Anda di halaman 1dari 9

Vol. 11 No.

1 Januari 2019 (26 - 34)


DOI: 10.20473/jkl.v11i1.2019.26-34
ISSN: 1829 - 7285
E-ISSN: 2040 - 881X

KEADAAN LINGKUNGAN FISIK DAN DAMPAKNYA PADA KEBERADAAN


MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS: STUDI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAK
TIMUR SURABAYA

Physical Environmental Factors and Its Association with the Existence of Mycobacterium
Tuberculosis: A Study in The Working Region of Perak Timur Public Health Center

Diah Dwi Lestari Muslimah Abstrak


Departemen Kesehatan Lingkungan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Data Dinas Kesehatan Kota Surabaya pada Tahun 2017 menunjukkan adanya kenaikan
Kampus C UNAIR Jl. Mulyorejo jumlah kasus baru tuberkulosis paru pada wilayah kerja Puskesmas Perak Timur
Surabaya - 60115 Surabaya dan menjadi peringkat pertama kasus tuberculosis terbanyak di Surabaya.
Corresponding Author Penyakit tuberkulosis paru dapat ditularkan melalui udara yang tercemar oleh
diahdwilestarim@gmail.com keberadaan Mycobacterium tuberculosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan faktor lingkungan fisik (suhu, kelembapan, pencahayaan, ventilasi, lantai,
dinding, langit-langit, dan kepadatan hunian) dengan keberadaan Mycobacterium
tuberculosis di udara ruangan tempat berkumpul keluarga dengan penderita. Penelitian
Article Info ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain case control. Sampel
penelitian terdiri dari 21 keluarga penderita TB Paru. Data diperoleh dari pengisian
kuesioner, observasi langsung dan pemeriksaan keberadaan Mycobacterium
Submitted : 30 Juli 2018
tuberculosis di udara. Analisis data dilakukan dengan uji Chisquare jika tidak
In reviewed : 30 Agustus 2018 memenuhi syarat maka menggunakan maka menggunakan uji Fisher’s Exact Test. Hasil
Accepted : 16 November 2018 penelitian menunjukkan bahwa variabel lingkungan fisik yang berniali signifikan adalah
Available Online : 31 Januari 2019 variabel suhu (p=0,000), kelembapan (p=0,000), pencahayaan (p=0,000), dan variabel
yang tidak bernilai signifikan adalah variabel ventilasi (p=0,397), lantai (p=0,229),
dinding (p=0,338), langit-langit (p=0,331), dan kepadatan hunian (p=0,611), dengan
Kata Kunci: Kasus TB Surabaya, keberadaan Mycobacterium tuberculosis di udara ruangan tempat berkumpul.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah ada hubungan antara suhu, kelembapan, dan
Mycobacterium tuberculosis, Penularan
pencahayaan dengan keberadaan Mycobacterium tuberculosis di udara ruangan tempat
Tuberkulosis berkumpul. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Penularan tuberkulosis dapat
dicegah dengan penggunaan masker, walaupun memiliki tingkat pengetahuan yang baik
Keywords: Surabaya Tuberculosis Case, namun tindakan dan sikap yang dilakukan keluarga saat kontak dengan penderita masih
Mycobacterium tuberculosis, banyak yang buruk dalam upaya pencegahan penularan penyakit TB Paru.
Tuberculosis Transmission
Abstract
Published by Fakultas Kesehatan In 2017, Surabaya District Health Office reported an increasing number of new cases
Masyarakat Universitas Airlangga of pulmonary tuberculosis in the working region of of East Perak Surabaya Public
Health Center (Puskesmas) and was reported as the highest rates of tuberculosis cases
in Surabaya. Pulmonary tuberculosis can be transmitted through ambient air
contamination initiated by the presence of Mycobacterium tuberculosis. This study aims
to determine the association of physical environmental factors (temperature, humidity,
lighting, ventilations’ size, floor materials, walls, ceilings, and density) in the presence
of Mycobacterium tuberculosis in the air. This research is an observational analytic
study with case control study design. The study sample consisted of 21
households/realtives of patients diagnosed with Pulmonary TB positive. The data was
obtained from completed questionnaires by respondents, direct observation and
laboratory examination of the presence of Mycobacterium tuberculosis in the air. Data
analysis was conducted by Chi-square test supported by Fisher's Exact Test test. The
results showed that the significant association between physical environment variables
of temperature variables (p-value= 0,000), humidity (p-value= 0,000), lighting (p =
0,000), with the existence of mycobacterium tuberculosis inside of the room. While
insignificant association was detected for the variables of ventilation (p = 0.397), floor
materials (p = 0.229), the walls materials (p = 0.338), the ceiling condition (p = 0.331),
and the dwellers density (p = 0.611), with the presence of Mycobacterium tuberculosis
in the air of the common room this current study concludes that there is a significant
association between temperature, humidity, and illumination with the presence of
Mycobacterium tuberculosis in ambient of common room. Transmission of tuberculosis
can be eliminated by using face masks, Despite the previous satisfied level of
knowledge, the family behavior and practices when in contact with patients were
insufficient to prevent pulmonary TB transmission.

26
PENDAHULUAN yang memiliki kasus TB Paru tertinggi antara
lain Surabaya (4.739) kasus, Jember (3.128)
Kesehatan lingkungan merupakan salah
kasus, Bojonegoro (2.287) kasus, Pamekasan
satu faktor dominan yang mempengaruhi
(1.233) kasus, dan Sidoarjo (918) kasus.
aktifitas dan tingkat kesehatan masyarakat
Menurut profil kesehatan Provinsi Jawa Timur
(Syukra, et al., 2015). Infeksi tuberculosis (TB)
tahun 2015, Surabaya menduduki peringkat
merupakan salah satu penyakit yang
pertama pada jumlah penemuan kasus TB Paru
persebarannya dipengaruhi oleh faktor
BTA (+) sebesar 2.330 kasus.
lingkungan dan perilaku.
Peningkatan kasus TB juga dipengaruhi
Indikator tercapainya tujuan dari
dari masing-masing individu seperti sistem
pembangunan kesehatan adalah dengan
kekebalan tubuh, status gizi dan personal
adanya peningkatan dalam hal pengendalian
higiene serta kepadatan lingkungan rumah
penyakit menular (Kemenkes RI, 2011).
tempat tinggal (Manalu, 2010). Penjelasan
Tuberculosis adalah penyakit menular yang
tersebut sesuai dengan studi yang
mampu berkembang secara cepat dikarenakan
dilaksanakan oleh Yoga (2007), bahwa TB lebih
penularan penyakit melalui udara. Skrining TB
mudah menular pada orang dengan tempat
sangat perlu dilakukan mengingat penderita TB
tinggal di kawasan perumahan yang padat,
dengan hasil pemeriksaan TB BTA positif
kurang adanya sinar matahari yang masuk
berpotensi besar untuk menjadi sumber
kerumah dan sinar matahari yang kurang
penularan ke orang lain disekitarnya (Girsang,
(Rahmawati, 2015).
2013).
Menurut WHO tingginya angka prevalensi
Pada saat penderita mengalami batuk dan
tuberculosis (TB) dan masih belum
bersin maka akan mengeluarkan dan
terlaksananya program pemberantasan
menyebarkan bakteri mycobacterium
tuberculosis secara optimal menjadikan
tuberculosis melalui udara dalam bentuk
tuberculosis penyakit nomer satu penyebab
percikan dahak (droplets). Apabila penderita
kematian dari kelompok penyakit infeksi
mengalami batuk dan bersin dalam suatu
(Rahmawati, 2015). Sehingga, WHO
ruangan yang tertutup maka akan memudahkan
merekomendasikan strategi DOTS sebagai
proses penularan TB. Dimana Pada sekali
upaya pengendalian penyakit tuberculosis
batuk atau bersin akan menghasilkan kurang
(Dinkes Prov Lampung, 2012).
lebih 3000 percikan, Upaya untuk mengurangi
Data yang bersumber dari Dinkes Kota
resiko tersebut dapat dilakukan dengan adanya
Surabaya pada tiga tahun terakhir menunjukkan
aliran udara ataupun ventilasi yang sesuai
bahwa angka absolut jumlah penderita TB
dengan standard, hal ini karena bakteri
mengalami peningkatan di wilayah kerja
mycobacterium tuberculosis akan mati apabila
Puskesmas Perak Timur Surabaya yaitu pada
terkena paparan sinar matahari (Depkes RI,
tahun 2014 (66 kasus), tahun 2015 (76 kasus)
2009).
dan tahun 2016 (81 kasus). Dalam data kasus
Penyakit TB telah menyebabkan sejumlah
BTA (+) yang ditemukan sebagian besar
2.000 orang meninggal per hari, dimana 40%
penderita adalah aki-laki (55 orang). Hal ini
dari kasus TB seluruh dunia terjadi di wilayah
diindikasikan mempengaruhi tingginya tingkat
Asia Tenggara. Indonesia adalah negara
penularan terhadap keluarga.
berkembang di Asia Tenggara yang
Penelitian ini bertujuan menganalisis
digolongkan sebagai high burden countries
hubungan antara faktor lingkungan fisik dengan
terkait TB paru Indonesia berada pada
keberadaan bakteri penyebab TB Paru.
peringkat kelima sebagai negara yang
Keberadaan bakteri yang dimaksud merupakan
menyumbangkan penyakit TB Paru setelah
ada / tidaknya Mycobacterium tuberculosis di
India, China, Afrika Selatan, dan Nigeria, yaitu
udara dalam rumah penderita tempat
India (2,0 juta), Cina (1,3 juta), Afrika Selatan
berkumpul dengan keluarga sehingga kontak
(530 ribu), Nigeria (460 ribu), dan Indonesia
secara langsung dapat terjadi.
(460 ribu). Pada tahun 2013 Indonesia
mengalami peningkatan jumlah kasus penderita
TB yaitu menempati peringkat ke tiga prevalensi METODE PENELITIAN
TB tertinggi di dunia yaitu sebesar (680 ribu)
kasus setelah negara India (2,6 juta) kasus dan Penelitian ini merupakan penelitian
China (1,3 juta) kasus, dimana sebagian besar observasional dimana peneliti melakukan
kasus TB tersebut terjadi pada umur diatas 15 observasi kondisi sesungguhnya tanpa
tahun (Girsang, 2013). memberikan perlakuan khusus terhadap
Pada tahun 2015 propinsi Jawa Timur reponden/ subjek penelitian. Dengan
memiliki kasus TB yang diobati sebanyak menggunakan desain penelitian case control
40.185 orang dan jumlah dari penderita TB pengambilan data variabel paparan dan
Paru BTA positif (yang menular) sebanyak variabel outcome dalam studi ini dilakukan pada
21.475 orang. Terdapat lima kota di Jawa Timur saat yang sama. Populasi terpilih dalam

27
penelitian ini adalah keluarga yang tinggal dilakukan menggunakan alat
serumah dengan penderita TB Paru BTA (+) Thermohygrometer, seperti halnya yang
pada wilayah kerja Puskesmas Perak Timur digunakan dalam pengukuran suhu ruangan
Surabaya pada bulan Februari- Mei tahun 2018. rumah responden. Kelembaban ruangan rumah
Cara pengambilan sampel penelitian menjadi faktor tumbuh dan berkembangnya
menggunakan simple random sampling, yaitu mikroorganisme pathogen. Luxmeter
metode penarikan sampel dengan cara acak merupakan suatu alat yang digunakan untuk
tanpa memperhatikan strata pada anggota mengukur tingkat pencahayaan. Pada
populasi. Undian merupakan cara pengambilan penelitian ini luxmeter digunakan untuk
sampel yang dipilih oleh peneliti karena sesuai mengkur pencahayaan pada ruangan rumah
dengan tujuan penelitian. tempat berkumpul bersama penderita TB Paru.
Pengambilan data variabel independen Pengukuran ventilasi diukur menggunakan
yaitu faktor lingkungan dilakukan dengan Rollmeter pada ruangan rumah responden
menggunakan kuesioner dan melakukan tempat berkumpul bersama penderita TB Paru
observasi langsung uji lingkungan fisik ruangan di wilayah kerja Puskesmas Perak Timur.
serta melakukan uji laboratorium Observasi lantai rumah responden disesuaikan
mycobacterium tuberculosis di udara dengan syarat dalam PTPRS oleh Depkes
lingkungan rumah tempat penderita berkumpul Republik Indonesia Tahun 2007, menyatakan
bersama keluarga. Lokasi penelitian adalah lantai memenuhi syarat bila
wilayah kerja Puskesmas Perak Timur diplester/ubin/keramik/papan (rumah
Surabaya dan dilakukan selama Bulan panggung) dan mudah dibersihkan.
Desember – Maret 2018. Pengukuran kepadatan hunian di dalam
Varibel dari penelitian ini adalah faktor fisik ruangan tempat berkumpul bersama penderita
lingkungan rumah sebagai variabel bebas terdiri TB Paru dilakukan dengan menggunakan
dari suhu, kelembaban, pencahayaan, ventilasi, Rollmeter.
dinding, lantai, langit-langit, serta kepadatan Data yang didapatkan diuji sehingga dapat
hunian dan keberadaan bakteri mycobacteria diketahui korelasi ke dua variabel. Uji korelasi
tuberculosis sebagai variabel dependen. Data chi-square merupakan cara yang digunakan
yang digunakan adalah data primer dan dan data yang sudah diolah akan disajikan
sekunder yang meliputi data pasien yang berupa tabel dan deskripsi. Penelitian ini telah
menderita penyakit TB Paru BTA (+) di wilayah lolos kaji etik yang dilaksanakan oleh Fakultas
kerja puskesmas Perak Timur Surabaya. Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga
Hasil pengukuran data variabel dependen dengan nomor sertifikat 347-KEPK.
akan dikelompokkan sesuai pemenuhan syarat
berdasarkan komponen rumah sehat yang
terdapat dalam Pedoman Teknis Penilaian HASIL DAN PEMBAHASAN
Rumah Sehat (PTPRS) oleh Departemen Hasil pengukuran lingkungan fisik ruangan
Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2007. rumah responden menunjukkan bahwa
Berdasarkan ketentuan tersebut maka suhu mayoritas ruangan yang diobservasi (57%)
dalam rumah adalah 18-30oC, kelembaban memiliki suhu rumah yang tidak memenuhi
dalam rumah adalah 40-60%, pencahayaan syarat, kelembaban mayoritas ruangan yang
dalam ruangan rumah adalah minimal 60 Lux, diobservasi (57%) tidak memenuhi syarat dan
luas lubang ventilasi alamiah yang permanen variabel pencahayaan ruangan rumah
minimal 20% dari luas lantai, lantai rumah responden mayoritas (57%) juga tidak
seharusnya diplester/ terbuat dari ubin/ keramik/ memenuhi syarat.
papan, dinding rumah permanen dari Hasil yang sama didapatkan pada
tembok/pasangan batu bata yang pengukuran variabel ventilasi yang
diplester/papan kedap air. Langit-langit rumah menunjukkan bahwa mayoritas ruangan
seharusnya ada, bersih dan tidak rawan responden (57%) tidak memenuhi syarat, untuk
kecelakaan, kepadatan hunian> 4m2/orang. variabel langit-langit sebagian besar ruangan
Pengukuran indikator rumah sehat rumah responden (71%) tidak memenuhi syarat
dilakukan dengan observasi dan menggunakan begitupula dengan variabel kepadatan hunian
alat ukur pada komponen-komponen tertentu. menunjukkan 76% ruangan rumah responden
Hasil yang diberikan setelah pengukuran tidak memenuhi syarat. Hasil pengukuran
dilakukan adalah rumah tersebut memenuhi lingkungan fisik rumah responden yang
atau tidak memenuhi ketentuan yang ditentukan sebagian besar memenuhi syarat adalah
dalam peraturan terkait. Suhu ruangan di kondisi dinding pada 76% rumah responden
hunian responden diukur dengan alat dan kondisi serta bahan lantai pada 86%
thermohygrometer bertempat di ruangan rumah memenuhi syarat berdasarkan komponen
tempat berkumpul bersama penderita TB Paru. rumah sehat yang bersumber pada Pedoman
Pengukuran kondisi kelembaban ruangan

28
Teknis Penilaian Rumah Sehat (PTPRS) keberadaan Mycobacterium tuberculosis
(Depkes RI, 2007). sehingga suhu yang tidak sesuai syarat
berpotensi meningkatkan keadaan yang
Kondisi Lingkungan Fisik Keseluruhan
kondusif bagi bakteri tersebut untuk hidup dan
Pada penelitian ini kondisi lingkungan fisik juga berpotensi meningkatkan penularan
meliputi suhu, kelembaban, pencahayaan, penyakit TB Paru. (Ayomi et al, 2012).
ventilasi, lantai, dinding, langit-langit, dan penelitian tersebut menyatakan bahwa
kepadatan hunian. Hasil pengukuran yang terdapat hubungan antara suhu dan kejadian
dilakukan dapat diolah dan menunjukkan TB Paru sejalan dengan hasil penelitian ini.
kondisi lingkungan fisik secara keseluruhan Kejadian TB Paru kemungkinan besar terjadi
komponen yang telah dikategorikan menurut pada suhu yang tidak memenuhi syarat karena
memenuhi dan tidak memenuhi syarat. Hasil bakteri Mycobacterium tuberculosis akan
yang didapatkan melalui observasi rumah bertahan pada suhu 23oC – 400C sehingga
responden didapatkan dari 21 rumah besar kemungkinan bakteri akan terhirup oleh
responden terdapat sebanyak 8 rumah keluarga yang berada di ruangan (Ayomi et al,
responden (38%) tergolong memenuhi syarat 2012).
dan 13 rumah responden (62%) tidak Penelitian Widiyarsih (2015) memiliki hasil
memenuhi syarat. yang sama bahwa terdapat nilai signifikansi
Hubungan Suhu dan Kelembaban dengan hubungan suhu dengan kejadian TB Paru
Keberadaan Mycobacterium tuberculosis Analisis lanjutan mengindikasikan bahwa
responden yang tinggal pada suhu ruangan
Berdasarkan pengukuran tersebut diperoleh tidak sesuai berisiko 3,125 kali untuk
hasil seperti yang tertulis pada tabel 1. hasil mengalami TB Paru dibandingkan dengan
pengukuran suhu dari 21 rumah responden responden yang tinggal pada suhu ruangan
didapatkan 12 rumah yang tidak memenuhi sesuai peraturan. Penelitian yang dilakukan
syarat atau sebesar 57% dan 9 (43%) rumah oleh Kenedyanti (2007) menyatakan bahwa
yang memenuhi syarat.Pengukuran dilakukan bakteri Mycobacterium tuberculosis dapat
di ruangan tempat berkumpul semua anggota tumbuh dengan optimum pada rentang suhu
keluarga tanpa terkecuali penderita TB Paru, 25oC – 400C, dan dapat berkembang dengan
hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian optimum pada suhu 31oC – 370C sehingga
besar dari ruangan – ruangan tersebut tidak memungkinkan terjadi penularan TB.
memiliki sirkulasi udara yang baik sehingga
memicu kondisi tingkat suhu ruangan yang Hubungan Kelembaban dengan Keberadaan
tidak memenuhi syarat. Pernyataan ini sesuai Mycobacterium tuberculosis
dengan penjelasan Notoatmodjo (2007) bahwa Mayoritas kondisi kelembapan rumah
suhu yang tidak sesuai disebabkan oleh responden tidak memenuhi syarat, yaitu
kurangnya ventilasi, struktur bangunan tidak sebanyak 12 rumah (57%) dan 9 rumah (43%)
sesuai, hunian padat, kondisi geografis dan lainnya telah memenuhi syarat. Dalam
topografi. Permenkes RI No.1077/ Menkes/Per/V/2011
diatur kondisi kelembapan ruangan rumah yang
Tabel 1. memenuhi syarat, yaitu berkisar antara 40-
Hubungan Suhu dan Kelembaban Dengan Keberadaan 60%.Hasil pengukuran dan observasi
MycobacteriumTuberculosis di Udara Ruangan Rumah mununjukkan bahwa dinding dan langit-langit
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur rumah responden beberapa diantaranya
Suhu To p- terdapat rembesan air dan berjamur. Kondisi
Mycoba
tal value dapat mengakibatkan bertahannya bakteri
cterium
Tidak Memenuhi Mycobacterium tuberculosis di udara dan
tubercul
Memenuhi memperbesar kemungkinan penularan kepada
osis
n % n % keluarga yang berada di ruangan bersama.
Negatif 0 0 9 100 9 Kelembapan udara dalam rumah menjadi
0,000
Positif 12 100 0 0 12 media yang sesuai bagi pertumbuhan bakteri
12 57. 9 42.9 penyebab TB Paru sehingga untuk terjadinya
Total 21 penularan akan sangat mudah terjadi dengan
1
Kelembaban
dukungan faktor lingkungan yang kurang sehat
Negatif 0 0 9 100 9
tersebut. Penelitian yang dilakukan pada tahun
2016 oleh Indriyani et al. Menyatakan bahwa
Positif 12 100 0 0 12
0,000 terdapat hubungan yang signifikan antara
57.
Total 12 9 42.9 21 kelembapan dengan kejadian TB Paru dengan
1
nilai OR=4,792 yang artinya rumah dengan
tingkat kelembaban tinggi akan mempengaruhi
Hasil uji statistik menunjukkan adanya
penghuninya untuk terkena TB paru sebanyak
hubungan yang positif antara suhu dengan

29
4,792 kali dibandingkan rumah dengan tingkat lebih tinggi dibandingkan seseorang yang
kelembaban rendah. Kelembaban merupakan menempati rumah dengan tingkat pencahayaan
salah satu faktor yang memiliki hubungan kurang dari 60 Lux. (Indriyani, et al., 2016).
sangat kuat dengan kejadian TB Paru, Penelitian yang dilakukan oleh Musadad
dibuktikan pada hasil penelitian tahun 2015 di tahun 2006 diperoleh hasil bahwa pencahayaan
UPK Puskesmas Perum 2 Kota Pontianak alami yang masuk ke dalam rumah memainkan
dengan nilai OR= 4,643 (p value 0,007) peran penting terjadinya transmisi penyakit TB
(Widiyarsih, 2015). Kelembaban yang tinggi pada keluarga dengan cara kontak serumah.
(>60%) dengan mudah menjadi tempat hidup Namun, terdapat perbedaan hasil pada studi
bakteri dan mendukung keberadaan bakteri yang dilaksanakan tahun 2018, yang
tersebut di suatu ruangan sehingga menyatakan tidak ada korelasi antara
mempermudah penularanya. pencahayaan alami dengan terjadinya penyakit
TB dengan p value 0,232. Nilai OR = 2,000
Hubungan Pencahayaan Alami dengan
sehingga dinyatakan responden dengan
Keberadaan Mycobacterium tuberculosis
pencahayaan alami <60 lux (tidak memenuhi
Proporsi rumah dengan kondisi syarat) kemungkinan terjangkit penyakit TB
pencahayaan rumah tidak memenuhi syarat paru sebesar 2,0 kali dibandingkan rumah yang
sebesar 57%, sedangkan 9 rumah (43%) memiliki pencahayaan alami ≥ 60 lux
lainnya memenuhi syarat, yang mana 9 rumah (memenuhi syarat). (Tempone, 2018)
telah memenuhi syarat minimal pencahayaan Pencahayaan alami langsung ataupun tidak
60 Lux di dalam ruangan rumah. Pengukuran langsung berguna memberikan keterangan
yang dilakukan menunjukkan bahwa untuk semua ruangan menggunakan intensitas
kebanyakan dari ruangan tempat berkumpul penerangan minimal 60 lux dan tidak membuat
memiliki pencahayaan yang tidak memenuhi silau pengelihatan.
syarat karena tidak adanya pencahayaan alami
Hubungan Ventilasi dengan Keberadaan
yang masuk ke dalam ruangan serta lampu
Mycobacterium tuberculosis
dalam ruangan yang redup. hal ini
memungkinkan keberadaan bakteri penyebab Hasil pengukuran ventilasi dari 21 rumah
TB Paru yang dapat bertahan di dalam ruangan responden menunjukkan 14 rumah (67%) tidak
yang seharusnya bisa dibasmi oleh sinar memenuhi syarat dan terdapat 7 rumah (33%)
matahari. memenuhi syarat atau yang memiliki luas
lubang ventilasi alamiah yang permanen
Tabel 2
Hubungan Pencahayaan Dengan Keberadaan
minimal 20% dari luas lantai yang mana sesuai
MycobacteriumTuberculosis di Udara Ruangan Rumah
dengan Permenkes RI No.1077/
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur
Menkes/Per/V/2011. Ventilasi yang buruk
Keberadaan Pencahayaan
dalam rumah responden disebabkan karena
luas rumah yang sempit dan saling berdekatan
Mycobacteri Tidak Memenuh To p-
antara ruangan satu dengan lainnya sehingga
um Memenuhi i tal value
tidak memungkinkan adanya ventilasi di dalam
tuberculosis n % n %
ruangan tempat berkumpul. Kawasan rumah
Negatif 0 0 9 100 9 responden juga termasuk kawasan padat
0,000
Positif 12 100 0 0 12 hunian sehingga ruang antar rumah tidak
Total 12 57.1 9 42.9 21 memiliki lahan yang cukup luas.

Pencahayaan alami di dalam rumah Tabel 3.


dipengaruhi oleh ada atau tidaknya ventilasi Hubungan Ventilasi Dengan Keberadaan
atau jendela yang terbuka pada siang hari. MycobacteriumTuberculosis di Udara Ruangan Rumah
(Hidayat, 2012) Ventilasi yang terhalang oleh Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur
bangunan lain sehingga cahaya alami tidak Keberadaan Ventilasi
To p-
dapat masuk juga dapat terjadi. Keberadaan Mycobacteri Tidak Memenu
tal value
matahari dalam rumah sangat penting karena um Memenuhi hi
sinar matahari dapat mencegah dan tuberculosis n % n %
menghambat pertumbuhan bakteri Negatif 5 55.6 4 44.4 9
Mycobacterium tuberculosis dalam waktu dua 0,397
Positif 9 75 3 25 12
jam (Girsang, 2013). Total 14 66.7 7 33.3 21
Hasil uji statistik Fisher’s Exact Test
diperoleh hasil bahwa terdapat hubungan
Kurangnya ventilasi mengakibatkan aliran
signifikan antara pencahayaan alami dengan
udara dalam rumah tidak sehat sehingga
keberadaan bakteri penyebab TB Paru.
mengganggu keseimbangan oksigen di dalam
Ruangan dengan pencahayaan rumah < 60 Lux
ruangan. Hasil penelitian pada tabel 6
mempunyai peluang terkena TB paru 3,273 kali
mengindikasikan tidak terdapat korelasi

30
signifikan antara ventilasi dan keberadaan menggunakan uji statistik Fisher’s Exact Test.
bakteri penyebab TB paru, begitupula dengan Uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan
uji korelasi studi yang disimpulkan oleh Novita antara kedua variabel disebabkan karena
(2016) bahwa tidak terdapat korelasi positif sebagian besar rumah responden
antara faktor ventilasi dengan TB Paru BTA menggunakan lantai keramik dan dalam
positif di Puskesmas Kunti. Hasil penelitian keadaan bersih namun masih terdapat 75%
menunjukkan bahwa masih terdapat variabel rumah yang memenuhi syarat tersebut masih
lainnya yang lebih berperan dalam keberadaan positif Mycobacterium tuberculosis.
bakteri penyebab TB paru di rumah responden.
Penelitian lainnya yang sejalan adalah Tabel 4.
penelitian tahun 2015 uji statistik menghasilkan Hubungan Lantai Dengan Keberadaan
signifikansi p-value < 0,05 yang artinya MycobacteriumTuberculosis di Udara Ruangan Rumah
ventilasi berhubungan dengan kejadian TB Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur
Paru (Rahmawati, 2015). Lantai
Ventilasi mempunyai fungsi, antara lain Keberadaan Tidak Memenu To p-
untuk membebaskan ruangan rumah dari Mycobacterium Memenu hi tal value
bakteri-bakteri patogen, utamanya adalah tuberculosis hi
bakteri tuberkulosis paru. Bakteri TB yang n % n %
menular melalui droplet nuclei, diam dan hidup Negatif 0 0 9 100 9 0,2
berada pada udara karena mempunyai size Positif 3 25 9 75 12 29
yang mikro, yaitu kurang lebih 50 mikron. Total 3 14.3 18 85.7 21
Apabila ventilasi rumah baik dan syarat
kesehatan terpenuhi, maka bakteri TB mungkin
Senada dengan penelitian yang dilakukan
bisa secara alami ke luar ruangan rumah,
oleh Nurul (2016), hasil penelitiannya juga tidak
namun berbeda jika kondisi ventilasi tidak
terdapat hubungan antara lantai dengan
sesuai dengan standar maka bakteri TB akan
keberadaan Mycobacterium tuberculosis di
tinggal di dalam rumah. Selain itu ventilasi
udara ruangan karena sebagian besar
yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat
responden telah menggunakan lantai keramik
menjadi penyebab sulitnya sinar matahari
dan dalam keadaan bersih pada saat penelitian.
masuk karena terhalang ke dalam rumah hal
Hasil penelitian tidak sesuai dengan penelitian
ini buruk untuk bakteri TB yang dapat terbasmi
pada UPK Puskesmas Pontianak. Uji statistik
oleh sinar matahari secara alamiah.
hasil penelitian UPK Puskesmas Pontianak
Jika ventilasi tidak memenuhi syarat dapat
menunjukkan terdapat hubungan antara ke dua
menyebabkan konsentrasi kuman yang berada
variabel. Nilai OR yang didapatkan adalah
di udara cenderung tinggi dan dalam hal ini
3,833. Maka, responden dengan jenis lantai
dapat memperbesar kemungkinan seseorang
yang semen mempunyai peluang 3,833 kali
terinfeksi penyakit TB Paru karena keberadaan
lebih tinggi untuk mengalami risiko kejadian
Mycobacterium tuberculosis di udara ruangan.
tuberkulosis paru dibandingkan dengan
Selain itu ventilasi juga dapat mempengaruhi
responden yang memiliki jenis lantai keramik.
tingkat kelembaban dan suhu udara di dalam
(Widiyarsih, 2015).
ruangan. Ventilasi yang tidak memadai akan
Elemen yang wajib dimiliki rumah sehat
mengakibatkan meningkatnya kelembapan
adalah rumah dilengkapi dengan lantai kedap
udara dalam ruangan, serta kondisi tersebut
air sehingga kelembaban baik. Tipe lantai
merupakan kondisi yang baik sebagai media
berbahan tanah berperan mengakselerasi
perkembangbiakan kuman patogen (Simbolon,
proses terjadinya penyakit tuberkulosis paru,
2007).
dengan kelembaban dalam ruangan. Pada
Hubungan Lantai dengan Keberadaan lantai tanah kemungkinan besar memilki
Mycobacterium tuberculosis kelembaban berlebih, saat musim panas lantai
berubah kering. Kondisi ini berpotensi
Penilaian komponen pada tabel 5
menimbulkan debu yang membahayakan bagi
menggunakan observasi bahan baku
orang-orang yang hidup di dalam rumah
pembuatan lantai kedap air pada ruangan
tersebut. Lantai yang kedap air dan selalu
rumah responden tempat berkumpul bersama
dalam keadaan yang kering dapat menjadikan
penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
udara di dalam ruangan cenderung tidak
Perak Timur. Hasil penilaian observasi lantai
lembap, sebaliknya jika keadaan lantai tidak
dari 21 responden didapatkan 3 lantai rumah
kedap air dan dalam keadaan basah maka
responden tidak memenuhi syarat, dan 18
akan menjadikan udara yang ada di dalam
lantai rumah responden memenuhi syarat.
ruangan cenderung lembab dan akan
Analisis hubungan antara lantai dengan
memudahkan dalam perkembangbiakan virus
keberadaan Mycobacterium tuberculosis di
serta bakteri TB Paru itu sendiri (Darwel, 2012).
udara ruangan tempat berkumpul yaitu

31
Hubungan Dinding dengan Keberadaan dan sebagai media yang baik dalam
Mycobacterium tuberculosis perkembangbiakan kuman (Hidayat, 2012).
Dinding yang bersifat kedap air dan selalu
Hasil observasi bahan pembuat dinding
dalam keadaan kering dapat menjadikan udara
pada ruangan rumah yang diperoleh sebagai
yang berada diruangan tidak lembap sehingga
berikut:
tidak dapat memicu perkembangbiakan virus
Tabel 5.
dan bakteri TB Paru (Widyawatiningtyas,
Hubungan Dinding Dengan Keberadaan
2016).
MycobacteriumTuberculosis di Udara Ruangan Rumah Hubungan Langit-langit dengan keberadaan
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur Mycobacterium tuberculosis
Keberadaan Dinding
Tidak Memenuhi To p- Kondisi langit-langit rumah yang
Mycobacteri
Memenuhi valu diobservasi adalah di ruangan rumah
um tal responden tempat berkumpul bersama
e
tuberculosis n % n %
penderita TB Paru di wilayah kerja Puskesmas
Negatif 1 11.1 8 88.9 9 0,3 Perak Timur yang disesuaikan dengan
Positif 4 33.3 8 66.7 12 38 pedoman teknis penilaian rumah sehat oleh
5 23. 16 76. Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Total 21 Tahun 2007, yaitu langit-langit memenuhi
8 2
syarat bila ada, bersih dan tidak rawan
kecelakaan. Hasil observasi langit rumah
Berdasarkan pada PTPRS oleh terdapat dalam tabel 6.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Berdasarkan pada tabel 6, mayoritas langit-
Tahun 2007, yaitu dinding rumah memenuhi langit rumah dari 21 responden tidak memenuhi
syarat bila terbuat dari bahan permanen syarat, yaitu sebanyak 15 rumah (71%) dan 6
(tembok/ pasangan batu bata yang diplester/ rumah (29%) rumah responden lainnya sudah
papan kedap air), diperoleh hasil penilaian memenuhi syarat. Berdasarkan pada Pedoman
observasi dinding rumah dari 21 responden Teknis Penilaian Rumah Sehat oleh
sebanyak 5 rumah tidak memenuhi syarat Departemen Kesehatan Republik Indonesia
(24%) dan 16 rumah responden sudah Tahun 2007 yaitu langit-langit memenuhi syarat
memenuhi syarat (76%). Rumah responden bila ada, bersih dan tidak rawan kecelakaan,
yang tidak memenuhi syarat memiliki dinding sedangkan langit-langit yang tidak memenuhi
yang terbuat dari papan kayu tidak kedap air. syarat yaitu rumah responden yang memiliki
Tidak terdapat hubungan signifikan antara langit-langit namun kotor dan sulit untuk
variabel dinding dengan keberadaan dibersihkan.Kebanyakan dari ruangan tempat
Mycobacterium tuberculosis di udara ruangan berkumpul responden memiliki langit-langit
tempat berkumpul karena nilai p value > 0,05. yang tidak memenuhi syarat hal tersebut
Hal ini disebabkan karena sebagian besar dari didukung dengan beberapa keadaan langit-
rumah responden memiliki dinding tembok langit responden yang tidak kedap air dan
yang diplester dan dalam keadaan yang bersih sangat kotor.
tetapi beberapa diantaranya dinding ruangan
tempat berkumpul tersebut tidak kedap air Tabel 6.
dengan adanya bekas rembesan air hujan Hubungan Langit-langit Dengan Keberadaan
yang menempel pada dinding, dan ada MycobacteriumTuberculosis di Udara Ruangan Rumah
beberapa diantaranya dinding responden Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur
terdapat jamur (bercak hitam). Hasil research
oleh Naben, dkk (2013) menemukan adanya Keberadaan Langit-langit
To p-
korelasi signifikan antara jenis dinding dengan Mycobacter Tidak Memenuhi
tal value
kejadian TB paru di Kecamatan Kota Kefa dan ium Memenuhi
Kecamatan Moimafo Timur, diperoleh angka p- tuberculosis n % n %
value = 0,0001 sedangkan OR = 4,7 (95 % CI Negatif 5 55.6 4 44.4 9
= 1,9-11,4). Nilai OR = 4,7 dapat didefinisikan 0,331
Positif 10 83.3 2 16.7 12
bahwa subjek individu yang hidup di rumah
Total 15 71.4 6 28.6 21
yang memiliki jenis dinding tidak kedap air
memiliki peluang 4,7 kali lebih tinggi untuk
Uji statistik sebagai dasar hasil penelitian
dapat terjangkit tuberkulosis paru dibandingkan
menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan
dengan subjek individu yang berkediaman di
antara variabel langit-langit dengan keberadaan
rumah yang memiliki jenis dinding kedap air.
bakteri penyebab TB paru, hal ini kemungkinan
Jenis dinding dapat mempengaruhi
dikarenakan kondisi langit-langit rumah
terjadinya TB Paru disebabkan karena dinding
responden telah baik. Temuan ini sejalan
yang sulit untuk dibersihkan dapat
dengan penelitian yang dilakukan Novita tahun
menyebabkan timbulnya debu pada dinding

32
2016 bahwa tidak ada hubungan antara langit- dalam kategori ruangan yang kepadatan
langit dengan kejadian TB Paru disebabkan huniannya tidak memenuhi syarat.
mayoritas rumah responden memiliki langit- Hasil studi ini sejalan dengan penelitian
langit yang telah memenuhi syarat yaitu mudah oleh Musadad tahun 2006 yang menyatakan
dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. bahwa tidak terdapat korelasi/ hubungan antara
Langit-langit yang telah memenuhi syarat faktor kepadatan hunian dengan penularan
bertujuan untuk menjamin volume udara yang tuberkulosis paru pada keluarga di lingkungan
cukup dan mudah untuk dibersihkan serta tidak rumahnya karena hasil pengukuran statistik
rawan kecelakaan. Volume udara dalam bivariat menunjukkan p value lebih dari 0,05.
ruangan yang cukup tidak menjadikan rumah Penelitian yang dilkukan pada tahun yang sama
terasa lembap karena sirkulasi pengeluaran di wilayah kerja Tikala Baru menunjukkan
CO2 dan penguapan tubuh terhalang yang bahwa ada hubungan antara kedua variabel
mengakibatkan adanya perkembangbiakan tersebut dengan nilai OR 5, 712 yang artinya
bakteri TB Paru. setiap responden dengan kepadatan hunian
<10m2 memiliki peluang sebesar 5,7 kali
Hubungan Kepadatan Hunian dengan
terkena penyakit TB dibanding responden
Keberadaan Mycobacterium tuberculosis
dengan kepadatan hunian lebih dari atau sama
Hasil pengukuran observasi kepadatan dengan 10m2 (Tempone, et al, 2018).
hunian di ruangan rumah responden berdasar Meskipun tidak terdapat hubungan antara
pedoman teknis penilaian rumah sehat oleh variabel kepadatan hunian dengan penularan
departemen kesehatan RI tahun 2007, yaitu TB paru melalui keberadaan Mycobacterium
kepadatan hunian yang memenuhi syarat tuberculosis di udara ruangan tempat
termasuk tidak padat, jika >4m2/ orang, berkumpul, akan tetapi dari hasil penelitian
disajikan dalam Tabel 7 berikut ini: didapatkan bahwa sebagian besar ruangan
tempat berkumpul responden mempunyai
Tabel 7. kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat.
Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Keberadaan Faktor yang dapat mempengaruhi kepadatan
MycobacteriumTuberculosis di Udara Ruangan Rumah hunian adalah luas bangunan rumah dan
Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Perak Timur jumlah penghuni yang berada dirumah tersebut.
Keberadaan Kepadatan Hunian
p-
Mycobacteri Padat Tidak To
valu KESIMPULAN
um Padat tal
e
tuberculosis n % n % Analisis hubungan antara lingkungan fisik
Negatif 6 66.7 3 33.3 9 dengan keberadaan Mycobacterium
0,61
Positif 10 83.3 2 16.7 12 tuberculosis di udara ruangan tempat
Total 16 76.2 5 23.8 21 berkumpul didapatkan bahwa hasil signifikan
ditemukan pada suhu, kelembapan dan
Mayoritas rumah responden tergolong tidak pencahayaan. Analisis hubungan pada
memenuhi syarat atau ≤ 4 m 2 / orang sebanyak ventilasi, dinding, lantai, langit-langit dan
16 rumah atau 76%. Sebanyak 24% sisanya kepadatan hunian memiliki hasil yang tidak
termasuk dalam kepadatan hunian memenuhi signifikan. Faktor lingkungan fisik yang memiliki
syarat pedoman teknis penilaian rumah sehat hubungan signifikan dengan keberadaan
oleh Departemen Kesehatan RI tahun 2007 Mycobacterium tuberculosis di udara ruangan
menyatakan kepadatan hunian yang memenuhi tempat berkumpul adalah suhu, kelembapan,
syarat bila tidak padat, jika > 4m2/ orang, dan pencahayaan karena nilai p < 0,005.
sedangkan yang tidak memenuhi syarat bila Sebaiknya masyarakat dapat memperbaiki
padat, jika < 4m2 / orang. kondisi fisik lingkungan rumah khususnya
Uji korelasi Fisher’s Exact Test dalam penambahan ventilasi didalam rumah
mendapatkan hasil angka p-value = 0,611 maka agar dapat memperlancar sirkulasi udara.
dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat Ventilasi dapat dibuat dengan membuat
hubungan signifikan antara variabel kepadatan jendela atau ventilasi atap. Masyarakat dapat
hunian dengan keberadaan Mycobacterium membuka jendela dan pintu, menyalakan kipas
tuberculosis di udara ruangan tempat jendela atau loteng sebagai salah satu upaya
berkumpul karena nilai p > 0,05. Hal ini besar perbaikan ventilasi lainnya. Rumah dengan
kemungkinan disebabkan karena sebagian dinding yang saling berdempetan hendaknya
besar ruangan tempat berkumpul responden membuat ventilasi udara pada atap rumah.
dengan penderita TB Paru memiliki luas sebaiknya kader atau petugas puskesmas
ruangan yang < 4m2/ orang, sedangkan harus menganjurkan kepada keluarga yang
keluarga yang berkumpul dalam ruangan kontak serumah dengan penderita TB Paru
tersebut sangat banyak maka dari itu termasuk untuk melakukan pemeriksaan di puskesmas

33
guna mengetahui bahwa orang tersebut Penanggulangannya. Jurnal Ekologi Kesehatan, Vol
tertular penyakit TB Paru atau tidak 9., No. 4.,hal 1340-1346.
Mariana, D., & Hairuddin, M. C. (2018). Kepadatan
Hunian, Ventilasi Dan Pencahayaan Terhadap
DAFTAR PUSTAKA Kejadian Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ayomi, A. C., Onny S, & Tri Joko, (2012). Faktor Risiko Binanga Kabupaten Mamuju Sulawesi
Lingkungan Fisik Rumah dan Karakteristik Wilayah Barat. Kesehatan Manarang, 3(2), 75-80.
sebagai Determinan Kejadian Penyakit Notoatmodjo, (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu
Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua, Jurnal Novita, S.E. (2016). Analisis Hubungan Karakteristik
Kesehatan Lingkungan Indonesia. 11(1). Individu dan Kondisi Rumah dengan Tuberkulosis
Budi, I. S., Ardillah, Y., Sari, I. P., & Septiawati, D. Paru BTS Positif di Puskesmas Kunti Kabupaten
(2018). Analisis Faktor Risiko Kejadian penyakit Ponorogo. Skripsi. Surabaya: Fakultas Kesehatan
Tuberculosis Bagi Masyarakat Daerah Kumuh Kota Masyarakat Universitas Airlangga.
Palembang. Jurnal Kesehatan Lingkungan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
Indonesia, 0, 87-94. doi: 1077/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman
http://dx.doi.org/10.14710/jkli.0.0.%p. Penyehatan Udara Dalam Ruang Rumah.
Darwel, (2012). Faktor-faktor yang Berkorelasi Rahmawati, F., (2015). Prevalensi Penyakit Tuberculosis
Terhadap Hubungan Kondisi Lingkungan Fisik Paru di Kota Metro Provinsi Lampung. Diagnosis TB
Rumah dengan Kejadian Tuberkulosis Paru di Pada Anak Lebih Sulit Tahun 2011-2013. Jurnal
Sumatera. Skripsi. Depok: Universitas Indonesia. Biotek Medisiana Indonesia.
Depkes RI, (2007). Pedoman Teknis Penilaian Rumah http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/jb
Sehat. Ditjen PP dan PL. mi/article/download/4210/3956 [Sitasi 25 Juli
Dinas Kesehatan provinsi vinsi Lampung , (2012). Profil 2018].
Kesehatan Provinsi Lampung, Simbolon, D. (2007). Faktor Risiko Tuberculosis Paru di
Girsang, M., (2013). Mycobacterium Penyebab Penyakit Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Kesehatan
Tuberculosis serta mengenal Sifat-sifat Masyarakat Nasional, 2(3), pp. 112-119
Pertumbuhannya di Laboratorium [Online] https://doi.org/10.21109/kesmas.v2i3.266.
Available Tempone, V. M., Umboh, J. M., & Boky, H. (2018).
at:http://pppl.depkes.go.id/_asset_download/edit “Hubungan Antara Kelembaban, Pencahayaan, Dan
%20Mycobacterium%20 Kepadatan Hunian Dalam Rumah Dengan Kejadian
BTKL%20untuk%20majalah%202013.pdf Tb Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Tikala Baru
[Accessed 7 July 2018]. Kota Manado”. Ikmas, 3(1).
Hidayat, H., (2012). “Hubungan Sanitasi Fisik Rumah http://www.ejournalhealth.com/index.php/ikmas/a
Dengan Kejadian Penyakit TB Paru di Desa rticle/viewFile/705/691 [Sitasi, 22 Agustus 2018]
Kalikatak Kecamatan Arjasa Kabupaten Sumenep”. WHO (2010). World Health Organization. [Online]
Skripsi. Surabaya: Universitas Airlangga. Available at: www.who.int/tb/data [Diakses pada 3
Indriyani, N., Istiqomah, N. & Anwar, M.C., (2016). Desember 2017].
Hubungan Tingkat Kelembaban Rumah Tinggal WHO (2014). World Health Organization. [Online]
Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Wilayah Available at: www.who.int/tb/publications/global
Kecamatan Tulis Kabupaten Batang. Unnes Journal [Diakses pada 3 Desember 2017].
of Public Health, 5(3), pp.214-220. Widyarsih, F., Rochmawati., Saleh,I., (2015). “Faktor
https://doi.org/10.15294/ujph.v5i3.11311. Risiko Kejadian Tuberkulosis Paru Di Unit
Kenedyanti, E., (2017). “Analisis Kondisi Fisik Rumah, Pelayanan Kesehatan (Upk) Puskesmas Perum 2
Perilaku, Keberadaan Mycobacterium tuberculosis Pontianak” Jurnal Mahasiswa dan Peneliti
Dengan Kejadian Tuberkulosis (TB) Paru di Kesehatan, Vol 2 No. 2
Wilayah Kerja Puskesmas Mulyorejo, Kecamatan http://openjurnal.unmuhpnk.ac.id/index.php/JJU
Mulyorejo, Kota Surabaya”. Skripsi. Surabaya: M/article/viewFile/334/269 [Sitasi 22 Agustus
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas 2018].
Airlangga . Widyawatiningtyas, N. (2016). “Hubungan Sanitasi
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Rumah dan Karakteristik Responden Penderita dan
829/MENKES/KES/SK/VII/1999. Jakarta: Non-Penderita Tuberkulosis Paru Terhadap
Kepmenkes. Keberadaan Mycobacterium tuberculosis di Udara
Manalu, H.S.P. (2010). Faktor- Faktor yang Dalam Rumah”. Skripsi. Surabaya: Universitas
mempengaruhi Kejadian TB Paru dan Upaya Airlangga.

34

Anda mungkin juga menyukai