Abstrak— Dengan berkembangnya jaman makin banyak hal independently. Moreover, the design is also expected to
yang dulunya sulit menjadi lebih mudah begitu juga make the disabled people feel comfortable to do their
perkembangan yang dilakukan oleh pemerintah daerah dalam activities in the Public Service Mall.
mengembangkan satu tempat untuk mengurus semua The method used in this design is by performing field
kepengurusan surat perijinan dan lainnya yang berhubungan analysis and using design thinking method to analyze the
dengan pemerintahan namun di sisi lain dari mall pelayanan problems, prototyping, until the implementation stage. The
publik ini masih kurang memfasilitasi kebutuhan untuk orang- result from analysis to the implementation stage of the
orang yang berkebutuhan khusus padahal mall pelayanan design was to make an innovation by adding an assistant
publik ini dibentuk agar dapat memfasilitasi semua orang corner to help people with special needs when doing
Surabaya tanpa terkecuali. Perancangan ini diharapkan dapat activities in this Public Service Mall. The design of Public
mendukung berjalannya fungsi mall pelayanan publik dan juga Service Mall can help disabled people, especially the
mendukung dengan menambah fasilitas untuk orang-orang people of Surabaya to do their activities independently,
yang berkebutuhan khusus agar dapat secara mandiri and not only helping the community at the moment but
melakukan kegiatannya, bukan hanya secara mandiri tapi juga also in the future.
dapat merasa nyaman ketika melakukan aktivitasnya di mall Keyword— Disability, Government Office, Public Service
pelayanan publik. Mall, Community Service, Universal Design
Metode yang digunakan dalam perancangan ini adalah
melakukan analisa lapangan, dan menggunakan metode design
thinking untuk menganalisa permasalahan, perwujudan hingga I. PENDAHULUAN
tahap implementasi. Hasil dari analisa hingga implementasi
perancangan mall pelayanan publik ini yaitu membuat inovasi
berupa assistant corner untuk membantu masyarakat yang
I ndonesia memiliki tingkat penyandang disabilitas yang
cukup tinggi. Menurut Badan Pusat Statistik, SAKERNAS
2011 jumlah penduduk di Indonesia adalah 237,641,326 orang
berkebutuhan khusus ketika melakukan aktivitasnya di mall
pelayanan publik ini. Dari perancangan mall pelayanan publik dan 10% dari penduduk Indonesia adalah penyandang cacat /
ini dapat membantu para disabilitas khususnya masyarakat disabilitas.
kota Surabaya dalam melakukan aktivitasnya secara mandiri, Dengan realita tersebut terdapat undang – undang yang
dan bukan hanya membantu untuk masyarakat disaat sekarang mengatur terkait penyandang disabilitas di Indonesia. Terdapat
saja namun juga di masa depan juga dapat membantu pada Undang – Undang nomer 8 tahun 2016 pasal 40, 41, 42,
masyarakat yang berkebutuhan khusus untuk melakukan dan 53 yang mengatur dan memfasilitasi kebutuhan para
aktivitasnya secara mandiri. penyandang disabilitas oleh pemerintah. Seperti pada Undang
Kata Kunci— Assistant Corner, Disabilitas, Kantor Pemerintah, – Undang nomer 8 tahun 2016 pasal 53 ayat 1 berisi tentang
Mall Pelayanan Publik, Pelayanan Masyarakat, Universal pemerintah baik pusat maupun daerah serta Badan Usaha
Design Milik Negara (BUMN) wajib mempekerjakan paling sedikit
2% penyandang disablitas dari jumlah pekerja. Pada ayat 2
Abstrac— Along with the era development, a lot of things berisi tentang perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling
that once was difficult becomes easier. The local sedikit 1% penyandang disabilitas dari jumlah pekerja. Terkait
government is developing a Public Service Mall to take fakta dan undang – undang tersebut penting untuk memulai
care of all the stewardship of licensing letters and other
kesadaran dan memfasilitasi penyandang disabilitas di
things related to the government. However, this Public
Indonesia utamanya di ranah publik yang banyak digunakan.
Service Mall is still lacking facilities for people with special
needs even though the mall was developed in order to Universal Design merupakan salah satu pendekatan yang
facilitate all Surabaya people without any exception. The dilakukan untuk memfasilitasi kegiatan penyandang disabilitas.
design is expected to support the functioning of Public 7 prinsip yang dipakai pada pendekatan ini yaitu: Equitable
Service Mall as well as to support facilities for people with Use, Flexibility in Use, Simple and Intuitive Use, Perceptible
special needs to be able to perform their activities Information, Tolerance for Error, Low Physical Effort, dan
JURNAL INTRA Vol. 6, No. 2, (2018) 607-612 608
c. Kamar Mandi
Kamar mandi terdapat didekat eskalator dan di dekat
pelayanan Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil
(DISPENDUKCAPIL), di kamar mandi area
DISPENDUKCAPIL terdapat ruang laktasi.
A. Ruang Lingkup Perancangan Gambar 4. Pola Hubungan Ruang Mall Pelayanan Publik
Dalam perancnagan mall pelayanan publik ini hanya
beberapa perijinan yang dirancang yaitu: 1. UPTSA (Unit D. Konsep Desain
Pelayanan Terpadu Satu Atap), yang merupakan pelayanan Konsep perancangan menggunakan 7 prinsip universal
yang melayani perizinan yang berhubungan dengan perijianan yaitu Equitable Use, Flexibility in Use, Simple and Intuitive
pembangunan, perijinan air tanah, perijinan PBB dan masih Use, Perceptible Information, Tolerance for Error, Low
banyak lagi. 2. Dispendukcapil (Dinas Kependudukan dan Physical Effort, dan Size and Space for Approach and Use
Catatan Sipil) yang melayani tentang kependudukan dan dimana ketujuha prinsip ini merupakan kebutuhan-kebutuhan
catatan sipil yaitu melayani kepengurusan KTP elektronik, dalam menjawab pendekatan universal design.
akte kelahiran, keterangan surat pindah dan masih banyak lagi.
Untuk material dan warna dalam konsep ini yang perlu
B. Analisa Lokasi Perancangan diperhatikan lebih penting adalah daerah asisten corner atau
Terletak pada bangunan Siola yang membentang pada jalan area pelayanan khusus untuk disabilitas karena merupakan area
Tunjungan 1 dan jalan Genteng Kali, mall pelayanan publik ini yang akan lebih sering diakses oleh orang yang berkebutuhan
terletak pada lantai 1 gedung Siola memiliki main entrance khusus seperti pola yang terdapat dalam lantai, tembok atau
yang terdekat dengan mall pelayanan publik yaitu yang plafon, teksture yang digunakan. Tapi bukan berarti ruang
menghadap ke jalan Genteng Kali. Untuk bagian dalam dari yang lain sangat jauh berbeda dengan area pelayanan khusus
mall pelayanan publik ini terdiri dari pelayanan UPTSA dan desainnya, desain area lainnya satu tone warna dengan area
Dispendukcapil. pelayanan khusus. Material yang digunakan bermacam-macam
C. Programming namun lebig didominasi dengan GRC Board, Besi Hollow,
HPL dan masih banyak lagi.
Setelah dilakukan pengamatan pada lokasi, untuk
menganalisa hasil dari pengamatan dibuat beberapa table E. Desain Akhir dan Implementasi Desain
seperti tabel kebutuhan ruang, besaran ruang dan masih Desain akhir pada awalnya mengalami perubahan yang
banyak lagi sehingga hasil dari Analisa ini dapat dijadikan cukup berbeda karena mendapat masukkan dari dosen
acuan dalam melakukan perancangan. pembimbing dan teman-teman sehingga desain akhir ini
muncul dengan tetap menjawab kebutuhan secara universal
namun juga indah dari sisi estetika interior bangunannya. Area
pelayanan khusus memiliki akses yang paling dekat dengan
pintu masuk karena dari hasil analisa yang dilakukan maka
lebih baik area khusus tersebut berada di dekat pintu masuk.
JURNAL INTRA Vol. 6, No. 2, (2018) 607-612 611
Equitable Use
Penggunaan pintu otomatis yang menggunakan sensor untuk
membukanya sehingga baik pengguna yang berkebutuhan
khusus maupun pengguna yang normal dapat menggunakannya
bersamaan.
Perceptible Information
Pengguna normal dengan pengguna yang berkebutuhan khusus
dapat mengakses informasi dari mesin informasi dengan touch
screen dan dibantu dengan bantuan suara, memiliki ketinggian
yang dapat diakses orang berkursi roda.
DAFTAR PUSTAKA
[1] “Building for Everyone (MLA) Fromat.” National
Disability Authority. 2012. 12 Feb. 2018. <
http://universaldesign.ie/Built-Environment/Building-for-
Everyone/>
[2] Hoen, L.Tan. “ Perancangan Interior Fasilitas public
Gambar 12. Perspektif Area Self Care Service
service kantor pos pusat di Surabaya Literature, 12
Desember 2017.” Surabaya, 2007.
<https://dewey.petra.ac.id/catalog/digital>
[3] Kumalasari, Novita. “Perancangan Interior Rumah
Usiawan Panti Surya di Surabaya Literature, 10 Desember
2017. Surabaya., 2014.
https://dewey.petra.ac.id/catalog/digital
[4] Nathania, Stella. “Perancangan Interior Kantor Samsat di
Surabaya Barat Literature, 13 Desember 2017.” Surabaya,
2013. <https://dewey.petra.ac.id/catalog/digital>
[5] Null, Robert., Universal Design: Principles and Models.
Florida: CRC Press. 2014.
[6] Panero, Julius. Dimensi Manusia dan Ruang
Interior.Trans. Kurniawan, Djoeliana. Jakarta: Erlangga,
VI. KESIMPULAN 1979.
Perancangan dengan pendekatan Universal Design akan [7] Pile, John F. Design Interior: Forth Edition (Rev. ed. ).
lebih banyak memfokuskan pada bagaimana desain itu dapat New York:
diakomodasi oleh semua orang tanpa terkecuali, dan [8] Harry N. Abrams, Inc., 2007.
pendekatan Universal Design diterapkan pada ruang publik [9] Pile, John F.. History of Design Interior (Rev. ed. ).
yaitu mall pelayanan publik yang terletak di kota Surabaya. London:
Pemilihan mall pelayanan publik sebagai ruang publik yang [10] Laurence Kind Publishing, Ltd., 2014.
didesain dengan pendekatan universal design memiliki tujuan [11] Wolfgang F. E. Preiser dan Korydon H.Smith. Universal
agar orang-orang yang berkebutuhan khusus dapat dengan [12] Design Handbook. United State : McGraw-Hill
nyaman secara mandiri melakukan aktivitasnya di mall Companies, Inc., 2011.