Dosen Pengampu : Ns. Sang Ayu Made Adyani, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom
Disusun oleh :
Sita Resmi P 1610711001
Haniah Rahmawati 1610711009
Astie Rina A 1610711010
Ziya Daturrahmah 1610711013
Indah Nopianti 1610711023
Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini,
pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan
kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia
tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah
Sakit.
Program Nasional Lansia :
1. Posyandu Lansia
Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat
dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.
a. Sasaran langsung:
1) Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
2) Usia lanjut 60-69 thn
3) Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn atau
lebih dgn masalah kesehatan
b. Sasaran tidak langsung:
1) Keluarga dimana usia lanjut berada
2) Masyarakat di lingkungan usia lanjut
3) Organisasi sosial yg peduli
4) Petugas kesehatan
5) Masyarakat luas
Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :
a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga
dilakukan di meja II ini
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi
Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :
Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti:
Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.
2. Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan sesuai kebutuhan
melalui berbagai media mengenai kesehatan usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap
berbagai kelompok sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat
dilingkungan usia lanjut.
b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan berkala usia lanjut
dan memberi petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial dan bahaya
kecelakaan yang dapat terjadi pada usia lanjut.
c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan pelayanan rehabilitative
kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan
kuratif atau rehabilitative yang harus dijalani, baik kepada usia lanjut maupun
keluarganya.
d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan, perawatan
atau rehabilitative bagi usia lanjut yang membutuhkan termasuk mengusahakan
kemudahan-kemudahannya.
KOTA SEHAT: “adalah suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat
untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dengan kegiatan yang terintergrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah”.
Program Kota Depok dalam Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia diantaranya adalah:
C. Prevalensi
D. Pengertian dan etiologi
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.
Jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan
populasi lansia sehat terus meningkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk
lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk
lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai
beban. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut
Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage)
adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia
lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok
usia diatas 90 tahun.
3. Perubahan Psikologi
Perubahan pada lansia meliputi short term memory. Frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan depresi dan kecemasan.
F. Akibat dan komplikasi
1. Para lansia yang mengalami suatu penyakit degeneratif atau penyakit kronik tidak dapat
menikmati masa tua yang bahagia dan berguna
2. Merasa hidupnya terancam kematian
3. Bergantung pada orang lain
2. Upaya preventif
Yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-
penyakit usia lanjut.
2) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan
usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
3) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu
pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna.
4) Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia
lanjut.
5) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Upaya kuratif
Yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
1) Pelayanan kesehatan dasar.
2) Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan.
4. Upaya rehabilitative
Yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
1) Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat
bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya
dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
2) Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita.
3) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar
rumah.
4) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
5) Perawatan fisioterapi.
1. PENGKAJIAN
a. Core
1) Sejarah
Penduduk tinggal di Desa Bahagia daerah Depok. Dimana kota tersebut
merupakan kota padat penduduk dan banyak polusi karna banyak
kendaraan.
2) Demografi
Desa Bahagia di Depok berpenduduk 400 orang jiwa dengan 24% nya lansia
dan >14% lansia berjenis kelamin wanita
3) Etnis
Mayoritas penduduk berasal dari pulau Jawa
4) Nilai dan Keyakinan
Mayoritas penduduk beragama Islam
5) Data statistic
Dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat komunitas di Desa Bahagia
didapatkan data:
• 24% penduduk merupakan lansia
• >14% lansia berjenis kelamin wanita
• 64% lansia mempunyai keluhan adanya penyakit antara lain: Stroke (8%),
Hipertensi 30%), DM (13%), penyakit jantung (1%), dll.
• Penggunaan waktu senggang lansia : 48% berkebun/melakukan pekerjaan
rumah, 26% jalan-jalan, 5% senam, dan 23% tidak memiliki kegiatan
6) Karakteristik Penduduk
Fisik :
- Kaki para lansia nampak mengecil
- Lansia mengatakan kekuatan otot lansia menurun
- 10% lansia mengalami obesitas
- 8% lansia mengalami stroke
Psikologis :
- Lansia mengatakan suka mengalami cemas
Sosial :
- Lansia jarang memperhatikan dan mengecek kesehatannya
Perilaku :
- Kader mengatakan bahwa senam lansia dan posbindu tidak pernah
dilakukan
- Warga mengatakan bahwa lansia hanya memeriksa kesehatannya ketika
sakit
- Gaya hidup kurang gerak pada lansia
b. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Lansia tinggal di Desa Bahagia daerah Depok , dimana kota
tersebut merupakan kota padat penduduk tempatnya gersang dan
panas, udara di lingkungan tersebut juga kurang baik karna
banyak kendaraan.
2. Sistem Kesehatan
Tidak ada Posbindu di Desa Bahagia
3. Keamanan dan Transportasi
Banyak kendaraan melintas di daerah tempat tinggal
4. Pendidikan
Rata-rata penduduk lulusan SMP
5. Ekonomi
Ekonomi di Desa Bahagia termasuk menengah bawah, sebagian
besar penduduk bekerja menjadi pesuruh dan penjaga warung
6. Politik dan Pemerintahan
Tinggal di daerah berpolitik
7. Komunikasi
Mayoritas penduduk dapat berkomunikasi baik dengan
lingkungannya
8. Rekreasi
Penduduk mengatakan jarang melakukan rekreasi
Penggunaan waktu senggang lansia 26% jalan-jalan dan 5% senam
c. Persepsi dalam lingkungan masyarakat
1. Penduduk tidak peduli dengan kesehatan lansia dibuktikan dengan
tidak adanya posbindu yang dilakukan dan kegiatan senam lansia yang
dilakukan
2. Warga mengatakan lansia hanya memeriksakan kesehatannya ketika
sakit
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Warga mengatakan tidak ada 1. Desa Bahagia di Depok berpenduduk 400
posbindu orang jiwa 24%
2. Kader mengatakan bahwa senam 2. Penggunaan waktu senggang lansia : 48%
lansia dan posbindu tidak pernah berkebun/melakukan, pekerjaan rumah,
dilakukan 26% jalan-jalan, 5% senam, dan 23%
3. Warga mengatakan bahwa lansia tidak memiliki kegiatan
hanya memeriksakan kesehatannya 3. Penduduk tidak peduli (kurang dukungan
ketika sakit sosial) dengan kesehatan lansia
4. 64% Lansia mempunyai keluhan dibuktikan dengan tidak adanya posbindu
adanya penyakit antara lain : Stroke yang dilakukan dan kegiatan senam
(8%), Hipertensi 30%), DM (13%), lansia yang dilakukan
penyakit jantung (1%), dll.
Data tambahan :
Data tambahan : 4. Penduduk mengatakan jarang melakukan
1. Lansia mengatakan suka mengalami rekreasi
cemas 5. Kota Depok kota padat penduduk
2. Lansia mengatakan kekuatan otot tempatnya gersang dan panas, udara di
lansia menurun lingkungan juga kurang baik karna
banyak kendaraan.
6. Rata-rata penduduk lulusan SMP
7. Mayoritas penduduk dapat
berkomunikasi baik dengan
lingkungannya
8. Kaki para lansia nampak mengecil
9. 10% lansia mengalami obesitas
10. >14% lansia berjenis kelamin wanita
11. Mayoritas penduduk berasal dari pulau
Jawa
12. Mayoritas penduduk beragama Islam
13. Banyak kendaraan melintas di daerah
tempat tinggal
14. Nampak aktivitas fisik sehari hari rata-
rata kurang dari yang dianjurkan menurut
usia dan jenis kelamin
15. Tidak adanya posbindu di Desa Bahagia
16. Gaya hidup kurang gerak pada lansia
17. Lansia jarang memperhatikan dan
mengecek kesehatannya
ANALISA DATA
Data Masalah
Ds:
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisiensi Kesehatan Komunitas (00215) Domain 1. Promosi Kesehatan hal 159
2. Risiko sindrom lansia lemah (00231) Domain 1. Promosi Kesehatan hal 157
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi
Intervensi Strategi Standar Kriteria
1. Defisiensi Kesehatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Primer : Pengembangan Pendidikan Meningkatnya Kognitif
Komunitas selama 2 bulan Defisiensi Kesehatan Kesehatan Komunitas (NIC, Kesehatan pengetahuan
Komunitas dapat teratasi dengan 313) Warga Desa
1. Identifikasi bersama Lombok
indicator :
komunitas mengeai
Defisiensi Kesehatan Komunitas ( NOC masalah dan prioritas
halaman 623) kesehatan
2. Bantu anggota
1. Kontrol Risiko Komunitas : Tradisi komunitas untuk
Budaya Yang Tidak Sehat (NOC meningkatkan kesadaran
halaman 277) dan memberikan
a. Penilaian yang perhatian mengenai
sistematis terhadap masalah-masalah
praktik budaya kesehatan
dikomunitas dengan 3. Perkuat kontak antara
sekala 1 ditingkatkan 4 individu dan kelompok
menjadi sering untuk mendiskusikan
menunjukan adanya kepentingan bersama
perubahan (yang umum) dan yang
b. Penggunaan perwakilan berlawanan
komunitas yang 4. Kembangkan strategi
berpengaruh untuk untuk mengelola konflik
mendorong 5. Satukan anggota
rekomendasi perubahan komunitas dalam misi
dengan skala 3 yang sama
ditingkatkan 5 menjadi Kemitraan Menurunnya Psikomotor
secara konsisten Sekunder : Manajemen dengan tingkat resiko
menunjukan perubahan Lingkungan: Komunitas (NIC, puskesmas atau permasalahan
c. Program pendidikan 194) posbindu kesehatan warga
untuk penguatan praktik 1. Inisiasi skrining risiko desa Lombok
budaya yang sehat kesehatan yang berasal
dengan skala 2 dari lingkungan
ditingkatkan ke 5 2. Monitor status resiko
menjadi sering kesehatan yang sudah
menunjukan adanya diketahui
perubahan 3. Berkolaborasi dalam
mengembangkan
2. Kontrol Risiko Komunitas : Penyakit program aksi di
Kronik (NOC halaman 275) komunitas
a. Penyediaan Program 4. Lakukan program
pendidikan publik edukasi untuk kelompok
tentang penyakit kronik beresiko
dengan skala 2 5. Lakukan program
dinaikan 4 menjadi edukasi gaya hidup sehat
sebagian besar adekuat untuk warga sekitar
informasinya 6. Tingkatkan kebijakan
b. Pemantauan komplikasi pemerintah untuk
penyakit kronis menurunkan risiko
dinaikan dari skala 3 tertentu Diterapkannya Afektif
menjadi skala 5 yang Kemitraan kebijakan yang
artinya sepenuhnya Tersier : Monitor kebijakan dengan relevan dengan
dapat terpantau akibat kesehatan (NIC, 234) Kelurahan, masalah yang
dari penyakitnya 1. Tinjau kebijakan yang Kecamatan atau ada
c. Kebijakan publik yang diusulkan dan standar dinas kesehatan
mencegah penyakit 3 dalam organisasi, kota terkait
ditingkatkan 5 menjadi profesi, serta literaturnya
sepenuhnya adekuat dalam pemerintahan dan
kebijakan publik didalam media popular
2. Kaji implikasi dan
tuntutan dari kebijakan
yang diusulkan serta
standar untuk perawatan
pasien yang berkualitas
3. Identifikasi dan
selesaikan ketimpangan
antara standar dan
kebijakan yang
diusulkan saat ini
2. Risiko sindrom Setelah dilakukan asuhan keperawatan (6490) Fall prevention Pemberdayaan Terjadinya Afektif
lansia lemah selama 2 bulan Risiko sindrom lansia - Identifikasi penurunan perubahan
lemah dapat teratasi dengan indicator : kemampuan kognitif dan perilaku
kemampuan fisik kesehatan
- Identifikasi perilaku dan diDesa Lombok
factor yang dapat
(3010) Client Satisfication : Safety mengakibatkan jatuh
(301015) Fall prevention strategies - Kaji ulang riwayat jatuh
from not at all satisfied (1st) to - Identifikasi lingkungan yang
moderately satisfied (3rd) dapat meningkatkan resiko
- (301015) Mengatur strategi untuk jatuh
mencegah jatuh dengan dapat - Monitor gaya berjalan,
mengenali factor perilaku dan keseimbangan dan tingkat
lingkungan yang bisa meningkatkan kelelahan
resiko jatuh dengan indikator dari - Monitor keseimbangan dan
tidak puas (1st) ke puas sedang (3rd) tingkat kelelahan serta
kemampuan berpindah
(3011) Client Satisfication : Symptom - Bantu ambulasi klien untuk
Control gangguan keseimbangan
(301113) Monitored for comfort from - Sediakan alat bantu seperti
somewhat (2nd) to moderately satisfied tongkat atau handrail
(3rd) - Ajarkan cara jatuh klien yang
- (301113) Merasa nyaman dengan meminimalkan cedera
system pendukung yang ada, seperti - Hindari meletakkan sesuatu
anak-anak dan teman-teman dengan secara tidak teratur di
indikator dari agak puas (2nd) ke permukaan lantai
puas sedang (3rd) - Sarankan menggunakan alas
kaki yang aman
- Lakukan program latihan
fisik rutin yang meliputi
berjalan
- Kolaborasi dengan
professional untuk
meminimalkan efek samping
obat yang dapat berkontribusi
pada kejadian jatuh seperti
hipotensi orthostatic
- Lakukan pengawasan
terhadap klien Pemberdayaan Terjadinya Psikomotor
perubahan
perilaku
(5330) Mood Management : kesehatan di
- Evaluasi alam perasaan Desa Lombok
- Tentuksn terhadap resiko
keamanan pada diri sendiri
atau orang lain
- Lakukan tindakan untuk
pencegahan dari resiko
membahayakan fisik seperti
kekerasan
- Monitor kemampuan klien
untuk beraktifitas
- Bantu melakukan perawatan
diri sesuai kebutuhan
- Monitor status fisik klien
- Monitor dan atur tingkat
aktivitas sesuai kemampuan
- Bantu untuk mengatur siklus
istirahat tidur
- Berikan kesempatan untuk
melakukan aktivitas
fisikMonitor kemampuan
kognitif seperti konsentrasi,
ingatan, perhatian
- Gunakan bahasa yang
sederhana saat berkomunikasi
dengan kalien
- Gunakan alat bantu
mengingat dan tanda-tanda
visual untuk klien dengan
kognitif bermasalah
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi pemicu
disfungsi alam perasaan
seperti berduka/kehilangan
dan masalah fisik
- Dukung klien untuk terlibat
dalam interaksi social dan
aktivitas dengan orang lain
- Berikan umpan balik dan
apresiasi terhadap kemajuan
dalm interaksi/perilaku social
- Monitor dan tangani terkait
ada tidaknya efek samping
pengobatan dan dampak
terhadap alam perasaan
- Monitor dan dukung
kepatuhan klien dalam
berobat
- Berikan pendidikan terkait
penyakit dan pengobatan
(pendidikan kesehatan
penyakit degeneratif)
- Sediakan petunjuk dalam hal
dukungan system seperti
keluarga, teman, sumber
spiritual, dukungan kelompok
dan konseling
- Dorong dan bantu kenangan
positif klien
- Dukung interaksi social klien
seperti terapi aktivitas
kelompok dan/atau terapi
modalitas
- Kaji system pendukung klien,
ingatkan klien bila keluarga
sangat membutuhkan klien
begitu juga sebaliknya