Anda di halaman 1dari 3

INFORMASI APBN 2019

APBN UNTUK MENDORONG INVESTASI DAN DAYA SAING MELALUI


PEMBANGUNAN SUMBER DAYA MANUSIA

oleh

ALDHIO REZZA JUNIANSYAH

4301180133

Alur penyusunan APBN adalah dimulai pada bulan Januari dengan agenda
penetapan arah kebijakan dan prioritas pembangunan nasional, lalu di bulan Maret
mulai disusun resource envelope, di tanggal 16 April diajukan Pokok-Pokok Kebijakan
Fiskal, Kerangka Ekonomi Makro dan RKP ke DPR, kemudian tanggal 18 Mei
dibuatlah Surat Bersama Pagu Indikatif dan Rancangan RKP, Tanggal 19 Juli 2018
dibuat surat bersama pagu anggaran dan penyelesaian penyusunan RKA-K/L oleh
Kementrian/Lembaga, Pada 16 Agustus 2018 disampaikan Pidato Kenegaraan Presiden
RI dalam rangka Pengajuan RAPBN ( RUU dan Nota Keuangan) , Pada 31 Oktober
2018 dimulailah Sidang Paripurna penetapan APBN 2019, Kemudian tanggal 23
November 2018 telah terbuat UU Nomor 12 Tahun 2018 tentang APBN tahun 2019,
Tanggal 29 November 2018 dikeluarkan Peraturan Presiden Nomor 129 Tahun 2018
tentan Rincian APBN Tahun Anggaran 2019, lalu pada tanggal 11 Desember 2018
ditetapkan dan diserahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Dalam APBN
2019 setidaknya ada 4 hal penting yaitu Postur APBN Sehat,Adil, dan Mandiri dimana
APBN besifat Antisipatif dan fleksibel dalam menghadapi dinamika perekonomian
global, yang kedua Belanja Negara semakin produktif, Selanjutnya Penerimaan Negara
terus dioptimalkan, dan yang terakhir yaitu memperkuat belanja untuk bencana alam
dan mempercepat pembangunan pembangunan di daerah, Selain itu juga ada terobosan
baru dalam APBN 2019 adalah Penguatan bidang kesehatan melalui program penurunan
Stunting Terintegrasi, Penajaman Anggaran Pendidikan, Penguatan Program Keluarga
Harapan, Tax Expenditure, Pooling Fund Bencana Alam, percepatan pembangunan
infrastruktur melalui skema KPBU, serta Percepatan Pembangunan di tingkat kelurahan
melalui DAU Tambahan.
Pendapatan Negara pada tahun 2019 diperkirakan akan 2.165,1 T dimana
penerimaan dari perpajakan sebanyak 82,5% dari Pendapatan Negara, lalu disusul
dengan Penerimaan Bukan Pajak 17.5% dan Dana Hibah 0,4% . Namun Penerimaan
Negara tidak diimbangi dengan belanja negara yang berimbang dimana di tahun 2019
direncanakan akan menyedot anggaran sebesar 2.461,1 T yang dialokasikan menjadi
belanja Kementrian/lembaga sebesar 855,4 T, dilanjut Belanja Non
Kementrian/Lembaga sebesar 778,9 T dan ditutup dengan Transfer ke daerah dan Dana
Desa sebesar 826,8 T. Untuk Dana Pendidikan akan dijaga agar tetap sebesar 20% dari
APBN untuk meningkatkan akses, distribusi,dan kualiatas SDM. Juga dianggarkan
Anggaran Pendidikan Vokasi agar SDM lebih siap untuk terjun di dunia kerja. Untuk
Anggaran Kesehatan juga dijaga 5% dari APBN untuk meningkatkan akses dan layanan
kesehatan serta penanganan stunting. Anggara Infrastruktur mendapat porsi 415 T untuk
mendukung penguatan konektivitas, penyediaan perumahan dan ketahanan pangan
untuk mengefisiensikan anggaran tercipta KPBU ( Kerjasama Pemerintah dan Badan
Usaha) agar mendorong swasta untuk berpartisipasi membangun infrastruktur dan
mengurangi tekanan APBN/APBD serta meningkatkan kualitas pelayanan publik.
Anggaran perlindungan sosial juga mempunyai rencana untuk menurunkan tingkat
kemiskinan menjadi single-digit menjadi 9,82% . Penyaluran Anggaran subsidi
BBM&LPG yang lebih tepat sasaran diperuntukkan bagi rumah tangga, ekonomi mikro,
kapal bagi nelayan kecil dan untuk subsidi di nonenergi ada subsidi pupuk, subsidi
pajak, subsidi bunga kredit program.

Transfer ke daerah dan Dana Desa diperuntukkan agar kualitas pelayanan


meningkat dan mengurangi kesenjangan pelayanan dasar publik antar daerah. TKDD
meliputi dana transfer umum, dukungan pendanaan kelurahan, dana transfer khusus,
dana intensif daerah, dan dana desa. Seperti yang kita ketahui bahwa memang belanja
negara lebih besar dibanding penerimaan negara akan membentuk defisit anggaran,
namun ini bukan tanpa alasan, kebijakan ini dilakukan untuk mendukung kegiatan
prioritas pemerintah dalam melaksanakan pembangunan nasional sebagai pendorong
pertumbuhan ekonomi. Untuk mensukseskan itu semua juga perlu ada kebijakan
pembiayaan anggaran dengan cara meningkatkan efisiensi pembiayaan utang,
mengoptimalkan peran masyarakat dalam pasar obligasi domestik, mengelola pinjaman
luar negeri dengan selektif dan mendorong ekspor nasional. Untuk kebijakan
pembiayaan utang juga ada beberapa kebijakan yang perlu diperhatikan yaitu kehati-
hatian, efisirnsi biaya utang, produktivitas dan keseimbangan, sedangkan sebagai
informasi rasio utang terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) adalah 30,4 % , angka ini
masih dalam tahap wajar karena batas maksimal rasio utang terhadap PDB dalam
undang-undang keuangan negara adalah 60%. Dan juga pemerintah mendorong
kebijakan pembiayaan investasi dengan mendukung percepatan pembangunan
infrastruktur dan penguatan sektor keuangan melalui sinergi BUMN serta meningkatkan
akses pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai