Anda di halaman 1dari 20

Makalah Ekonomi

Pajak

Penyusun :
I Komang Bayu Krisna Kartika

SMA Taruna Mandara


2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan
makalah yang membahas salah satu materi didalam pelajaran ekonomi dengan judul
“Pajak”. Makalah ini telah penyusun susun dengan usaha yang maksimal. Terlepas
dari semua itu, penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka penyusun menerima segala saran dan kritik dari pembaca, agar penyusun
dapat memperbaiki makalah tentang teks debat ini.
Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu
pengetahuan kepada para pembaca.

Jembrana,01 Juni 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman
Sampul Depan .......................................................................................................... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan Penyusunan ............................................................................................2
1.4 Manfaat Penyusunan ..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pajak .................................................................................................3
2.2 Jenis-Jenis Pajak ................................................................................................4
2.3 Fungsi Pajak .......................................................................................................5
2.4 Syarat-Syarat Pajak ............................................................................................6
2.5 Manfaat Pajak Secara Mengkhusus Bagi Perekonomian Indonesia ..................8
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .....................................................................................................19
3.2 Saran .................................................................................................................19
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan untuk
pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Oleh
karena itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan
kesejahteraan bangsa. Namun, tak bisa dipungkiri bahwa sulitnya negara
melakukan pemungutan pajak karena banyaknya wajib pajak yang tidak patuh
dalam membayar pajak merupakan suatu tantangan tersendiri. Pemerintah telah
memberikan kelonggaran dengan memberikan peringatan terlebih dahulu melalui
Surat Pemberitahuan Pajak (SPP). Akan tetapi, tetap saja banyak wajib pajak yang
lalai untuk membayar pajak bahkan tidak sedikit yang cenderung menghindari
kewajiban tersebut.
Hal ini mendorong pemerintah menciptakan suatu mekanisme yang dapat
memberikan daya pemaksa bagi para wajib pajak yang tidak taat hukum. Salah satu
mekanisme tersebut adalah gijzeling atau lembaga paksa badan. Keberadaan
lembaga ini masih kontroversial. Beberapa kalangan beranggapan bahwa
pemberlakuan lembaga paksa badan merupakan hal yang berlebihan. Di lain pihak,
muncul pula pendapat bahwa lembaga ini diperlukan untuk memberikan efek jera
yang potensial dalam menghadapi wajib pajak yang nakal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pajak ?
2. Apa saja jenis-jenis pajak ?
3. Apa fungsi yang dihasilkan pajak ?
4. Apa saja yang menjadi syarat-syarat penarikan pajak ?
5. Apa fungsi pajak secara mengkhusus bagi perekonomian Indonesia?

1.3 Tujuan Penyusunan


1. Untuk mengetahui pengertian dari pajak.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis pajak.
3. Untuk mengetahui fungsi yang dihasilkan pajak.
4. Untuk mengetahui syarat-syarat penarikan pajak
5. Untuk mengetahui manfaat pajak secara mengkhusus bagi perekonomian
Indonesia .

1.4 Manfaat Penyusunan


Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah untuk menambah wawasan
seluruh elemen masyarakat yang ada dimulai dari para pelajar, mahasiswa,
mayarakat umum dan berbagai elemen masyarakat lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak


Pajak merupakan iuran rakyat kepada negara berdasarkan Undang Undang
dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan
digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (routine) dan pembangunan. Dari
definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pajak adalah iuran kepada negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut
peraturan perundang-undangan, dengan tidak mendapat prestasi kembali yang
langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan. Berdasarkan Pasal 1 Angka 1 Undang Undang nomor 28 Tahun
2007, Undang Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, maka
pengertian pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan im balan secara langsung dan digunakan dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Prof.Dr. Rochmat Soemitro, SH, pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan Undang Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada
mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan
yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.Sedangkan menurut Dr.
Soeparman Soemohamijaya, pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang
yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum guna menutup
biaya produksi barang-barang dan jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan
umum. Dari definisi definisi tersebut, masyarakat jelas harus ada bagi timbulnya
pajak. Hal tersebut dapat dimengerti karena pajak diadakan guna memenuhi
kebutuhan bersama (masyarakat) atau kepentingan umum. Sementara itu
kepentingan dan kebutuhan pribadi masing-masing warga dipenuhi bukan dengan
uang pajak. Tanpa adanya masyarakat maka tentu tidak akan ada pajak. Oleh karena
itu pajak dapat dipandang sebagai sebuah peralihan kekayaan dari satu pihak ke
pihak lain, yakni dari rakyat selaku Wajib Pajak kepada pemerintah, maka dengan
sendirinya tentu ada pihak yang melakukan pemungutan atau menerima peralihan
kekayaan itu, dalam hal ini maksudnya adalah pemerintah.
Tugas pemerintah pada prinsipnya berusaha dan bertujuan untuk
menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya. Itulah sebabnya pemerintah harus
tampil kedepan dan turut campur tangan, bergerak aktif dalam bidang kehidupan
masyarakat, terutama bidang perekonomian guna tercapainya kesejahteraan rakyat.
Demi berhasilnya usaha ini, negara mencari pembiayaannya dengan cara menarik
pajak. Penarikan atau pemungutan pajak adalah suatu fungsi yang harus
dilaksanakan oleh negara sebagai suatu fungsi esensial. Tanpa pemungutan pajak
sudah bisa dipastikan bahwa keuangan negara akan lumpuh lebih lebih lagi bagi
negara yang sedang membangun seperti Indonesia, atau negara yang baru bebas
dari belenggu kolonialis, pajak merupakan darah bagi tubuh negara. Dapat
disimpulkan, bahwa landasan filosofis pemungutan pajak didasarkan atas
pendekatan “Benefit Approach” atau pendekatan manfaat. Pendekatan ini
merupakan dasar fundamental atas dasar filosofis yang membenarkan negara
melakukan pemungutan pajak sebagai pungutan yang dapat dipaksakan dalam arti
mempunyai wewenang dengan kekuatan pemaksa.

2.2 Jenis-Jenis Pajak


Jenis pajak banyak ragamnya. Keragaman ini tergantung dari sisi mana kita
melihatnya. Pembagian pajak dapat dilihat dari siapa yang menanggung pajak,
lembaga yang memungut, dan sifatnya.
a. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Pihak yang Menanggung
Berdasarkan pihak yang menanggung, pajak dibedakan atas pajak langsung dan
tidak langsung.
• Pajak Langsung (Direct Tax) : Pajak langsung adalah pajak yang dikenakan
secara berkala terhadap seseorang atau badan usaha berdasarkan ketetapan pajak.
Pajak langsung dipikul sendiri oleh wajib pajak. Contoh pajak langsung adalah
pajak penghasilan dan pajak bumi dan bangunan
• Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax) : Pajak tidak langsung adalah pajak
yang dikenakan atas perbuatan atau peristiwa. Pemungutan pajak itu dipungut tanpa
surat penetapan pajak dan bisa dialihkan pada pihak lain. Contoh pajak tidak
langsung adalah pajak pertambahan nilai, pajak penjualan, dan cukai. Pada pajak
pertambahan nilai, pajak penjualan dan cukai, yang memungut adalah perusahaan
dan yang menanggung adalah konsumen.
b. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Lembaga Pemungut
Sementara itu, berdasarkan lembaga pemungut, pajak dibedakan atas pajak
negara (pemerintah pusat) dan pajak daerah (pemerintah daerah).
• Pajak Negara : Pajak negara adalah pajak yang pemungutannya
dilaksanakan oleh pemerintah pusat. Pajak yang termasuk pajak negara adalah
pajak penghasilan, pajak tambahan nilai barang dan jasa dari pajak penjualan atas
barang mewah.
• Pajak Daerah : Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah, baik oleh daerah tingkat I maupun oleh pemerintah daerah tingkat II. Pajak
daerah digunakan oleh pemerintah daerah untuk membiayai rumah tangganya.
Contoh pajak daerah antara lain pajak pemotongan hewan, pajak radio, pajak
reklame, pajak kendaraan, pajak bermotor, dan pajak hiburan.
c. Jenis-Jenis Pajak Berdasarkan Sifatnya
Berdasarkan sifatnya, pajak dibedakan atas pajak subjektif dan pajak
objektif
• Pajak Subjektif : Pajak subjektif adalah pajak yang berpangkal pada
subjeknya (wajib pajak). Contohnya pajak penghasilan dan pajak bumi dan
bangunan
• Pajak Objektif : Pajak objektif adalah pajak yang dipungut berdasarkan
objeknya tanpa memperhatikan wajib pajak. Contoh pajak penjualan dan cukai

2.3 Fungsi Pajak


Pajak mempunyai peran yang cukup besar dalam kehidupan bangsa. Ada
beberapa fungsi pajak. Di antaranya adalah sebagai berikut..
a. Fungsi Anggaran (Budgetair) : Fungsi budgetair disebut sebagai fungsi utama
pajak atau fungsi fiskal (fiscal function), yaitu suatu fungsi dimana pajak
dipergunakan sebagai alat untuk memasukkan dana secara optimal ke kas negara
berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku. Fungsi ini disebut fungsi
utama karena fungsi inilah yang secara historis pertama kali timbul. Di sini pajak
merupakan sumber pembiayaan negara yang terbesar.
b. Sebagai Alat Pengatur (Regulerend) : Fungsi ini mempunyai pengertian bahwa
pajak dapat dijadikan sebagai instrumen untuk mencapai tujuan tertentu. Sebagai
contoh, ketika pemerintah berkeinginan untuk melindungi kepentingan petani
dalam negeri, pemerintah dapat menetapkan pajak tambahan, seperti pajak impor
atau bea masuk, atas kegiatan impor komoditas tertentu.
c. Sebagai Alat Penjaga Stabilitas : Pemerintah dapat menggunakan sarana
perpajakan untuk stabilisasi ekonomi. Sebagian barang-barang impor dikenakan
pajak agar produksi dalam negeri dapat bersaing. Untuk menjaga stabilitas nilai
tukar rupiah dan menjaga agar defisit perdagangan tidak semakin melebar,
pemerintah dapat menetapkan kebijakan pengenaan PPnBM terhadap impor produk
tertentu yang bersifat mewah. Upaya tersebut dilakukan untuk meredam impor
barang mewah yang berkontribusi terhadap defisit neraca perdagangan
d. Fungsi Redistribusi Pendapatan : Pemerintah membutuhkan dana untuk
membiayai pembangunan infrastruktur, seperti jalan raya dan jembatan. Kebutuhan
akan dana itu dapat dipenuhi melalui pajak yang hanya dibebankan kepada mereka
yang mampu membayar pajak. Namun demikian, infrastruktur yang dibangun tadi,
dapat juga dimanfaatkan oleh mereka yang tidak mampu membayar pajak.
2.4 Syarat-Syarat Penarikan Pajak
Tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada masyarakat. Bila terlalu tinggi,
masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun bila terlalu rendah, maka
pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang kurang. Agar tidak
menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus memenuhi
persyaratan yaitu:
• Pemungutan pajak harus adil
Seperti halnya produk hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan
keadilan dalam hal pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun
adil dalam pelaksanaannya.
Contohnya:
1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai
wajib pajak
3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan
berat ringannya pelanggaran
• Pengaturan pajak harus berdasarkan UU
Sesuai dengan Pasal 23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang
bersifat untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:
• Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU
tersebut harus dijamin kelancarannya
• Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara
umum
• Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak
• Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian
Pemungutan pajak harus diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu
kondisi perekonomian, baik kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa.
Pemungutan pajak jangan sampai merugikan kepentingan masyarakat dan
menghambat lajunya usaha masyarakat pemasok pajak, terutama masyarakat kecil
dan menengah.
• Pemungutan pajak harus efesien
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya
pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus
sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak
akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan
maupun dari segi waktu.
• Sistem pemungutan pajak harus sederhana
Bagaimana pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan
pajak. Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung
beban pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para
wajib pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya,
jika sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar pajak.
Contoh:
• Bea meterai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif
• Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu
10%
• Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan (pribadi)
2.5 Manfaat Pajak Secara Mengkhusus Bagi Perekonomian Indonesia
Sejak dilaksanakannya program pembangunan nasional pada tahun 1969, secara
bertahap kondisi perekonomian nasional semakin lama semakin meningkat. Hal ini
ditandai dengan peningkatan GDP perkapita masyarakat kurang dari US$ 100
menjadi sekitar US$ 3000 pada tahun 2011. PDB Indonesia pada tahun 2011 sekitar
US$ 854 milyar. Peningkatan GDP perkapita yang sangat signifikan ini tentunya
harus disertai dengan tersedianya dana untuk pembangunan ekonomi sehingga
proses pembangunan ekonomi dapat berlangsung secara berkelanjutan. Pada sisi
lainnya laju pertumbuhan ekonomi nasional tercatat rata -rata tumbuh di atas 6%
pertahun, laju ini sempat mengalami penurunan pada saat krisis ekonomi pada
tahun 1998 yang menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi menjadi negatif.
Perubahan sistem politik pada tahun 1999 menyebabkan adanya perubahan dalam
kebijakan ekonomi makro yang menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi menjadi
kembali di atas 6% pertahun. Prestasi ekonomi tersebut menempatkan Indonesia
menjadi negara anggota G 20 dan saat ini akan menjadi kelompok negara Industri
bersama Brasil, India, China dan Rusia.
Pada awal pembangunan ekonomi sumber dana pembangunan banyak bertumpu
pada sektor migas sebagai penyumbang anggaran pembangunan nasional. Hal ini
terlihat pada tahun 1980 yang tingkat sumbangan sektor migas mencapai 13% dari
PDB. Ketersediaan cadangan migas yang terus berkurang menyebabkan
sumbangan sektor migas mengalami penurunan . Untuk menjaga proses
pembangunan ekonomi maka sektor pajak harus mampu menjadi sumber
pembiayaan pembangunan nasional. Pada awal pembangunan peranan sektor pajak
masih sekitar 6 % dari PDB nasional jumlah tersebut semakin lama semakin
meningkat sehingga mencapai 13% dari PDB pada tahun 2010. Rasio pajak tersebut
masih dapat ditingkatkan menjadi 15% dari PDB. Untuk itu diperlukan perubahan
dalam sistem perpajakan dan berbagai kebijakan yang tujuannya menekan tingkat
kebocoran dari sektor pajak sebagai akibat dari sistem pemungutan maupun
peraturan hukum yang masih lemah. Jumlah wajib pajak masih rendah,
penyalahgunaan kewenangan aparat pajak, manipulasi pajak , korupsi dan beragam
kejahatan pajak lainnya menunjukkan bahwa tingkat penarikan pajak masih jauh
dibawah 15% dari PDB nasional. Sementara dari jenis pungutan pajaknya dapat
dibedakan menjadi pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan pajak yang
dipungut oleh pemerintah daerah. Pajak dari pemerintah pusat meliputi; PPH, PPN,
PBB, Pajak ekspor, Bea Masuk, Cukai, serta beberapa pajak yang dipungut oleh
pemerintah daerah seperti PKB, Pajak reklame, Pajak Hotel dan restoran. Fokus
utama dalam penulisan ini adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat.
Secara garis besarnya pajak yang dipungut pemerintah pusat terdiri dari pajak
langsung dan pajak tidak langsung (Sadono Sukirno 1997).
Pajak dari perspektif ekonomi dipahami sebagai beralihnya sumber daya
dari sektor privatkepada sektor publik. Pemahaman ini memberikan gambaran
bahwa adanya pajak menyebabkan dua situasi menjadi berubah. Pertama,
berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk
kepentingan penguasaan barang dan jasa. Kedua, bertambahnya kemampuan
keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik yang merupakan
kebutuhan masyarakat.
Pajak menurut Pasal 1 angka 1 UU No 6 Tahun 1983 sebagaimana telah
disempurnakan terakhir dengan UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum
dan tata caraperpajakan adalah "kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang,
dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat''Dari berbagai definisi
yang diberikan terhadap pajak baik pengertian secara ekonomis (pajak sebagai
pengalihan sumber dari sektor swasta ke sektor pemerintah) atau pengertian secara
yuridis (pajak adalah iuran yang dapat dipaksakan) dapat ditarik kesimpulan
tentang unsur-unsur yang terdapat pada pengertian pajak antara lain sebagai
berikut:
1. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang. Asas ini sesuai dengan
perubahan ketiga UUD 1945 pasal 23A yang menyatakan "pajak dan pungutan lain
yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dalam undang-undang."
2. Tidak mendapatkan jasa timbal balik (konraprestasi perseorangan)yang
dapat ditunjukkan secara langsung.Misalnya, orang yang taat membayar pajak
kendaraan bermotor akan melalui jalan yang sama kualitasnya dengan orang yang
tidak membayar pajak kendaraan bermotor.
3. Pemungutan pajak diperuntukkan bagi keperluan pembiayaan umum
pemerintah dalam rangka menjalankan fungsi pemerintahan, baik rutin maupun
pembangunan.
4. Pemungutan pajak dapat dipaksakan. Pajak dapat dipaksakan apabila wajib
pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakan dan dapat dikenakan sanksi sesuai
peraturan perundag-undangan.
5. Selain fungsi budgeter (anggaran) yaitu fungsi mengisi kasnegara/anggaran
negara yang diperlukan untuk menutup pembiayaan penyelenggaraan
pemerintahan, pajak juga berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijakan negara dalam lapangan ekonomi dan sosial (fungsi mengatur / regulatif).
Di tinjau dari segi Lembaga Pemungut Pajak dapat di bagi menjadi dua jenis yaitu:
Pajak Nasional Sering disebut juga pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh
Pemerintah Pusat yang terdiri dari:
• Pajak Penghasilan, diatur dalam UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan yang diubah terakhir kali dengan UU Nomor 36 Tahun 2008.
• Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah Diatur
dalam UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang diubah terakhir kali dengan UU No. 42 Tahun 2009.
• Bea Materai , UU No. 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai
• Bea Masuk, UU No. 10 Tahun 1995 jo. UU No. 17 Tahun 2006 tentang
Kepabeanan.
• Cukai, UU No. 11 Tahun 1995 jo. UU No. 39 Tahun 2007 tentang Cukai.
Sesuai UU 28/2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, berikut
jenis-jenis pajak daerah: Pajak Provinsi terdiri dari: a.Pajak Kendaraan Bermotor;
b.Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor; c.Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor; d.Pajak Air Permukaan; dan e.Pajak Rokok. Jenis Pajak Kabupaten/Kota
terdiri atas: a.Pajak Hotel; b.Pajak Restoran; c.Pajak Hiburan; d.Pajak Reklame;
e.Pajak Penerangan Jalan; f.Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; g.Pajak
Parkir; h.Pajak Air Tanah; i.Pajak Sarang Burung Walet; j.Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan. Secara umum ada beberapa undang undang yang mengatur tentang
pajak yang berlaku di Indonesia. Undang -undang tersebut adalah;
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata
Cara Perpajakan stdd Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan
stddUndang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah stdd Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009.
4. Undang-Undang Nomor 10 tahun 1995 tentang Kepabeanan stdd Undang-
Undang Nomor 17 Tahun 2006.
5. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai stdd Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2007.
Pajak dapat dibedakan menjadi pajak langsung dan pajak tidak langsung,
pajak langsung berarti jenis pungutan pemerintah secara langsung dikumpulkan
dari pihak yang wajib membayar pajak. Setiap individu yang bekerja dan
perusahaan yang menjalankan kegiatan dan memperolehkeuntungan wajib
membayar pajak. Pajak yang dipungut dan dikenakan atas pendapatan pendapatan
mereka dinamakan pajak langsung, yaitu pajak yang secara langsung dipungut dari
orang yang berkewajiban untuk membayar pajak. Sementara pajak tak langsung
adalah pajak yang bebannya dapat dipindah pindahkan ke pihak lain. Biasanya ,
pada akhirnya yang akan menanggung beban pajak tersebut adalah para konsumen
( Soekirno 1997) . Selanjutnya dikatakan bentuk pungutan pajaknya terdiri dari
pajak regresif, pajak proposional dan pajak progresif.
Pemungutan pajak tidaklah mudah untuk membebankan pajak pada
masyarakat. Bila terlalu tinggi, masyarakat akan enggan membayar pajak. Namun
bila terlalu rendah, maka pembangunan tidak akan berjalan karena dana yang
kurang. Agar tidak menimbulkan berbagai masalah, maka pemungutan pajak harus
memenuhi persyaratan yaitu: Pemungutan pajak harus adil, Seperti halnya produk
hukum pajak pun mempunyai tujuan untuk menciptakan keadilan dalam hal
pemungutan pajak. Adil dalam perundang-undangan maupun adil dalam
pelaksanaannya. Contohnya:
1. Dengan mengatur hak dan kewajiban para wajib pajak
2. Pajak diberlakukan bagi setiap warga negara yang memenuhi syarat sebagai
wajib pajak
3. Sanksi atas pelanggaran pajak diberlakukan secara umum sesuai dengan berat
ringannya pelanggaran.
Pengaturan pajak harus berdasarkan Undang Undang, Sesuai dengan Pasal
23 UUD 1945 yang berbunyi: "Pajak dan pungutan yang bersifat untuk keperluan
negara diatur dengan Undang-Undang", ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam penyusunan UU tentang pajak, yaitu:
• Pemungutan pajak yang dilakukan oleh negara yang berdasarkan UU tersebut
harus dijamin kelancarannya
• Jaminan hukum bagi para wajib pajak untuk tidak diperlakukan secara umum
• Jaminan hukum akan terjaganya kerasahiaan bagi para wajib pajak
Pungutan pajak tidak mengganggu perekonomian, Pemungutan pajak harus
diusahakan sedemikian rupa agar tidak mengganggu kondisi perekonomian, baik
kegiatan produksi, perdagangan, maupun jasa. Pemungutan pajak jangan sampai
merugikan kepentingan masyarakat dan menghambat lajunya usaha masyarakat
pemasok pajak, terutama masyarakat kecil dan menengah. Pemungutan pajak harus
efisien, Biaya-biayayang dikeluarkan dalam rangka pemungutan pajak harus
diperhitungkan. Jangan sampai pajak yang diterima lebih rendah daripada biaya
pengurusan pajak tersebut. Oleh karena itu, sistem pemungutan pajak harus
sederhana dan mudah untuk dilaksanakan. Dengan demikian, wajib pajak tidak
akan mengalami kesulitan dalam pembayaran pajak baik dari segi penghitungan
maupun dari segi waktu. Sistem pemungutan pajak harus sederhana, Bagaimana
pajak dipungut akan sangat menentukan keberhasilan dalam pungutan pajak.
Sistem yang sederhana akan memudahkan wajib pajak dalam menghitung beban
pajak yang harus dibiayai sehingga akan memberikan dapat positif bagi para wajib
pajak untuk meningkatkan kesadaran dalam pembayaran pajak. Sebaliknya, jika
sistem pemungutan pajak rumit, orang akan semakin enggan membayar
pajak.Contoh:
• Bea materai disederhanakan dari 167 macam tarif menjadi 2 macam tarif
• Tarif PPN yang beragam disederhanakan menjadi hanya satu tarif, yaitu 10%
• Pajak perseorangan untuk badan dan pajak pendapatan untuk perseorangan
disederhanakan menjadi pajak penghasilan (PPh) yang berlaku bagi badan maupun
perseorangan (pribadi)
a. Asas Pemungutan Pajak
Asas daya pikul: besar kecilnya pajak yang dipungut harus berdasarkan
besar kecilnya penghasilan wajib pajak. Semakin tinggi penghasilan maka semakin
tinggi pajak yang dibebankan. Asas manfaat: pajak yang dipungut oleh negara harus
digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat untuk kepentingan umum.
Asas kesejahteraan: pajak yang dipungut oleh negara digunakan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Asas kesamaan: dalam kondisi yang sama
antara wajib pajak yang satu dengan yang lain harus dikenakan pajak dalam jumlah
yang sama (diperlakukan sama). Asas beban yang sekecil-kecilnya: pemungutan
pajak diusahakan sekecil-kecilnya (serendah-rendahnya) jika dibandingkan dengan
nilai obyek pajak sehingga tidak memberatkan para wajib pajak. 3. Menurut Adolf
Wagner, asas pemungutan pahak adalah sebagai berikut: Asas politik finansial:
pajak yang dipungut negara jumlahnya memadai sehingga dapat membiayai atau
mendorong semua kegiatan negara. Asas ekonomi: penentuan obyek pajak harus
tepat, misalnya: pajak pendapatan, pajak untuk barang-barang mewah Asas
keadilan: pungutan pajak berlaku secara umum tanpa diskriminasi, untuk kondisi
yang sama diperlakukan sama pula. Asas administrasi: menyangkut masalah
kepastian perpajakan (kapan, dimana harus membayar pajak), keluwesan penagihan
(bagaimana cara membayarnya) dan besarnya biaya pajak. Asas yuridis: segala
pungutan pajak harus berdasarkan Undang-Undang. Asas Pengenaan Pajak Agar
negara dapat mengenakan pajak kepada warganya atau kepada orang pribadi atau
badan lain yang bukan warganya, tetapi mempunyai keterkaitan dengan negara
tersebut, tentu saja harus ada ketentuan-ketentuan yang mengaturnya. Sebagai
contoh di Indonesia, secara tegas dinyatakan dalam Pasal 23 ayat (2) Undang-
Undang Dasar 1945 bahwa segala pajak untuk keuangan negara ditetapkan
berdasarkan undang-undang. Untuk dapat menyusun suatu undang-undang
perpajakan, diperlukan asas-asas atau dasar-dasar yang akan dijadikan landasan
oleh negara untuk mengenakan pajak. Terdapat beberapa asas yang dapat dipakai
oleh negara sebagai asas dalam menentukan wewenangnya untuk mengenakan
pajak, khususnya untuk pengenaan pajak penghasilan. Asas utama yang paling
sering digunakan oleh negara sebagai landasan untuk mengenakan pajak adalah:
1. Asas domisili atau disebut juga asas kependudukan (domicile/residence
principle): berdasarkan asas ini negara akan mengenakan pajak atas suatu
penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan, apabila untuk
kepentingan perpajakan, orang pribadi tersebut merupakan penduduk (resident)
atau berdomisili di negara itu atau apabila badan yang bersangkutan berkedudukan
di negara itu. Dalam kaitan ini, tidak dipersoalkan dari mana penghasilan yang akan
dikenakan pajak itu berasal. Itulah sebabnya bagi negara yang menganut asas ini,
dalam sistem pengenaan pajak terhadap penduduk-nya akan menggabungkan asas
domisili (kependudukan) dengan konsep pengenaan pajak atas penghasilan baik
yang diperoleh di negara itu maupun penghasilan yang diperoleh di luar negeri
(world-wide income concept).
2. Asas sumber: Negara yang menganut asas sumber akan mengenakan pajak atas
suatu penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan hanya
apabila penghasilan yang akan dikenakan pajak itu diperoleh atau diterima oleh
orang pribadi atau badan yang bersangkutan dari sumber-sumber yang berada di
negara itu. Dalam asas ini, tidak menjadi persoalan mengenai siapa dan apa status
dari orang atau badan yang memperoleh penghasilan tersebut sebab yang menjadi
landasan pengenaan pajak adalah objek pajak yang timbul atau berasal dari negara
itu. Contoh: Tenaga kerja asing bekerja di Indonesia maka dari penghasilan yang
didapat di Indonesia akan dikenakan pajak oleh pemerintah Indonesia.
3. Asas kebangsaan atau asas nasionalitas atau disebut juga asas kewarganegaraan
(nationality/citizenship principle): Dalam asas ini, yang menjadi landasan
pengenaan pajak adalah status kewarganegaraan dari orang atau badan yang
memperoleh penghasilan. Berdasarkan asas ini, tidaklah menjadi persoalan dari
mana penghasilan yang akan dikenakan pajak berasal. Seperti halnya dalam asas
domisili, sistem pengenaan pajak berdasarkan asas nasionalitas ini dilakukan
dengan cara menggabungkan asas nasionalitas dengan konsep pengenaan pajak atas
world wide income. Terdapat beberapa perbedaan prinsipil antara asas domisili atau
kependudukan dan asas nasionalitas atau kewarganegaraan di satu pihak, dengan
asas sumber di pihak lainnya. Pertama, pada kedua asas yang disebut pertama,
kriteria yang dijadikan landasan kewenangan negara untuk mengenakan pajak
adalah status subjek yang akan dikenakan pajak, yaitu apakah yang bersangkutan
berstatus sebagai penduduk atau berdomisili (dalam asas domisili) atau berstatus
sebagai warga negara (dalam asas nasionalitas). Di sini, asal muasal penghasilan
yang menjadi objek pajak tidaklah begitu penting. Sementara itu, pada asas sumber,
yang menjadi landasannya adalah status objeknya, yaitu apakah objek yang akan
dikenakan pajak bersumber dari negara itu atau tidak. Status dari orang atau badan
yang memperoleh atau menerima penghasilan tidak begitu penting. Kedua, pada
kedua asas yang disebut pertama, pajak akan dikenakan terhadap penghasilan yang
diperoleh dimana saja (world-wide income), sedangkan pada asas sumber,
penghasilan yang dapat dikenakan pajak hanya terbatas pada penghasilan-
penghasilan yang diperoleh dari sumber-sumber yang ada di negara yang
bersangkutan.
b. Fungsi Pajak Dalam Ekonomi
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluarantermasuk pengeluaran
pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi,
yaitu:
1. Fungsi anggaran (budgetair) , Sebagai sumber pendapatan negara, pajak
berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan
tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan
biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan
untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan
lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uangdikeluarkan dari
tabunganpemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin.
Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan
pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan
dari sektor pajak.
2. Fungsi mengatur ( regulated ), Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi
melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan
sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring
penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai
macam fasilitas keringanan pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam
negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi stabilitas, Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi
dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur
peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif
dan efisien.
4. Fungsi redistribusi pendapatan, Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk
membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada
akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Perkembangan
Ekonomi Indonesia Dalam penelitian ini tujuan utamanya adalah memberikan
gambaran secara komprehensif perkembangan pajak selama kurun waktu 1970-
2010 dalam kaitanya dengan pembangunan ekonomi nasional. Selama kurun waktu
tersebut telah terjadi perubahan struktur perekonomian Indonesia dari
perekonomian agraris menjadi ekonomi industry.
Perubahan struktur ekonomi tersebut tentu akan mempengaruhi struktur
pendapatan masyarakat. Dalam masyarakat dengan ekonomi industry jumlah
lapaisan masyarakat yang berpendapatan menengah ke atas jauh lebih banyak
dibandingkan dengan awal pembangunan ekonoi Indonesia. Pada awal
pembangunan ekonomi peranaan sector pertanian sebesar46,9 % dari PDB, sector
pertambangan 9,4%, sektor Industri sebesar 8,3 % dari PDB , sektor Listrik dan gas
sebesar 0,4%, sektor bangunan 2,4%, sektor pengangkutan dan komunikasi 3,3 %
dan sektor perdagangan dan jasa- jasasebesar 29,3 % dari PDB. Dominasi yang
besar di sektor pertanian pada tahun 1970 menimbulkan beragam masalah dalam
kehidupan ekonomi masyarakat. Tingkat kemiskinan cukup tinggi karena luas
tanah pertanian yang sempit dan banyaknya buruh tani mengakibatkan hasil yang
di dapat dari usahapertanian tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup masyarakat
petani. Dengan banyaknya masyarakat yang bekerja disektor ini maka banyak
terjadi fenomena under employment dan pengangguran terselubung.
Dengan demikian tingkat pendapatan penduduk menjadi rendah karena
pekerja tidak mampu bekerja secara penuh waktu. Pemerintah orde baru yang
menggantikan pemerintahan orde lama melakukan program pembangunan ekonomi
secara besar-besaran yang didukung dengan investasi asing dan hutang luar negeri.
Hasil dari program pembangunan nasional dapat dirasakan adanya perubahan
dalam struktur ekonomi. Dalam kurun waktu sekitar 40 tahun terjadi perubahan
komposisi PDB Indonesia berdasarkan sektor ekonomi. Pada tahun 2010 peranan
sektor pertanian turun menjadi 13,6 % dari PDB , Sektor pertambangan 8,3 %,
sektor Industri menjadi 26,2 %, sektor listrik dan gas sebesar 0,8 % , sektor
bangunan sebesar 6,4 %, sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 8,8% dan
sektor perdagangan dan jasa-jasa menjadi 35,6 %. Penurunan peranan sektor
pertanian dari 46% menjadi 13,6 % merupakan konsekuensi dari proses
industrialisasi yang dibiayai dengan modal asing dan hutang luar negri. Peranan
sector industri dalam perekonomian nasional meningkat tajam dari 8,3 % menjadi
26,2 %, hal ini juga terjadi dalam sector bangunan dan sector pengangkutan yang
meningkat masing masing menjadi 6,4% dan 8,8%. Artinya selama proses
pembangunan ekonomi telah terjadi pergeseran dari perekonomian dengan
dominasi sektor pertanian menjadi perekonomian yang didominasi oleh sektor
industri, bangunan dan pengangkutan. Perubahan ini tentunya merupakan hasil dari
pertumbuhan ekonomi selama proses pembangunan ekonomi nasional.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini rata rata tumbuh lebih dari 6 %.
Pertumbuhan ekonomi tersebut telah merubah Indonesia dari negara miskin dengan
pendapatan perkapita kurang dari US$ 100 pada tahun 1970 menjadi sekitar US$
3000 padatahun 2010. (lihat tabel 1). Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak lepas
dari program kerja pemerintahan orde baru yang dikenal dengan Trilogi
Pembangunan yaitu;
1.Pemerataan pembangunan dan hasil hasilnya.
2.Pertumuhan ekonomi yang tinggi.
3.Stabilitas nasional yang dinamis.
Dengan melaksanakan program tersebut secara konsisten harus diakui
bahwa pemerintah orde baru memang berhasil meningkatkan taraf hidup
masyarakat Indonesia dari negara dengan predikat miskin menjadi negara dengan
pendapatan menengah. Memang keberhasilan dalam pembangunan ekonomi
tersebut tidak menafikan bahwa tingkat kebebasan dalam mengemukakan pendapat
dan organisasi sangat dibatasi. Demikian juga dengan keberadaan partai politik
yang tidak berfungsi secara efektif sehingga tidak ada pengawasan dan control yang
efektif dari partai mengakibatkan banyaknnya penyimpangan dalam proses
pembangunan ekonomi. Hali ini mengakibatkan munculnya ekonomi biaya tinggi
yang menghasilakan inefisiensi dalam proses pembangunan ekonomi. Tinggginya
tingkat korupsi dan birokrasi yang panjang menybabkan daya saing Indonesia
dengan negara negara lain menjadikurang kompetitif.
c. Pajak Dalam Pembangunan
Agar supaya proses pertumbuhan ekonomi terus berlangsung dengan
tingkat pertumbuhan di atas 6 persen pertahun maka diperlukan investasi dalam
jumlah yang sangat besar. Salah satu sumber investasi itu adalah dari sector
perpajakan. Pada awal periode pembangunan ekonomi pernanan ektor pajak sekitar
6 % dari PDB dengan jumlah pajak sebesar Rp 174 milyar, PDB Indonesia pada
masa itu masih pada kisaran Rp 2,7 trilyun. Pada tahun1975 peranan sector pajak
meningkat menadi 7 % dari PDB dan terus meningkat pada tahun 1990 menjadi
9%. Pada waktu bonanza minyak pada periode 1980- 1990 peranan sector ini
sempat menurun menjadi 5 % dari PDB. Era kejayaan minyak dengan cepat
menyusut sebagai akibat dari tingginya konsumsi minyak domestic dan
melambatnya tingkat produksi minyak domestic.Hal initentu berimplikasi pada
pendapatan pemerintah yang masih mengandalkan sector migas sebagai sumber
pembiayaan pembangunan. Pada tahun 1984 pemerintah melakukan perubahan UU
pajak lama dengan UU pajak baru yang menerapkan system full assessment yang
mampu meningkatkan pendapatan pajak negara. Jumlah penerimaan pajak
meningkat cepat dari sekitar 7 % dari PDB menjadi 9% dari PDB padatahun 1989.
Secara bertahap tingkat penerimaan paja terus mengalami peningkatan menjadi
11% dari PDB pada tahun 1995 sampai tahun 2000. Setelah tahiun 2000 tingat rasio
pajak relative konstan pada kisaran 12 sampai 13 persen dari PDB . Persoalan
mendasar dari rendahnya tingkat tax rasio lebih banyak disebabkan oleh perilaku
aparat pajak dan system administrasipajak yang tidak transparan. Berbagai kasus
penyelewengan dan korupsi dari aparat pajak mengindikasikan buruknya moral
sebagian aparat pajak dan lemahnya pengawasan dari pimpinan dan masyarakat.
Dari sisi tingkat pertumbuhan ekonomi nasional selama periode yangsama terlihat
bahwa laju pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh pada tingkat rata rata 6 sampai
10 persen pertahun. Pertumbuhan ekonomi pernah mengalami penurunan bahkan
sampai minus pada waktu krisis ekonomi tahun1998. Setelah dilakukan
restrukturisasi laju pertumbuhan ekonomi terus mengalami peningkatan menjadi 4
persen dan kemudian meningkat menjadi 6,2 persen pada tahun 2010. Laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini menjadikan Indonesia negara yang
mengalami laju pertumbuhan ekonomi tinggi selain China dan India selama satu
decade terakhir.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan kas negara yang digunakan untuk
pembangunan dengan tujuan akhir kesejahteraan dan kemakmuran rakyat dimana
seluruh uang hasil pajak yang dikumpulkan oleh pemerintah akan disalurkan
kembali untuk pembangunan yang ada di daerah-daerah baik itu pembangunan
infrastruktur, rumah sakit, sekolah, kantor pemerintahan, dan hal-hal lainnya yang
dapat menunjang perkembangan masyarakat itu sendiri.
3.2 Saran
Semoga dengan dibuatnya makalah ini dapat membatu masyarakat pada
umumnya dan para pelajar dan juga mahasiswa didalam pamahaman materi
mengenai pajak ini baik itu digunakan untuk kehidupan sehari-hari ataupun
digunakan untuk pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.cermati.com/artikel/pengertian-pajak-fungsi-dan-jenis-jenisnya
https://www.cekkembali.com/materi-pajak/
https://blog.ruangguru.com/ekonomi-kelas-11-mengenal-pajak-pengertian-fungsi-
manfaat-dan-tarifnya
https://www.akuntansilengkap.com/akuntansi/pengertian-jenis-jenis-dan-unsur-
unsur-pajak-lengkap-menurut-para-ahli/

Anda mungkin juga menyukai