Anda di halaman 1dari 33

UPAYA MEMOTIVASI SISWA DALAM STANDAR KOMPETENSI MENGELOLA

PERTEMUAN/RAPAT MELALUI PEMBERIAN PENGUATAN VERBAL DAN NON


VERBAL DI KELAS
XII ADMINISTRASI PERKANTORAN

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam kenaikan pangkat

Oleh :

Dede Ruslianto, S.Pd.


NIP. 19691203 199512 1 002

PEMERINTAH KOTA BANJAR


DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMK NEGERI 1 BANJAR
LEMBAR PENGESAHAN

:
Upaya Memotivasi Siswa Dalam Pembelajaran Mengelola Pertemuan/Rapat Melalui
Pemberian Penguatan Verbal dan Non Verbal

Nama : Dede Ruslianto, S.Pd.

NIP : 19691203 199512 1 002

Jabatan : Guru Administrasi Perkantoran

Tempat Penelitian : SMK Negeri 1 Banjar

Banjar, September 2010

Menyetujui,
Kepala Sekolah Peneliti

Drs. Hj. Maysaroh, M.M.Pd. Dede Ruslianto, S.Pd.


NIP. 19640412 198903 2 011 NIP. 19691203 199512 1 002
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah S.W.T karena berkat rakhmat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian tindakan kelas ini.
Dengan rasa penuh tanggung jawab maka maka penulis menyusun laporan ini
berdasarkan observasi di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 1 Banjar tahun pelajaran
2011/2012. Penulisan laporan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syara dalam pengajuan
kenaikan pangkat.
Dalam penulisan laporan ini tentunya tidak lepas dari kekurangan, baik aspek kualitas
maupun aspek kuantitas dari materi penelitian yang disajikan. Semua ini didasarkan dari
keterbatasan yang dimiliki penulis.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna sehingga penulis
membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan dimasa
yang akan datang. selanjutnya dalam penulisan laporan ini penulis banyak diberi bantuan oleh
berbagai pihak.
Teriring doa semoga segala bantuan yang telah diberikan, sebagai amal shaleh senantiasa
mendapat Ridha Alloh Swt. Sehingga pada akhirnya laporan ini dapat bermanfaat bagi
pembangunan pendidikan pada umumnya dan peningkatan mutu serta kemampuan professional
tenaga kependidikan guru sekolah dasar pada khususnya.

Banjar, September 2010


Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN i
KATA PENGANTAR Ii
……………………………..……………………
DAFTAR ISI Iii
……………………………………………….…………... v
DAFTAR TABEL
………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
…………………………………………
B. Rumusan Masalah 5
………………………………………………..
C. Tujuan Penelitian 5
………………………………………………...
D. Manfaat Penelitian 5
……………………………………………….
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Konsep Pelajaran Mengelola 7
Pertemuan/Rapat......………………
B. Konsep Belajar 8
……………………………………………...……
C. Strategi Belajar Mengajar 9
………………………………………..
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
A. Subjek Penelitian 14
………………………………………………...
B. Deskripsi Per Siklus 14
……………………………………………...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian 21
…………………………………………………..
B. Temuan dan Refleksi 24
…………………….………………………
C. Pembahasan 26
…………………………………………….………..
BAB V KESIMPULAN , SARAN DAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan 29
……………………………………………………….
B. Saran 29
……………………………………………………………...
DAFTAR PUSTAKA 30
………………………………………………...

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Perbaikan Pembelajaran 15


Tabel 3.2 Lembar Observasi Siklus I 18
Tabel 3.3 Lembar Observasi Siklus II 19
Tabel 4.1 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus I 21
Tabel 4.2 Analisi Kategori Evaluasi Siklus I 22
Tabel 4.3 Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran 23
Tabel 4.4 Analisi Kategori Evaluasi Siklus I 24
Tabel 4.5 Rekapitulasi Nilai Perbaikan 27
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masalah rendahnya mutu sekolah sudah sangat sering dikeluhkan masyarakat. Hal ini
peranan guru merupakan salah satu unsur yang dianggap sangat menentukan. Dengan kata
lain, rendahnya mutu sekolah dipandang mempunyai kaitan langsung dengan rendahnya
mutu guru. Orangtua melihat sekolah, terutama dilihat mutu gurunya. Sebab mutu guru
yang rendah menyebabkan mutu sekolah yang rendah pula. Sebagian besar guru dianggap
mutunya rendah.
Sesungguhnya mutu sekolah bukan saja masalah yang dihadapi oleh negara-negara
berkembang dan juga bukan soal dana. Meskipun Amerika Serikat (AS) membelanjakan
sekitar separuh dari pendapatannya untuk pendidikan, tetapi mutu pendidikannya kalah dari
Jepang dan Jerman yang mengeluarkan biaya pendidikan tidak sebanyak AS. Dalam
penyelenggaraan pendidikan, AS cenderung untuk membelanjakan sebagian besar uang
untuk sarana dan administrasi, sementara untuk gaji guru relatif kecil. Sebaliknya Jepang
dan Jerman, mengeluarkan sebagian besar biaya untuk gaji guru, sementara
bangunan/sarana dan administrasi dibuat lebih sederhana tidak sementereng AS.
Berdasarkan pengalaman-pengalaman di negara-negara maju itu, di mana kebutuhan
minimal sarana dan fasilitas pendidikan telah relatif terpenuhi, nampak bahwa investasi
biaya pendidikan melalui peningkatan kesejahteraan (gaji) guru lebih mampu
meningkatkan mutu daripada melalui penyediaan sarana. Di negara kita memang agak lain
persoalannya, banyak sekolah yang kebutuhan minimal sarana pendidikan saja juga belum
terpenuhi.
Masalah pengelolaan dan administrasi biaya pendidikan kita terletak pada masih
rumitnya prosedur pembiayaan, mulai dari perencanaan sampai pada proses
pengelolaannya. Kerumitan itu menyangkut mata rantai birokrasi atas-bawah (vertikal)
maupun hubungan antar instansi.
Walaupun otonomi sekolah sudah mulai menampak, namun masih terasa ganjalan-
ganjalan dalam proses perencanaan, prosedur pengelolaan, dan distribusi anggaran
pendidikan mulai dari pusat sampai ke daerah. Namun demikian, dengan berjalannya
otonomi daerah, maka pengelolaan pendidikan mulai beralih ke Kabupaten atau Kota.
Dengan bercermin pada pengalaman negara-negara maju, maka dilihat dari segi
pelakunya, persoalan mendasar dari mutu pendidikan adalah kesejahteraan guru.
Kesejahteraan meliputi aspek material dan nonmaterial. Yang nonmaterial misalnya
kemudahan naik pangkat, suasana kerja yang sejuk, dan perlindungan hukum.
Adapun yang termasuk kesejahteraan material adalah gaji, tunjangan, dan insentif
lainnya. Aspek material, khususnya gaji inilah yang harus secara jujur diakui masih minim.
Kenaikan gaji cenderung hanya upaya mengimbangi laju inflasi. Akibatnya secara riil daya
beli para guru umumnya tidak banyak meningkat.
Walaupun secara langsung tidak berpengaruh terhadap kualitas guru, tetapi gaji guru
dan mutu pendidikan memang tak terpisahkan. Di negara-negara lain yang mutu
pendidikannya telah lebih tinggi, misalnya seperti tetangga kita di Malaysia, mengajarkan
kepada kita bahwa memang prestasi kerja merupakan fungsi dari imbalan. Makin tinggi
imbalan, makin tinggi kesungguhan, komitmen, dan produktivitas kerja, serta semakin
kecil tindakan indisipliner.
Belajar dari negara-negara yang mutu pendidikannya lebih tinggi itu pula, mereka
berani menyediakan sekitar seperempat lebih anggarannya untuk sektor pendidikan. Dan
dari jumlah itu, sebagian besar adalah untuk kesejahteraan guru. Jika gaji guru meningkat,
maka akan meningkat pula status guru, sehingga mampu menarik calon-calon guru yang
berkualitas. Bukan hanya calon kelas dua atau tiga seperti yang masuk ke pendidikan guru
sampai saat ini.
Lembaga pendidikan guru (misalnya FKIP), bukanlah idola calon mahasiswa atau
orangtua. Sebab, dalam masyarakat yang cenderung melihat kemampuan ekonomi sebagai
ukuran status sosial, status guru dipandang "kurang baik" karena pendapatannya rendah.
Karena itu jabatan guru tidak menarik minat banyak orang dan juga tidak menarik bagi
putra-putri terbaik bangsa.
Sampai saat ini, mereka yang berminat menjadi calon guru, terutama dari keluarga
kurang mampu atau kurang mampu pula secara akademis. Mereka memilih FKIP dengan
harapan bisa kuliah dan kemudian bisa diangkat menjadi pegawai negeri sipil. Namun
kenyataannya, masih banyak lulusan FKIP yang tidak dapat diangkat lantaran
kemampuannya juga rendah. Dan lebih ironis pula karena banyak lembaga-lembaga
pendidikan yang justru mengangkat lulusan fakultas murni untuk menjadi tenaga guru
lantaran kemampuannya dianggap lebih.
Semakin sempitnya kesempatan untuk diangkat menjadi guru, menyebabkan kualitas
dan kuantitas yang masuk lembaga pendidikan guru juga merosot. Konsekuensinya mutu
lulusan atau calon guru yang dihasilkan merosot pula. Akibatnya mutu pendidikan di negeri
ini akan terus merosot pula.
Melihat kondisi pendidikan kita saat ini, tidak banyak yang dilakukan dalam usaha
menarik minat calon bermutu memasuki lembaga pendidikan guru selama faktor status
guru tidak dapat diubah atau diperbaiki. Menaikkan pandangan terhadap profesi guru amat
terkait dengan kemampuan keuangan pemerintah, mengingat pada waktu ini sekolah
terutama dikelola pemerintah.
Barangkali anggapan-anggapan yang kurang menguntungkan bagi pendidikan guru
seperti di atas yang menyebabkan calon guru kurang memiliki motivasi yang kuat. Lebih
parah lagi sebagian yang dididik sebagai calon guru sekarang sebenarnya tidak ingin
menjadi guru. Oleh karena mereka tahu bahwa profesi guru tidak memberikan kesempatan
kepada mereka untuk menjadi pemimpin, memperoleh harta kekayaan yang banyak,
kekuasaan yang cukup, atau pengaruh yang luas. Oleh karena itu sampai saat ini profesi
guru dirasa sebagai kerja paksa, artinya terpaksa jadi guru karena bidang lain tidak bisa
menampungnya. Tetapi kerja paksa juga bisa diartikan, kerja keras tetapi gajinya kecil. Di
masyarakat yang gandrung pada pemenuhan kebutuhan materi, kedudukan atau pekerjaan
guru kurang memperoleh nilai tinggi. Sebab, walaupun tugas guru itu mulia, namun tidak
memberi keuntungan materi.
Sampai saat ini memang sudah banyak kebijakan dan strategi untuk memperbaiki
mutu sekolah, namun hasilnya belum optimal. Sejauh gaji guru masih relatif rendah,
tampaknya tidak mudah meningkatkan mutu pendidikan. Di situlah titik kelemahan
pendidikan kita, sehingga mutu sekolah sulit ditingkatkan. Oleh sebab itu, jika kita benar-
benar mau meningkatkan mutu sekolah, maka system penggajian guru secepatnya
diperbaiki.
Dengan demikian untuk menciptakan potensi guru yang baik, maka harus diadakan
upaya untuk meningkatkan profesionalisme keguruan, karana hal ini sangat menunjang
bagi pelaksanaan proses pebbelajaran yang baik. Maka dari itu upaya yang dilakukan
adalah dengan mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang didasarkan pada desain
kajian seorang guru agar bias diterima siswa yang nantinya akan menciptakan suasana
pembelajaran yang baik. Apabila siswa sudah bias menerima pembelajaran yang guru
sampaikan, dengan demikian proses pembelajaranpun akan diikuti dengan baik. Maka dari
itu tentunya hasil belajarpun akan meningkat.
Dalam implimentasi pembelajaran guru sebagai praktisi melaksanakan kegiatan, yaitu
dengan cara menggunakan srategi pengajaran konsep untuk membantu kelancaran pada setiap
tindakan pembelajaran, peneliti melakukan pengamatan secara langsung terhadap proses pada
pembelajaran. Dari setiap pengamatan selanjutnya dilakukan refleksi dan analisis setiap tindakan
untuk kemudian melakuakan perbaikan-perbaikan.
Dalam rangka mencapai harapan seperti itulah dalam kegiatan belajar ini dikemukakan
salah satu alternatif dari segi perencanaan, yaitu dengan upaya memotivasi siswa dalam
pembelajaran mengelola pertemuan/rapat dengan melalui penguatan verbal dan non verbal.
Dengan menggunakan metode ini diharapkan siswa dapat termotivasi untuk mengikuti
pembelajaran dengan baik dengan tujuan meningkatkan volume pembelajaran. Dengan demikian
proses pembelajaran diharapkan sesuai dengan apa yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan paparan dari latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana cara memotivasi siswa dalam standar kompetensi mengelola pertemuan/rapat agar
pembelajaran bisa dipahami secara merata ?
2. Bagaimana cara meningkatkan proses pembelajaran dalam standar kompetensi mengelola
pertemuan/rapat ?
3. Apakah pemberian penguatan verbal dan non verbal dapat meningkatkan pemahaman siswa
dalam standar kompetensi mengelola pertemuan/rapat ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan motivasi siswa dalam standar kompetensi mengelola pertemuan/rapat agar
pembelajaran bisa dipahami secara merata.
2. Meningkatkan proses belajar mengajar standar kompetensi mengelola pertemuan/rapat.
3. Meningkatkan pemahaman siswa dalam standar kompetensi mengelola pertemuan/rapat dengan
metode pemberian penguatan verbal dan non verbal.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat memberikan pengalaman baru bagi penulis,
serta dapat meningkatkan pengetahuan dalam mengatasi masalah pembelajaran khususnya
mengelola pertemuan/rapat, sehingga pengalaman ini dapat didesain sedemikian rupa sehingga
dapat diterapkan pada standar kompetensi lain.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Guru, dapat dijadikan media motivasi untuk dapat dilaksanakan di
sekolah di tempat bekerja yaitu di SMK Negeri 1 Banjar, dalam rangka meningkatkan kualitas
pembelajaran.
c. Bagi siswa, dapat memberikan kesan bahwa belajar mengelola pertemuan/rapat itu mudah dan
menyenangkan serta dapat memberikan wawasan materi pembelajaran.
d. Bagi pembaca, dapat dijadikan rujukan atau bahan pembelajaran dalam upaya melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pembelajaran Mata Pelajaran Mengelola Pertemuan/Rapat


Guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang
berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pembelajaran mengelola pertemuan/rapat
dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus
membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan
pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran mengelola pertemuan/rapat adalah
pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.
“Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar
mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu
pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam
rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat
menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran
konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau
setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).

Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu
untuk menciptakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses pembelajaran
tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas pembelajaran yang disampaikan.
Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses
pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa.
Pembelajaran suatu pelajaran akan bermakna bagi siswa apabila guru mengetahui
tentang objek yang diajarkannya sehingga dapat mengajarkan materi tersebut dengan penuh
dinamika dan inovasi dalam proses pembelajarannya.
Berbagai cara dan teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak
itu dipahami anak. Bruner (1978) memberikan
pemecahan berbentuk jembatan bailey untuk mengkongkritkan yang abstrak itu dengan enactive,
iconic, dan symbolic melalui percontohan dengan gerak tubuh, gambar, bagan, peta, grafik,
lambang, keterangan lanjut, atau elaborasi dalam kata-kata yang dapat dipahami siswa.

B. Srtategi Belajar Mengajar


Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk
bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar
mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam
mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central
Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal sbb :
a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang harus dicapai
dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera masyarakat.
b. Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang paling
efektif guna mencapai sasaran tersebut.
c. Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh untuk
mencapai sasaran tersebut.
d. Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus dipergunakan untuk
mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut.
Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan sebagi
suatu proses upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian
tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu
memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan menangkap
hasil pembelajaran yang disampaikan.

C. Penelitian Tindakan Kelas


Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian sebagai
berikut :

1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan
aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam
meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu.
Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama
dari guru yang sama pula.
Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam
sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari
guru yang dilakukan oleh siswa.
Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam
peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru
dengan siswa yang sedang belajar.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut :
1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah
2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan
pendidikan di dalam dan luar kelas
3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan
4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap
proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan.
Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian
tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip
yang dimaksud adalah :
1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin
Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian
dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi
aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian
tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada.

2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja


Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang statis,
tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik
ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena
dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul menyusul. Penelitian
tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan.
Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut
penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara
untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen.
3. SWOT sebagai dasar pijakan
PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti
harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang kiranya
dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang “bahaya” di luar diri dan subyeknya
sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian
tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko.

4. Upaya empiris dan sistemik


Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya analisis SWOT, berarti
sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-
unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap.
Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang
kait-mengait.
5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan
SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable (dapat
dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan, dapat dicapai,
dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu,
terencana).

Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang paling terkait dengan
subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut
tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh
guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat
mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh.
Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi.

Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui :


1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti menjelaskan
tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan.
Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang
melakukan tindakn dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan.
2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan,
yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam
tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data
yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya.
4. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan
memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secar cermat mengenali hal-hal yang
masih perlu diperbaiki.
Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir,
peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan
kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain.
Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut :

1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil
pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil
segera oleh peneliti
3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan.
4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah
jadwal yang berlaku.
5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang
bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana
yang sudah dibuat sebelumnya.
6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu
siswa yang sedang belajar.
Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek
yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK
tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan,
meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan
oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5)
hasil pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan
pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas,
pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan
milik siswa, dan lain-lain.
Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan
kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan
penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan
yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru.
Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan
berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah
mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK,
tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Subjek Penelitian
Adapun kegiatan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di kelas XII AP 2 SMK Negeri
1 Banjar, mulai tanggal 6 Agustus sampai dengan tanggal 21 Agustus 2010. Jadwal pelaksanaan
perbaikan untuk setiap pelajaran adalah sebagai berikut :
1. Siklus I, Tanggal 8 Agustus 2010
2. Siklus II, Tanggal 15 Agustus 2010

Adapun karakteristik siswa kelas XII AP 2 SMK Negeri 1 Banjar diantaranya adalah
jumlah siswa 24 orang yang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 8 orang perempuan usia siswa
rata-rata 17-19 tahun dengan keadaan ekonomi siswa sebagian besar tergolong ekonomi
menengah kebawah dengan pekerjaan orang tuanya kebanyakan petani dan tempat tinggal tidak
jauh dari sekolah.

B. Deskripsi Per Siklus


1. Rencana Penelitian
Berdassarkan hasil kegiatan identifikasi dan analisis masalah bekerjasama dengan teman
sejawat dan supervisor, kemudian diadakan rancangan perbaikan pembelajaran sesuai dengan
tujuan perbaikan yang telah ditetapkan. Dengan demikian penulis akan melaksanakan perbaikan
pembelajaran Matematika dengan kompetensi dasar penggunaan perkalian cara susun untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami perkalian dalam mata pelajaran matematika.
Untuk melaksanakan penelitian, maka disusunlah penelitian secara umum yaitu :
a. Menetapkan perencanaan, menentukan tujuan pembelajaran dan tujuan perbaikan pembelajaran.
b. Merancang lembar observasi dan menyampaikan materi tindak lanjut.
c. Menyusun kegiatan yang terdiri dari :
a). Memilih bahan yang relevan untuk perbaikan
b). Menentukan langkah pembelajaran (kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan akhir).
c). Memilih metode pembelajaran
d). Memilih alat peraga atau media yang sesuai dengan materi pembelajaran.
e). Menyusun alat evaluasi untuk mencapai tujuan perbaikan.

Adapun jadwal pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :


Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Kompetensi dasar Mengelola Pertemuan/Rapat

No. Hari/ Tanggal Mata Pelajaran Siklus Materi


1. Sabtu, 6 Agustus Mengelola I Menjelaskan definisi
2011 Pertemuan/Rapat mengelola
pertemuan/rapat
2. Senin, 15 Agustus Mengelola II Menjelaskan Langkah-
2011 Pertemuan/Rapat langkah melakukan
pengelolaan dalam
pertemuan/rapat

Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan sebagai berikut :


1). Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
a. Siklus I
- Mengkondisikan siswa
- Melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran
- Mengajukan pertanyaan
- Melakukan evaluasi
- Memeriksa hasil evaluasi
- Mmemberikan tindak lanjut
b. Siklus II
- Penyampaian tujuan pembelajaran
- Mengkondisikan siswa untuk melakukan apresiasi
- Menjelaskan materi pembelajaran melalui tanya jawab
- Memberi kesempatan untuk bertanya
- Memberi penguatan
- Melaksanakan evaluasi
- Memberikan tindak lanjut

2. Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan Penelitian ini masing-masing dilaksanakan sebanyak dua siklus, dimana
sekenario pembelajaran antara siklus I dan II terdapat kesinambungan yang baik. Adapun
sekenario perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut :

1). Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat


a. Siklus I
an siswa : Guru mengucapkan salam, mengabsen siswa dan mengkondisikan siswa agar mengikuti proses
pembelajaran yang aktif.
n apresiasi : Guru memberikan pertanyaan yang ada hubungannya dengan materi pembelajaran yang
dilaksanakan.
materi : Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan memberi penjelasan tentang definisi Mengelola
pertemuan/rapat
evaluasi : Guru memberikan lembar evaluasi kepada siswa secara individu sebanyak 5 soal berbentuk
isian.
il evaluasi : Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan diberi nilai.
: Sebelum pelajaran selesai guru menyimpulkan materi dan memberikan soal untuk pekerjaan
rumah sebagai tindak lanjut.
b. Siklus II
n siswa : Standar kompetensi Mengelola pertemuan/rapat dilaksanakan pada jam ke tiga, guru
mengucapkan salam dan dijawab oleh siswa. Sebelum pelajaran dimulai, guru mengabsen siswa
selanjutnya guru langsung menarik perhatian siswa agar mengikuti proses pembelajaran yang
aktif.
apresiasi : Guru mengajukan pertanyaan secara klasikal dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan
materi yang disampaikan.
ateri : Guru menjelaskan materi pembelajaran tentang Mengelola pertemuan/rapat
valuasi : Setelah penjelasan materi dan siswa dianggap sudah memahami materi, guru guru memberikan
lembar evaluasi secara individu sebanyak 5 soal berbentuik isian.
: Guru memeriksa hasil evaluasi setiap siswa dan ditemukan nilai dan hasilnya dan selanjutnya
guru memberikan pekerjaan rumah terhadap siswa sebagai tindak lanjut..

3). Pengamatan dan Pengumpulan Data


a) Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
Dalam pelaksanaan proses perbaikan pembelajaran siklus I pada Mata Pelajaran Mengelola
pertemuan/rapat dilakukan pengamatan oleh teman sejawat dengan menggunakan lembar
observasi sebagai berikut :
Label 3.2
Lembar Observasi Siklus I SK Mengelola pertemuan/rapat

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Kurang
tujuan pembelajaran
2. Guru melaksanakan Baik
apresiasi
3. Guru menjelaskan materi Kurang
dengan memberi contoh
pengerjaan soal
4. Guru mengajukan Baik
pertanyaan kepada siswa
5. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk bertanya
6. Siswa diberi kesempatan Kurang
untuk berpikir
7. Guru memberi motivasi Baik
8. Guru melaksanakan Baik
evaluasi
9. Guru memberikan tindak Baik
lanjut

Adapun saran yang diberikan adalah harus mampu menguasai materi serta memberikan
penjelasan yang simple terhadap siswa siswa agar supaya proses pembelajaran berjalan dengan
kondusif.
Selanjutnya lembar observasi yang digunakan teman sejawat untuk mengamati proses
perbaikan pembelajaran pada siklus II pada mata pelajaran Matematika adalah sebagai berikut :

Tabel 3.3
Lembar Observasi Siklus II Mata SK Mengelola pertemuan/rapat

No. Aspek Yang Dinilai Kemunculan Keterangan


Ya Tidak
1. Guru menyampaikan Baik
tujuan pembelajaran
2. Guru menjelaskan materi Baik
dengan tanya jawab
3. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk bertanya
4. Siswa diberi kesempatan Baik
untuk berpikir
5. Guru memberikan motivasi Baik
6. Guru memberikan Baik
penguatan

Adapun saran-saran yang diberikan adalah guru harus mampu memberikan berbagai media,
hal ini dengan pemberian teknik berbagai media yang didesain guru, maka siswa akan mudah
meningat apa yang sudah diberikan dalam proses pembelajaran.

3. Refleksi
a. Standar kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
Refleksi dilakukan berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat setelah proses perbaikan
pembelajaran siklus I mata pelajaran Mengelola pertemuan/rapat selesai. Sesuai dengan hasil
yang diperoleh siswa ternyata masih ada sebagian siswa yang belum mampu mamahami materi
sehingga dalam menjawab soal masih ada yang salah dengan kualifikasi dibawah rata-rata, hal
ini disebabkan oleh penyampaian materi guru yang terlalu cepat dan kurangnya situasi tanya
jawab yang diberikan guru. Dengan demikian pada pelaksanaan perbaikan pembelajaran akan
dilakukan pada siklus II.
Pada siklus II guru memberikan materi yang efisien serta pemberian diskusi tanya jawab
antara siswa dengan guru yang dilengkapi dengan metode penguatan verbal dan non verbal
sehingga terjadi komunikasi yang baik antara siswa dan guru. Dengan demikian pada siklus II
terdapat hasil yang konsisten yaitu dilihat dari hasil evaluasi tidak terdapat nilai yang kurang.
Dengan demikian siklus ke II dinyatakan berhasil membangkitkan semangat siswa sehingga
tidak diperlukan tahapan siklus selanjutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Standar Kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMK Negeri 1 Banjar, maka diperoleh data
yang menunjukan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Selain dari itu terdapat beberapa
hasil pembelajaran yang diperoleh setelah penulis melakukan penelitian. Adapun hasil dari
penelitian mata pelajaran Mengelola pertemuan/rapat di SMK Negeri 1 banjar dapat dilihat pada
tebel berikut :
Tabel 4.1
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Siklus I
No. Nama Siswa Nilai Sebelum Perbaikan
1. AAM MARYANI 7
2. AJAT DARMAWAN 5
3. APRILIA ARYATI 5
4. BAMBANG HERMAWAN 5
5. DETI KOMALASARI 5
6. DINI TRIANJANI 5
7. ENI HAYATI 5
8. ERIK HIDAYAT 5
9. ERNI RAHMAWATI 6
10. EULIS LISNAWATI 5
11. FEBRI GILANG PERMATASARI 7
12. FEBRINA ROUFULIA RAMDHANI 5
13. FERDERIKA WILA 5
14. HASNA LUTHFI AISYAH 5
15. IDA DAMAYANTI 5
16. INA DESTIANA 5
17. IRMA RISMAYANTI 7
18. IWAN SURYANTO 7
19. KOMALASARI 5
20. LISNA PRIHANDINI 5
21. LISTIA HAFIVAH ADAWIYAH 5
22. MEGAWATI S. 5
23. MEINASARI 6
24. NENG ELA LAELASARI 5
Jumlah 130
Rata-rata 5,42
Tabel 4.2
Analisi Kategori Evaluasi Siklus I
Pada Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


1. Baik 4 orang 4/24 x 100 = 16,67
2. Sedang 2 orang 2/24 x 100 = 8,33
3. Kurang 18 orang 18/24 x 100 = 75

Tampak pada ananalisis kategori di atas bahwa nilai yang berkategori baik baru mencapai
16,67 %. Itu artinya sebagian kecil pada siklus ke I sudah lebih meningkat dari pada sebelum
adanya perbaikan pembelajaran.
Meskipun demikian, siswa yang berkategori kurang masih dalam poses terbanyak yaitu
sebesar 75 % dan yang berkategori sedang sebanyak 8,33 %. Itu akhirnya pada siklus ke II
jumlah siswa yang berkategori sedang dan kurang harus mengalami penurunan.
Setelah permasalahan utama yang menjadi fokus perbaikan dalam mata pelajaran
Mengelola pertemuan/rapat, penulis mencoba memperbaiki terhadap proses pembelajaran serta
meminta bantuan kepada teman sejawat untuk mengidentifikasi faktor penyebab rendahnya
tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran yang disampaikan. Dan akhirnya dari hasil refleksi
dan diskusi dengan teman sejawat ditemukan beberapa penyebab, antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Guru terlalu cepat dalam mencapaikan pembelajaran.
2. Guru kurang menguasai dalam penggunaan alat pera.ga.
3. Guru kurang menyampaikan tujuan pembelajaran.
4. Guru kurang memberikan penguatan kepada siswa.
5. Tidak adanya diskusi antara siswa dan guru.

Tabel 4.3
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


1. AAM MARYANI 9
2. AJAT DARMAWAN 8
3. APRILIA ARYATI 7
4. BAMBANG HERMAWAN 8
5. DETI KOMALASARI 8
6. DINI TRIANJANI 8
7. ENI HAYATI 8
8. ERIK HIDAYAT 7
9. ERNI RAHMAWATI 9
10. EULIS LISNAWATI 8
11. FEBRI GILANG PERMATASARI 9
12. FEBRINA ROUFULIA RAMDHANI 9
13. FERDERIKA WILA 9
14. HASNA LUTHFI AISYAH 8
15. IDA DAMAYANTI 9
16. INA DESTIANA 8
17. IRMA RISMAYANTI 9
18. IWAN SURYANTO 8
19. KOMALASARI 8
20. LISNA PRIHANDINI 9
21. LISTIA HAFIVAH ADAWIYAH 8
22. MEGAWATI S. 8
23. MEINASARI 9
24. NENG ELA LAELASARI 8
Jumlah 199
Rata-rata 8,29

Tabel 4.4
Analisi Kategori Evaluasi Siklus II Pada
Mata Pelajaran Mengelola pertemuan/rapat

Kategori Jumlah Siswa Persen ( % )


1. Baik 22 orang 22/24 x 100 = 91,67
2. Sedang 2 orang 2/24 x 100 = 8,33
3. Kurang - -

Tampak jelas pada analisis kategori diatas bahwa nilai yang berkategori baik jauh sangat
lebih banyak dan mengalami kenaikan prestasi yang sangat signifikan yaitu mencapai 91,67%.
Itu artinya pada siklus ke II sudah menunjukan tingkat keberhasilan proses pembelajaran yang
sesuai dengan apa yang diharapkan. Dengan hal ini maka cukup hanya sampai siklus II karena
sampai tahap ini tingkat keberhasilan belajar sudah tercapai. Selanjutnya siswa yang
mendapatkan kategori sedang terdapat 8,33%, dengan tidak terdapatnya siswa yang termasuk
dalam klasifikasi nilai yang kurang. Hal ini jelas terliha bahwa prestasi siswa mengalami
kenaikan yang cukup pesat.
Setelah permasalahan utama pada perbaikan pembelajaran pada siklus I dan II
dilaksanakan, penulis merasa puas dengan meningkatnya nilai siswa pada pelaksanaan perbaikan
pembelajaran pada siklus ke II dilihat dari kategori sedang yang mengalami penurunan serta
tidak terdapatnya siswa yang mendapat nilai kurang.

B. Temuan dan Refleksi


Berdasarkan hasil diskusi dengan teman sejawat, pembelajaran yang sudah dilaksanakan
sudah ada kemajuan. Adapun temuan dan refleksi dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
a. Standar kompetensi Mengelola pertemuan/rapat
1). Siklus I
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar dari evaluasi sebelumnya, hal ini terbukti dengan
hasil evaluasi dengan rincian sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai 9 : Tidak ada
- Nilai 8 : Tidak ada
- Nilai 7 : 4 orang siswa
- Nilai 6 : 2 orang siswa
- Nilai 5 : 18 orang siswa
Dengan demikian bisa terlihat pada tahapan siklus I yang menunjukan bahwa kenaikan hasil
evaluasi siswa belum terlalu terlihat signifikan, tetapi apabila dibandingkan pada sebelum ada
perbaikan masih dapat dikategorikan lebih baik dari sebelumnya karena pada siklus I tidak
terdapat nilai dibawah 4 ke bawah. Dengan demikian menunjukan bahwa perbaikan
pembelajaran belum signifikan tetapi sudah menunjukan sedikit perubahan kearah yang lebih
baik dengan kualifikasi baik 16,67 %, sedang 8,33 % dan kurang 75 %. Dengan demikian
penulis mencoba pada tahapan selanjutnya yaitu di tahap siklus II.
2). Siklus II
Telah terjadi hasil peningkatan hasil belajar, hal ini terbukti dengan hasil evaluasi dengan
rincian sebagai berikut :
- Nilai 10 : Tidak ada
- Nilai 9 : 9 orang siswa
- Nilai 8 : 13 orang siswa
- Nilai 7 : 2 orang siswa
- Nilai 6 Ke bawah : Tidak ada
Dengan demikian terjadi perubahan yang sangat signifikan antara hasil dari penelitian siklus
II, dimana pada siklus II terdapat hasil evaluasi yang dapat dikategorikan baik. Dengan demikian
penelitian sudah dapat dikatakan berhasil pada siklus II serta tidak ada tahapan siklus selanjutnya
karena pada siklus II sudah dapat dikategorikan baik dengan hasil evaluasi 91,67 % siswa
dengan hasil kategori baik dan 8,33 % siswa dengan kategori hasil evaluasi sedang. Dengan
demikian prestasi siswa menjadi meningkat dengan baik, walaupun klasifikasi sedang
mengalami kesamaan dengan artian tidak mengalami penurunan, tapi penulis dapat memberi
kesimpulan bahwa prestasi siswa dengan kategoro baik sangat meningkat dengan klasifikasi
sangat baik. Dengan demikian penelitian ini sudah dapat dikatakan berhasik pada siklus II
dengan perolehan rata-rata 91,67 % terdapat siswa dengan kategori hasil belajar yang baik.
C. Pembahasan
Berdasarkan temuan data yang diperoleh dari proses perbaikan pembelajaran pada standar
kompetensi Mengelola pertemuan/rapat terhadap siswa kelas XII AP2 SMK Negeri 1 Banjar
yang sudah dilaksanakan, terbukti menunjukan ada perubahan belajar siswa yang signifikan
dari perkembangan siswa dengan adanya upaya dan desain serta metode pembelajaran yang
diupayakan pada setiap siklusnya.
Hal ini terbukti dengan hasil yang tampak dari kemajuan yang dialami oleh masing-masing
siswa yang semakin meningkat dilihat dari rekapitulasi nilai perbaikan pembelajaran.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Nilai Perbaikan Pembelajaran Mengelola pertemuan/rapat Siklus I dan II

No. Nama Siswa Nilai Sesudah Perbaikan


Siklus I Siklus II
1. AAM MARYANI 7 9
2. AJAT DARMAWAN 5 8
3. APRILIA ARYATI 5 7
4. BAMBANG HERMAWAN 5 8
5. DETI KOMALASARI 5 8
6. DINI TRIANJANI 5 8
7. ENI HAYATI 5 8
8. ERIK HIDAYAT 5 7
9. ERNI RAHMAWATI 6 9
10. EULIS LISNAWATI 5 8
11. FEBRI GILANG PERMATASARI 7 9
12. FEBRINA ROUFULIA RAMDHANI 5 9
13. FERDERIKA WILA 5 9
14. HASNA LUTHFI AISYAH 5 8
15. IDA DAMAYANTI 5 9
16. INA DESTIANA 5 8
17. IRMA RISMAYANTI 7 9
18. IWAN SURYANTO 7 8
19. KOMALASARI 5 8
20. LISNA PRIHANDINI 5 9
21. LISTIA HAFIVAH ADAWIYAH 5 8
22. MEGAWATI S. 5 8
23. MEINASARI 6 9
24. NENG ELA LAELASARI 5 8
Jumlah 130 199
Rata-Rata 5,42 8,29

Pelaksanaan proses perbaikan yang telah dilaksanakan pada Mata Pelajaran Mengelola
pertemuan/rapat tentang metode penguatan verbal dan non verbal untuk meningkatkan motivasi
belajar siswa terhadap penguasaan materi.
Pada tahapan pertama terdapat sedikit kenaikan hasil pembelajaran, hal ini didasarkan oleh
penyampaian guru yang terlalu cepat dan kurang adanya system diskusi antara siswa dengan
guru. Oleh sebab itu tahapan pertama yaitu pada siklus I hanya sedikit mengalami kenaikan serta
belum begitui signifikan.
Setelah melakukan berbagai diskusi dengan teman sejawat, maka penulis mencoba
mendesain pola pembelajaran yang lebih kreatif yaitu disamping menerapkan pola penguatan
sistem verbal dan non verbal, penulis juga menyampaikan pembelajaran dengan sistem diskusi
dan tanya jawab antara guru dan siswa. Dengan demikian penulis mendapatkan hasil temuan
yaitu meningkatnya tingkat hasil belajar siswa, maka dari itu proses penelitian penulis cukupkan
pada siklus II karena pada siklus ini hasil belajar siswa sudah didapatkan dengan hasil yang baik.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil pengolahan dan analisis data, maka dari hasil perbaikan pembelajaran telah
dilaksanakan dapat ditarik kesimpulan yaitu sebagai pada proses belajar mengajar seorang guru
harus bisa menyampaikan pembelajaran dengan menarik. Hal ini didasarkan pada siswa yang
cenderung malas dan bosan terhadap mata pelajaran mengelola pertemuan/rapat dengan
demikian pola diskusi dan penyampaian dengan pola penguatan verbal dan non verbal dapat
disampaikan dengan baik, sehingga hasil pembelajaran yang diperoleh akan menjadi lebih baik.

B. Saran
Dengan mengacu terhadap kesimpulan, maka dari itu penulis dapat memberikan saran yaitu
sebagai berikut :
1. Dalam menyampaikan proses pembelajaran guru sebaiknya tidak terlalu cepat dalam
menjelaskan materi pembelajaran. Selanjutnya harus memberikan kesempatan kepada siswa
untuk bertanya. Dengan demikian siswa bisa lebih berani dan mampu untuk menerima materi
yang disajikan.
2. Untuk menjadikan pembelajaran Mengelola pertemuan/rapat bisa lebih baik disarankan seorang
guru bisa melakukan pola pembelajaran yang didesain sedemikian rupa yang mengacu terhadap
situasi siswa. Dengan demikian upaya perbaikan pembelajaran akan dapat dilakukan dengan
perolehan hasil yang baik dan signifikan.
DAFTAR PUSTAKA

Andayani. (2009). Pemantapan Kemampuan Propesional. Jakarta: Universitas Terbuka.


Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi. (2008). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi
Aksara.
Bruner, J. (1978). The Process of Educational Technology. Cambridge : Harvard University.
Farris, P.J. and Cooper, S.M. (1994). Elementary Social Studies. Dubuque, USA : Brown
Communications, Inc.
Sumantri, Mulyani. (2007). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim TAP FKIP. (2009). Panduan Tugas Akhir Program Sarjana FKIP. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Wahyudin, dinn. (2007). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Universitas Terbuka.
Weton, D. A and Mallan, J.T. (1988). Children and Their World. Boston : Houghton Mifflin Coy.

Anda mungkin juga menyukai