Optik
Tokohnya adalah Ali al-Hasan ibnul Haitsam yang dikenal Alhazen, menulis sebuah buku besar
tentang optic “Optical Thesaurus”, mengoreksi teori Euclid dan Ptolemy. Ia juga
mengembangkan teori pemfokusan, pembesaran, dan inversi dari bayangan.
f. Fisika
Tokohnya Abdul Rahman al-Khazini, menulis kitab Mizanul Hikmah (The Scale of Wisdom)
tahun 1121 M.
g. Geografi
Tokohnya: Zamakhsyari (w.1144) seorang Persia, menulis kitabul Amkina wal Jibal wal Miyah
(The Book of Places, Mountains and Waters), Yaqut menulis Mu’jamul Buldan (The Persian Book
of Places) tahun 1228, Al-Qazwini menulis Aja’ib al-Buldan (The Wonders of Lands), dll.
D. Kemunduran Dinasti Abbasiyah

1. Faktor Internal
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan pribadi
dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya wilayah
kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit
dilakukuan - Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki, mengakibatkan kelompok
Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi mereka.
Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah kepada
mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok agama.
Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.

2. Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak
korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai berakhirnya
kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran, Kerajaan Usmani di Turki,
dan Kerajaan Mughal di India.

Sumber

Ahmed, Dr. Akbar S. Citra Muslim Tinjauan Sejarah dan Sosiologi. Jakarta : Erlangga, 1992
Al-Mukhdhori, Muhammad Tarikh Tasyri’ al-Islami. Tempat dan penerbit tidak disebutkan,
1981
Gibb, H.A.R. Islam dalam Lintasan Sedjarah. Jakarta : Yayasan Franklin, 1953
Hassan, Ibrahim, Sejarah Kebudayaan Islam, Yogyakarta, Kota Kembang
Khaeruman, Badri, Otentisitas Hadist : Studi Kritis Atas Hadist Kontemporer. Bandung, Rosda,
2004
Lewis, Bernard. The Crisis of Islam : Holy War and Unholy Terror, terj. Muhammad Hariri
Marzuki. Surabaya : Jawa Pos Press, 2004
Mughni, Syafiq A. Dinamika Intelektual Islam Pada Abad Kegelapan . Surabaya : LPAM, 2002
Sulaiman Schwartz, Stephen. Dua Wajah Islam : Modernisme vs Fundamentalisme dalam
Wacana Global, terj. Hodri Ariv. Jakarta : Balantika, 2007
Syalabi, Prof. Dr. A. Sejarah dan Kebudayaan Islam 2. Jakarta : Pustaka al-Husna, 2003
Yatim, M.A, Drs. Badri. Sejarah Peradaban Islam . Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1998

Anda mungkin juga menyukai