Anda di halaman 1dari 29

Referat

HIPOTIROID KONGENITAL

Oleh:

Nama: Satrio Zulyahya Tuah

NRI: 17014101193

Masa KKM : 19 Maret 2018 – 27 Mei 2018

Pembimbing :

dr. Vivekenada Pateda, Sp. A (K)

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dikoreksi dan dibacakan sebuah Referat pada Bagian Ilmu Kedokteran
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi dengan Judul:

Hipotiroid Kongenital

Pada tanggal:

Mengetahui,

Supervisor Pembimbing

dr. Vivekenada Pateda, Sp. A (K)


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................... i

BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1

Latar Belakang .............................................................................................. 1

BAB II. TINJAUAN KEPUSTKAAN ............................................................. 3

A. Definisi.................................................................................................. 3

B. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid ............................ 3

C. Epidemiologi ......................................................................................... 5

D. Etiologi Dan Patogenesis ...................................................................... 6

1. Disgenesis tiroid ................................................................................ 7

2. Defek sintesis tiroksin ....................................................................... 8

3. Defek transport yodium..................................................................... 8

4. Defek tiroid peroksidase dari organifikasi dan coupling .................. 9

5. Defek sintesis tiroglobulin ................................................................ 9

6. Defek pada deiodinasi ..................................................................... 10

7. Antibodi penghambat reseptor tirotropin ........................................ 10

8. Pemberian Radioiodin ..................................................................... 11

9. Defisiensi tirotropin ........................................................................ 11

10. Hormon tirotropin tidak responsif ............................................... 12

11. Abnormalitas thyrotropin-releasing hormone............................. 12

12. Hormon tiroid tidak responsif ..................................................... 13

13. Paparan Iodium ............................................................................ 14

14. Goiter defisiensi iodin endemik .................................................. 14

15. Fungsi tiroid pada bayi prematur ................................................. 15

i
E. Manifestasi Klinis ............................................................................... 15

F. Pemeriksaan Penunjang ...................................................................... 17

1. Serum hormon ................................................................................. 17

2. Radiologis ....................................................................................... 18

3. Pemeriksaan fungsi jantung dan otak dan persarafan ..................... 19

G. Penatalaksanaan .................................................................................. 20

H. Prognosis ............................................................................................. 21

BAB III. KESIMPULAN ................................................................................ 23

Daftar Pustaka ................................................................................................. 24

ii
BAB I.
PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hormon tiroid sangat penting untuk pertumbuhan normal dan perkembangan


neurologis, terutama pada beberapa tahun pertama kehidupan, dan hipotiroidisme
selama periode ini merupakan penyebab utama kecacatan intelektual yang dapat
dicegah di seluruh dunia. Implementasi skrining bayi baru lahir yang dimulai pada
tahun 1970an telah menjadi keberhasilan kesehatan masyarakat yang sangat besar,
hampir memberantas kecacatan intelektual yang signifikan karena hipotiroidisme
kongenital yang parah di negara maju. Menyusul keberhasilan awal ini, program
skrining yang baru lahir telah menerapkan strategi penyaringan yang semakin
ketat selama beberapa dekade terakhir. 1

Hipotiroidisme adalah sebuah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan


produksi hormon tiroid atau defek pada aktivitas reseptor hormon tiroid. Kelainan
itu bisa diwujudkan sejak lahir. Hipotiroidisme kongenital didefinisikan sebagai
defisiensi hormon tiroid saat lahir. Defisiensi hormon tiroid saat lahir paling
sering disebabkan oleh masalah perkembangan kelenjar tiroid atau kelainan
biosintesis hormon tiroid. Ketika gejala muncul setelah periode fungsi tiroid yang
tampaknya normal, kelainan itu mungkin benar-benar "didapat" atau mungkin
hanya muncul akibat salah satu dari berbagai cacat bawaan dimana manifestasi
defisiensinya tertunda. Istilah kretinisme sering digunakan secara sinonim dengan
hipotiroid kongenital namun harus dihindari. 2-4

Indonesia dengan bantnuan dari International Atomic Energy Agency(IAEA)


telah melakukan penapisan pada dua rumah sakit besar di Indonesia (RS Hasan
Sadikin dan RS Ciptomangunkusumo). Selama tahun 200-2005 telah dilakukan
uji saring hipertiroidisme kongenital pada 55.647 bayi di RSHS dan 25.499 di
RSCM, dengan angka insidens sebesar 1: 3528 kelahiran. Insiden ini bervariasi
diberbagai negara. Terdapat 162 kasus Hipertiroidisme kongenital baru di RSCM
dari januari 2005 sampai November 2011, 70% diantaranya terdiagnosis pada usia

1
lebih dari 1 tahun, dan hanya 2,3 persen yang terdiagnosis pada usia 3 bulan atau
kurang. 5

Dengan munculnya program skrining neonatal untuk mendeteksi


hipotiroidisme kongenital, prognosis pada bayi yang terkena dampak telah
membaik secara dramatis. Diagnosis dini dan pengobatan yang memadai dari
minggu-minggu pertama kehidupan menghasilkan pertumbuhan linier normal dan
kecerdasan yang sebanding dengan saudara kandung yang tidak terpengaruh.
Beberapa program skrining melaporkan bahwa bayi yang paling parah terkena
dampaknya, seperti yang dinilai oleh tingkat T4 terendah dan pematangan
kerangka yang mengalami retardasi, memiliki IQ yang sedikit berkurang (5-10
poin) dan sekuele neuropsikologis lainnya, seperti inkoordinasi, hipotensi atau
hipertonia, rentang perhatian pendek, dan masalah bicara. Sekitar 20% anak
mengalami defisit pendengaran neurosensori. 6,7

2
BAB II.
TINJAUAN KEPUSTKAAN

A. Definisi

Hipotiroidisme adalah sebuah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan


produksi hormon tiroid atau defek pada aktivitas reseptor hormon tiroid. Kelainan
itu bisa diwujudkan sejak lahir. Hipotiroidisme kongenital didefinisikan sebagai
defisiensi hormon tiroid saat lahir. Defisiensi hormon tiroid saat lahir paling
sering disebabkan oleh masalah perkembangan kelenjar tiroid atau kelainan
biosintesis hormon tiroid. Ketika gejala muncul setelah periode fungsi tiroid yang
tampaknya normal, kelainan itu mungkin benar-benar "didapat" atau mungkin
hanya muncul akibat salah satu dari berbagai cacat bawaan dimana manifestasi
defisiensinya tertunda. Istilah kretinisme sering digunakan secara sinonim dengan
hipotiroid kongenital namun harus dihindari. 2-4

Penyebab hipotiroidisme kongenital mungkin bersifat sporadis atau familial,


goiter atau non-goiter. Dalam banyak kasus, kekurangan hormon tiroid sangat
berat, dan gejala berkembang pada minggu-minggu awal kehidupan. Pada orang
lain, dapat terjadi tingkat kekurangan hormon yang lebih rendah, dan manifestasi
mungkin tertunda selama berbulan-bulan. 4

B. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Tiroid

Bentuk tiroid bilobus janin ditemukan pada usia 7 minggu kehamilan, dan
karakteristik sel folikel tiroid dan pembentukan koloid terlihat pada 10 minggu.
Sintesis thyroglobulin terjadi dari 4 minggu, pengikatan iodium pada 8-10
minggu, dan tiroksin (T4) dan, pada tingkat yang lebih rendah, sintesis dan sekresi
triiodothyronine (T3) terjadi dari 12 minggu kehamilan. Ada bukti bahwa tiga
faktor transkripsi, TTF-1, TTF-2, dan PAX8, penting dalam morfogenesis kelenjar
tiroid dan diferensiasi. Faktor-faktor ini juga mengikat promotor gen tiroglobulin
dan tiroid peroksidase sehingga mempengaruhi produksi hormon tiroid. Neuron
hipotalamus mensintesis hormon pelepasan tirotropin (Thyrotropin Releasing

3
Hormone/TRH) pada 6-8 minggu, sistem pembuluh portal hipofisis mulai
berkembang pada 8-10 minggu, dan sekresi hormon stimuln tiroid (Thyroid
Stimulating Hormone/TSH) sekresi terlihat pada usia kehamilan 12 minggu.
Maturasi aksis hipotalamus-hipofisis-tiroid terjadi selama paruh kedua masa
gestasi, namun hubungan umpan balik (biofeedback) normal tidak matang sampai
sekitar 3 bulan pada masa pasca kelahiran. Faktor transkripsi lainnya, PIT-1,
penting untuk diferensiasi dan pertumbuhan tirotrof, bersama dengan somatotrof
dan laktotrof. 4

Kelenjar tiroid terletak pada leher bagian anterior berbentuk H atau U.


kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang dihubungkan oleh isthmus. Lobus kanan
dan kiri terletak di sebelah trakea. Istmus kelenjar tiroid terletak di anterior trakea
antara cincin trakea pertama dan ketiga. Bagian superior kelenjar tiroid berada
setinggi kartilago tiroid dan bagian inferiornya setinggi cincin trakea kelima atau
keenam. Terkadang dijumpai lobus tambahan di garis median yang memanjang
dari isthmus, lobus ini diberi nama lobus piramidalis. 5

Kelenjar tiroid terdiri dari sejumlah besar folikel tertutup (berdiameter 100
sampai 300 mikrometer) diisi dengan zat sekresi yang disebut koloid dan dilapisi
sel epitel cuboidal yang mengeluarkannya ke dalam bagian dalam folikel.
Konstituen utama koloid adalah glikoprotein tiroglobulin besar, yang mengandung
hormon tiroid dalam molekulnya. Setelah sekresi memasuki folikel, ia harus
diserap kembali melalui epitel folikel ke dalam darah sebelum bisa berfungsi di
dalam tubuh. Kelenjar tiroid memiliki aliran darah sekitar lima kali berat kelenjar
setiap menit, yang merupakan suplai darah sama besar dengan area lain di tubuh,
dengan kemungkinan pengecualian korteks adrenal. 8

Hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, konsumsi


oksigen dan produksi panas, fungsi saraf, dan metabolisme lemak, karbohidrat,
protein, asam nukleat, vitamin serta ion-ion inorganik. Hormon ini juga
mempunyai pengaruh terhadap aksi hormon lain. 4

4
C. Epidemiologi

Prevalensi hipotiroidisme kongenital berdasarkan program nasional untuk


skrining neonatal adalah 1/4.000 bayi di seluruh dunia; Prevalensi lebih rendah
pada orang Amerika kulit hitam (1/32.000) dan lebih tinggi pada orang Hispanik
dan penduduk asli Amerika (1/2000). Anak perempuan dua kali lebih besar
terdampak dibanding anak laki-laki. 4

Hipertiroidisme kongenital telah banyak diteliti di negara-negara Barat, namun


kejadian hipertiroidisme kongenital dianggap lebih tinggi di Asia Timur. Di
Amerika Serikat, kejadian hipertiroidisme kongenital dilaporkan meningkat dari
24,4 kasus per 100.000 kelahiran pada tahun 1987 menjadi 42,2 kasus per 100.000
kelahiran pada tahun 2002. Sebuah laporan baru-baru ini juga menunjukkan
bahwa kejadian hipertiroid kongenital di Amerika Serikat telah meningkat sebesar
3% per tahun. Meskipun beberapa penelitian menemukan bahwa peningkatan
kejadian kurang ditandai di Quebec daripada di tempat lain, peningkatan
inkremental masih dicatat. Sebuah tinjauan kejadian bawaan hipertiroidisme di
California selama 2001-2007 menghasilkan perkiraan 5,02 per 10.000 bayi, yang
serupa dengan di Asia India (5,7 per 10.000 bayi) dan Cina dan Vietnam (4,2 per
10.000 bayi) namun lebih tinggi dari pada kulit putih non-Hispanik (3,6 per
10.000 bayi) dan kulit hitam non-Hispanik (0,9 per 10.000 bayi). Kejadian CH di
negara-negara Asia Timur seperti Jepang (6,8 per 10.000 bayi) dan China (4,8 per
10.000 bayi) lebih tinggi daripada di negara-negara Barat. Sebuah studi tentang
program penyaringan Asia-Pasifik untuk bayi baru lahir menemukan bahwa
beberapa negara Asia menyaring seluruh populasi (Jepang, China, Taiwan dan
Australia) dan yang lainnya menggunakan uji coba atau pemilihan populasi
terpilih (Pakistan dan India). Oleh karena itu, kejadian yang lebih tinggi di Asia
Timur mungkin disebabkan oleh perbedaan regional dalam program skrining
untuk bayi baru lahir. Namun, telah ada penelitian tentang genetika
hipertiroidisme kongenital pada etnis yang berbeda, karena ini mungkin
merupakan faktor penting dalam kejadian yang lebih tinggi di Asia Timur.6
Sebagian besar program skrining hipertiroid bawaan melaporkan bahwa rasio
antara perempuan terhadap laki-laki adalah 2: 1 , namun dalam penelitian ini
adalah 1.09: 1, yang serupa dengan hasil sejumlah penelitian lainnya. Namun,

5
kejadian hipertiroidisme kongenital pada anak perempuan masih 19,6% lebih
tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki dalam populasi kita. 10,11

Indonesia dengan bantnuan dari International Atomic Energy Agency(IAEA)


telah melakukan penapisan pada dua rumah sakit besar di Indonesia (RS Hasan
Sadikin dan RS Ciptomangunkusumo). Selama tahun 200-2005 telah dilakukan
uji saring hipertiroidisme kongenital pada 55.647 bayi di RSHS dan 25.499 di
RSCM, dengan angka insidens sebesar 1: 3528 kelahiran. Insiden ini bervariasi
diberbagai negara. Terdapat 162 kasus Hipertiroidisme kongenital baru di RSCM
dari januari 2005 sampai November 2011, 70% diantaranya terdiagnosis pada usia
lebih dari 1 tahun, dan hanya 2,3 persen yang terdiagnosis pada usia 3 bulan atau
kurang. 5

D. Etiologi Dan Patogenesis

Sebagian besar hipotiroidisme kongenital adalah oleh kelainan pada kelenjar


tiroid itu sendiri (hipotiroidisme primer). Penyebab hipotiroidisme kongenital
primer dapat diklasifikasikan secara luas sebagai kegagalan kelenjar tiroid untuk
berkembang secara normal (dysgenesis) atau kegagalan kelenjar tiroid secara
struktural normal untuk menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah normal
(dyshormonogenesis). Disgenesis tiroid-yang meliputi spektrum agenesis tiroid,
hipoplasia, dan ektopik - adalah penyebab hipotiroidisme kongenital yang paling
umum, dan insidensinya (sekitar 1: 4000 bayi) tidak berubah secara signifikan
selama beberapa dekade terakhir. Penyebab disgenesis tiroid yang mendasari,
bagaimanapun, tetap tidak jelas pada sebagian besar kasus. Disgenesis tiroid
biasanya terjadi secara sporadis, dengan hanya 2-5% kasus disebabkan oleh
mutasi genetik yang dapat diidentifikasi. 1

Bentuk lain dari hipotiroidisme kongenital adalah hipotiroidisme sentral.


Hipertiroidisme kongenital sentral adalah kelainan langka di mana biosintesis
hormon tiroid yang tidak adekuat terjadi karena rangsangan yang tidak normal
pada kelenjar tiroid normal oleh Thyroid stimulating hormone. Dasar
molekulernya sering tidak terdefinisi, namun patologi hipotalamus atau hipofisis
berkontribusi terhadap defisit kualitatif atau kuantitatif pada sintesis atau sekresi

6
12
TSH. Pada pembahasan berikut akan dibahas dengan rinci etiologi dari
hipotiroid

1. Disgenesis tiroid

Beberapa bentuk disgenesis tiroid (aplasia, hipoplasia, atau kelenjar ektopik)


adalah penyebab paling umum hipotiroidisme kongenital, terhitung 85% kasus;
10% disebabkan oleh kesalahan sintesis tiroksin bawaan lahir, dan 5%
merupakan hasil antibodi penghambat thyrotropin transplasental ibu. Pada
sekitar sepertiga dari kasus disgenesis, bahkan scan radionuklida yang sensitif
pun tidak dapat menemukan sisa-sisa jaringan tiroid (aplasia). Pada dua
pertiga bayi lainnya, dasar jaringan tiroid ditemukan di lokasi ektopik, di
manapun dari pangkal lidah (lingual thyroid) hingga posisi normal di leher
(hypoplasia). 4,13

Disgenesis tiroid terjadi secara sporadis, namun kasus familial terkadang


dilaporkan. Pada neonatus dengan hipotiroidisme kongenital akibat disgenesis
tiroid, 2% kasus bersifat familial; Dengan demikian, 98% bersifat sporadis. 4

Penyebab pasti disgenesis tiroid tidak diketahui dalam kebanyakan kasus. Tiga
faktor transkripsi, TTF-1, TTF-2, dan PAX-8, penting untuk morfogenesis dan
diferensiasi tiroid; dari 98 neonatus dengan hipotiroidisme kongenital, dua
mengalami mutasi pada gen PAX-8. Satu bayi memiliki tiroid ektopik,
sedangkan yang satunya memiliki hipoplasia tiroid. Dua saudara kandung
telah dilaporkan dengan agenesis tiroid dan mutasi pada gen untuk TTF-2;
Mereka juga memiliki bibir sumbing dan atresia choanal. 4

Sering ditemukannya disgenesis tiroid yang hanya terbatas pada satu dari
sepasang kembar monozigot yang menunjukkan operasi faktor berbahaya
selama kehidupan intrauterine. Antibodi antitiroid maternal mungkin adalah
faktor itu, terutama karena antibodi pada pasien dengan penyakit tiroid
autoimun terutama berasal dari kelas IgG dan dapat melewati plasenta.
Meskipun antibodi tiroid peroksidase (Thyroid peroxidase/TPO) telah
terdeteksi pada beberapa pasangan ibu-bayi, hanya ada sedikit bukti
patogenisitasnya. Demonstrasi antibodi tiroid penghambat pertumbuhan dan

7
antibodi sitotoksik pada beberapa bayi dengan disgenesis tiroid, dan juga pada
ibu mereka, menunjukkan mekanisme patogenetik yang lebih mungkin.4

Jaringan tiroid ektopik (lingual, sublingual, subhyoid) dapat memberikan


jumlah hormon tiroid yang cukup selama bertahun-tahun atau mungkin gagal
pada masa kanak-kanak. Anak-anak yang terkena dampak mendapat perhatian
klinis karena massa tumbuh di dasar lidah atau di garis tengah leher, biasanya
pada tingkat hyoid. Kadang-kadang, ektopia dikaitkan dengan kiste duktus
tirroglosal. Hal itu bisa terjadi pada saudara kandung. Operasi pengangkatan
jaringan tiroid ektopik dari individu eutiroid biasanya menyebabkan
hipotiroidisme, karena kebanyakan pasien tersebut tidak memiliki jaringan
tiroid lainnya. Program skrining yang bayi baru lahir dapat mendeteksi pasien
seperti ini dan menghindari diagnosis yang tertunda.4

2. Defek sintesis tiroksin

Berbagai defek pada biosintesis hormon tiroid dapat menyebabkan hipotiroid


kongenital; Bila defek tidak komplet maka kompensasi terjadi, dan onset
hipotiroidisme mungkin tertunda selama bertahun-tahun. Goiter hampir selalu
ada, dan defek terdeteksi pada 1/30,000-50,000 kelahiran hidup dalam
program skrining neonatal. Defek ini ditransmisikan secara autosomal resesif.4

3. Defek transport yodium

Defek langka ini telah dilaporkan pada sembilan bayi terkait sekte Hutterite,
dan sekitar setengah kasusnya berasal dari Jepang. Consanguinity telah terjadi
di sekitar sepertiga keluarga. Ini hampir pasti melibatkan mutasi pada gen
yang mengkodekan symporter natrium-iodin. Di masa lalu, hipotiroidisme
klinis, dengan atau tanpa goiter, sering berkembang dalam beberapa bulan
pertama kehidupan; kondisinya telah terdeteksi dalam program skrining
neonatal. Di Jepang, bagaimanapun, pasien yang tidak diobati mendapatkan
goiter dan hipotiroidisme setelah usia 10 tahun, mungkin karena kandungan
yodium yang sangat tinggi (seringkali 19 mg / 24 jam) dari makanan Jepang.4

Mekanisme ketergantungan energi untuk mengkonsentrasikan yodium


menjadi cacat pada kelenjar tiroid dan kelenjar ludah. Berbeda dengan defek
sintesis hormon tiroid lainnya, pengambilan radioiodin dan pertechnetate

8
123
rendah; pada ludah: rasio serum I mungkin diperlukan untuk menegakkan
diagnosis. Kondisi ini merespons pengobatan dengan dosis besar kalium
yodium, namun pengobatan dengan tiroksin (T4) lebih baik. 4

4. Defek tiroid peroksidase dari organifikasi dan coupling

Ini adalah yang paling umum dari defek sintetis T4. Setelah yodium terjebak
oleh tiroid, maka akan cepat teroksidasi menjadi iodium reaktif, yang
kemudian dimasukkan ke dalam unit tirosin. Proses ini membutuhkan
pembentukan H2O2, tiroid peroksidase, dan hematin (kofaktor enzim); Defek
dapat melibatkan masing-masing komponen ini, dan ada banyak heterogenitas
klinis dan biokimia. Dalam program skrining neonatal Belanda, 23 bayi
ditemukan dengan defek organ lengkap (1/60,000), namun prevalensi di
daerah lain tidak diketahui. Temuan karakteristik pada semua pasien dengan
defek ini adalah penurunan radioaktivitas tiroid yang ditandai saat perklorat
atau tiosianat diberikan 2 jam setelah pemberian dosis radioiodin. Pada pasien
ini, perklorat mengeluarkan 40-90% radioiodine dibandingkan dengan kurang
dari 10% pada individu normal. Beberapa mutasi pada gen TPO telah
dilaporkan pada anak-anak dengan hipotiroid kongenital. Pasien dengan
sindrom Pendred, gangguan yang terdiri dari tuli sensorineural dan goiter, juga
memiliki pengeluaran perklorat positif. Sindrom Pendred tampaknya
disebabkan oleh defek pada protein transport sulfat yang umum terjadi pada
kelenjar tiroid dan koklea. 4

Tiroid oksidase 2 membantu menghasilkan H2O2. Inaktivasi mutasi bi-allelic


menghasilkan hipotiroidisme kongenital permanen, sedangkan lesi gen
tunggal menghasilkan hipotiroidisme transien. 4

5. Defek sintesis tiroglobulin

Kelompok gangguan heterogen ini, yang ditandai dengan goiter, peningkatan


hormon thyroid-stimulating hormone (TSH), tingkat T4 rendah, dan tingkat
tiroglobulin (TG) yang tidak ada atau rendah, telah dilaporkan pada sekitar
100 pasien. Studi pada model hewan dengan goiter kongenital telah
mengungkapkan mutasi titik gen untuk TG pada sapi Afrikaner dan pada

9
kambing goiter Belanda. defe molekul yang analog telah dijelaskan pada
beberapa pasien. 4

6. Defek pada deiodinasi

Monoiodotirosin dan diiodotirosin yang dilepaskan dari tiroglobulin biasanya


disimpan di dalam tiroid atau di jaringan perifer oleh deiodinase. Yodium
yang dibebaskan didaur ulang dalam sintesis TG. Pasien dengan defisiensi
enzim ini mengalami kehilangan yodium parah dari ekskresi tiroid tirosin
nondeiodinasi konstan, yang menyebabkan defisiensi hormonal dan goiter.
Defek deiodinasi hanya terbatas pada jaringan tiroid saja atau hanya pada
jaringan perifer, atau mungkin bersifat universal. 4

7. Antibodi penghambat reseptor tirotropin

Antibodi penghambat reseptor tirotropin (TRBAb) disebut imunoglobulin


penghambat pengikat tiroid. Penyebab hipotiroidisme kongenital yang tidak
lazim adalah bagian transplasental dari antibodi maternal yang menghambat
pengikatan TSH ke reseptornya pada neonatus. Frekuensi sekitar 1 / 50,000-
100.000 bayi. Ini harus dicurigai bila ada riwayat penyakit tiroid autoimun ibu,
termasuk tiroiditis Hashimoto, penyakit Graves, hipotiroidisme sementara
pasien menerima terapi penggantian, atau hipotiroidisme kongenital berulang
yang bersifat transien pada saudara kandung berikutnya. Dalam situasi ini,
tingkat ibu TRBAb harus diukur selama kehamilan. Bayi yang terkena dan ibu
mereka sering juga memiliki antibodi stimulasi reseptor tirotropin dan antibodi
125
TPO. Teknesium pertechnetate dan scan I mungkin gagal mendeteksi
adanya jaringan tiroid, menirukan agenesis tiroid, namun setelah kondisi ini
sembuh, kelenjar tiroid normal dapat ditunjukkan setelah penghentian
pengobatan pengganti. Waktu paruh antibodi adalah 21 hari, dan pengulangan
hipotiroidisme terjadi sekitar 3 bulan. Diagnosis yang benar dari penyebab
hipotiroidisme kongenital ini mencegah perawatan yang tidak perlu dan
berlarut-larut, mengingatkan klinisi untuk kemungkinan kekambuhan pada
kehamilan di masa depan, dan memungkinkan prognosis yang baik. 4

10
8. Pemberian Radioiodin

Hipotiroidisme telah dilaporkan sebagai akibat pemberian radioiodin yang


tidak disengaja selama kehamilan untuk pengobatan penyakit Graves atau
kanker tiroid. Meskipun hanya sedikit bayi yang terkena dampak telah
dilaporkan, sebuah survei tertulis dari para ahli endokrin tahun 1976
menemukan 237 kasus wanita yang secara tidak sengaja menerima dosis
131
terapeutik dari I selama trimester pertama kehamilan. Tiroid janin mampu
menjebak iodida hingga 70-75 hari. Kapan pun radioiodin diberikan pada
wanita usia subur, tes kehamilan harus dilakukan sebelum dosis terapeutik
diberikan, terlepas dari riwayat menstruasi atau riwayat kontrasepsi putatif.
Pemberian yodium radioaktif kepada wanita menyusui juga
dikontraindikasikan karena mudah diekskresikan dalam susu. 4

9. Defisiensi tirotropin

Defisiensi TSH dan hipotiroidisme dapat terjadi pada kondisi apa pun yang
terkait dengan defek perkembangan kelenjar hipofisis atau hipotalamus. Lebih
sering dalam kondisi ini, kekurangan TSH adalah sekunder akibat defisiensi
hormon pelepas tirotropin (TRH). Hipotiroidisme TSH-kekurangan ditemukan
pada 1/30,000-50,000 bayi, namun hanya 30-40% kasus ini yang terdeteksi
oleh skrining tiroid neonatal. Mayoritas bayi yang terkena dampak memiliki
beberapa kekurangan hipofisis dan hadir dengan hipoglikemia, ikterus
persisten, dan mikropenis yang berhubungan dengan displasia septa-optik,
bibir sumbing garis tengah, hipoplasia midface, dan anomali garis tengah
wajah lainnya. 4

Mutasi Pit-1 adalah penyebab hipotiroidisme resesif akibat defisiensi TSH.


Anak yang terkena juga memiliki kekurangan hormon pertumbuhan dan
prolaktin. Pit-1, faktor transkripsi gen, sangat penting untuk diferensiasi,
perawatan, dan proliferasi somatotrof, laktotrof, dan tirotrof. Pemeriksaan
respon prolaktin dan TSH terhadap stimulasi TRH dapat mendeteksi pasien
tersebut. Kegagalan respon prolaktin terhadap TRH harus segera memeriksa
gen Pit-1. 4

11
Defisiensi TSH terisolasi adalah kelainan resesif autosom langka yang telah
dilaporkan pada lima saudara kembar. Studi DNA pada dua anak Jepang dan
tiga anak di dua keluarga Yunani yang terkait telah mengungkapkan mutasi
titik berbeda pada gen subunit TSH β; Studi pada dua saudara kandung Jerman
mengungkapkan sebuah mutasi yang menyebabkan kodon berhenti karena
pergeseran bingkai. 4

Sebuah mutasi pada gen reseptor TSH telah dilaporkan pada tiga bersaudara
dengan kadar TSH dan tingkat normal T4; dua di antaranya telah terdeteksi
selama pemeriksaan neonatal. Meskipun resistansi gigih terhadap TSH melalui
masa kanak-kanak, mereka tetap mengalami euthyroid tanpa perawatan.
Pasien dalam tiga laporan mutasi gen TSH-receptor lainnya diduga memiliki
hipotiroidisme berat yang memerlukan pengobatan. Gangguan ini diwariskan
secara autosomal resesif. Kedua mutasi heterozigot homozigot dan senyawa
pada gen reseptor TSH telah dilaporkan. 4

10. Hormon tirotropin tidak responsif

Hipotiroidisme kongenital ringan telah terdeteksi pada bayi baru lahir yang
kemudian terbukti memiliki tipe Ia pseudohypoparathyroidism. Penyebab
molekuler resistensi terhadap TSH pada pasien-pasien ini adalah gangguan
umum dari aktivasi adenosin monofosfat siklik yang disebabkan oleh
defisiensi genetik subunit α protein pengatur nukleotida guanin, Gs. 4

Beberapa contoh ketidaktanggapan TSH terisolasi telah terdeteksi. Tingkat


serum T4 rendah, TSH oleh radioimmunoassay dan bioassay meningkat, dan
tidak ada respon terhadap pemberian TSH eksogen. 4

11. Abnormalitas thyrotropin-releasing hormone

Pasien dengan kelainan reseptor TRH mengakibatkan defisiensi TSH terisolasi


dan hipotiroidisme telah dilaporkan. Kondisi ini diduga karena kegagalan
kedua TSH dan prolaktin untuk merespons stimulasi TRH. Investigasi
mengungkapkan mutasi heterozigot majemuk pada pengkodean gen untuk
reseptor TRH, yang mengakibatkan ketidakmampuan reseptor untuk mengikat
TRH. 4,12

12
12. Hormon tiroid tidak responsif

Peningkatan jumlah pasien yang ditemukan dengan resistensi terhadap aksi


kerja T4 endogen dan eksogen dan triiodothyronine (T3). Kebanyakan pasien
memiliki goiter, dan kadar T4, T3, T4 bebas, dan T3 bebas meningkat. Temuan
ini sering menyebabkan diagnosis penyakit Graves yang keliru, walaupun
kebanyakan pasien yang terkena dampak secara klinis euthyroid.
Ketidakstabilan mungkin berbeda di antara jaringan. Mungkin ada gambaran
klinis hipotiroidisme yang halus, termasuk keterbelakangan mental ringan,
retardasi pertumbuhan, dan pematangan skeletal yang tertunda. Satu
manifestasi neurologis adalah peningkatan asosiasi gangguan pemusatan
perhatian/hiperaktifitas (GPPH); Kebalikannya tidak benar, bagaimanapun,
karena individu dengan GPPH tidak memiliki peningkatan risiko resistensi
hormon tiroid. Diperkirakan bahwa pasien ini memiliki resistensi jaringan
yang bervariasi terhadap hormon tiroid. Kadar TSH bersifat diagnostik karena
tidak ditekan seperti pada penyakit Graves namun agak meningkat atau
normal namun tidak sesuai untuk tingkat T4 dan T3 bila diukur dengan uji TSH
yang sensitif. Respon TSH terhadap TRH terjadi pada pasien ini, tidak seperti
keadaan penyakit Graves. Kegagalan penekanan TSH menunjukkan bahwa
resistansi umum dan mempengaruhi kelenjar pituitari serta jaringan perifer.
Gangguan ini paling sering diwariskan secara dominan autosomal. Lebih dari
40 mutasi titik yang berbeda pada domain pengikatan hormon reseptor β-tiroid
telah diidentifikasi. Fenotip yang berbeda tidak berkorelasi dengan genotipe.
Mutasi yang sama telah diamati pada individu dengan resistensi hipofisis
umum atau terisolasi, bahkan pada individu yang berbeda dari keluarga yang
sama. Seorang anak homozigot untuk mutasi reseptor menunjukkan resistensi
yang luar biasa parah. Kasus-kasus ini mendukung efek negatif yang dominan
dari reseptor mutan, di mana protein reseptor mutan menghambat aksi reseptor
normal pada heterozigot. Peningkatan kadar T4 pada skrining tiroid neonatal
harus menunjukkan kemungkinan diagnosis ini. Tidak ada pengobatan yang
biasanya diperlukan kecuali jika terjadi pertumbuhan dan retardasi rangka. 4

Dua bayi perkawinan konsekuen diketahui memiliki resistansi resesif


autosomal resistensi. Bayi-bayi ini memiliki manifestasi hipotiroidisme di

13
awal kehidupan, dan penelitian DNA menunjukkan penghapusan reseptor β-
tiroid dalam satu individu. Resistensi nampaknya lebih parah dalam bentuk
entitas ini. 4

Pada kesempatan langka, resistensi terhadap hormon tiroid dapat secara


selektif mempengaruhi kelenjar hipofisis. Karena jaringan periferal tidak tahan
terhadap hormon tiroid, pasien hadir dengan goiter dan manifestasi
hipertiroidisme. Temuan laboratorium sama dengan yang terlihat dengan
resistensi hormon tiroid umum. Kondisi ini harus dibedakan dari tumor yang
mensekresi TSH. Setidaknya satu anak muda telah berhasil diobati dengan
terapi d-tiroksin. Pemberian Bromokriptin, yang mengganggu sekresi TSH,
dilaporkan berhasil pada pasien lain. 4

13. Paparan Iodium

Hipotiroidisme kongenital dapat terjadi akibat paparan janin dari iodida


berlebihan atau obat antitiroid. Paparan perinatal dapat terjadi dengan
penggunaan antiseptik yodium untuk mempersiapkan kulit untuk seksi
cesarian atau pengecatan serviks sebelum melahirkan. Kondisi ini bersifat
sementara dan tidak boleh salah untuk bentuk hipotiroid lain yang dijelaskan.
Pada neonatus, antiseptik yang mengandung iodine topikal yang digunakan
pada perawatan dan oleh ahli bedah juga dapat menyebabkan hipotiroidisme
kongenital sementara, terutama pada bayi dengan berat lahir rendah, dan dapat
menyebabkan hasil abnormal pada tes skrining neonatal. Pada anak yang lebih
tua, sumber iodida yang biasa adalah sediaan eksklusif yang digunakan untuk
mengobati asma. Dalam beberapa kasus, penyebab hipotiroidisme adalah
amiodarone, obat antiaritmia dengan kadar yodium tinggi. Pada sebagian besar
kasus ini ditemukan goiter. 4

14. Goiter defisiensi iodin endemik

Pada dasarnya tidak ditemukan di Amerika Serikat, kekurangan yodium atau


goiter endemik adalah penyebab paling umum hipotiroidisme kongenital di
seluruh dunia. Defisiensi iodium pada ambang batas lebih cenderung
menyebabkan masalah pada bayi prematur yang bergantung pada sumber
iodium ibu. 4

14
15. Fungsi tiroid pada bayi prematur

Fungsi tiroid pascalahir pada bayi prematur secara kualitatif serupa namun
secara kuantitatif berkurang dibandingkan dengan bayi yang berusia cukup
bulan. Serum T4 tali pusat menurun sebanding dengan usia gestasi dan berat
lahir. Lonjakan TSH pascakelahiran berkurang, dan bayi dengan komplikasi
prematur, seperti sindrom gangguan pernapasan, sebenarnya mengalami
penurunan serum T4 pada minggu pertama kehidupan. Saat komplikasi ini
diatasi, serum T4 meningkat secara bertahap sehingga umumnya pada usia
kehamilan 6 minggu memasuki rentang T4 yang terlihat pada bayi yang
berusia lanjut. Konsentrasi T4 bebas serum tampak kurang terpengaruh, dan
bila diukur dengan dialisis ekuilibrium, kadar ini seringkali normal. Bayi
prematur juga memiliki frekuensi peningkatan TSH transien yang lebih tinggi
dan hipotiroidisme transien primer yang nyata. Bayi prematur kurang dari 28
minggu kehamilan mungkin mengalami masalah akibat kombinasi
ketidakmatangan sumbu tiroid hipotalamus-hipofisis dan hilangnya kontribusi
hormon tiroid ibu dan mungkin juga merupakan kandidat pengganti hormon
tiroid sementara; Studi lebih lanjut mengenai masalah ini sangat dibutuhkan. 8

E. Manifestasi Klinis

Sebagian besar bayi dengan hipotiroid kongenital asimtomatik saat lahir,


bahkan jika ada agenesis komplit kelenjar tiroid. Situasi ini disebabkan oleh
jumlah T4 transplasental ibu dalam jumlah sedang, yang memberikan kadar janin
yang 33% normal saat lahir. Tingkat T4 serum rendah ini dan tingkat TSH yang
meningkat secara bersamaan memungkinkan untuk menyaring dan mendeteksi
sebagian besar hipotiroid neonatus. 4

Dokter bergantung pada tes skrining neonatal untuk diagnosis hipotiroid


kongenital. Kesalahan laboratorium terjadi, bagaimanapun, dan kesadaran akan
gejala dan tanda awal harus dijaga. Hipotiroidisme kongenital dua kali lebih
umum terjadi pada anak perempuan dari pada anak laki-laki. Sebelum program
skrining neonatal, hipotiroidisme kongenital jarang diketahui pada bayi baru lahir
karena tanda dan gejala biasanya tidak cukup berkembang. Hal ini dapat dicurigai

15
dan diagnosisnya ditetapkan pada minggu-minggu awal kehidupan jika
manifestasi awal namun kurang khas dikenali. Berat lahir dan panjang normal,
tapi ukuran kepala mungkin sedikit meningkat karena myxedema otak.
Perpanjangan ikterus fisiologis, yang disebabkan oleh pematangan konjugasi
glukuronida yang terlambat, mungkin merupakan tanda paling awal. Kesulitan
makan, terutama kelesuan, kurang minat, mengantuk, dan tersedak saat menyusui,
sering hadir selama bulan pertama kehidupan. Kesulitan pernafasan, sebagian
karena lidah besar, termasuk episode apneic, respirasi yang berisik, dan obstruksi
hidung. Sindrom distres pernapasan khas juga bisa terjadi. Bayi yang terkena
dampak sedikit menangis, banyak tidur, memiliki selera makan yang buruk, dan
umumnya lesu. Mungkin ada konstipasi yang biasanya tidak merespons
pengobatan. Perutnya besar, dan biasanya ada hernia umbilikalis. Suhunya
subnormal, seringkali kurang dari 35 ° C (95 ° F), dan kulit, terutama ekstremitas,
mungkin dingin dan berbintik-bintik. Edema alat kelamin dan ekstremitas
mungkin ada. Denyut nadinya lambat, dan murmur jantung, kardiomegali, dan
efusi perikardial asimtomatik sering terjadi. Anemia (makrositik) sering hadir dan
refrakter terhadap pengobatan dengan hematinik. Karena gejala muncul secara
bertahap, diagnosisnya sering tertunda. 4,14

Manifestasi ini berkembang; Retardasi perkembangan fisik dan mental


menjadi lebih besar selama bulan-bulan berikutnya, dan pada usia 3-6 bulan,
gambaran klinis sepenuhnya dikembangkan. Bila hanya ada kekurangan hormon
tiroid parsial, gejalanya mungkin lebih ringan, sindromnya tidak lengkap, dan
onsetnya tertunda. Meskipun ASI mengandung sejumlah besar hormon tiroid,
terutama T3, tidak cukup untuk melindungi bayi yang diberi ASI dengan
hipotiroid kongenital, dan hal itu tidak berpengaruh pada tes skrining tiroid
neonatal. 4

Pertumbuhan anak terhambat, ekstremitasnya pendek, dan ukuran kepala


normal atau bahkan meningkat. Ubun-ubun anterior dan posterior terbuka lebar;
Pengamatan tanda ini saat lahir dapat menjadi petunjuk awal untuk pengenalan
awal hipotiroidisme kongenital. Hanya 3% bayi normal yang baru lahir memiliki
fontanel posterior yang lebih besar dari 0,5 cm. Mata tampak berjauhan, dan
jembatan hidung lebar tertekan. Kelopak palpebra sempit dan kelopak mata

16
membengkak. Mulutnya tetap terbuka, dan lidah tebal dan lebar menonjol dari
situ. Pertumbuhan gigi ditunda. Leher pendek dan tebal, dan mungkin ada
endapan lemak di atas klavikula dan antara leher dan bahu. Tangannya lebar dan
jari-jarinya pendek. Kulitnya kering dan bersisik, dan ada sedikit keringat.
Myxedema dimanifestasikan, terutama di kulit kelopak mata, bagian belakang
tangan, dan alat kelamin luar. Karotenemia dapat menyebabkan perubahan warna
kuning pada kulit, namun skleras tetap putih. Kulit kepala menebal, dan
rambutnya kasar, rapuh, dan sedikit. Garis rambutnya mencapai jauh di dahi, yang
biasanya tampak keriput, terutama saat bayi menangis. 4

Perkembangan biasanya mengalami retardasi. Bayi hipotiroid tampak lesu dan


terlambat belajar duduk dan berdiri. Suara itu serak, dan mereka tidak belajar
bicara. Tingkat keterbelakangan fisik dan mental meningkat seiring bertambahnya
usia. Pematangan seksual mungkin tertunda atau mungkin tidak terjadi sama
sekali.4

Otot biasanya hipotonik, namun jarang terjadi pseudohipertrofi muskular


generalisata (sindrom Kocher-Debré-Sémélaigne). Anak yang terkena dampak
mungkin memiliki penampilan atletik karena pseudohipertrofi, terutama pada otot
betis. Patogenesisnya tidak diketahui; Perubahan histokimia dan ultrastruktur
nonspesifik terlihat pada biopsi otot yang kembali normal dengan pengobatan.
Anak laki-laki lebih rentan terhadap perkembangan sindrom ini, yang telah
diamati pada saudara kandung yang lahir dari perkawinan konsanguin. Pasien
yang terkena memiliki hipotiroidisme dengan durasi dan tingkat keparahan yang
lebih lama.4

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Serum hormon

Skining kadar T4 pada bayi baru lahir merupakan pemeriksaan yang penting,
ditambah dengan pengukuran TSH saat T4 rendah. Pendekatan ini
mengidentifikasi bayi dengan hipotiroidisme primer, mereka dengan tingkat
globulin pengikat tiroksin rendah, beberapa dengan hipotiroidisme
hipotalamus atau hipofisis, dan bayi dengan peningkatan TSH yang tertunda.

17
Pendekatan ini mendeteksi bayi dengan hipotiroidisme primer dan dapat
mendeteksi bayi dengan hipotiroidisme subklinis (T4 normal, TSH yang
meningkat), namun melewatkan bayi dengan elevasi TSH tertunda, tingkat
globulin pengikat tiroksin rendah, dan hypotiroidisme hipotalamus atau
hipofisis. Dengan salah satu dari tes ini, perawatan khusus harus diberikan
pada kisaran nilai normal untuk usia pasien, terutama pada minggu-minggu
pertama kehidupan. Terlepas dari pendekatan yang digunakan untuk skrining,
beberapa bayi lolos dari deteksi karena kesalahan teknis atau manusia; dokter
harus menjaga kewaspadaan mereka untuk manifestasi klinis
hipotiroidisme.15,16

Tingkat serum T4 atau T4 bebas rendah; Tingkat serum T3 mungkin normal


dan tidak membantu dalam diagnosis. Jika defek terutama terjadi pada tiroid,
kadar TSH meningkat, seringkali lebih besar dari 100 mU / L. Tingkat serum
prolaktin meningkat, berkorelasi dengan TSH. Tingkat serum TG biasanya
rendah pada bayi dengan agenesis tiroid atau defek sintesis TG atau sekresi,
namun dapat meningkat dengan kelenjar ektopik dan kesalahan tiroksin tiroid
lainnya.15,16

Perhatian khusus harus diberikan pada kembar identik, karena setidaknya ada
empat kasus skrining neonatal yang gagal mendeteksi kembar dengan
hipotiroidisme, dan diagnosisnya tidak dilakukan sampai bayi berusia 4-5
bulan. Ternyata, transfusi darah eutiroid dari kembar yang tidak terpengaruh
menormalisasi kadar serum T4 dan TSH pada kembar yang terkena pada
skrining awal.15,16

2. Radiologis

Retardasi perkembangan osseus dapat ditunjukkan secara roentgenografi saat


lahir pada sekitar 60% bayi hipotiroid kongenital dan mengindikasikan
beberapa kekurangan hormon tiroid selama kehidupan di bawah laut.
Misalnya, epifisis femoralis distal, biasanya terjadi saat lahir, seringkali tidak
ada (Gambar 559-2A). Pada pasien yang tidak diobati, perbedaan antara usia
kronologis dan perkembangan osseus meningkat. Epifisis sering memiliki
beberapa fokus osifikasi (disgenesis epifisis); kelainan bentuk ("pecahnya")

18
dari toraks ke-12 atau vertebra lumbal ke-2 atau ke-2 adalah umum.
Roentgenogram tengkorak menunjukkan fontanel besar dan jahitan lebar;
tulang intersutural (wormian) biasa terjadi. Sella turcica sering diperbesar dan
bulat; Dalam kasus yang jarang terjadi, mungkin ada erosi dan penipisan.
Penundaan dalam formasi dan erupsi gigi bisa terjadi. Pembesaran jantung
atau efusi perikardial mungkin ada.4,17

Scintigrafi dapat membantu untuk menentukan penyebab yang mendasari pada


bayi dengan hipotiroidisme bawaan, namun pengobatan tidak boleh terlalu
tertunda dalam penelitian ini. 123I-natrium iodida lebih tinggi dari 99kTc-
sodium pertechnetate untuk tujuan ini. Pemeriksaan ultrasonografi tiroid
sangat membantu, namun penelitian menunjukkan bahwa hal itu mungkin
akan merindukan beberapa kelenjar ektopik yang ditunjukkan oleh skintigrafi.
Tingkat serum TG rendah dengan agenesis dan meningkat dengan kelenjar
ektopik dan goiter, namun ada rentang tumpang tindih yang lebar.
Demonstrasi jaringan tiroid ektopik adalah diagnostik disgenesis tiroid dan
menetapkan kebutuhan akan pengobatan seumur hidup dengan T4. Kegagalan
untuk menunjukkan jaringan tiroid menunjukkan aplasia tiroid, tapi ini juga
terjadi pada neonatus dengan TRBAb dan pada bayi dengan defek iodida-
jebakan. Kelenjar tiroid yang biasanya terletak dengan serapan radionuklida
normal atau serak menunjukkan adanya defek pada biosintesis hormon tiroid.
Pasien dengan hipotiroidisme gondok mungkin memerlukan evaluasi ekstensif,
termasuk studi radioiodin, tes discharge perklorat, studi kinetik, kromatografi,
dan studi jaringan tiroid, jika sifat biokimia dari cacat tersebut harus
ditentukan.4

3. Pemeriksaan fungsi jantung dan otak dan persarafan

Elektrokardiogram dapat menunjukkan gelombang P dan T bertegangan


rendah dengan amplitudo kompleks QRS yang berkurang dan menyarankan
fungsi ventrikel kiri yang buruk dan efusi perikardial. Elektroensefalogram
sering menunjukkan tegangan rendah. Pada anak-anak di atas 2 tahun, tingkat
kolesterol serum biasanya meningkat. MRI otak sebelum pengobatan
dilaporkan normal, walaupun spektroskopi resonansi magnetik proton

19
menunjukkan kadar senyawa kolin yang tinggi, yang mungkin mencerminkan
blok dalam pematangan myelin.4,18

G. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan neonatus yang tepat, yang terbukti positif untuk hipotiroid


kongenital, khususnya dosis awal levothyroxine dan waktu inisiasi pengobatan
adalah masalah kritis.19

Sodium-l-tiroksin yang diberikan secara oral adalah pengobatan pilihan.


Karena 80% T3 yang beredar terbentuk oleh T4monodeiodinasi, kadar serum T4
dan T3 pada bayi yang diobati kembali normal. Ini juga berlaku di otak, di mana
80% T3 yang dibutuhkan diproduksi secara lokal dari T4. Pada neonatus, dosis
awal awal adalah 10-15 μg / kg (37,5 sampai 50 μg / 24 jam). Tablet tirosin tidak
boleh dicampur dengan formula protein kedelai atau zat besi, karena ini bisa
mengikat T4 dan menghambat penyerapannya. Tingkat T4 dan TSH harus dipantau
pada interval yang direkomendasikan dan dipertahankan pada rentang normal
untuk usia. Anak-anak dengan hipotiroidisme membutuhkan sekitar 4 μg / kg / 24
jam, dan orang dewasa hanya membutuhkan 2 μg / kg / 24 jam.20

Konfirmasi diagnosis mungkin diperlukan bagi beberapa bayi untuk


menyingkirkan kemungkinan hipotiroidisme sementara. Hal ini tidak perlu pada
bayi dengan ektopia tiroid yang terbukti atau pada mereka yang mengalami
peningkatan kadar TSH setelah 6-12 bulan terapi karena kepatuhan yang buruk
atau dosis T4 yang tidak memadai. Penghentian terapi pada usia sekitar 3 tahun
untuk 3-4 minggu menyebabkan peningkatan kadar TSH pada anak-anak dengan
hipotiroidisme permanen.4

Satu-satunya efek yang tidak diinginkan dari sodium-l-tiroksin terkait dengan


dosisnya. Pengobatan berlebihan dapat berisiko masalah craniosynostosis dan
temperamen. Seorang anak yang lebih tua (8-13 thn) dengan hipotiroidsime yang
didapat mungkin mengalami pseudotumor cerebri dalam perawatan 4 bulan
pertama. Pada anak yang lebih besar, setelah pertumbuhan tangkas selesai, tingkat
pertumbuhan memberikan indeks kecukupan terapi yang sangat baik. Orangtua
harus diperingatkan tentang perubahan perilaku dan aktivitas yang diharapkan

20
dengan terapi, dan perhatian khusus harus diberikan pada defisit perkembangan
atau neurologis apapun.4

H. Prognosis

Hipotiroidisme kongenital, penyebab retardasi mental yang dapat dicegah


pada anak-anak, dianggap sebagai gangguan endokrin dan metabolisme paling
umum di antara populasi anak-anak. Program skrining hipotiroidisme kongenital
di seluruh dunia membuat kesempatan yang tepat untuk deteksi dini dan
pengobatan gangguan dan akibatnya mencegah komplikasi neurodevelopmental
terkait. 21

Dengan munculnya program skrining neonatal untuk mendeteksi


hipotiroidisme kongenital, prognosis pada bayi yang terkena dampak telah
membaik secara dramatis. Diagnosis dini dan pengobatan yang memadai dari
minggu-minggu pertama kehidupan menghasilkan pertumbuhan linier normal dan
kecerdasan yang sebanding dengan saudara kandung yang tidak terpengaruh.
Beberapa program skrining melaporkan bahwa bayi yang paling parah terkena
dampaknya, seperti yang dinilai oleh tingkat T4 terendah dan pematangan
kerangka yang mengalami retardasi, memiliki IQ yang sedikit berkurang (5-10
poin) dan sekuele neuropsikologis lainnya, seperti inkoordinasi, hipotensi atau
hipertonia, rentang perhatian pendek, dan masalah bicara. Sekitar 20% anak
mengalami defisit pendengaran neurosensori. 6,7

Tanpa perawatan, bayi yang terkena dampak menjadi kerdil yang mengalami
defisiensi secara mental. Hormon tiroid sangat penting untuk perkembangan
serebral normal pada awal bulan pascakelahiran; Diagnosis biokimia harus
dilakukan segera setelah kelahiran, dan pengobatan yang efektif harus segera
dilakukan untuk mencegah kerusakan otak yang tidak dapat dipulihkan.
Keterlambatan dalam diagnosis, kegagalan untuk memperbaiki hipotiroksinemia
awal dengan cepat, pengobatan yang tidak memadai, dan kepatuhan yang buruk
pada 2-3 tahun pertama kehidupan menghasilkan tingkat kerusakan otak yang
bervariasi. Ketika onset hipotiroidisme terjadi setelah usia 2 tahun, perkiraan
perkembangan normal jauh lebih baik bahkan jika diagnosis dan pengobatan

21
tertunda, menunjukkan berapa banyak hormon tiroid yang penting bagi otak bayi
yang tumbuh dengan cepat.4

Hipotiroidisme kongenital adalah penyebab disabilitas intelektual yang bisa


dicegah dengan diagnosis dini, kemudian diberikan terapi pengganti dengan levo-
tiroksin (L-T4). Deteksi dini melalui skrining hipotiroid kongenital (SHK) belum
menjadi program rutin pemerintah sehingga kasus HK belum banyak dapat
dikelola secara tepat dan berkesinambungan.22

22
BAB III.
KESIMPULAN

Hipotiroidisme adalah sebuah keadaan yang diakibatkan oleh kekurangan


produksi hormon tiroid atau defek pada aktivitas reseptor hormon tiroid. Kelainan
itu bisa diwujudkan sejak lahir. Hipotiroidisme kongenital didefinisikan sebagai
defisiensi hormon tiroid saat lahir. Defisiensi hormon tiroid saat lahir paling
sering disebabkan oleh masalah perkembangan kelenjar tiroid atau kelainan
biosintesis hormon tiroid.

Hormon tiroid mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, konsumsi


oksigen dan produksi panas, fungsi saraf, dan metabolisme lemak, karbohidrat,
protein, asam nukleat, vitamin serta ion-ion inorganik. Hormon ini juga
mempunyai pengaruh terhadap aksi hormon lain.

Penyebab hipotiroidisme kongenital mungkin bersifat sporadis atau familial,


goiter atau non-goiter. Dalam banyak kasus, kekurangan hormon tiroid sangat
berat, dan gejala berkembang pada minggu-minggu awal kehidupan. Pada orang
lain, dapat terjadi tingkat kekurangan hormon yang lebih rendah, dan manifestasi
mungkin tertunda selama berbulan-bulan.

Sebagian besar bayi dengan hipotiroid kongenital asimtomatik saat lahir,


bahkan jika ada agenesis komplit kelenjar tiroid. Situasi ini disebabkan oleh
jumlah T4 transplasental ibu dalam jumlah sedang, yang memberikan kadar janin
yang 33% normal saat lahir. Tingkat T4 serum rendah ini dan tingkat TSH yang
meningkat secara bersamaan memungkinkan untuk menyaring dan mendeteksi
sebagian besar hipotiroid neonatus.

Hipotiroidisme kongenital, penyebab retardasi mental yang dapat dicegah


pada anak-anak, dianggap sebagai gangguan endokrin dan metabolisme paling
umum di antara populasi anak-anak. Program skrining hipotiroidisme kongenital
di seluruh dunia membuat kesempatan yang tepat untuk deteksi dini dan
pengobatan gangguan dan akibatnya mencegah komplikasi neurodevelopmental
terkait.

23
DAFTAR PUSTAKA

1. Cherella, Christin E. and Wassner, Ari J. Congenital hypothyroidism: insights


into pathogenesis and treatment. International Journal of Pediatric
Endocrinology. 2017, sumber: [online]

2. Rustama, Diet. Pentingnya Skrining Hipotiroid pada Bayi. Seputar Kesehatan


Anak(IDAI). 2015, sumber: [online]

3. Rastogi, Maynika and LaFrachi, Stephen. Congenital hypothyroidism.


Orphanet Journal of Rare Disease. 2013, sumber: [online]

4. Kliegman, Robert M., dkk. Nelson Textbook of Pediatrics, Edisi 19.


Philadelphia : Elsevier/Saunders, 2011.

5. Windarti, Wiwik. Etiologi Hipotiroidisme Primer [Tesis]. Jakarta : Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia, 2014.

6. Donaldson, Malcolm and Jones, Jeremy. Optimising Outcome in Congenital


Hypothyroidism; Current Opinions on Best Practice in Initial Assessment and
Subsequent Management. Journal of Clinical Research in Pediatric
Endocriology. 2013, hal. 13-22.

7. Mansour, Chorouk, dkk. Trends in Scottish newborn screening programme for


congenital hypothyroidism 1980–2014: strategies for reducing age at
notification after initial and repeat sampling. Archives of Disease in
Childhood. 2017, hal. 936-41.

8. Guyton, Arthur C. and Hall, John E. Textbook of medical physhiology, edisi


11. Philadelphia : Elsevier Saunders, 2006.

9. Rudolph, Abraham M., dkk. Rudolph's Pediatrics, Edisi 21. New York :
McGraw Hill, 2003.

10. Chen, Chung-Yu, dkk. Epidemiology and Clinical Characteristics of


Congenital Hypothyroidism in an Asian Population: A Nationwide
Population-Based Study. Journal of Epidemiology. 2013, hal. 85-94.

11. Dorreh, Fatemeh, dkk. Epidemiology of Congenital Hypothyroidism in


Markazi Province, Iran. Journal of Clinical Research in Pediatric
Endocrinology. 2014, hal. 105-10.

12. Schoenmakers, Nadia, dkk. Recent advances in central congenital


hypothyroidism. The Journal of Endocrinology. 2015, hal. 51-71.

13. Bernstein, S., dkk. Pediatrics. Las Vegas : Bernsteinco, 2000.

24
14. Mehran, Ladan, dkk. Worldwide Recall Rate in Newborn Screening Programs
for Congenital Hypothyroidism. International Journal of Endocrinology and
Metabolism. 2017, sumber: [online]

15. Leger, Juliane, dkk. European Society for Paediatric Endocrinology


Consensus Guidelines on Screening, Diagnosis, and Management of
Congenital Hypothyroidism. Journal of Clinical Endocrinology and
Metabolic. 2014, hal. 363-84.

16. Mass Screening Committee, Japanese Society for Pediatric Endocrinology.


Guidelines for Mass Screening of Congenital Hypothyroidism (2014 revision).
Clinical Pediatric Endocrinology. 2015, hal. 107-33.

17. Jana, Manisha, dkk. Pelvic radiograph in skeletal dysplasias: An approach.


Indian Journal of Radiology Imaging. 2017, hal. 187-99.

18. Oner, Taliha, dkk. Cardiac Function in Newborns with Congenital


Hypothyroidism: Association with Thyroid-Stimulating Hormone Levels.
Journal of Clinical Research in Pediatric Endocrinology. 2015, hal. 307-11.

19. Rahmani, Khaleid, dkk. Congenital Hypothyroidism: Optimal Initial Dosage


and Time of Initiation of Treatment: A Systematic Review. International
Journal of Endocrinology and Metabolism. 2016, sumber: [online]

20. Wassner, Ari and Brown, Rosalin. Hypothyroidism in the Newborn Period.
Current Opini in Endocrinology, Diabetes, Obesity. 2014, hal. 449-54.

21. Ghasemi, Mahmoud, dkk. Prevalence of transient congenital hypothyroidism


in central part of Iran. Journal of Research in Medical Sciences. 2013, hal.
699-703.

22. Wirawan, Adi, dkk. Tumbuh Kembang Anak Hipotiroid Kongenital yang
Diterapi dini dengan Levo-tiroksin dan Dosis Awal Tinggi. Sari Pediatri.
2013, hal. 69-74.

25

Anda mungkin juga menyukai