Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PENGARAHAN OLEH MANAJER


( Pengarahan Management Keperawatan )

Mata Kuliah : Manajemen Keperawatan


Dosen Pengajar : Ns. Utari CH W, M.Kep

Disusun oleh :

1. Sri Wigati (00117026)


2. Febby Nanda Ariesta Tarigan (00117012)
3. Yulina (00117031)
4. Ice Restanti (00117072)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AWAL BROS BATAM
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Pengarahan” ini dengan lancar.

Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata

kuliah Manajeman Keperawatan.

Dalam penyusunan makalah ini, kami menemui beberapa kesulitan dan

hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak,

kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Penulis harap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi

pembaca, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Konsep

Pengarahan”, khususnya bagi penulis. Makalah ini masih jauh dari sempurna,

maka penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah

yang lebih baik.

Batam, Januari 2019

Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Tujuan ................................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan .............................................................. 3
B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan ................................. 6
C. Indikator Pengarahan yang Baik ........................................................................ 8
D. Langkah Supervisi Ruang Rawat ..................................................................... 11
E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Akreditasi .................................. 14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................................... 15
B. Saran ................................................................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengarahan merupakan suatu keinginan untuk membuat orang lain

mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan

jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang

perusahaan. Termasuk didalamnya memberitahukan orang lain apa yang harus

dilakukan dengan nada yang bervariasi mulai dari nada tegas sampai meminta

atau bahkan mengancam. Tujuannya adalah agar tugas-tugas dapat terselesaikan

dengan baik (Nursalam, 2003).

Para ahli banyak berpendapat kalau suatu pengarahan merupakan fungsi

terpenting dalam manajemen. Karena merupakan fungsi terpenting maka

hendaknya pengarahan ini benar-benar dilakukan dengan baik oleh seorang

pemimpin.

Seorang manajer yang baik hendaknya sering memberi masukan-

masukan kepada anggotanya karena hal tersebut dapat menunjang prestasi kerja

anggota. Seorang anggota juga layaknya manusia biasa yang senang dengan

adanya suatu perhatian dari yang lain, apabila perhatian tersebut dapat membantu

meningkatkan kinerja mereka (Wijono, 2000).

1
Suatu pengarahan dapat diberikan pada suatu batasan, baik yang bersifat

umum maupun spesifik, tergantung pada frekuensi kerja dan motif usaha yang

dikembangkan. Pengarahan dapat diberikan sebagai suatu proses bimbingan,

pemberian petunjuk dan intruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai

dengan rencana yang telah ditetapkan.

Organisasi yang tidak secara maksimal menerapkan fungsi pengarahan,

dapat mengakibatkan antara lain : karyawan kurang disiplin, karyawan dalam

bekerja tidak sesuai dengan standar operasional prosedur yang telah ditetapkan,

atau bahkan karyawan kurang bisa menghargai peran dan fungsi pimpinan.

B. Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep dasar dan tujuan dari pengarahan

2. Untuk mengetahui kegiatan manajer keperawatan pada fungsi pengarahan

3. Untuk mengetahui indikator pengarahan yang baik

4. Untuk mengetahui langkah supervisi ruang rawat

5. Untuk mengetahui praktik pengarahan kepala ruangan sesuai standar

akreditasi

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar dan Tujuan Pengarahan

Pengarahan adalah suatu proses pembimbingan, pemberi petunjuk, dan

instruksi kepada bawahan agar mereka bekerja sesuai dengan rencana yang telah

ditetapkan. Pengarahan mencakup beberapa proses operasi standar, pedoman dan

buku panduan, bahkan manajemen berdasarkan sasaran.

Pengarahan merupakan hubungan manusia dalam kepemimpinan yang

mengikat. Para bawahan digerakkan supaya mereka bersedia menyumbangkan

tenaganya untuk secara bersama-sama mencapai tujuan suatu organisasi.

Pengarahan dalam organisasi bersifat sangat komplek karena menyangkut

manusia dengan berbagai tingkah lakunya yang berbeda-beda.

Pengarahan (Direction) adalah keinginan untuk membuat orang lain

mengikuti keinginannya dengan menggunakan kekuatan pribadi atau kekuasaan

jabatan secara efektif dan pada tempatnya demi kepentingan jangka panjang

perusahaan.

Pengarahan merupakan petunjuk untuk melaksanakan sesuatu,atau perintah

resmi seseorang pimpinan kepada bawahannya berupa petunjuk untuk

melaksanakan sesuatu.

3
Pengarahan yaitu memberi petunjuk dan menjelaskan tugas secara rinci agar

dapat terselesaikan dengan baik.

Apakah makna pengarahan dalam manajemen keperawatan? Pengarahan

yang baik akan terlihat dalam bentuk (5 W dan I H), yaitu:

1). (What) Apa yang harus dilakukan oleh staf perawat/perawat pelaksana

2). (Who) Siapa yang melaksanakan suatu pekerjaan

3). (When )Jam berapa seharusnya dilakukan (mulai jam masuk sampai jam

pulang)

4). ( How )Bagaimana caranya mengerjakan dan berapa frequensi seharusnya

dikerjakan

5). (Why ) Kenapa pekerjaan itu harus dilakukan

6).(Where) dimana? Tentunya di ruang atau tempat masing masing

Pengarahan yang dilakukan pimpinan keperawatan dapat dikatakan efektif

bila bawahan atau staf atau perawat pelaksana dapat melaksanakan semua

pekerjaan yang ditunjukkan atau diberikan kepadanya secara konsistensi dengan

kebijakan unit dan dapat melaksanakan kegiatan dengan aman dan nyaman.

Tujuan utama pengarahan yaitu fungsi memberikan perintah atau arahan.

Selain itu juga termasuk kegiatan kepemimpinan, bimbingan, motivasi dan

pengarahan agar karyawan dapat bekerja dengan lebih efektif.

Tujuan fungsi pengarahan ada lima yaitu :

1. Menciptakan kerja sama yang lebih efisien Komunikasi antara atasan dan

bawahan berpotensi menjadi lebih baik, efisiensi kerja dapat tercapai dengan

4
kontribusi kepala ruang dalam menggerakkan bawahannya, misalnya melalui

supervisi tindakan keperawatan yang dilakukan kepala ruang berdampak

pada minimalnya kesalahan tindakan yang pada akhirnya dapat menghemat

bahan, alat dan waktu dibandingkan jika terjadi kesalahan akibat dari tidak

dilakukan supervisi tindakan keperawatan oleh kepala ruang.

2. Mengembangkan kemampuan dan ketrampilan staf Supervisi, pendelegasian

merupakan sebagian kegiatan terkait dengan fungsi pengarahan. Kegiatan

tersebut memberikan peluang bagi bawahan untuk mengerjakan tugas sesuai

dengan tanggung jawabnya secara mandiri.

3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan Pengarahan yang dilakukan

kepala ruang ketika perawat melakukan kesalahan, memberi motivasi saat motivasi

menurun, memberi apresiasi saat kinerja baik akan dapat meningkatkan rasa

memiliki dan menyukai pekerjaan.

4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan motivasi

dan prestasi kerja staf Pemimpin yang baik adalah yang mampu menciptakan

suasana lingkungan yang kondusif dan menciptakan hubungan interpersonal

yang harmonis, kepemimpinan yang adil merupakan kunci sukses dalam

memberikan motivasi kerja dan meningkatkan prestasi kerja perawat

pelaksana

5. Pengarahan bertujuan membuat organisasi berkembang lebih dinamis

Pengarahan yang dilakukan oleh kepala ruang akan menjadikan hal yang

bermanfaat bagi semua perawat sehingga akan mempermudah semua

5
perawat untuk mengembangkan diri yang pada gilirannya akan membuat

organisasi berkembang lebih dinamis.

B. Kegiatan Manajer Keperawatan pada Fungsi Pengarahan

Pengarahan adalah fase kerja manajemen, dimana manajer berusaha

memotivasi, membina komunikasi, menangani konflik, kerja sama, dan negosiasi

(Marquis dan Huston, 2010). Pengarahan adalah fungsi manajemen yang

memantau dan menyesuaikan perencanaan, proses, dan sumber yang efektif dan

efisien mencapai tujuan (Huber, 2000). Pengarahan yang efektif akan

meningkatkan dukungan perawat untuk mencapai tujuan manajemen

keperawatan dan tujuan asuhan keperawatan (Swanburg, 2000). Motivasi sering

disertakan dengan kegiatan orang lain mengarahkan, bersamaan dengan

komunikasi dan kepemimpinan (Huber, 2006).

Fungsi pengarahan selalu berkaitan erat dengan perencanaan kegiatan

keperawatan di ruang rawat inap dalam rangka menugaskan perawat untuk

melaksanakan mencapai tujuan yang telah ditentukan. Kepala ruangan dalam

melakukan kegiatan pengarahan melalui: saling memberi motivasi, membantu

pemecahan masalah, melakukan pendelegasian, menggunakan komunikasi yang

efektif, melakukan kolaborasi dan koordinasi (Swanburg, 2000). Memotivasi

adalah menunjukkan arah tertentu kepada perawat atau staf dan mengambil

langkah yang perlu untuk memastikan mereka sampai pada tujuan (Soeroso,

2003).

6
Manajer keperawatan harus memiliki keterampilan komunikasi

interpersonal yang baik. Kepala ruangan setiap hari berkomunikasi dengan

pasien, staf, dan atasan setiap hari (Nursalam, 2012). Komunikasi membentuk

inti kegiatan manajemen dan melewati semua proses manajemen (Marquis dan

Huston, 2010).

Prinsip komunikasi manajer keperawatan menurut Nursalam (2012),

yaitu:

1. Manajer harus mengerti struktur organisasi, siapa yang terkena dampak dari

keputusan yang dibuat. Jaringan komunikasi formal dan informal perlu

dibangun antara manajer dan staf

2. Komunikasi bukan hanya sebagai perantara, tetapi sebagai proses yang tak

terpisahkan dalam organisasi

3. Komunikasi harus jelas, sederhana, dan tepat.

4. Perawat profesional adalah mampu berkomunikasi dengan secara adekuat,

lengkap dan cepat.

5. Manajer harus meminta umpan balik apakah komunikasi dapat diterima

6. Menjadi pendengar yang baik adalah komponen penting dalam komunikasi.

Douglas dalam Swansburg (2000) mengatakan bahwa ada dua belas

aktivitas teknis yang berhubungan dengan pengarahan pada manajemen, yaitu:

1. Merumuskan tujuan perawatan yang realistis untuk pelayanan keperawatan,

pasien dan perawat pelaksana

7
2. Memberikan prioritas utama untuk kebutuhan klien sehubungan dengan

tugas-tugas perawat pelaksana

3. Melaksanakan koordinasi untuk efisiensi pelayanan

4. Mengidentifikasi tanggung jawab dari perawat pelaksana

5. Memberikan perawatan yang berkesinambungan

6. Mempertimbangkan kebutuhan terhadap tugas-tugas dari perawat pelaksana

7. Memberikan kepemimpinan untuk perawat dalam hal pengajaran, konsultasi,

dan evaluasi

8. Mempercayai anggota

9. Menginterpretasikan protokol

10. Menjelaskan prosedur yang harus diikuti

11. Memberikan laporan ringkas dan jelas

12. Menggunakan proses kontrol manajemen

C. Indikator Pengarahan yang Baik

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengarahan Arni (2009) menyatakan

bahwa arus komunikasi melalui media pengarahan dipengaruhi oleh struktur

hierarki dalam organisasi. Namun arus komunikasi ini tidaklah berjalan lancar,

tetapi dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain sebagai berikut :

a. Keterbukaan Kurangnya sifat terbuka diantara pimpinan dan pegawai akan

menyebabkan pemblokan atau tidak mau menyampaikan pesan atau gangguan

dalam pesan. Umumnya para pimpinan tidak begitu memperhatikan arus

8
komunikasi kebawah. Pimpinan mau memberikan informasi kebawah bila

mereka merasa bahwa pesan itu penting bagi penyelesaian tugas. Tetapi

apabila suatu pesan tidak relevan dengan tugas, pesan tersebut tetap

dipegangnya. Misalnya seorang pimpinan akan mengirimkan pesan untuk

memotivasi pegawai guna penyempurnaan hasil kerja, tetapi tidak mau

mendiskusikan kebijaksanaan baru dalam mengatasi masalah-masalah

organisasi.

b. Kepercayaan Pada Pesan Tulisan Kebanyakan para pimpinan lebih percaya

pesan tulisan dan metode diskusi yang menggunakan alat-alat elektronik dari

pada pesan yang disampaikan secara lisan dan tatap muka. Hal ini menjadikan

pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis berupa bulletin,

manual yang mahal, buklet dan film sebagai pengganti kontak personal secara

tatap muka antara pimpinan dan bawahan.

c. Pesan Yang Berlebihan Karena banyaknya pesan-pesan yang dikirim secara

tertulis, maka pegawai dibebani dengan memo-memo, bulletin, surat-surat

pengumuman, majalah, dan pernyataan kebijaksanaan sehingga banyak sekali

pesan-pesan yang harus dibaca oleh pegawai. Reaksi pegawai terhadap pesan

tersebut biasanya cenderung untuk tidak membacanya. Banyak karyawan

hanya membaca pesan-pesan tertentu yang dianggap penting bagi dirinya dan

yang lain diberikan saja tidak dibaca.

d. Timing atau ketepatan waktu pengiriman pesan mempengaruhi komunikasi

ke bawah. Pimpinan hendaklah mempertimbangkan saat yang tepat bagi

9
pengiriman pesan dan tampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.

Pesan seharusnya dikirim kebawah pada saat saling menguntungkan kepada

kedua belah pihak yaitu pimpinan dan karyawan. Tetapi bila pesan yang

dikirimkan tersebut tidak pada saat dibutuhkan oleh karyawan maka mungkin

akan mempengaruhi kepada efektifitasnya.

e. Penyaringan Pesan-pesan yang dikirimkan kepada bawahan hendaklah

semuanya diterima mereka, tetapi mereka saring mana yang mereka perlukan.

Penyaringan pesan ini dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor

diantaranya perbedaan persepsi diantara pegawai, jumlah mata rantai dalam

jaringan komunikasi dan perasaan kurang percaya kepada pimpinan.

10
D. Langkah Supervisi Ruang Rawa

Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-

sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan

seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi

dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui

analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara

efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu

pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama, bukan malah

menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006).

Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak

langsung.

1. Teknik Supervisi Secara Langsung

Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang

dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam

kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai

perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008).

Cara memberikan supervisi efektif adalah : 1) pengarahan harus

lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3)

berbicara dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari

banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan yang

diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan

11
dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi lansung dilakukan pada saat

perawat sedang melaksanakan pengisian formulir dokumentasi asuhan

keperawatan. Supervisi dilakukan pada kinerja pendokumentasian dengan

mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses

keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.

Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung

(Wiyana, 2008) :

a. Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa

pendokumentasiannya akan disupervisi.

b. Lakukan supervisi asuhan keperawatan pada saat perawat melakukan

pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara

langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan.

c. Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan

keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005.

d. Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang

disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian,

diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada

perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan

keperawatan sesuai form A dari Depkes.

e. Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.

2. Secara Tidak Langsung

12
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui

laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat

langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya

kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987)

dalam Wiyana, 2008.

Langkah-langkah Supervisi tak langsung, yaitu :

a. Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil

dokumentasi pada buku rekam medik perawat.

b. Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan.

c. Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi

asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari

Depkes.

d. Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan

memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan

tertulis pada perawat yang mendokumentasikan.

e. Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau

sesuai standar.

13
E. Praktik Pengarahan Kepala Ruangan Sesuai Akreditasi

1. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua TIM

2. Memberi pujian kepada anggota TIM yang melakukan tugas dengan baik

3. Memberi motifasi dalam peningkatan pengetahuan, ketrampilan dan sikap

4. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan

ASKEP pasien

5. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan

6. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan

tugasnya

7. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota TIM lain

8. Mengembangkan sistem pengarahan formal dan informal

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Fungsi pengarahan dalam manajemen merupakan salah satu fungsi yang

sangat diperlukan karena fungsi ini memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk

kepada anggota lainnya untuk memiliki rasa tanggungjawab terhadap tugasnya

masing-masing. Dalam fungsi pengarahan ini juga terkait dengan hal

kepemimpinan dan motivasi kedua hal tersebut tidak dapat dipisahkan karena

adnya unsure yang saling mendukung dimana dalam mengarahkan dapat

dilakukan oleh seorang manajemen atau seorang pemimpin yang dapat

bertanggungjawab dan untuk menghasilkan pengarahan yang maximal seorang

manajemen atau pemimpin harus mampu memotivasi bawahannya untuk

melaksanakan perencanaan yang telah ditetapkan dan menghasilkan hasil yang

optimal.

B. Saran

Sebagai manajer ataupun pemimpin organisasi yang baik, hendaknya

dapat mengimplementasikan fungsi pengarahan dengan optimal di dalam suatu

manajemen atau organisasi tersebut, sehingga tujuan organisasi yang hendak

dicapai akan terwujud.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dexter, Akbar. 2012. Fungsi Pengarahan dalam Management.

https://www.scribd.com/doc/96274382/Fungsi-Pengarahan-Dalam-Manajemen

Mugianti, Sri. 2016. Manajemen Dan Kepemimpinan Dalam Praktek Keperawatan.

Jakarta : Pusdik Kesehatan.

Swamburg, Russel C. 2000. Pengantar kepemimpinan dan manajemen keperawatan.

Jakarta : EGC

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39138/4/Chapter%20ll.pdf diakses

tanggal 8 Maret 2017

16

Anda mungkin juga menyukai