Anda di halaman 1dari 16

Modul VII.

4 - Neoplasma Rongga Mulut

BUKU ACUAN
ONKOLOGI BEDAH KEPALA LEHER

MODUL VII.4
NEOPLASMA RONGGA MULUT

EDISI II

KOLEGIUM
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK
BEDAH KEPALA DAN LEHER
2015
0
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

DAFTAR ISI

A. TUJUAN PEMBELAJARAN .......................................................... 2

B. KOMPETENSI ................................................................................. 2

C. REFERENSI ..................................................................................... 3

D. GAMBARAN UMUM ..................................................................... 3

E. MATERI BAKU ............................................................................... 4

1
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

A. TUJUAN PEMBELAJARAN

a. Tujuan pembelajaran umum


Setelah mengikuti sesi ini, setiap peserta didik diharapkan mampu untuk
melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis, pemeriksaan penunjang, operasi
dan membuat keputusan panatalaksanaan neoplasma rongga mulut.

b. Tujuan pembelajaran khusus


1. Menjelaskan anatomi, fisiologi, dan histologi dari rongga mulut
2. Menjelaskan etiologi, macam-macam kelainan, precancerous lesions
dan pencegahan neoplasma rongga mulut
3. Menjelaskan etiopatogenesis, gambaran klinik dari neoplasma rongga
mulut
4. Menjelaskan lokasi tumor lidah dan penatalaksanaannya.
5. Mengetahui terdapatnya metastasis pada organ lain akibat neoplasma
rongga mulut
6. Menjelaskan tindakan operasi, rekonstruksi terhadap neoplasma rongga
mulut, terapi lanjutan pasca tindakan (radioterapi, kemoterapi).
7. Melakukan tindakan operasi neoplasma rongga mulut.
8. Melakukan evaluasi selanjutnya pada neoplasma rongga mulut pasca
operasi.

B. KOMPETENSI

1. Pengetahuan
Setelah mengikuti sesi ini peserta mampu mendiagnosis dan
menatalaksana neoplasma rongga mulut.
2. Keterampilan
Setelah mengikuti sesi ini peserta didik diharapkan terampil:
1. Mengenali gejala dan tanda neoplasma rongga mulut
2. Melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis terhadap neoplasma
rongga mulut
3. Melakukan keputusan untuk pemeriksan penunjang seperti X-ray, CT
Scan atau MRI
4. Melakukan biopsi massa neoplasma rongga mulut.
5. Melakukan tatalaksana pendahuluan terhadap kasus yang bersangkutan
dan memberikan rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi untuk
tatalaksana lebih lanjut.

2
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

C. REFERENSI
a. Oh YS, Russell MS, Eisele DW. Salivary gland neoplasms. In: Jhonson Jt,
Rosen CA, editors. Bailey’s head & neck surgery otolaryngology. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014. p. 1760-87
b. Shah JP, Patel SG, Singh B. Jatin Shah’s Head and Neck Surgery and
Oncology. 4th ed. Philadelphia: Elsevier Mosby; 2012
c. American Joint Committee on Cancer. AJCC Cancer Satging Manual, 7th
ed. Chicago: Springer; 2010
d. Lee KJ, Chan Y, Das S, editors. Essential Otolaryngology Head & Neck
Surgery, 10th ed. New York: McGraw-Hill;2012
e. NCCN Guidlines Staging Head and Neck Cancers, version 1. 2015
f. Byron J. Bailey. Head and Neck Surgery – Otolarygology. 5th ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014.
g. Rocco JW. Excision of Cancer of The Floor of The Mouth. In: Myers EN,
Ferris L. Head and Neck Surgery. Philadelphia: Lippicott Williams &
Wilkins; 2014.
h. Edge S, Byrd D, Compton C, et al. AJCC Cancer Staging Manual. 7th ed.
New York: Springer; 2010.
i. Donald PJ. Transoral inferior maxillectomy. In: Myers EN, Ferris L. Head
and Neck Surgery. Philadelphia: Lippicott Williams & Wilkins; 2014.

D. GAMBARAN UMUM

Lidah merupakan bagian lidah yang dapat digerakkan, meluas keanterior


dari batas papila sirkumvalata ke permukaan bagian bawah lidah yang
berhubungan dengan dasar mulut. Terdiri dari stuktur orofaringeal yang terbagi
menjadi beberapa bagian yaitu ujung lidah, dorsum lidah, tepi lateral dan
permukaan bawah (disebut sebagai aspek ventral).
Dasar mulut merupakan salah satu komponen dari rongga mulut yang
terletak di dalam alveolar ridge inferior. Struktur ini berbentuk seperti tapal
kuda, mulai dari posterior gigi seri dan memanjang secara bilateral ke pilar
tonsil anterior. Mukosa yang melapisi dasar mulut dibentuk oleh lapisan tipis
dari epitel skuamous bertingkat dengan fleksibilitas yang tinggi.
Karsinoma sel squamous mukosa buccal terjadi pada 5% sampai 10%
kanker rongga mulut di Amerika Serikat, di India didapatkan 40% terkait
dengan konsumsi biji pinang.Pada fase awal gejala yang sering ditemui adalah
sariawan yang tidak sembuh pada rongga mulut. Konsumsi alcohol dan
merokok merupakan factor predisposisi, juga riwayat karies dan masalah pada
gigi geligi. Nyeri dirasakan bila terdapat infiltrasi dalam data penyebaran
tumor local. Trismus dikaitkan dengan keterlibatan fossa infratemporal, yang
merupakan tanda bahwa neoplasma tidak dapat dioperasi. Gigi yang tanggal
3
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

merupakan indikasi adanya invasi dan penyebaran alveolus. Pada fase lanjut,
dapat ditemui adanya rasa penuh pada satu sisi wajah serta kemerahan atau
ulserasi pada kulit.
Neoplasma mukosa bukal sering terdeteksi pada fase lanjut karena tidak
adanya batas tegas anatomi yang memudahkan penyebarannya. Lapisan lemak
bukal dan otot sangat mudah di invasi oleh karsinoma dan kelumpuhan otot
wajah, invasi kulit dan trismus merupakan presentasi primer yang tidak lazim
didapatkan.
Pembedahan merupakan pilihan utama pada neoplasma mukosa bukal,
pendekatan tersering yang dilakukan adalah melalui eksisi transoral. Lesi yang
lebih besar membutuhkan kombinasi eksisi transoral dan trans servikal. Pada
lesi yang lebih kecil dapat dilakukan penutupan primer atau skin graft . Untuk
Lesi yang lebih besar, rekostruksi soft tissue dengan regional pedikel flap
seperti submental flap, temporoparietal facial flap atau fasciocutaneus free flap
mungkin dibutuhkan untuk menghindari kontraktur dan trismus.
Kemungkinan untuk terjadi metastase terkait dengan T dan kedalaman
invasi neoplasma primer. Pada tahap lanjut T III dan T IV setra invasi >5mm
dihubungkan dengan peningkatan resiko metastase cervical dan neck dissection
elektif dapat dipertimbangkan bila tidak terdappat keterlibatan KGB.
Karsinoma bukal dapat memberikan prognosis yang buruk, banyak bukti
yang menyatakan bahwa karsinoma bukal yang terburuk dibanding lesi lain di
rongga mulut. Pada pasien yang tidak dapat di operasi, pilihannya adalah
kemoterapi, karena rekurensi yang tinggi bila hanya radiotherapy saja serta
menurunkan survival rate.
Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium
I, 80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.
Karsinoma palatum merupakan salah satu kasus keganasan sel skuamosa
(KSS) yang paling sering terjadi di rongga mulut. Angka kejadian KSS pada
palatum hampir setara dengan kejadian neoplasma kelenjar salivarius minor di
palatum, yakni sebesar 50%. Neoplasma lain yang dapat berasal dari palatum
adalah adenoid cystic carcinoma, polymorphous low-grade adenocarcinoma,
dan mucoepidermoid carcinoma.

E. MATERI BAKU (KEMAMPUAN KLINIS)


KARSINOMA LIDAH

 Lidah merupakan bagian rongga mulut yang dapat digerakkan, meluas


keanterior dari batas papila sirkumvalata ke permukaan bagian bawah lidah
yang berhubungan dengan dasar mulut. Terdiri dari stuktur orofaringeal yang
terbagi menjadi beberapa bagian yaitu ujung lidah, dorsum lidah, tepi lateral
dan permukaan bawah (disebut sebagai aspek ventral).
4
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

Otot-otot ekstrinsik pada lidah adalah otot genioglosus, hioglosus, dan


stiloglosus. Otot-otot instrinsik adalah serabut otot vertikal, transversal dan
longitudinal.
 Tumor lidah merupakan tumor kedua terbanyak (30%) dalam rongga mulut.
Sering mengenai bagian lateral dari lidah. Faktor resiko terjadinya adalah
tembakau, alkohol, imunosupresi dan oral hiegine yang buruk. Secara
histologi, tumor invasi > 2-4mm berhubungan dengan tingginya angka
metastasis regional, rekurensi dan mortalitas. Invasi perineural pada tempat
primer adalah indikator lain peningkatan rekurensi dan mortalitas.
 Tumor ganas pada lidah adalah suatu neoplasma maligna yang berasal dari
jaringan epitel mukosa lidah dengan sel berbentuk squamous cell carcinoma
(sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat menginfiltrasi ke daerah
sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan
hematogen. Karsinoma sel skuamosa adalah jenis keganasan yang paling
sering terjadi dalam rongga mulut, meliputi 95% dari seluruh kasus
keganasan pada rongga mulut.
 Gejala pada penderita tergantung pada lokasi kanker. Keluhan utamanya
adalah timbulnya suatu massa yang seringkali terasa tidak sakit, ulkus
superfisialis yang tidak sakit, lama kelamaan ulkus melebar, tepinya bulat,
berwarna abu-abu seperti nekrosis. Kadang-kadang hanya merupakan
permukaan yang kasar, pada sepertiga anterior. Sepertiga posterior lidah,
kanker tersebut selalu tidak diketahui oleh penderita, sukar terlihat,
cenderung berinfiltrasi ke bagian dalam, dan rasa sakit yang dialami biasanya
dihubungkan dengan rasa sakit tenggorokan.
Pada pemeriksaan fisik rongga mulut dapat ditemukan eritroplakia (merah,
lesi inflamasi) yang merupakan bentuk awal terbanyak terjadinya karsinoma
sel skuamous. Gejala lanjut adalah fiksasi lidah, penurunan sensasi lidah,
perubahan suara dan gangguan menelan serta limfadenopati servikal. Metode
skrining meliputi vital staining, spectral analysis, ViziLite
(chemiluminescence) dan biopsi sikat. Metastasis regional melalui drainase
nodul primer ke level I-III.
Pemeriksaan penunjang: biopsi (IHK,VEGF,EGFR), pemeriksaan
pencitraan: x-ray tomography dan CT scan, USG Abdomen, rontgen thorax,
echocardiografi, audiometri, pemeriksaan darah rutin dan kima darah.
 Penatalaksanaan untuk berdasarkan derajat klinis:
o T1-T2, N0
a.Reseksi primer diikuti atau tanpa diseksi leher ipsilateral atau bilateral
b. Reseksi primer diikuti atau tanpa biopsi nodus limfatikus sentinel
c.Radioterapi definitif
o T3, N0 atau T1-3, N1-3 atau T4a
d. Pembedahan
 N0, N1, N2a-b, N3
Reseksi primer diikuti diseksi leher ipsilateral atau bilateral
5
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

 N2c
Reseksi primer diikuti diseksi leher bilateral
o T4b atau nodus yang tak dapat direseksi atau tidak memungkinkan
dioperasi
e.ECOG 0-1
 Kemoterapi dan radioterapi konkuren
 Induksi kemoterapi diikuti dengan radioterapi
f. ECOG 2
 Kemoterapi dan radioterapi konkuren
 Radioterapi definitif
g. ECOG 3
 Radioterapi paliatif
 Kemoterapi dosis tunggal
 Perawatan suportif
o M1
h. ECOG 0-1
 Platinum + 5FU + cetuximab
 Kemoterapi kombinasi lainnya
 Kemoterapi dosis tunggal
 Pembedahan atau radioterapi atau kemoterapi diikuti radioterapi pada
pasien dengan metastasis terbatas
 Perawatan suportif
i. ECOG 2
 Kemoterapi dosis tunggal
 Perawatan suportif
j. ECOG 3
 Perawatan suportif
o T4 : dipertimbangkan kemoiradiasi (bila ada keterlibatan tulang, maka
diperlukan reseksi).

Angka kontrol lokoregional untuk 5 tahun adalah 91%. Angka harapan hidup
(5 tahun). yaitu stadium I,II (60-75%); stadium III,IV (25-40%).
1.

NEOPLASMA DASAR MULUT


 Anatomi
Dasar mulut merupakan salah satu komponen dari rongga mulut yang
terletak di dalam alveolar ridge inferior. Struktur ini berbentuk seperti tapal
kuda, mulai dari posterior gigi seri dan memanjang secara bilateral ke pilar
tonsil anterior. Mukosa yang melapisi dasar mulut dibentuk oleh lapisan tipis
dari epitel skuamous bertingkat dengan fleksibilitas yang tinggi. Kelenjar
saliva banyak ditemukan pada bagian ini, mencakup kelenjar saliva minor,
6
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

kelenjar sublingual, dan komponen duktus dari kelenjar submandibula, yaitu


duktus Wharton yang bermuara pada kedua sisi dari frenulum sublingual.
Vaskularisasi dasar mulut diberikan oleh arteri lingualis, sedangkan
inervasinya oleh serabut syaraf trigeminus cabang ketiga melalui nervus
lingualis. Drainase dari sistem limfatik akan mengalir secara bilateral pada
bagian superfisial, dimana pada bagian yang lebih dalam drainasenya akan
mengalir ke level IA, IB, dan II secara ipsilateral. Otot yang terdapat pada
area ini terdiri dari otot geniohyoid, genioglossus, dan mylohyoid.

 Etiopatogenesis
Faktor penyebab adalah merokok, mengunyah tembakau,
penyalahgunaan alkohol (terutama bila dikombinasi dengan merokok),
trauma kronik karena pemasangan gigi palsu. Juga berhubungan dengan
fibrosis submukosa, kandidiasis hiperplastik atau sindroma Plummer
Vinson.
Mukosa bukal dan komisura oral adalah tempat tersering. Dapat juga
mengenai dasar rongga mulut, lidah, sulkus bukoginggiva dan permukaan
mukosa bibir. Paling sering pada usia dekade keempat, dengan insiden pada
laki-laki 2-3 kali lebih sering dibandingkan pada wanita.
Secara klinis ada beberapa tipe, yaitu:
1. Homogen: Tampak sebagai selaput putih licin atau berkerut;
2. Nodular: Tampak sebagai selaput putih atau nodul dengan dasar eritema;
3. Erosif (eritroleukoplakia): Terdapat erosi dan fisura.
Sekitar 25% leukoplakia menunjukkan bentuk displasia epitel ringan
sampai berat. Derajat displasia yang lebih berat akan berubah menjadi
malignansi. Perubahan ini terjadi sekitar 1-17,5% (5%) kasus. Potensi
menjadi maligna tergantung pada predileksi, tipe leukoplakia dan durasi
evaluasi.

7
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

Gambar 1. Dasar mulut dan struktur penunjangnya

 Tipe
Lesi Premaligna
Leukoplakia
Definisi leukoplakia menurut WHO adalah suatu selaput putih yang
tidak dapat dibedakan secara klinis atau patologis dari penyakit lainnya. Lesi
lain dalam rongga mulut yang menjadi pengecualian, antara lain: Lichen
planus, discoid lupus erythromatosus, white spongy nevus dan kandidiasis

Eritroplakia
Merupakan suatu selaput berwarna merah pada permukaan mukosa.
Warna merah disebabkan penurunan keratinisasi dan hasil dari jaringan ikat
vaskular berwarna merah dari alveolar bagian bawah, sulkus bukoginggiva
dan dasar rongga mulut. Eritroplakia paling banyak terdapat pada displasia
berat, karsinoma in situ atau karsinoma invasif murni saat pertama kali
terlihat. Peluang terjadinya keganasan bila terdapat lesi ini adalah 17 kali
lebih tinggi dari leukoplakia. Secara makroskopis, lesi terdiri dari tiga jenis,
yaitu homogen, granular dan eritroplakia, yang diselingi oleh area
leukoplakia (sering sulit dibedakan dengan erileukoplakia, tipe dari
leukoplakia).

Melanosis dan Hiperpigmentasi Mukosa


Lesi jinak berpigmen dari mukosa mulut yang berubah bentuk menjadi
melanoma maligna. Insidensinya tidak diketahui. Sekitar satu perempat dari
mukosa melanoma dapat berasal dari lesi jinak dan biopsi sangat dianjurkan
Neoplasma Dasar Mulut
8
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

Neoplasma dasar mulut menyumbangkan sebanyak 16% dari neoplasma


pada rongga mulut. Sebagian besar dari neoplasma dasar mulut merupakan
karsinoma sel skuamosa, yang yaitu sebanyak 75% dari seluruh kasus
neoplasma pada dasar mulut. Jenis kelamin pria relatif lebih banyak
menderita penyakit ini dibandingkan wanita. Faktor risiko terjadinya adalah
tembakau, alkohol, imunosupresi dan kebersihan mulut yang buruk.
Terjadinya neoplasma pada dasar mulut diduga karena area ini merupakan
daerah yang paling sering kontak dengan berbagai makanan dan minuman
yang masuk ke mulut sebelum ditelan, termasuk zat karsinogen yang
mungkin terkandung didalamnya. Secara histologi, neoplasma invasi > 2-
4mm berhubungan dengan tingginya angka metastasis regional, rekurensi
dan mortalitas. Invasi perineural pada tempat primer adalah indikator lain
peningkatan rekurensi dan mortalitas.

 Diagnosis
9
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

Klasifikasi TMN kanker bibir dan rongga mulut menurut


National Comprehensive Cancer Network (Versi 1, 2015)
Neoplasma Tx Tidak dapat dinilai
primer (T)
T0 Tidak ditemukan neoplasma primer
Tis Karsinoma in situ
T1 Neoplasma < 2 cm
T2 Neoplasma 2-4 cm
T3 Neoplasma > 4 cm
T4a Bibir : Invasi neoplasma ke struktur di sekitarnya
melalui tulang kortikal, alveolaris inferior, dasar
mulut dan kulit wajah.
Rongga mulut : Invasi neoplasma ke struktur sekitar
melalui tulang kortikal (mandibula atau maksila) ke
otot ekstrinsik lidah (genioglosus, hyoglosus,
styloglosus, palatoglosus), sinus maksilaris, kulit
wajah.
T4b Invasi neoplasma ke ruang mastikator, pterigoid
plates, atau basis kranii dan /atau arteri karotis
interna.
Nodul Nx Tidak dapat dinilai
regional (N)
No Tidak ada metastasis regional
N1 Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, < 3 cm
N2a Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, > 3 cm
sampai 6 cm
N2b Metastasis pada KGB ipsilateral, multiple, < 6 cm
N2c Metastasis pada KGB bilateral atau kontralateral <
6 cm
N3 Metastasis pada KGB > 6 cm
Metastasis Mx Tidak dapat dinilai
jauh (M)
M0 Tidak ada matastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Catatan: Erosi superfisial tulang/rongga gigi oleh gingiva primer, tidak
diklasifikasilkan sebagai T4.

Penatalaksanaan untuk berdasarkan derajat klinis:


a. T1-T2, N0
 Reseksi primer diikuti atau tanpa diseksi leher ipsilateral atau bilateral
 Reseksi primer diikuti atau tanpa biopsi nodus limfatikus sentinel
 Radioterapi definitif
10
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

b. T3, N0 atau T1-3, N1-3 atau T4a


Pembedahan
 N0, N1, N2a-b, N3
Reseksi primer diikuti diseksi leher ipsilateral atau bilateral
 N2c
Reseksi primer diikuti diseksi leher bilateral
c. T4b atau nodus yang tak dapat direseksi atau tidak memungkinkan
dioperasi
 ECOG 0-1
o Kemoterapi dan radioterapi konkuren
o Induksi kemoterapi diikuti dengan radioterapi
 ECOG 2
o Kemoterapi dan radioterapi konkuren
o Radioterapi definitif
 ECOG 3
o Radioterapi paliatif
o Kemoterapi dosis tunggal
o Perawatan suportif
d. M1
 ECOG 0-1
o Platinum + 5FU + cetuximab
o Kemoterapi kombinasi lainnya
o Kemoterapi dosis tunggal
o Pembedahan atau radioterapi atau kemoterapi diikuti radioterapi pada
pasien dengan metastasis terbatas
o Perawatan suportif
 ECOG 2
o Kemoterapi dosis tunggal
o Perawatan suportif
 ECOG 3
o Perawatan suportif
e. T4 : dipertimbangkan kemoiradiasi (bila ada keterlibatan tulang, maka
diperlukan reseksi).

Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I,
80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.

 Tata laksana
Pada tahap awal, neoplasma ini biasanya asimptomatik. Namun,
seiring dengan perkembangan ukurannya, maka dapat ditemukan gejala
nyeri, perdarahan, dan obstruksi duktus submandibula. Otot mylohyoid

11
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

dan periosteum mandibular berperan sebagai pengahalang dari penyebaran


neoplasma. Pada lesi invasif, maka tindakan mandibulektomi segmental
maupun marginal dapat dipertimbangkan untuk dilakukan. Keterlibatan
dasar lidah memerlukan glosektomi parsial. Sedangkan bila neoplasma
mengenai kelenjar submandibula, maka reseksi primer terhadap kelenjar
dan jaringan neoplasma sebaiknya dilakukan.
Defek berukuran kecil pasca operasi dapat ditutup oleh tandur kulit split
thickness. Tetapi, apabil defek mencapai ukuran 2 cm atau lebih, maka
pemakaian flap dapat dipertimbangkan, seperti flap submental, flap
nasolabial, flap platysma, dan flap pektoralis. Sementara bila dibutuhkan
rekonstruksi vaskular yang besar, maka flap radialis lengan dan flap
anterolateral paha merupakan pilihan yang terbaik. Mandibulektomi
marginal maupun segmental diindikasikan pada neoplasma yang telah
mendestruksi tulang mandibula. Pada mandibulektomi marginal, maka
korteks luar atau tulang mandibula harus dipertahankan atau sekitar 1 cm
dari ketebalan tulang mandibula. Sementara bila ditemukan indikasi untuk
melakukan mandibulektomi segmental, maka defek tulang sebaiknya
disambungkan oleh reconstruction bar atau penggunaan tandur tulang dari
fibula, radius, skapular, dan iliaka. Sementara defek kulit dan mukosa
dapat ditutup dengan flap yang disebutkan di atas.

NEOPLASMA MUKOSA BUKAL

Karsinoma sel squamous mukosa buccal terjadi pada 5% sampai 10%


kanker rongga mulut di Amerika Serikat, di India didapatkan 40% terkait
dengan konsumsi biji pinang.Pada fase awal gejala yang sering ditemui
adalah sariawan yang tidak sembuh pada rongga mulut. Konsumsi alcohol
dan merokok merupakan factor predisposisi, juga riwayat karies dan masalah
pada gigi geligi. Nyeri dirasakan bila terdapat infiltrasi dalam data
penyebaran tumor local. Trismus dikaitkan dengan keterlibatan fossa
infratemporal, yang merupakan tanda bahwa neoplasma tidak dapat dioperasi.
Gigi yang tanggal merupakan indikasi adanya invasi dan penyebaran
alveolus. Pada fase lanjut, dapat ditemui adanya rasa penuh pada satu sisi
wajah serta kemerahan atau ulserasi pada kulit.
Neoplasma mukosa bukal sering terdeteksi pada fase lanjut karena tidak
adanya batas tegas anatomi yang memudahkan penyebarannya. Lapisan
lemak bukal dan otot sangat mudah di invasi oleh karsinoma dan kelumpuhan
otot wajah, invasi kulit dan trismus merupakan presentasi primer yang tidak
lazim didapatkan.
Pembedahan merupakan pilihan utama pada neoplasma mukosa bukal,
pendekatan tersering yang dilakukan adalah melalui eksisi transoral. Lesi
yang lebih besar membutuhkan kombinasi eksisi transoral dan trans servikal.
12
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

Pada lesi yang lebih kecil dapat dilakukan penutupan primer atau skin graft .
Untuk Lesi yang lebih besar, rekostruksi soft tissue dengan regional pedikel
flap seperti submental flap, temporoparietal facial flap atau fasciocutaneus
free flap mungkin dibutuhkan untuk menghindari kontraktur dan trismus.
Kemungkinan untuk terjadi metastase terkait dengan T dan kedalaman
invasi neoplasma primer. Pada tahap lanjut T III dan T IV setra invasi >5mm
dihubungkan dengan peningkatan resiko metastase cervical dan neck
dissection elektif dapat dipertimbangkan bila tidak terdappat keterlibatan
KGB.
Karsinoma bukal dapat memberikan prognosis yang buruk, banyak bukti
yang menyatakan bahwa karsinoma bukal yang terburuk dibanding lesi lain di
rongga mulut. Pada pasien yang tidak dapat di operasi, pilihannya adalah
kemoterapi, karena rekurensi yang tinggi bila hanya radiotherapy saja serta
menurunkan survival rate.
Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium
I, 80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.

Staging neoplasma mukosa buccal


Klasifikasi TMN kanker bibir dan rongga mulut menurut
The American Commitee for Cancer (AJCC 2010)
Tumor primer Tx Tidak dapat dinilai
(T)
T0 Tidak ditemukan tumor primer
Tis Karsinima in situ
T1 Tumor < 2 cm
T2 Tumor > 2- < 4 cm
T3 Tumor > 4 cm
T4a Bibir : tumor invasi ke struktur di sekitarnya melalui
tulang kortikal, alveolaris inferior, dasar mulut dan
kulit wajah
Rongga mulut : tumor invasi ke struktur sekitar
melalui tulang kortikal (mandibula atau maxilla ) ke
otot ekstrinsik lidah (genioglosus, hyoglosus,
styloglosus, palatoglosus), sinus maksilaris, kulit
wajah
T4b Tumor invasi ke ruang mastikator, pterigoid plates,
atau basis kranii dan /atau arteri karotis interna
Nodul Nx Tidak dapat dinilai
regional (N)
No Tidak ada metastasis regional
N1 Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, < 3 cm
N2a Metastasis pada KGB ipsilateral, soliter, >3- < 6 cm
N2b Metastasis pada KGB ipsilateral, multiple, < 6 cm
13
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

N2c Metastasis pada KGB bilateral atau kontralateral < 6


cm
N3 Metastasis pada KGB > 6 cm
Metastasis Mx Tidak dapat dinilai
jauh (M)
M0 Tidak ada matastasis jauh
M1 Metastasis jauh
Catatan : erosi superfisial tulang/rongga gigi oleh gingiva primer, tidak
diklasifikasilkan sebagai T4

Penatalaksanaan untuk berdasarkan derajat klinis:


f. T1-T2, N0
 Reseksi primer diikuti atau tanpa diseksi leher ipsilateral atau bilateral
 Reseksi primer diikuti atau tanpa biopsi nodus limfatikus sentinel
 Radioterapi definitif
g. T3, N0 atau T1-3, N1-3 atau T4a
Pembedahan
o N0, N1, N2a-b, N3
Reseksi primer diikuti diseksi leher ipsilateral atau bilateral
o N2c
Reseksi primer diikuti diseksi leher bilateral
h. T4b atau nodus yang tak dapat direseksi atau tidak memungkinkan
dioperasi
 ECOG 0-1
o Kemoterapi dan radioterapi konkuren
o Induksi kemoterapi diikuti dengan radioterapi
 ECOG 2
o Kemoterapi dan radioterapi konkuren
o Radioterapi definitif
 ECOG 3
o Radioterapi paliatif
o Kemoterapi dosis tunggal
o Perawatan suportif
i. M1
 ECOG 0-1
o Platinum + 5FU + cetuximab
o Kemoterapi kombinasi lainnya
o Kemoterapi dosis tunggal
o Pembedahan atau radioterapi atau kemoterapi diikuti radioterapi
pada pasien dengan metastasis terbatas

14
Modul VII.4 - Neoplasma Rongga Mulut

o Perawatan suportif
 ECOG 2
o Kemoterapi dosis tunggal
o Perawatan suportif
 ECOG 3
o Perawatan suportif
j. T4 : dipertimbangkan kemoiradiasi (bila ada keterlibatan tulang, maka
diperlukan reseksi).

Persentase harapan hidup pada 5 tahun berkisar antara 90% pada stadium I,
80% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 30% pada stadium IV.

15

Anda mungkin juga menyukai