ANEKA PERJANJIAN
BAB I
JUAL BELI
DEFINISI
Jual beli adalah suatu perjanjian bertimbal balik dalam mana ,pihak yang satu (si penjual)
berjanji untuk menyerahkan hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (si
pembeli) berjanji untuk membayar harga yang terdiri atas sejumlah uang sebagai imbalan dari
perolehan hak milik tersebut.
KEWAJIBAN PENJUAL
Bagi pihak penjual terdapat dua kewajiban utama dalam perjanjian jual beli, diantaranya yaitu :
Menyerahkan hak milik atas barang yang diperjual belikan. Kewajiban menyerahkan hak
milik meliputi segala perbuatan yang menurut hukum diperlukan untuk mengalihkan
hak milik atas barang (barang bergerak, barang tetap maupun barang tak bertubuh atau
piutang atau penagihan atau claim) yang diperjual belikan itu dari si penjual kepada
pembeli
Menanggung tenteram atas barang tersebut. Kewajiban untuk menanggung kenikmatan
tenteram merupakan konsekuwensi dari pada jaminan yang oleh penjual diberikan
kepada pembeli bahwa barang yang dijual dan dilever itu adalah sungguh-sungguh
miliknya sendiri yang bebas dari sesuatu beban atau tuntutan dari sesuatu pihak.
Kewajiban tersebut menemukan realisasinya dalam kewajiban untuk memberikan
penggantian kerugian jika sampai terjadi si pembeli karena suatu gugatan pihak ke tiga.
KEWAJIBAN PEMBELI
Kewajiban pembeli adalah membayar harga pembelian pada waktu dan ditempat sebagaimana
dietapkan menurut perjanjian. Jika pada waktu membuat perjanjian tidak ditetapkan tetang
tempat dan waktu pembayaran maka si pembeli harus memmbayar ditempat dan pada waktu
dimana penyerahan barangnya harus dilakukan (Pasal 1514)
Mengenai resiko dalam jual beli dalam BW disebutkan ada tiga peraturan yang terkait akan hal
itu, yaitu :
Namun perlu diingat bahwa selama belum dilever mengenai barang dari macam apa saja,
resikonya masih harus dipikul oleh penjual, yang masih merupakan pemilik sampai pada saat
barang itu secara yuridis diserahkan kepada pembeli.
Syarat-syarat untuk melancarkan reklame dalam KUHD adalah lebih longgar dibandingkan
dengan syarat-syarat yang ditetapkan dalam pasal 1145 BW, yaitu :
Jual beli tidak usah jual beli tunai (kontan), jadi jual beli kreditpun boleh.
Penuntutan kembali dapat dilakukan dalam jangka waktu 60 hari, jadi lebih lama dari
jangka waktu yang diperkenankan oleh pasal 1145 BW
Tuntutan reklame masih boleh dilancarkan meskipun barangnya sudah berada ditangan
orang lain.
BAB II
TUKAR MENUKAR
Tukar-menukar adalah suatu perjanjian dengan mana kedua belah pihak mengikatkan dirinya
untuk saling memberikan suatu barang secara bertimbal-balik sebagai gantinya suatu barang
lain. Perjanjian ini juga dikenal dengan nama “barter”. Segala apa yang dapat dijual, dapat juga
menjadi objek perjanjian tukar-menukar. Segala peraturan-peraturan tentang perjanjian jual-
beli juga berlaku terhadap perjanjian tukar-menukar (Pasal 1546)
Resiko dalam perjanjian tukar-menukar diatur dalam pasal 1545 yang berbunyi : “jika suatu
barangtertentu yang telah dijanjikan untuk ditukar, musnah diluar kesalahan pemiliknya, maka
persetujuan dianggap sebagai gugur dan siapa yang dari pihaknya telah memenuhi
persetujuan, dapat menuntut kembali barang yang ia telah berikan dalam tukar menukar”.
BAB III
SEWA MENYEWA
DEVINISI
Sewa-menyewa adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya
untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu
waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga yang oleh pihak yang tersebut terakhir itu
disanggupi pembayarannya (Pasal 1548 B.W)
Sewa menyewa adalah suatu perjanjian konsensual.artinya ia sudah sah dan mengikat pada
detik tercapainya sepakat mengenai unsure-unsur pokoknya, yaitu barang dan harga.
Kewajiban pihak yang satu adalah menyerahkan barangnya untuk dinikmati oleh pihak yang
lain, sedangkan kewajiban pihak yang terakhir ini adalah membayar “harga sewa”.
Pasal 1579 berbunyi: “pihak yang menyewakan tidak dapat menghentikan sewanya dngan
menyatakan hendak memaai sendiri barangnya yang disewakan, kecuali jika telah
diperjanjikan sebelumnya”.
Tentang harga sewa: kalau dalam jual beli harga harus berupa uang, karena kalau berupa
barang perjanjianyabukan jual-beli lagi tetapi menjadi tukar-menukar, tetapi dalam sewa-
menyewa tiadaklah menjadi keberatan bahwa harga sewa itu berupa barang atau jasa.
KEWAJIBAN-KEWAJIBAN PENYEWA
Bagi si penyewa ada dua kewajiban utama yaitu:
Memakai barang yang disewa sebagai seorang “bapk rumah yang baik”, sesuai dengan
tujuan yang diberikan kepada barang itu menurut perjanjian sewanya.
Membayar harga sewa pada waktu-waktu yang telah ditentukan menurut pejanjian.
MENGULANG SEWAKAN
Si penyewa jika kapadanya tidak telah diperijinkan oleh pemilik barang, tidak diperbolehkan
mengulang sewakan barang yang disewanya maupun melepas sewanya kepada orang lain.
Kecuali kalau hal-hal itu diperjanjikan tetapi kalau menyewakan sebagian dari sebuah rumah
tempat tinggal yang disewa adalah diperbolehkan kecuali kalau hal itu telah dilarang dalam
perjanjian sewanya.
Senaliknya jika sewa menyewa tidak dibuat dengan tertulis maka sewa itu tidak berahir pada
waktu yang ditentukan.
Perihal sewa menyewa secara tertulis diatur dalam pasal 1570 sedangkan perihal sewa
menyewa yang tidak tertulis (lisan) diatur dalam pasal 1571.
PANDBESLAG
Merupakan hak utama yang diberikan oleh undang-undang atas barang-barang perabot rumah
yang diakai untuk menghiasi rumah tersebut guna menjamin pembayaran tunggakkan uang
sewa. Artinya dalam suatu eksekusi (lelang sita) atas barang-barang perabot rumah yang
dipakai untuk menghiasi rumah tersebut, sipemilik rumah harus paling dahulu diberikan
sejumlah yang cukup dari pendapatan lelangan untuk melunasi tunggakan uang sewa yang
menjadi haknya, sebelum kreditu-kreditur lainnya menerima bagian mereka.
SEWA MENYEWA PERUMAHAN
Masalaha perumahan merupakan suatu masalah social yang sangat penting. Pasca Perang
Dunia II banyak rumah-rumah gedung yang dikuasai oleh pemerintah untuk diatur
penggunaan atau penghuninya. Pada masa sekarang pengaturan mengenai hal itu oleh
pemerintah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1958 tentang urusan
perumahan. Pelaksanaan mengenai urusan perumahan diserahkan kepada Kantor Urusan
Perumahan, oleh karenanya untuk menmpati rumah tersebut harus ad surat iji penghuni (SIP)
yang diberikan oleh Kantor Urusan Perumahan.
BAB IV
SEWA BELI
Sewa beli sebenarnya adalah suat macam jual beli, setidak-tidaknya ia lebih mendekati jual beli
daripada sewa menyewa, meskipun ia merupakan suatu campuran dari keduanya dan
diberikan judul “sewa menyewa”. Hakekat dari sewa beli adalah suatu macam perjanjian jual
beli dimana selama harga belum dibayar lunas maka si pembeli menjadi penyewa dahulu dari
barang yang ingin dibelinya.
BAB V
PERJANJIAN UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN
Mengenai hal ini iatur dalam pasal 1601 – 1603 BW. Sedangkan untuk perjanjian kerja laut
diatur dalam Bab IV dari Buku II KUHD.
BAB VI
PENGANGKUTAN
Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk
dengan aman membawa orang atau barang dari satu ke lain tempat, sedangkan pihak yang
lainnya menyanggupi akan membayar ongkosnya.
Perjanjian pengangkutan ini diatur dalam Buku III KUHPdt pasal 1235- 1243.
BAB VII
PERSEKUTUAN
DEFINISI
Yang dimaksud dengan persekutuan adalah suatu perjanjian antara dua orang atau lebih untuk
berusaha bersama-sama mencari keuntungan yang akan dicapai dengan jalan masing-masing
memmasukkan sesuatu dalam suatu kekayaan bersama (Pasal 1618 BW).
HUBUNGAN ANTARA PARA SEKUTU
Undang-undang menetapkan bahwa sekutu yang hanya memasukkan tenaganya saja,
mendapat bagian yang sama dari keutungan bersama seperti sekutu yang memasukkan “modal
yang paling sedikit (pasal 1633 ayat 2). Hubungan antar para sekutu, dalam hal
adanya pertetangan antara kepentingan sekutu dan kepentingan persekutuan, selalu
memberikan prioritas kepada kepentingan persekutuan. Apabila persekutuan, sebagai akibat
kesalahan seorang sekutu didalam mengerjakan sesuatu urusan, menderita kerugian maka
sekutu tersebut harus mengganti kerugian itu tanpa dibolehkan mengkonpensasikan
keuntungan-keuntungan yang diperolehnya bagi persekutuan dalam lain urusan (Pasal 1630)
BAB VIII
PERKUMPULAN
Yaitu beberapa orang yang hendak mencapai suatu tujuan dala bidang non-ekonomis (tidak
untuk mencari keuntungan) bersepakat mengadakan suatu kerjasama yang bentuk dan caranya
diletakan dalam apa yang dinamakan anggaran dasar atau reklemen atau statuten.
Suatu perkumpulan dapat dimintakan pengakuan sebagai badan hukum dari menteri
kehakiman menurut peraturan sebagaimana termaktuk dalam lembaran Negara tahun 1870 no.
64
BAB IX
PENGHIBAHAN
DEVINISI DAN KETENTUAN-KETENTUAN UMUM
Menurut pasal 1666 B.W penghibahan adalah suatu perjanjian dengan mana si penghibah, di
waktu hidupnya, dengan Cuma-Cuma dan dengan tridak dapat di tarik kembali, menyerahkan
sesuatu barang guna keperluan si penerima hibah yang menerima penyerahan itu.
Penghibahan hanyalah dapat mengenai barang –barang yang sudah ada, jiak ia meliputi barang
–barang yang baru akan ada di kemudian hari maka sekadar mengenai itu hibahnya adalah
batal (Pasal 1667)
BAB X
PENITIPAN BARANG
Penitipan pada umumnya dan berbagai macamnya
Penitipan adalah terjadi apabila seseorang menerima sesuatu barang darinorang lain, dengan
syaratbahwa ia akan menyimpannya dan mengembalikannya dalam wujud asalnya. Mengenai
hal ini diatur dalam pasal 1694 B.W. menurut undang-undang ada dua macam penitipan
barang yaitu penitipan yang sejati dan sekestrasi.
SEKESTRASI
Adalah penitipan barang tentang mana ada perselisihan, di tangannya seorang pihak ketiga
yang mengikatkan diri untuk, setelah perselisihan itu diputus, mengembalikan barang itu
kepada siapa yang akan dinyatakan berhak, beserta hasil-hasilnya. Penitipan ini ada yang
terjadi dengan persetujuan dan ada pula yang dilakukan atas perintah hakim atau pengadilan.
Mengenai hal ini diatur dalam Pasal 1730 – 1734
BAB XI
PINJAM PAKAI
DEFENISI DAN KETENTUAN-KETENTUAN UMUM
Pinjam pakai adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan suatu barang
kepada pihak yagn lainnya untukdipakai dengan cuma-Cuma, dengan syarat bahwa yang
menerima barang ini, setelah memakainya atau setelah lewatnya suatu waktu tertentu, akan
mengembalikannya (pasal 1740). Dalam pinjam pakai, pihak yang meminjamkan tetap menjadi
pemilik dari barang yang dipinjamkan (pasal 1741). Segala apa yang dapat dipakai orang dan
tidak musnah karena pemakaian, dapat menjadi bahan perjanjian pinjam-pakai (Pasal 1742).
KEWAJIBAN PEMINJAM
Peminjam diwajibkan menyimpan dan memelihara barang pinjaman itu sebagai seorang bapak
rumah yang baik dan tidak boleh memakainya guna suatu keperluan yang lain. Jika ia
memakai barangnya pinjaman guna suatu keperluan lain atau lebih lama dari yang
diperbolehkan, maka selain dari pada itu ia adalah bertanggung jawab atas musnahnya
barangnyasekalipun musnahnya barang itu disebabkan karena suatu kejadian yang sama sekali
tidak di sengaja (pasal 1744). Jiak barangnya pada waktu dipinjamkan, telah ditaksir harganya,
maka musnahnya barang itu, biarpun ini terjadi karena suatu kejadian yang tidak disengaja,
adalah atas tanggungan si peminjam, kecuali apabila telah diperjanjikan sebalknya(Pasal 1746)
BAB XII
PINJAM MEMINJAM
DEFENISI DAN KETENTUAN-KETENTUAN UMUM
Pinjam-meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada
pihak yang lain suatu jumlah tertentu barangbarang yangmenghabis karena pemakaian,
dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari
jenis dan mutu yang sama pula (pasal 1754). Berdasarkan perjanjian pinjam-meminjam, pihak
yang menerima pinjaman menjadi pemilik dari barang yang dipinjam, dan jika barang itu
musnah, dengan cara bagaimanapun, maka kemusnahan itu adalah atas tanggungannya (Pasal
1755)
KEWAJIBAN PEMINJAM
Orang menerima pinjaman sesuatu diwajibkan mengembalikannya dalam jumlah dan keadaan
yang sama dan pada waktu yang ditentukan (pasal 1763). Jka sipeminjam tidak mampu
mengembalikan barang yang dipinjamnya dalam jumalah dan keadaanyang sama maka ia
diwajibkan membayar harganya, dalam hal mana harus diperhatikan waktu dan tempat
dimana barangnya, menurut perjanjian, harus dikembalikan.
BUNGA CAGAK-HIDUP
Bunga cagak hidup dapat dilahirkan dengan suatu prjanjian atas beban, atau dengan suatu akte
hibah. Ada juga bunga cagak hidup itu diperoleh dengan wasiat. Suatu perjanjian atas beban
adalah perjanjian timbale balik dimana prestasi dari pihak yang satu adalah imbalan dari
prestasi pihak yang lain.
BAB XIV
PEMBERIAN KUASA
DEFINISI
Adalah suatu perjanjian dengan mana seorang memberikan kekuasaan atau wewenang kepada
seseorang lain, yang menerimanya, untuk atas namanya menyelenggarakan suatu urusan
(Pasal 1792).
KEWAJIBAN SI KUASA
Si kuasa diwajibkan selama ia belum dibebaskan, melaksanakan kuasanya, dan ia menanggung
segala biaya, kerugian, dan bunga yang sekiranya dapat timbul karena tidak dilaksanakannya
kuasa tersebut.
Si kuasa bertanggungjawab untuk orang yang telah ditunujuk olehnya sebagai penggantinya
dalam melaksanakan kuasanya :
Jika tidak telah diberikan kekuasaan untuk menunjuk seorang lain sebagai
penggantinya.
Jika kekuasaan itu telah diberikan kepadanya tanpa tanpa penyebutan seorang tertentu,
sedangkan orang yang dipilihnya itu ternyata seorang yang tak cakap atau tak mampu.
BAB XV
PENANGGUGAN UTANG
DEVINISI DAN SIFAT-SIFAT PENANGGUNGAN
Adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang,
mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berpiutang, manakala orang ini sendiri
tidka memenuhinya (pasal 1820). Tiada penanggungan , jika tidak ada suatu perikatan pokok
yang sah. Namun dapatlah seorang mengajukan diri sebagai penanggung untuk suatu
perikatan, biarpun perikatan itu dapat dibatalkan dengan suatu tangkisan yang hanya
mengenai dirinya pribadi di berutang, misalnya dalam hal kebelumdewasaan (pasal 1821).
Menurut pasal 1827 mengatakan bahwa si berutang diawajibkan memberikan seorang
penanggung, harus mengajukan seorang yang mempunyai kecakapan menurut hukum untuk
mengikatkan dirinya, cukup mampu untuk memenuhi perikatannya dan berdiam di wilayah
Indonesia.
HAPUSNYA PENANGGUNGAN
Perikatan yang diterbitkan dari penanggungan hapus karena sebab-sebab yang sama,
sebagaimana yang menyebabkan berakhirnya perikatan-perikatan yang lainnya (pasal 1845).
Adapun cara-cara berakhirnya perikatan-perikatan itu diatur dalam bab IV dari buku III B.W.
(pasal 1381 dan selanjutnya). Si penanggung dibebaskan apabilla ia, karena kesalahan si
berpiutang, tidak lagi dapat menggantikan hak-haknya, hiotik-hipotik dan hak-hak
istimewanya si berpiutang (Pasal 1848).
BAB XVI
PERDAMAIAN
Perdamaian adalah suatu perjanjian denganmana kedua belah pihak, dengan menyerahkan,
menjanjikan atau menahan suatu barang,mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung
atau mencegah timbulnya suatu perkara. Perjanjian ini tidaklah sah, melainkan jika dibuat
secara tertulis (Pasal 1851). Untuk mengadakan suatu perdamaian diperluikan bahwa seorang
mempunyai kekuasaan untuk melepaskan haknya atas hal-hal yang termaksud dalam
perdamaian itu. Tentang kepentingan-kepentingan keperdataan yang terbit dari suatu
kejahatan atau pelanggaran, dapat diadakan perdamaian. Perdamaian initidak sekali-kali
menghalangi pihak kejaksaan untuk menuntut perkaranya (Pasal 1853).
BAB XVII
ARBITRASE
Arbitrase adalah cara penyelesaian sengketa perdata diluar peradilan umum yang di
dasarkanpada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa.
Perjanjian Arbitrase adalah suatu kesepakatan berupa klausula arbitrrase yang tercantum
dalam perjanjian tertulis yang dibuat para pihak sebelum timbul sengketa atau suatu perjanjian
arbitrase tersendiri yang dibuat para pihak setelah timbul sengketa.