Anda di halaman 1dari 13

TUGAS MAKALAH

HUKUM PAJAK

Pembahasan :
KASUS PAJAK PT EK PRIMA EKSPOR

Disusun oleh :

1. Wahyuning Dwi Utami 17.05.51.0112


2. Febrian Ramadhan L 17.05.51.0131
3. Saputro Widiyanto 17.05.51.0158
4. Tiara Melati Putri 17.05.51.0167
5. Lutfi Fajar Eka S 17.05.51.0174
6. Ika Yuliani 17.05.51.0283

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah
kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Hukum Pajak tentang kasus Pajak
PT. EK Prima Ekspor yang kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan
berbagai Sumber di Internet, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak dalam pembuatan makalah
ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan
tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan
kritik kepada kami .
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Hukum Pajak dapat diambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Semarang, 18 April 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 3
B. Rumusan Masalah 4
BAB II PEMBAHASAN 5-11

BAB III PENUTUP 12

Kesimpulan 12

Daftar Pustaka 12- 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan Negara disamping penerimaan dari sumber migas
dan non migas. Dengan posisi yang sedemikian penting itu pajak merupakan penerimaan
strategis yang harus dikelola dengan baik oleh negara. Dalam struktur keuangan Negara tugas
dan fungsi penerimaan pajak dijalankan oleh Direktorat Jenderal Pajak dibawah Departemen
Keuangan Republik Indonesia.Dari tahun ke tahun telah banyak dilakukan berbagai kebijakan
untuk meningkatkan penerimaan pajak sebagai sumber penerimaan Negara. Kebijakan tersebut
dapat dilakukan melalui penyempurnaan undang-undang, penerbitan peraturan perundang-
undangan baru dibidang perpajakan, guna meningkatkan kepatuhan wajib pajak maupun
menggali sumber hukum pajak lainnya Berbagai upaya yang dilakukan belum menunjukkan
perubahan yang signifikan bagi penerimaan Negara.
Pajak adalah beban bagi perusahaan, sehingga wajar jika tidak satu pun perusahaan
(wajib pajak) yang dengan senang hati dan suka rela membayar pajak. Mengingat pajak adalah
beban yang akan mengurangi laba bersih perusahaan maka perusahaan akan berupaya
semaksimal mungkin agar dapat membayar pajak sekecil mungkin dan berupaya untuk
menghindari pajak. Namun demikian penghindaran pajak harus dilakukan dengan cara-cara yang
legal agar tidak merugikan perusahaan di kemudian hari. Penghindaran pajak dengan cara illegal
adalah penggelapan pajak. Hal ini perbuatan kriminal, karena menyalahi aturan yang berlaku.
Selain wajib membayar pajak atas penghasilan yang diperoleh, perusahaan juga memiliki
kewajiban untuk memotong pajak yang terutang atas penghasilan yang dibayarkan kepada pihak
lainnya, baik kepada karyawan maupun kepada pihak ketiga.

4
2. Rumusan Masalah

1. Berapakah Kerugian Negara yang di Derita Akibat dari Penggelapan Pajak yang
dilakukan Oleh PT. EK Prima Ekspor Indonesia ?

2. Bagaimana Awal Mula Kasus Penggelapan Pajak yang dilakukan Oleh PT EK Prima
Ekspor hingga bisa Terbongkar dan Diketahui Oleh Negara ?

3. Jenis Pajak Apa Sajakah yang di Gelapkan Oleh PT.EK Prima Ekspor?

4. Oknum yang terlibat Pengelapan pajak PT. EK Prima Ekspor ?

5. Pasal apa Yang dilanggar PT. EK Prima Ekspor dan Hukumannya ?

6. Tindakan yang harus diambil pemerintah ?

5
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

 Kerugian Negara Akibat dari Penggelapan Oleh PT. EK Prima Ekspor Indonesia

Kerugian yang dialami oleh pemerintah akibat adanya kasus Penggelapan PT. EK Prima
Indonesia ini tersebut diduga untuk menghilangkan kewajiban pembayaran pajak sebesar Rp 78
miliar diketahui dari Surat Tagihan Pajak (STP) pada 2013-2014.

 Awal Mula Kasus Penggelapan Pajak yang dilakukan Oleh PT EK Prima Ekspor

PT E.K Prima Ekspor Indonesia memiliki tunggakkan pajak penghasilan negara (PPN)
sejak 2014 sampai 2015. Membengkaknya tagihan pajak PT E.K Prima lantaran ditambah bunga
keterlambatan pembayaran pajak. PT EK Prima memiliki restitusi pajak senilai Rp
4.533.578.900 pada periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2014. Restitusi tersebut
diajukan Mohan pada 26 Agustus 2015 ke KPP PMA Enam.

KPP PMA Enam kemudian mengimbau PT EK Prima melunasi utang PPN pembelian
kacang mete gelondong tahun 2014 sebesar Rp 36.876.570.880 dan tahun 2015 sebesar Rp
22.406.967.720. Mohan kemudian pada 30 Juni 2016 mengajukan surat keberatan yang
menyatakan tidak sependapat.
Kepada KPP PMA Enam Johnny Sirait kemudian mengundang Chief Accounting PT EK Prima
Siswanto untuk menyarankan agar perusahaan tersebut mengikuti program tax amnesty. Surat
yang dikirimkan KPP PMA Enam kemudian tidak dibalas oleh Mohan.
Pemeriksa Pajak KPP PMA Enam yang sebelumya berkesimpulan dapat memenuhi keinginan
pengajuan restitusi pajak PT. EKP kemudian menolak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil
(SKPN) karena adanya instruksi Johnny Sirait yang mengatakan transaksi PT EKP tidak dapat
diyakini kebenarannya.

6
PT EK Prima juga memiliki Surat Tagihan Pajak PPN pada 6 September 2016 untuk
masa pajak Desember 2014 sebesar Rp 52.364.730.649 dan untuk masa pajak Desember 2015
sebesar Rp 26.440.221.909. PT EK Prima juga menghadapi masalah karena akan Di-bukper
(bukti permulaan) oleh KPP PMA Enam sehubungan dengan Surat Pembatalan Pencabutan
Pengukuhan PT EKP oleh KPP PMA Enam. Total Penghapusan Pajak adalah 78 Miliyar.

Pada 4 Oktober 2016, atas arahan Dirjen Pajak Ken Dwijugeasteadi, Muhammad Haniv
memerintahkan Johnny Sirait agar membatalkan surat pencabutan pengukuhan
PKP PT EKP. Keesokan harinya KPP PMA Enam pun menindaklanjuti permintaan itu dengan
mengeluarkan surat pembatalan pencabutan pengukuhan PKP PT. EK Prima. Terdakwa meminta
bantuan Arif Budi Sulystio dengan mengirimkan dokumen-dokumen pajaknya melalui pesan
Whats App.

Pada 20 Oktober 2016 malam, terdakwa bersama Siswanto bertemu Handang di Nippon
Khan Hotel Sultan Jakarta. Dalam pertemuan itu terdakwa menjanjikan uang 10 persen dari total
nilai STP PPN senilai Rp 52,3 miliar. Setelah negosiasi, akhirnya disepakati uang yang akan
diberikan Rp 6 miliar. Uang tersebut sudah termasuk upah untuk Haniv.Besoknya, Handang
mengabarkan bahwa permintaan pembatalan surat tagihan pajak yang diajukan terdakwa pada 21
September 2016 akan diproses. Handang pun berjanji untuk membantu dan akan menemui
pihak-pihak terkait di Kanwil DJP Jakarta Khusus.

Beberapa hari setelah pertemuan, Haniv menerbitkan pembatalan Surat Tagihan Pajak PT
EKP untuk masa pajak 2014 dan 2015. Handang kemudian menagih uang yang dijanjikan
terdakwa.Ternyata sehari setelah surat pembatalan keluar, terdakwa bersama Siswanto bertemu
dengan Handang di lantai 13 Gedung Utama Kantor Pusat Dirjen Pajak. Pada pertemuan itu,
terdakwa meminta Handang membantu menyelesaikan masalah pajak PT EKP lainnya.
Direktur Utama PT EK Prima Ekspor Indonesia (PT EKP) Ramapanicker Rajamohan Nair alias
Rajesh menjalani sidang perdana di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin, 13
Februari 2017. Ia didakwa menyuap Kepala Sub Direktorat Bukti Permulaan Pajak Direktorat
Penegakan Hukum Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Handang Soekarno.
sebesar US$ 148.500 atau setara dengan Rp 1,9 miliar. Jaksa penuntut umum pada KPK

7
menyebut suap ini diberikan agar Handang mempercepat penyelesaian permasalahan pajak yang
dihadapi PT. EK Prima Atas permintaan itu

Besoknya, Handang mengabarkan bahwa permintaan pembatalan surat tagihan pajak


yang diajukan terdakwa pada 21 September 2016 akan diproses. Handang pun berjanji untuk
membantu dan akan menemui pihak-pihak terkait di Kanwil DJP Jakarta Khusus.

Beberapa hari setelah pertemuan, Haniv menerbitkan pembatalan Surat Tagihan Pajak PT
EKP untuk masa pajak 2014 dan 2015. Handang kemudian menagih uang yang dijanjikan
terdakwa.

"Terdakwa memberi atau menjanjikan sesuatu kepada penyelenggara negara dengan maksud
supaya orang tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya," kata jaksa Ali
Fikri di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta, Senin, 13 Februari 2017.

Pada 18 November, terdakwa menyerahkan uang Rp 2 miliar melalui Dinesh Kumar


Raghuvaran, Kepala Cabang Utama PT EKP Surabaya, kepada Yustinus Heri Sulistyo, pegawai
pajak Kanwil DJP Jawa Timur I, sekaligus orang kepercayaan Handang. Karena uang tersebut
dikemas dalam dua koper besar, Handang meminta terdakwa menukarnya dalam pecahan dollar
Amerika.

Selanjutnya pada 21 November, terdakwa menukar uang tersebut di BENS Money


Changer, Jalan Gunung Sahari, Jakarta. Kemudian Yuli Kanestren mengambil uang yang sudah
ditukar menjadi US$ 148.500 dan diserahkan kepada Ramila, istri terdakwa.

Malam harinya, Handang mendatangi rumah terdakwa di Springhill Golf Residence D7


Blok BVH B3 Kemayoran untuk mengambil uang. Sesaat setelah uang berpindah tangan,
keduanya dicokok penyidik KPK.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melakukan operasi tangkap tangan (OTT)


terhadap Direktur Utama PT E.K Prima Ekspor Indonesia, R. Rajamohanan Nair dan Kasubdit
Bukti Permulaan Direktorat Penegakan Hukum Ditjen Pajak Kementerian Keuangan, Handang
Soekarno.Keduanya ditangkap terkait dugaan suap sebesar Rp 6 miliar.

8
Uang tersebut diduga untuk menghilangkan kewajiban pajak PT. E.K Prima Ekspor Indonesia
sebesar Rp 78 miliar.

 Pajak yang di Gelapkan Oleh PT.EK Prima Ekspor

Pajak yang digelapkan PT. EK Prima Ekspor di antaranya:

1. Pengajuan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi).

Terkait dengan restitusi pajak periode 2012 sampai dengan Desember 2014 sebesar Rp
3,5 miliar, terdakwa mengajukan permohonan pengembalian pada 26 Agustus 2015 ke
KPP PMA.

2. Surat tagihan pajak pajak pertambahan nilai.

Pada Juni 2016, KPP PMA Enam mengimbau PT.EK Prima Ekspor agar melunasi PPN
atas pembelian kacang mete gelondong tahun 2014 sebesar Rp 36,8 miliar, dan tahun
2015 sebesar Rp 22,4 miliar.

3. Penolakan pengampunan pajak.

Pada 4 Oktober 2016, atas arahan Dirjen Pajak Ken Dwijugeasteadi, Muhammad Haniv
memerintahkan Johnny Sirait agar membatalkan surat pencabutan pengukuhan PKP PT.
EKP. Keesokan harinya KPP PMA Enam pun menindaklanjuti permintaan itu dengan
mengeluarkan surat pembatalan pencabutan pengukuhan PKP PT EKP.

4. Pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak.

Pada 20 September 2016, Kepala KPP PMA Enam Soniman Budi Raharjo mengeluarkan
surat pencabutan pengukuhan pengusaha kena pajak (PKP) karena adanya dugaan PT.
EK Prima Ekspor tidak mempergunakan PKP sesuai ketentuan. Sehingga ada indikasi
restitusi yang diajukan tidak sebagaimana mestinya.Karena permasalahan pajak yang
rumit, Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus Muhammad Haniv menyarankan
terdakwa menemui Handang Soekarno untuk meminta bantuan.

9
5. Pemeriksaan bukti permulaan.

Pada Bulan September 2016, terdakwa memasukkan surat penyataan harta (SPH) sebagai
salah syarat tax amnesty. Namun ditolak karena PT. EKP mempunyai tunggakan pajak
untuk Desember 2014 sebesar Rp 52,3 miliar, dan untuk Bulan Desember 2015 sebesar
Rp 26,4 miliar.

Lalu tanggal 7 September 2016, Johnny Sirait juga menginstruksikan pemeriksaan bukti
permulaan tindak pidana perpajakan atas nama PT. EK Prima Eksport tahun pajak 2012-
2014 kepada Kepala Kanwil DJP Jakarta Khusus, karena adanya dugaan ekspor yang
tidak benar dan penyalahgunaan faktur fiktif

 Pelaku Pengelapan pajak PT. EK Prima Ekspor

1. Direktur PT EK Prima Ekspor Indonesia Ramapanicker Rajamohanan Nair alias


Rajesh :
2. Kepala Sub Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Handang Soekarno :
Jaksa penuntut umum pada KPK menyebut suap ini diberikan agar Handang
mempercepat penyelesaian permasalahan pajak yang dihadapi PT EKP.

 Pasal yang dilanggar PT. EK Prima Ekspor serta Hukumannya

1. Rajamohanan disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf (a) atau Pasal 5 ayat 1 huruf
(b) atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan
tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 20 tahun
2001.

Atas perbuatannya, Rajamohan didakwa melanggar Pasal 5 Ayat 1 huruf a atau b atau
Pasal 13 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dengan ancaman
hukuman maksimal 5 tahun penjara.

10
2. Sementara Handang disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi sebagimana diubah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.

 Tindakan yang di ambil Pemerintah

Pemerintah perlu membangun kesadaran Masyarakat akan patuh membayaar pajak .


Kesadaran membayar pajak ini tidak hanya memunculkan sikap patuh, taat dan disiplin
semata tetapi diikuti sikap kritis juga. Semakin maju masyarakat dan pemerintahannya, maka
semakin tinggi kesadaran membayar pajaknya namun tidak hanya berhenti sampai di situ
justru mereka semakin kritis dalam menyikapi masalah perpajakan, terutama terhadap materi
kebijakan di bidang perpajakannya.misalnya penerapan tarifnya, mekanisme pengenaan
pajaknya, regulasinya, benturan praktek di lapangan dan perluasan subjek dan objeknya.
Masyarakat di negara maju memang telah merasakan manfaat pajak yang mereka bayar
Bidang kesehatan, pendidikan, sosial maupun sarana dan prasarana transportasi yang cukup
maju maupun biaya operasional aparat negara berasal dari pajak mereka. Pelayanan medis
gratis, sekolah murah, jaminan sosial maupun alat-alat transportasi modern menjadi bukti
pemerintah mengelola dana pajak dengan baik.

Dengan digalakannya kesadaran akan pajak ini diharapkan Indonesia akan menuju
kesejahteraan yang selama ini diharapkan. Tidak hanya suara dan gaungnya semata yang
nyaring namun bisa benar-benar terwujudkan bahwa pajak menjadi pendapatan utama negara
yang diperuntukkan dan dikelola dengan transparan dan akuntabel bagi kepentingan
masyarakatnya sendiri. .

11
BAB III
KESIMPULAN

Kasus PT. EK Prima Ekspor adalah cermin sempurna bagi penegak hukum
kita.Seseorang yang diharapkan dapat ikut menegakan Pajak yang berlaku , Malah ikut serta
terlibat dalam kasus yang merugikan. Negara Dari situ tergambar, sebagian dari mereka
tidak sungguh-sungguh menegakkan keadilan.

PT EK Prima Ekspor berada di bawah naungan Lulu Grup International atau EMKE
Group. Ini adalah kelompok usaha yang dimiliki Yusuf Ali MA dan berkantor pusat di Abu
Dhabi, Uni Emirt Arab Kejahatan ini diperkirakan merugikan negara Rp 78 miliar.

Rajesh Rajamohanan disangka melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf (a) atau Pasal 5 ayat 1
huruf (b) atau Pasal 13 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan
tindak pidana koruspi sebagaimana telah diubah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.

Sementara Handang disangka melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana
korupsi sebagimana diubah Undang-Undang Nomor 20 tahun 2001.

Pemerintah diharapkan lebih tegas dalam menindak kecurangan pajak karena sangat
berpengearuh terhadap kemakmuran rakyat Indonesia dan tidak memandang Bulu siapa
pelakunya. Pemerintah juga perlu menamkan sikap sadar bayar pajak kepada Masayrakat
agar selanjutnya hal hal seperti ini tidak tejadi lagi. Saya berharap kedepannya kasus kasus
terkait pajak akan semakin berkurang.

12
Daftar Pustaka :

https://nasional.tempo.co/read/846093/kronologi-pt-ek-prima-suap-pejabat-pajak-diungkap-di-
sidang

http://www.tribunnews.com/nasional/2016/11/25/pajak-yang-hendak-dihilangkan-pt-ek-prima-
ekspor-indonesia-adalah-ppn-dan-bunga-tahun-2014-2015

http://nasional.kompas.com/read/2016/11/24/21315071/tiga.pejabat.ditjen.pajak.dituding.juga.ter
libat.dalam.kasus.dugaan.suap

13

Anda mungkin juga menyukai