Anda di halaman 1dari 11

KEPUTUSAN

KEPALA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS II JEMBRANA


KABUPATEN JEMBRANA
NOMOR : 07/Pusk II Jbr/2018

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN FARMASI KLINIK


DI PUSKESMAS II JEMBRANA

KEPALA UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSKESMAS II JEMBRANA,

Menimbang : a. Bahwa untuk menunjang layanan klinis di UPT Puskesmas II


Jembrana, maka perlu didukung oleh pelayanan obat yang baik;
b. Bahwa untuk menunjang layanan klinis di UPT Puskesmas II
Jembrana, diperlukan adanya kebijakkan tentang pedoman
pelayanan farmasi klinik di Puskesmas;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Kepala Unit Pelaksana Teknis Puskesmas
II Jembrana tentang pedoman pelayanan farmasi klinik di
Puskesmas II Jembrana;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10,
Tambahan lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671);
2. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062);
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan


Kefarmasian;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5419);
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 988/MENKES/VIII/2004
tentang pencatuman nama generik pada label obat;
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 068 tahun 2010 tentang
Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan
kesehatan Pemerintah;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2406 Tahun 2011 tentang
Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 1676 );
10 Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 31 Tahun 2016 tentang
Registrasi Ijin Praktek dan Ijin Kerja Tenaga Kefarmasian;
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 74 Tahun
2016 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas;
12. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/523/2015 tentang Formularium Nasional;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/137/2016 tentang Perubahan Atas Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/523/2015 tentang
Formularium Nasional;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/MENKES/636/2016 tentang Perubahan Kedua Atas
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.02.02/MENKES/523/2015 tentang Formularium Nasional;

MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS II JEMBRANA TENTANG
PELAYANAN FARMASI KLINIK DI PUSKESMAS
KESATU : Menentukan pedoman pelayanan kefarmasian di Unit Pelaksanaan Teknis
Puskesmas II Jembrana.
KEDUA : Menentukan tentang pedoman pelayanan keframasian sebagaimana
dimaksud diktum KESATU, terlampir dalam keputusan ini.

KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian hari
terdapat kekeliruan dalam penetapannya, maka akan diadakan pembetulan
sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Yeh Kuning


pada tanggal : 09 Januari 20182015
Kepala UPT Puskesmas II Jembrana,

TriOktin Windha Daniaty

Tembusan disampaikan kepada Yth :


1. Dinas Kesehatan Kabupaten Jembrana;
2. Arsip

LAMPIRAN I
KEPUTUSAN KEPALA UPT PUSKESMAS II JEMBRANA
NOMOR : 07/PUSK II JBR/2018
TANGGAL : 8 JANUARI 2018
TENTANG : PEDOMAN PELAYANAN FARMASI
KLINIK DI PUSKESMAS II JEMBRANA

PEDOMAN PELAYANAN FARMASI KLINIK DI PUSKESMAS

I. PENDAHULUAN
A. Latar Beakang
Pelayanan farmasi klinik merupakan bagian dari Pelayanan Kefarmasian
yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk
meningkatkan mutu kehidupan pasien.
Pelayanan Kefarmasian merupakan kegiatan yang terpadu dengan tujuan
untuk mengidentifikasi, mencegah dan menyelesaikan masalah obat dan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan.
Dalam penyelenggaraan pelayanan kefarmasin di Puskesmas harus
didukung oleh keterdsediaan sumber daya kefarmasin, pengorganisasian yang
berorinetasi kepada keselamatan pasien, standar operasional prosedur.
Penyelenggaraan pelayanan Kefaramsian di Puskesmas dilaksanakan pada unit
pelayanan berupa ruang Farmasi.
B Tujuan
Pelayanan farmasi klinik bertujuan untuk:
a. Meningkatkan mutu dan memperluas cakupan Pelayanan Kefarmasian di
Puskesmas.
b. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas, keamanan
dan efisiensi Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
c. Meningkatkan kerjasama dengan profesi kesehatan lain dan kepatuhan pasien
yang terkait dalam Pelayanan Kefarmasian.
d. Melaksanakan kebijakan Obat di Puskesmas dalam rangka meningkatkan
penggunaan Obat secara rasional.
e. Terciptanya pelayanan kefarmasian yang menjaminan efektivitas obat dan
keamanan pasien
f. Meningkatkan efisiensi pelayanan
g. Meningkatkan kepuasan pasien
h. Menurunkan keluhan pasien dan/atau unit kerja yang lain.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi pelayanan farmasi klinis di instalasi di
Puskesmas II Jembrana
II.Pelayanan Farmasi Klinik
Pelayanan Farmasi Klinis untuk pelayanan kesehatan dasar meliputi kegiatan :
a. Pengkajian dan Pelayanan Resep
b. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
c. Konseling
d. Visite
e. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)
f. Pemantauan Terapi Obat
g. Evaluasi Penggunaan Obat

1. Pengkajian dan pelayanan Resep


Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, atau dokter hewan
kepada Apoteker, baik dalam bentuk kertas maupun elektronik untuk menyediakan dan
menyerahkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan bagi pasien.
Kegiatan pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat
jalan.
Persyaratan administrasi meliputi:
a. Nama, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien.
b. Nama, dan paraf dokter.
c. Tanggal resep.
d. Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi:
1. Bentuk dan kekuatan sediaan.
2. Dosis dan jumlah Obat.
3. Stabilitas dan ketersediaan.
4. Aturan dan cara penggunaan.
5. Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat).
Persyaratan klinis meliputi:
1. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat.
2. Duplikasi pengobatan.
3. Alergi, interaksi dan efek samping Obat.
4. Kontra indikasi.
5. Efek adiktif.
Kegiatan Penyerahan (Dispensing) dan Pemberian Informasi Obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap menyiapkan/meracik Obat, memberikan
label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pendokumentasian. Tujuan kegiatan ini adalah pasien memperoleh Obat sesuai dengan
kebutuhan klinis/pengobatan. pasien memahami tujuan pengobatan dan mematuhi
intruksi pengobatan.
Kegiatan yang dilakukan dalam penyiapan obat adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan obat sesuai dengan permintaan resep
2. Menghitung kebutuhan jumlah obat sesuai dengan resep
3. Mengambil obat yang dibutuhkan pada rak penyimpanan dengan
memperhatikan nama obat, tanggal kadaluarsa dan keadaan fisik obat
4. Melakukan peracikan obat bila perlu
5. Memberikan etiket, warna putih untuk obat dalam/oral, warna biru untuk obat
luar dan suntik
6. Menempelkan label “kocok dahulu” pada sediaan bentuk suspense atau emulsi
7. Memasukkan obat ke dalam wadah yang tepat dan terpisah untuk obat yang
berbeda untuk menjaga mutu obat dan penggunaan yang salah

Kegiatan dalam penyerahan obat dilakukan hal-hal sebagai berikut:


1. Sebelum obat diserahkan kepada pasien, harus dilakukan pemeriksaan
kembali mengenai penulisan nama pasien pada etiket, cara penggunaan serta
jenis dan jumlah obat
2. Memanggil nama dan nomor tunggu pasien
3. Memeriksa ulang identitas dan alamat pasien
4. Menyerahkan obat yang disertai pemberian informasi obat seperti:
a. Cara penggunaan obat
b. Manfaat
c. Kemungkinan efek samping
d. Cara penyimpanan obat di rumah
- Menyinpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat
- Menyimpan pada temperatur sesuai dengan leaflet obat
- Jangan menyimpan obat ditempat panas atau lembab
- Jangan menyimpan obat sediaan cair dalam lemari pendingin agar
tidak beku
- Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak
- Jangan meninggalkan obat dalam di dalam mobil untuk jangka waktu
lama
- Jauhkan obat dari jangkauan anak-anak
e. Makanan dan minuman yang harus dihindari dan lain-lain
5. Penyerahan obat kepada pasien hendaklah dilakukan dengan cara yang baik
dan sopan, mengingat pasien dalam kondisi tidak sehat mungkin
emosionalnya kurang stabil
6. Memastikan penerima obat adalah pasien atau keluarganya
7. Menyimpan resep pada tempatnya dan mendokumentasikannya
2. Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan
oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, jelas dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien.
Tujuan:
a. Menyediakan informasi mengenai Obat kepada tenaga kesehatan lain di lingkungan
Puskesmas, pasien dan masyarakat
b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat
(contoh: kebijakan permintaan Obat oleh jaringan dengan mempertimbangkan
stabilitas, harus memiliki alat penyimpanan yang memadai).
c. Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan:
a. Memberikan dan menyebarkan informasi obat kepada konsumen secara pro aktif dan
pasif, meliputi indikasi
b. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui telepon, surat
atau tatap muka.
c. Membuat buletin, leaflet, label Obat, poster, majalah dinding dan lain-lain.
d. Melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, serta
masyarakat.
e. Melakukan pendidikan dan/atau pelatihan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga
kesehatan lainnya terkait dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai.
f. Mengoordinasikan penelitian terkait Obat dan kegiatan Pelayanan Kefarmasian.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan:
a. Sumber informasi Obat.
b. Tempat.
c. Tenaga.
d. Perlengkapan.
3. Konseling
Konseling Merupakan suatu proses untuk mengidentifikasi dan penyelesaian
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien. Tujuan dilakukannya konseling adalah memberikan
pemahaman yang benar mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-
tanda toksisitas, cara penyimpanan dan penggunaan Obat.
Kegiatan:
a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien.
b. Menanyakan hal-hal yang menyangkut Obat yang dikatakan oleh dokter kepada
pasien dengan metode pertanyaan terbuka (open-ended question), misalnya apa yang
dikatakan dokter mengenai Obat, bagaimana cara pemakaian, apa efek yang
diharapkan dari Obat tersebut, dan lain-lain.
c. Memperagakan dan menjelaskan mengenai cara penggunaan Obat
d. Verifikasi akhir, yaitu mengecek pemahaman pasien, mengidentifikasi dan
menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan cara penggunaan Obat untuk
mengoptimalkan tujuan terapi.
Faktor yang perlu diperhatikan:
1. Kriteria pasien: a. Pasien rujukan dokter. b. Pasien dengan penyakit kronis. c.
Pasien dengan Obat yang berindeks terapetik sempit dan poli farmasi. d. Pasien
geriatrik. e. Pasien pediatrik. f. Pasien pulang sesuai dengan kriteria di atas.
2. Sarana dan prasarana: a. Ruangan khusus. b. Kartu pasien/catatan konseling.
Setelah dilakukan konseling, pasien yang memiliki kemungkinan mendapat
risiko masalah terkait Obat misalnya komorbiditas, lanjut usia, lingkungan sosial,
karateristik Obat, kompleksitas pengobatan, kompleksitas penggunaan Obat,
kebingungan atau kurangnya pengetahuan dan keterampilan tentang bagaimana
menggunakan Obat dan/atau alat kesehatan perlu dilakukan pelayanan kefarmasian di
rumah (Home Pharmacy Care) yang bertujuan tercapainya keberhasilan terapi Obat

4. Visite Pasien
Merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan secara
mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi,
dan lain-lain.
Tujuan:
1. Memeriksa Obat pasien.
2. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
mempertimbangkan diagnosis dan kondisi klinis pasien.
3. Memantau perkembangan klinis pasien yang terkait dengan penggunaan Obat.
4. Berperan aktif dalam pengambilan keputusan tim profesi kesehatan dalam terapi
pasien.
Kegiatan yang dilakukan meliputi persiapan, pelaksanaan, pembuatan dokumentasi
dan rekomendasi. Kegiatan visite mandiri:
a. Untuk Pasien Baru
1. Apoteker memperkenalkan diri dan menerangkan tujuan dari kunjungan.
2. Memberikan informasi mengenai sistem pelayanan farmasi dan jadwal pemberian
Obat.
3. Menanyakan Obat yang sedang digunakan atau dibawa dari rumah, mencatat jenisnya
dan melihat instruksi dokter pada catatan pengobatan pasien.
4. Mengkaji terapi Obat lama dan baru untuk memperkirakan masalah terkait Obat yang
mungkin terjadi.
b. Untuk pasien lama dengan instruksi baru

1. Menjelaskan indikasi dan cara penggunaan Obat baru.

2. Mengajukan pertanyaan apakah ada keluhan setelah pemberian


Obat.

c. Untuk semua pasien

1. Memberikan keterangan pada catatan pengobatan pasien.

2. Membuat catatan mengenai permasalahan dan penyelesaian


masalah dalam satu buku yang akan digunakan dalam setiap kunjungan.
Kegiatan visite bersama tim:
a. Melakukan persiapan yang dibutuhkan seperti
memeriksa catatan pegobatan pasien dan menyiapkan pustaka penunjang.

b. Mengamati dan mencatat komunikasi dokter dengan


pasien dan/atau keluarga pasien terutama tentang Obat.

c. Menjawab pertanyaan dokter tentang Obat.

d. Mencatat semua instruksi atau perubahan instruksi


pengobatan, seperti Obat yang dihentikan, Obat baru, perubahan dosis dan lain- lain.

Hal-hal yang perlu diperhatikan:


a. Memahami cara berkomunikasi yang efektif.

b. Memiliki kemampuan untuk berinteraksi dengan pasien dan tim.

c. Memahami teknik edukasi.

d. Mencatat perkembangan pasien.


Pasien rawat inap yang telah pulang ke rumah ada kemungkinan terputusnya
kelanjutan terapi dan kurangnya kepatuhan penggunaan Obat. Untuk itu, perlu juga dilakukan
pelayanan kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care) agar terwujud komitmen,
keterlibatan, dan kemandirian pasien dalam penggunaan Obat sehingga tercapai keberhasilan
terapi Obat.

5. Monitoring Efek Samping Obat (MESO)


Monitoring Efek Samping Obat (MESO) Merupakan kegiatan pemantauan setiap
respon terhadap Obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis
normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau
memodifikasi fungsi fisiologis.
Tujuan:
a. Menemukan efek samping Obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal
dan frekuensinya jarang
b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat dikenal
atau yang baru saja ditemukan.
Kegiatan:
a. Petugas jaga poli/UGD, rawat inap menerima keluhan efek samping obat dan KDT
(Kejadian Tidak Diinginkan dari pasien/keluarga pasien.
b. Petugas jaga poli/UGD, rawat inap mengecek identitas pasien melalui bagian
pendaftaran dengan melihat rekam medis terakhir kunjungan.
c. Petugas jaga poli/UGD, rawat inap menyampaikan hal tersebut kepada dokter/dokter
gigi penulis resep.
d. Petugas jaga poli/UGD, rawat inap menarik obat dan menulis nama obat yang
menimbulkan efek sampan obat di rekam medis serta memberikan penjelasan kepada
pasien.
e. Petugas jaga poli/UGD, rawat inap memberikan resep pengganti dan
menginformasikan pasien dengan efek samping obat ke petugas farmasi.
f. Petugas Farmasi menyiapkan obat pengganti dan memberikan penjelasan kepada
pasien tentang obat pengganti dan apabila terjadi efek samping obat kembali makan
menganjurkan untuk cek alergi.
g. Petugas Farmasi menganalisis laporan efek samping Obat.
h. Petuga Farmasi mengidentifikasi Obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi
mengalami efek samping Obat.
i. Petugas Farmasi mengisi formulir Monitoring Efek Samping Obat (MESO).
j. Petugas Farmasi melaporkan ke Pusat Monitoring Efek Samping Obat Nasional.
Faktor yang perlu diperhatikan:
a. Kerja sama dengan tim kesehatan lain.
b. Ketersediaan formulir Monitoring Efek Samping Obat.
6. Pemantauan Terapi Obat (PTO)
Pemantauan Terapi Obat (PTO) Merupakan proses yang memastikan bahwa
seorang pasien mendapatkan terapi Obat yang efektif, terjangkau dengan memaksimalkan
efikasi dan meminimalkan efek samping.
Tujuan:
a. Mendeteksi masalah yang terkait dengan Obat.
b. Memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.
Kriteria pasien:
a. Anak-anak dan lanjut usia, ibu hamil dan menyusui.
b. Menerima Obat lebih dari 5 (lima) jenis.
c. Adanya multidiagnosis.
d. Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau hati.
e. Menerima Obat dengan indeks terapi sempit.
f. Menerima Obat yang sering diketahui menyebabkan reaksi Obat yang merugikan.
Kegiatan:
a. Memilih pasien yang memenuhi kriteria.
b. Membuat catatan awal.
c. Memperkenalkan diri pada pasien.
d. Memberikan penjelasan pada pasien.
e. Mengambil data yang dibutuhkan.
f. Melakukan evaluasi.
g. Memberikan rekomendasi.
7. Evaluasi Penggunaan Obat
Evaluasi Penggunaan Obat Merupakan kegiatan untuk mengevaluasi penggunaan
Obat secara terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin Obat yang digunakan
sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional).
Tujuan:
a. Mendapatkan gambaran pola penggunaan Obat pada kasus tertentu.
b. Melakukan evaluasi secara berkala untuk penggunaan Obat tertentu. Setiap kegiatan
pelayanan farmasi klinik, harus dilaksanakan sesuai standar prosedur operasional.
Standar Prosedur Operasional (SPO) ditetapkan oleh Kepala Puskesmas.
III. PENUTUP
Pedoman Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas ditetapkan sebagai acuan
pelaksanaan Pelayanan Farmasi Klinik di Puskesmas II Jembrana. Dalam pelaksanaan
Pelayanan Farmasi Klinik ini diperlukan komitmen dan kerja sama semua petugas di
UPT Puskesmas II Jembrana sehingga tercpai Pleyanan Farmasi Klinik yang optimal
dan dapat dirasakan manfaatnya oleh pasien yang pada akhirnya dapat meningkatkan
citra Puskesmas dan kepuasan pasien.

Ditetapkan di : Yeh Kuning


pada tanggal : 09 Januari 20182015
Kepala UPT Puskesmas II Jembrana,

TriOktin Windha Daniaty

Anda mungkin juga menyukai