Anda di halaman 1dari 27

Asuhan Keperawatan pada Lansia

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Komunitas II

Dosen Pengampu : Ns. Sang Ayu Made Adyani, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom

Disusun oleh :
Sita Resmi P 1610711001
Haniah Rahmawati 1610711009
Astie Rina A 1610711010
Ziya Daturrahmah 1610711013
Indah Nopianti 1610711023

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
JAKARTA
2019
A. PROGRAM KESEHATAN TERKAIT KASUS MERUJUK KEMENKES, DINKES DAN
PUSKESMAS

Seiring dengan semakin meningkatnya populasi lansia, pemerintah telah merumuskan


berbagai kebijakan pelayanan kesehatan usia lanjut ditujukan untuk meningkatkan derajat
kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua bahagia dan berdaya guna
dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan keberadaannya.
Kebijakan
UU dan peraturan yang terkait dengan penanganan Lansia
Indonesia telah memiliki perundang-undangan, keputusan, peraturan dan kebijakan untuk
penganan lanjut usia diantaranya:
1. UUD 45 pasal 28 H , setiap orang ber hak atas jaminan sosial yang memungkinkan
pengembangan dirinya secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.
2. UU No. 13/98 tentang kesejahteraan Lansia yang mengamanatkan kepada pemerintah
berkewajiban memberikan pelayanan dan perlindungan sosial bagi Lansia. agar
mereka dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar. Amanat terurai
dalam pasal-pasal untuk 12 departemen, lembaga non departemen serta kepada unsure
masyarakat.
3. UU No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional khususnya yang
menyangkut jaminan sosial bagi Lansia UU. No. 11/2009 tentang kesejahteraan sosial
4. Keppres 52/2004 tentang Komnas Lansia Permendagri No.60/2008 tentang
pembentukan Komda Lansia dan pemberdayaan masyarakat
5. RAN 2003 dan 2008 tentang Kesejahteraan Sosial Lansia

Sebagai wujud nyata pelayanan sosial dan kesehatan pada kelompok usia lanjut ini,
pemerintah telah mencanangkan pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan
kesehatan di tingkat masyarakat adalah Posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia
tingkat dasar adalah Puskesmas, dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan adalah Rumah
Sakit.
Program Nasional Lansia :

1. Posyandu Lansia

Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut di suatu
wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan Posyandu lansia merupakan pengembangan dari kebijakan
pemerintah melalui pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui
program Puskesmas dengan melibatkan peran serta para lansia, keluarga, tokoh masyarakat
dan organisasi sosial dalam penyelenggaraannya.

Tujuan Posyandu Lansia

Tujuan pembentukan posyandu lansia secara garis besar antara lain :

a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di masyarakat, sehingga


terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta masyarakat dan
swasta dalam pelayanan kesehatan disamping meningkatkan komunikasi
antara masyarakat usia lanjut.

Sasaran posyandu lansia

a. Sasaran langsung:
1) Pra usia lanjut (pra senilis) 45-59 thn
2) Usia lanjut 60-69 thn
3) Usia lanjut risiko tinggi: usia lebih dari 70 thn atau usia lanjut berumur 60 thn atau
lebih dgn masalah kesehatan
b. Sasaran tidak langsung:
1) Keluarga dimana usia lanjut berada
2) Masyarakat di lingkungan usia lanjut
3) Organisasi sosial yg peduli
4) Petugas kesehatan
5) Masyarakat luas

Mekanisme Pelayanan Posyandu Lansia

Berbeda dengan posyandu balita yang terdapat sistem 5 meja, pelayanan yang
diselenggarakan dalam posyandu lansia tergantung pada mekanisme dan kebijakan pelayanan
kesehatan di suatu wilayah kabupaten maupun kota penyelenggara. Ada yang
menyelenggarakan posyandu lansia sistem 5 meja seperti posyandu balita, ada juga hanya
menggunakan sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

a. Meja I : pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan berat badan dan atau
tinggi badan
b. Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh
(IMT). Pelayanan kesehatan seperti pengobatan sederhana dan rujukan kasus juga
dilakukan di meja II ini
c. Meja III : melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling, disini juga bisa
dilakukan pelayanan pojok gizi

Kendala Pelaksanaan Posyandu Lansia

Beberapa kendala yang dihadapi lansia dalam mengikuti kegiatan posyandu antara lain :

a. Pengetahuan lansia yang rendah tentang manfaat posyandu


Pengetahuan lansia akan manfaat posyandu ini dapat diperoleh dari pengalaman
pribadi dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan menghadiri kegiatan posyandu, lansia
akan mendapatkan penyuluhan tentang bagaimana cara hidup sehat dengan segala
keterbatasan atau masalah kesehatan yang melekat pada mereka. Dengan pengalaman ini,
pengetahuan lansia menjadi meningkat, yang menjadi dasar pembentukan sikap dan dapat
mendorong minat atau motivasi mereka untuk selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia
b. Jarak rumah dengan lokasi posyandu yang jauh atau sulit dijangkau
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa
harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan daya tahan atau
kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan
dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika lansia merasa aman atau
merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan
atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat mendorong minat atau motivasi lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor
eksternal dari terbentuknya motivasi untuk menghadiri posyandu lansia.
c. Kurangnya dukungan keluarga untuk mengantar maupun mengingatkan lansia untuk
datang ke posyandu
Dukungan keluarga sangat berperan dalam mendorong minat atau kesediaan lansia
untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia. Keluarga bisa menjadi motivator kuat bagi
lansia apabila selalu menyediakan diri untuk mendampingi atau mengantar lansia ke
posyandu, mengingatkan lansia jika lupa jadwal posyandu, dan berusaha membantu
mengatasi segala permasalahan bersama lansia.
d. Sikap yang kurang baik terhadap petugas posyandu
Penilaian pribadi atau sikap yang baik terhadap petugas merupakan dasar atas
kesiapan atau kesediaan lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan sikap yang
baik tersebut, lansia cenderung untuk selalu hadir atau mengikuti kegiatan yang diadakan
di posyandu lansia. Hal ini dapat dipahami karena sikap seseorang adalah suatu cermin
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu obyek. Kesiapan merupakan kecenderungan
potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu apabila individu dihadapkan pada
stimulus yang menghendaki adanya suatu respons.

Bentuk Pelayanan Posyandu Lansia

Pelayanan Kesehatan di Posyandu lanjut usia meliputi pemeriksaan Kesehatan fisik


dan mental emosional yang dicatat dan dipantau dengan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk
mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi dini) atau ancaman masalah kesehatan
yang dihadapi.

Jenis Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada usia lanjut di Posyandu Lansia seperti:

a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan,


seperti makan/minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air
besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental. Pemeriksaan ini berhubungan dengan mental emosional
dengan menggunakan pedoman metode 2 (dua ) menit.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi
badan dan dicatat pada grafik indeks masa tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan stetoskop serta penghitungan
denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin menggunakan talquist, sahli atau cuprisulfat
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula
(diabetes mellitus)
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni sebagai deteksi awal
adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke Puskesmas bilamana ada keluhan dan atau ditemukan
kelainan pada pemeriksaan butir 1 hingga 7. Dan
i. Penyuluhan Kesehatan.

Kegiatan lain yang dapat dilakukan sesuai kebutuhan dan kondisi setempat seperti
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dengan memperhatikan aspek kesehatan dan gizi
lanjut usia dan kegiatan olah raga seperti senam lanjut usia, gerak jalan santai untuk
meningkatkan kebugaran.

Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan di Posyandu Lansia, dibutuhkan, sarana dan


prasarana penunjang, yaitu: tempat kegiatan (gedung, ruangan atau tempat terbuka), meja dan
kursi, alat tulis, buku pencatatan kegiatan, timbangan dewasa, meteran pengukuran tinggi
badan, stetoskop, tensi meter, peralatan laboratorium sederhana, thermometer, Kartu Menuju
Sehat (KMS) lansia.

2. Puskesmas Lansia
Tujuan pelaksanaan kegiatan dalam program usia lanjut adalah :
a. Melaksanakan penyuluhan secara teratur dan berksinambungan sesuai kebutuhan
melalui berbagai media mengenai kesehatan usia lanjut.Usaha ini dilakukan terhadap
berbagai kelompok sasaran yaitu usia lanjut sendiri, keluarga dan masyarakat
dilingkungan usia lanjut.
b. Melaksanakan penjaringan usia lanjut resiko tinggi, pemeriksaan berkala usia lanjut
dan memberi petunjuk upaya pencegahan penyakit, gangguan psikososial dan bahaya
kecelakaan yang dapat terjadi pada usia lanjut.
c. Melaksanakan diagnose dini, pengobatan,perawatan dan pelayanan rehabilitative
kepada usia lanjut yang membutuhkan dan memberi petunjuk mengenai tindakan
kuratif atau rehabilitative yang harus dijalani, baik kepada usia lanjut maupun
keluarganya.
d. Melaksanakan rujukan medic ke fasilitas rumah sakit untuk pengobatan, perawatan
atau rehabilitative bagi usia lanjut yang membutuhkan termasuk mengusahakan
kemudahan-kemudahannya.

Kegiatan yang dilaksanakan, antara lain :


a. Pemeriksaan tekanan darah
b. pengobatan secara umum
c. penyuluhan terkait dengan penyakit yang diderita (face to face)
d. mengirimkan pasien untuk operasi katarak setiap tahun
e. senam lansia bila ada program dari dinas kesehatan dan rujukan medic ke Rumah sakit

3. Terapi pada lansia


Terapi yang dapat dilakukan pada lansia antara lain :
a. Terapi modalitas : untuk mengisi waktu luang bagi lansia
b. Terapi Aktifitas Kelompok : Untuk meningkatkan kebersamaan,bertukar pengalaman
c. Terapi Musik : Untuk meningkatkan gairah hidup
d. Terapi berkebun : Untuk melatih kesabaran
e. Terapi dengan binatang : Untuk meningkatkan kasih saying dan mengisi waktu luang
f. Terapi Kognitif : Agar daya ingat tidak menurun
g. Life review terapi : Meningkatkan gairah hidup dan harga diri
h. Terapi Keagamaan : meningkatkan rasa nyaman menjelang kematian
B. PROGRAM KOTA SEHAT TERKAIT TUMBUH KEMBANG PADA KASUS

KOTA SEHAT: “adalah suatu kondisi kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat
untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan
dengan kegiatan yang terintergrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah”.

Program Kota Depok dalam Kesehatan dan Kesejahteraan Lansia diantaranya adalah:

1. Zebra Cross Khusus Lansia, Ibu Hamil dan Difabel


Bagi sebagian Lansia, menyeberang jalan kerap kali menjadi sebuah masalah.
Bagaimana tidak, lalu lalang kendaraan yang padat menjadi faktor utama sulitnya Lansia
meminta hak mereka. Jembatan penyeberangan juga tidak menjadi solusi, karena
tenaganya tidak cukup kuat untuk menaiki anak tangga di usianya yang sudah renta.
2. Penduduk Lansia Tetap Berperan di Masa Tua
Menurut pemerintah Kota Depok Lansia terdiri dari beberapa kategori yaitu lansia
produktif, lansia tidak produktif, lansia terlantar, dan lansia yang mengalami korban
kekerasan. Untuk menjadikan lansia yang berperan aktif, Pemerintah Kota Depok saling
bersinergi menangani permasalahan tersebut sesuai aspek dan bidangnya. Lansia yang
produktif masih berperan pada beberapa organisasi seperti Lembaga Usia Lanjut
Indonesia (LLI) dan Perhimpunan Gerontologi Indonesia (Pergeri). Namun, bagi lansia
yang terlantar dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga, Pemkot Depok melalui
Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kota Depok bertugas untuk menindak
lanjuti. Pada implementasinya, Disnakersos memberikan arahan berupa pembinaan atau
pun memberikan fasilitas di panti jompo. Selain itu, bagi lansia yang sudah tidak
produktif, pihak Pemerintah juga menyediakan Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) yang
dilaksanakan di masing-masing wilayah di Kota Depok. Pelayanan yang diberikan
meliputi pemeriksaan kesehatan, penyuluhan, serta pemberian makanan tambahan.
3. Pelayanan utama bagi Warga Lansia
Pemerintah Kota (Pemkot) Depok seoptimal mungkin memberikan pelayanan kepada
para warga lanjut usia (lansia), baik di bidang kesehatan, sosial, ekonomi, pemberdayaan
masyarakat maupun bidang lainnya. Pemkot Depok tengah mendorong 11 kecamatan
untuk mempunyai Komda Lansia. Sehingga nantinya kecamatan se-Depok akan memiliki
program hingga anggaran yang dialokasikan khusus bagi para lansia untuk mendukung
produktivitasnya di masa senja.
4. Program Ramah Lansia
Saat ini Pemerintah Kota Depok terus melakukan peningkatan jumlah pos pembinaan
terpadu atau Posbindu. Posbindu, menjadi salah satu strategi penting pemerintah untuk
mengendalikan trend penyakit tidak menular yang semakin mengkawatirkan.
Sebagaimana kita ketahui, berbagai data dan penelitian, menunjukkan bahwa trend
tingkat kesakitan dan kematian penyakit tidak menular (hipertensi, diabetes, stroke,
jantung, ginjal, dan lainnya), sudah melampaui tinkat morbiditas dan mortalitas penyakit
menular. Pemerintah kota Depok menggalakan infrastruktur publik ramah lansia, hingga
kegiatan-kegiatan pemberdayaan lansia yang terus digalakkan di masing-masing
perangkat daerah di Kota Depok.

C. Prevalensi
D. Pengertian dan etiologi

Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65 dan 75 tahun.
Jumlah kelompok usia ini meningkat drastis dan ahli demografi memperhitungkan peningkatan
populasi lansia sehat terus meningkat sampai abad selanjutnya (Potter & Perry, 2005). Lanjut usia
merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Dalam mendefinisikan batasan penduduk
lanjut usia menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional ada tiga aspek yang perlu
dipertimbangkan yaitu aspek biologi, aspek ekonomi dan aspek sosial. Secara biologis penduduk
lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan secara terus menerus, yang ditandai
dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang
dapat menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam struktur dan fungsi
sel, jaringan, serta sistem organ. Secara ekonomi, penduduk lanjut usia lebih dipandang sebagai
beban. Banyak orang beranggapan bahwa kehidupan masa tua tidak lagi memberikan banyak
manfaat, bahkan ada yang sampai beranggapan bahwa kehidupan masa tua, seringkali
dipersepsikan secara negatif sebagai beban keluarga dan masyarakat (Ismayadi, 2004). Menurut
Constantinidies menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan - lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri / mengganti diri dan mempertahankan fungsi
normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang
diderita. Menurut organisasi dunia (WHO) lanjut usia meliputi usia pertengahan (middleage)
adalah kelompok usia 45-59 tahun, Usia lanjut (elderly) adalah kelompok usia 60-74 tahun, Usia
lanjut (old) adalah kelompok usia 75-90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah kelompok
usia diatas 90 tahun.

E. Tanda dan gejala


1. Perubahan Fisik
Kekuatan fisik secara menyeluruh berkurang, merasa cepat lelah dan stamina
menurun, sikap badan yang semula tegap menjadi membungkuk, otot-otot mengecil,
hipotropis, terutama di bagian dada dan lengan, dan pada kulit mengerut atau kriput akibat
kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses
keratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis. Sedangkan pada rambut telah
memutih dan pertumbuhan berkurang sedang rambut dalam hidung dan telinga mulai
menebal. Dan perubahan pada indra misalnya pada penglihatan, hilangnya daya akomodasi.
Pada pendengaran pengumpulan serumen dapat terjadi karena meningkatnya kreatinin. Dan
selanjutnya adalah pengapuran pada tulang rawan, seperti tulang dada sehingga dada menjadi
kaku dan sulit bernafas.
2. Perubahan Sosial
Perubahan sosial yang terjadi adalah perubahan peran post power syndrome, single
women, dan single parent. Dan ketika lansia lainnya meninggal maka muncul perasaan kapan
akan meninggal, terjadinya kepikunan yang dapat mengganggu dalam bersosialisasi serta
emosi mudah berubah, sring marah- marah dan mudah tersinggung.

3. Perubahan Psikologi
Perubahan pada lansia meliputi short term memory. Frustasi, kesepian, takut
kehilangan kebebasan, takut menghadapi kematian, perubahan depresi dan kecemasan.
F. Akibat dan komplikasi
1. Para lansia yang mengalami suatu penyakit degeneratif atau penyakit kronik tidak dapat
menikmati masa tua yang bahagia dan berguna
2. Merasa hidupnya terancam kematian
3. Bergantung pada orang lain

G. CARA PENCEGAHAN DAN PENATALAKSANAAN MASALAH KESEHATAN


SESUAI KASUS DI MASYARAKAT
1. Upaya promotif
Yaitu menggairahkan semangat hidup bagi usia lanjut agar mereka tetap dihargai dan
tetap berguna baik bagi dirinya sendiri, keluarga maupun masyarakat. Upaya promotif dapat
berupa kegiatan penyuluhan, dimana penyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang
penting sebagai penunjang program pembinaan kesehatan usia lanjut yang antara lain adalah :
1) Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta deteksi dini penurunan kondisi
kesehatannya, teratur dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke
puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.
2) Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan usia
lanjut agar tetap merasa sehat dan segar.
3) Diet seimbang atau makanan dengan menu yang mengandung gizi seimbang.
4) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
5) Membina keterampilan agar dapat mengembangkan kegemaran atau hobinya secara
teratur dan sesuai dengan kemampuannya.
6) Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau mengadakan kelompok sosial.
7) Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik seperti merokok, alkhohol, kopi ,
kelelahan fisik dan mental.
8) Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara benar.
9) Penyuluhan tentang penyakit-penyakit yang umumnya terjadi pada lansia, seperti
stroke, hipertensi, DM, Jantung, dan masalah kesehatan lainnya.

2. Upaya preventif
Yaitu upaya pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit maupun
komplikasi penyakit yang disebabkan oleh proses ketuaan.
Upaya preventif dapat berupa kegiatan :
1) Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur untuk menemukan secara dini penyakit-
penyakit usia lanjut.
2) Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan disesuaikan dengan kemampuan
usia lanjut serta tetap merasa sehat dan bugar.
3) Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu misalnya kacamata, alat bantu
pendengaran agar usia lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa berguna.
4) Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan pada usia
lanjut.
5) Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

3. Upaya kuratif
Yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan dapat berupa kegiatan:
1) Pelayanan kesehatan dasar.
2) Pelayanan kesehatan spesifikasi melalui sistem rujukan.

4. Upaya rehabilitative
Yaitu upaya mengembalikan fungsi organ yang telah menurun.
Yang dapat berupa kegiatan :
1) Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang penggunaan berbagai alat
bantu misalnya alat pendengaran dan lain -lain agar usia lanjut dapat memberikan karya
dan tetap merasa berguna sesuai kebutuhan dan kemampuan.
2) Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri dan memperkuat mental penderita.
3) Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi , aktifitas di dalam maupun diluar
rumah.
4) Nasihat cara hidup yang sesuai dengan penyakit yang diderita.
5) Perawatan fisioterapi.

H. KARAKTERISTIK DAN TUMBUH KEMBANG KELOMPOK TERKAIT KASUS


1. KARAKTERISTIK KESEHATAN USIA LANJUT
Adapun karakteristik kesehatan usia lanjut antara lain :
a. Proses menua adalah normal dan alamiah, fisiologis dan tidak dapat kembali seperti
semula.
b. Kebutuhan dasar : physiology, safety, love, self-esteem, self-actualization
c. Optimalisasi kemampuannya lebih penting dari pada masalah kesehatan yang
dihadapinya.
d. Kemampuan fungsional : kemampuan beradaptasi, mengatasi stres, melakukan aktifitas.
2. TUMBUH KEMBANG PADA LANSIA
a. Pengertian lansia
Lansia merupakan periode dimana organisme telah mencapai kemasakan dalam ukuran
fungsi dan juga kemunduran sejalan dengan waktu.
b. Usia lansia
Menurut Depkes dikutip dari Aziz 1994 lansia dibagi menjadi 3 kelompok yaitu :
 Lansia dini (55-64 tahun)
 Lansia 65 tahun keatas
 Lansia resiko tinggi lebih dari 70 tahun
Menurut Organisasi kesehatan dunia atau WHO menggolongkan Lansia menjadi 4 yaitu :
a. Usia pertengahan (middle age) 45-59 tahun.
b. Lanjt usia (elderly) 60-74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) 75-90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.

c. Perubahan fungsi lansia


1) Sel
Jumlah selnya akan lebih sedikit, dan ukurannya akan lebih besar.
2) Sistem Syaraf
Berat otak menurun 10-20%, hubungan persyarafan cepat menurun, lambat dalam
merespon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf
panca indera, dan kurang sensitive terhadap sentuhan.
3) System pendengaran
Gangguan pada pendengaran, pendengaran menurun pada manula yang mengalami
ketegangan jiwa/stress.
4) System penglihatan
Hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih suram (keruh), daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, menurunnya lapang pandang, dan menurunnya daya
membedakan biru atau hijau.
5) System kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, tekanan
darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya retensi dari pembuluh darah perifer.
6) System pengaturan temperature tubuh
Temperature tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologik ± 35°C ini akibat
metabolism yang menurun.

d. Penyakit yang sering terjadi pada lansia


 Rheumatic
 Osteoporosis
 Osteoarthritis
 Hipertensi
 Stroke
 Penyakit jantung
 Diabetes melitus
 Gastritis
 Gagal ginjal akut/kronis
 Prostat
 Dll

e. Perubahan psikologis lansia


a) Penurunan kondisi fisik
Hal ini semua dapat menimbulkan gangguan atau kelainan fungsi fisik, psikologik,
maupun social, yang selanjutnya dapat menyebabkan suatu keadaan ketergantungan
kepada orang lain.
b) Penurunan fungsi dan potensi seksual
Pasangan hidup telah meninggal, disfungsi seksual karena perubahan hormonal atau
masalah kesehatan jiwa lainnya misalnya cemas, depresi, pikun, dsb.
c) Perubahan yang berkaitan dengan pekerjaan
Pension sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran,
kegiatan, status, dan harga diri.
d) Perubahan dalam peran social di masyarakat
Akibat berkurangnya fungsi indera, peran dimasyarakat pun akan berubah.

f. Perubahan ekonomi pada lansia


Pada umumnya perubahan ini diawal ketika masa pensiun. Penghasilan akan berkurang,
sehingga perlu menyesuaikan perubahan ekonomi.
Asuhan Keperawatan Kesehatan Lansia

Pengkajian Kasus Kesehatan sesuai dengan format Asuhan


Keperawatan Komunitas

1. PENGKAJIAN
a. Core
1) Sejarah
Penduduk tinggal di Desa Bahagia daerah Depok. Dimana kota tersebut
merupakan kota padat penduduk dan banyak polusi karna banyak
kendaraan.
2) Demografi
Desa Bahagia di Depok berpenduduk 400 orang jiwa dengan 24% nya lansia
dan >14% lansia berjenis kelamin wanita
3) Etnis
Mayoritas penduduk berasal dari pulau Jawa
4) Nilai dan Keyakinan
Mayoritas penduduk beragama Islam
5) Data statistic
Dari pengkajian yang dilakukan oleh perawat komunitas di Desa Bahagia
didapatkan data:
• 24% penduduk merupakan lansia
• >14% lansia berjenis kelamin wanita
• 64% lansia mempunyai keluhan adanya penyakit antara lain: Stroke (8%),
Hipertensi 30%), DM (13%), penyakit jantung (1%), dll.
• Penggunaan waktu senggang lansia : 48% berkebun/melakukan pekerjaan
rumah, 26% jalan-jalan, 5% senam, dan 23% tidak memiliki kegiatan

6) Karakteristik Penduduk
 Fisik :
- Kaki para lansia nampak mengecil
- Lansia mengatakan kekuatan otot lansia menurun
- 10% lansia mengalami obesitas
- 8% lansia mengalami stroke
 Psikologis :
- Lansia mengatakan suka mengalami cemas
 Sosial :
- Lansia jarang memperhatikan dan mengecek kesehatannya
 Perilaku :
- Kader mengatakan bahwa senam lansia dan posbindu tidak pernah
dilakukan
- Warga mengatakan bahwa lansia hanya memeriksa kesehatannya ketika
sakit
- Gaya hidup kurang gerak pada lansia
b. Data Subsistem
1. Lingkungan Fisik
Lansia tinggal di Desa Bahagia daerah Depok , dimana kota
tersebut merupakan kota padat penduduk tempatnya gersang dan
panas, udara di lingkungan tersebut juga kurang baik karna
banyak kendaraan.
2. Sistem Kesehatan
Tidak ada Posbindu di Desa Bahagia
3. Keamanan dan Transportasi
Banyak kendaraan melintas di daerah tempat tinggal
4. Pendidikan
Rata-rata penduduk lulusan SMP
5. Ekonomi
Ekonomi di Desa Bahagia termasuk menengah bawah, sebagian
besar penduduk bekerja menjadi pesuruh dan penjaga warung
6. Politik dan Pemerintahan
Tinggal di daerah berpolitik
7. Komunikasi
Mayoritas penduduk dapat berkomunikasi baik dengan
lingkungannya
8. Rekreasi
Penduduk mengatakan jarang melakukan rekreasi
Penggunaan waktu senggang lansia 26% jalan-jalan dan 5% senam
c. Persepsi dalam lingkungan masyarakat
1. Penduduk tidak peduli dengan kesehatan lansia dibuktikan dengan
tidak adanya posbindu yang dilakukan dan kegiatan senam lansia yang
dilakukan
2. Warga mengatakan lansia hanya memeriksakan kesehatannya ketika
sakit
DATA FOKUS
DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF
1. Warga mengatakan tidak ada 1. Desa Bahagia di Depok berpenduduk 400
posbindu orang jiwa 24%
2. Kader mengatakan bahwa senam 2. Penggunaan waktu senggang lansia : 48%
lansia dan posbindu tidak pernah berkebun/melakukan, pekerjaan rumah,
dilakukan 26% jalan-jalan, 5% senam, dan 23%
3. Warga mengatakan bahwa lansia tidak memiliki kegiatan
hanya memeriksakan kesehatannya 3. Penduduk tidak peduli (kurang dukungan
ketika sakit sosial) dengan kesehatan lansia
4. 64% Lansia mempunyai keluhan dibuktikan dengan tidak adanya posbindu
adanya penyakit antara lain : Stroke yang dilakukan dan kegiatan senam
(8%), Hipertensi 30%), DM (13%), lansia yang dilakukan
penyakit jantung (1%), dll.
Data tambahan :
Data tambahan : 4. Penduduk mengatakan jarang melakukan
1. Lansia mengatakan suka mengalami rekreasi
cemas 5. Kota Depok kota padat penduduk
2. Lansia mengatakan kekuatan otot tempatnya gersang dan panas, udara di
lansia menurun lingkungan juga kurang baik karna
banyak kendaraan.
6. Rata-rata penduduk lulusan SMP
7. Mayoritas penduduk dapat
berkomunikasi baik dengan
lingkungannya
8. Kaki para lansia nampak mengecil
9. 10% lansia mengalami obesitas
10. >14% lansia berjenis kelamin wanita
11. Mayoritas penduduk berasal dari pulau
Jawa
12. Mayoritas penduduk beragama Islam
13. Banyak kendaraan melintas di daerah
tempat tinggal
14. Nampak aktivitas fisik sehari hari rata-
rata kurang dari yang dianjurkan menurut
usia dan jenis kelamin
15. Tidak adanya posbindu di Desa Bahagia
16. Gaya hidup kurang gerak pada lansia
17. Lansia jarang memperhatikan dan
mengecek kesehatannya

ANALISA DATA
Data Masalah

Ds:

1. Warga mengatakan tidak ada


posbindu
2. Kader mengatakan bahwa senam
lansia dan posbindu tidak pernah
dilakukan
3. 64% Lansia mempunyai keluhan
adanya penyakit antara lain : Stroke
(8%), Hipertensi 30%), DM (13%),
penyakit jantung (1%), dll.
Defisiensi Kesehatan Komunitas
4. Warga mengatakan bahwa lansia
(00215)
hanya memeriksa kesehatannya ketika
sakit
Do:

1. Tidak adanya posbindu di Desa


Bahagia
2. Lansia jarang memperhatikan dan
mengecek kesehatannya
Ds:

1. Lansia mengatakan suka


mengalami cemas
2. Lansia mengatakan kekuatan otot
lansia menurun
Do:

1. Kurangnya dukungan sosial


2. Nampak aktivitas fisik sehari hari
Risiko sindrom lansia lemah
rata-rata kurang dari yang
dianjurkan menurut usia dan jenis (00231)
kelamin
3. Gaya hidup kurang gerak pada
lansia
4. 10% lansia mengalami obesitas
5. >14% lansia berjenis kelamin
wanita
6. Kaki para lansia nampak mengecil
7. Penggunaan waktu senggang lansia
26% jalan-jalan, 5% senam, dan 23%
tidak memiliki kegiatan

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Defisiensi Kesehatan Komunitas (00215) Domain 1. Promosi Kesehatan hal 159

2. Risiko sindrom lansia lemah (00231) Domain 1. Promosi Kesehatan hal 157
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Kegiatan Evaluasi
Intervensi Strategi Standar Kriteria
1. Defisiensi Kesehatan Setelah dilakukan asuhan keperawatan Primer : Pengembangan Pendidikan Meningkatnya Kognitif
Komunitas selama 2 bulan Defisiensi Kesehatan Kesehatan Komunitas (NIC, Kesehatan pengetahuan
Komunitas dapat teratasi dengan 313) Warga Desa
1. Identifikasi bersama Lombok
indicator :
komunitas mengeai
Defisiensi Kesehatan Komunitas ( NOC masalah dan prioritas
halaman 623) kesehatan
2. Bantu anggota
1. Kontrol Risiko Komunitas : Tradisi komunitas untuk
Budaya Yang Tidak Sehat (NOC meningkatkan kesadaran
halaman 277) dan memberikan
a. Penilaian yang perhatian mengenai
sistematis terhadap masalah-masalah
praktik budaya kesehatan
dikomunitas dengan 3. Perkuat kontak antara
sekala 1 ditingkatkan 4 individu dan kelompok
menjadi sering untuk mendiskusikan
menunjukan adanya kepentingan bersama
perubahan (yang umum) dan yang
b. Penggunaan perwakilan berlawanan
komunitas yang 4. Kembangkan strategi
berpengaruh untuk untuk mengelola konflik
mendorong 5. Satukan anggota
rekomendasi perubahan komunitas dalam misi
dengan skala 3 yang sama
ditingkatkan 5 menjadi Kemitraan Menurunnya Psikomotor
secara konsisten Sekunder : Manajemen dengan tingkat resiko
menunjukan perubahan Lingkungan: Komunitas (NIC, puskesmas atau permasalahan
c. Program pendidikan 194) posbindu kesehatan warga
untuk penguatan praktik 1. Inisiasi skrining risiko desa Lombok
budaya yang sehat kesehatan yang berasal
dengan skala 2 dari lingkungan
ditingkatkan ke 5 2. Monitor status resiko
menjadi sering kesehatan yang sudah
menunjukan adanya diketahui
perubahan 3. Berkolaborasi dalam
mengembangkan
2. Kontrol Risiko Komunitas : Penyakit program aksi di
Kronik (NOC halaman 275) komunitas
a. Penyediaan Program 4. Lakukan program
pendidikan publik edukasi untuk kelompok
tentang penyakit kronik beresiko
dengan skala 2 5. Lakukan program
dinaikan 4 menjadi edukasi gaya hidup sehat
sebagian besar adekuat untuk warga sekitar
informasinya 6. Tingkatkan kebijakan
b. Pemantauan komplikasi pemerintah untuk
penyakit kronis menurunkan risiko
dinaikan dari skala 3 tertentu Diterapkannya Afektif
menjadi skala 5 yang Kemitraan kebijakan yang
artinya sepenuhnya Tersier : Monitor kebijakan dengan relevan dengan
dapat terpantau akibat kesehatan (NIC, 234) Kelurahan, masalah yang
dari penyakitnya 1. Tinjau kebijakan yang Kecamatan atau ada
c. Kebijakan publik yang diusulkan dan standar dinas kesehatan
mencegah penyakit 3 dalam organisasi, kota terkait
ditingkatkan 5 menjadi profesi, serta literaturnya
sepenuhnya adekuat dalam pemerintahan dan
kebijakan publik didalam media popular
2. Kaji implikasi dan
tuntutan dari kebijakan
yang diusulkan serta
standar untuk perawatan
pasien yang berkualitas
3. Identifikasi dan
selesaikan ketimpangan
antara standar dan
kebijakan yang
diusulkan saat ini

2. Risiko sindrom Setelah dilakukan asuhan keperawatan (6490) Fall prevention Pemberdayaan Terjadinya Afektif
lansia lemah selama 2 bulan Risiko sindrom lansia - Identifikasi penurunan perubahan
lemah dapat teratasi dengan indicator : kemampuan kognitif dan perilaku
kemampuan fisik kesehatan
- Identifikasi perilaku dan diDesa Lombok
factor yang dapat
(3010) Client Satisfication : Safety mengakibatkan jatuh
(301015) Fall prevention strategies - Kaji ulang riwayat jatuh
from not at all satisfied (1st) to - Identifikasi lingkungan yang
moderately satisfied (3rd) dapat meningkatkan resiko
- (301015) Mengatur strategi untuk jatuh
mencegah jatuh dengan dapat - Monitor gaya berjalan,
mengenali factor perilaku dan keseimbangan dan tingkat
lingkungan yang bisa meningkatkan kelelahan
resiko jatuh dengan indikator dari - Monitor keseimbangan dan
tidak puas (1st) ke puas sedang (3rd) tingkat kelelahan serta
kemampuan berpindah
(3011) Client Satisfication : Symptom - Bantu ambulasi klien untuk
Control gangguan keseimbangan
(301113) Monitored for comfort from - Sediakan alat bantu seperti
somewhat (2nd) to moderately satisfied tongkat atau handrail
(3rd) - Ajarkan cara jatuh klien yang
- (301113) Merasa nyaman dengan meminimalkan cedera
system pendukung yang ada, seperti - Hindari meletakkan sesuatu
anak-anak dan teman-teman dengan secara tidak teratur di
indikator dari agak puas (2nd) ke permukaan lantai
puas sedang (3rd) - Sarankan menggunakan alas
kaki yang aman
- Lakukan program latihan
fisik rutin yang meliputi
berjalan
- Kolaborasi dengan
professional untuk
meminimalkan efek samping
obat yang dapat berkontribusi
pada kejadian jatuh seperti
hipotensi orthostatic
- Lakukan pengawasan
terhadap klien Pemberdayaan Terjadinya Psikomotor
perubahan
perilaku
(5330) Mood Management : kesehatan di
- Evaluasi alam perasaan Desa Lombok
- Tentuksn terhadap resiko
keamanan pada diri sendiri
atau orang lain
- Lakukan tindakan untuk
pencegahan dari resiko
membahayakan fisik seperti
kekerasan
- Monitor kemampuan klien
untuk beraktifitas
- Bantu melakukan perawatan
diri sesuai kebutuhan
- Monitor status fisik klien
- Monitor dan atur tingkat
aktivitas sesuai kemampuan
- Bantu untuk mengatur siklus
istirahat tidur
- Berikan kesempatan untuk
melakukan aktivitas
fisikMonitor kemampuan
kognitif seperti konsentrasi,
ingatan, perhatian
- Gunakan bahasa yang
sederhana saat berkomunikasi
dengan kalien
- Gunakan alat bantu
mengingat dan tanda-tanda
visual untuk klien dengan
kognitif bermasalah
- Bantu klien untuk
mengidentifikasi pemicu
disfungsi alam perasaan
seperti berduka/kehilangan
dan masalah fisik
- Dukung klien untuk terlibat
dalam interaksi social dan
aktivitas dengan orang lain
- Berikan umpan balik dan
apresiasi terhadap kemajuan
dalm interaksi/perilaku social
- Monitor dan tangani terkait
ada tidaknya efek samping
pengobatan dan dampak
terhadap alam perasaan
- Monitor dan dukung
kepatuhan klien dalam
berobat
- Berikan pendidikan terkait
penyakit dan pengobatan
(pendidikan kesehatan
penyakit degeneratif)
- Sediakan petunjuk dalam hal
dukungan system seperti
keluarga, teman, sumber
spiritual, dukungan kelompok
dan konseling
- Dorong dan bantu kenangan
positif klien
- Dukung interaksi social klien
seperti terapi aktivitas
kelompok dan/atau terapi
modalitas
- Kaji system pendukung klien,
ingatkan klien bila keluarga
sangat membutuhkan klien
begitu juga sebaliknya

Anda mungkin juga menyukai