Anda di halaman 1dari 23

Panduan

Skrining
Pasien
Sesuai Keputusan Direktur Rumah Sakit MH Thamrin Purwakarta
Nomor :3974/SK-DIR/RS-MHTP/VI/2018

Jl. Raya Bungursari No. 36 Purwakarta – Jawa Barat

Phone: (0264) 8222222 (Hunting), Fax. (0264) 8222221


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Skrining Rumah Sakit MH
Thamrin Purwakarta sesuai dengan waktunya.

Panduan ini merupakan panduan kerja bagi semua pihak yang terkait
dalam memberikan pelayanan pada pasien di Rumah Sakit MH Thamrin
Purwakarta. Panduan Skrining ini meliputi definisi, ruang lingkup, tata laksana
serta dokumentasi. Semoga panduan ini dapat membantu para petugas terkait
dalam memberikan pelayanan skrining pada pasien.

Kami mengucapkan terima kasih kepada tim penyusun ARK yang sudah
membantu dalam menyusun Panduan Skrining sehingga panduan ini dapat
terselesaikan. Tim Pokja ARK yang membantu dalam penyusunan Panduan
Skrining. Pembimbing yang sudah membantu dalam memberikan arahan kepada
kami dalam penyusunan Panduan ini.

Purwakarta, 01 Juni 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.......................................................................................................ii

BAB I DEFINISI ................................................................................................1

BAB II RUANG LINGKUP..................................................................................3

BAB III TATA LAKSANA.....................................................................................4

BAB IV DOKUMENTASI...................................................................................19

ii
BAB I

DEFINISI

Skrining adalah suatu upaya untuk mengidentifikasi penyakit atau


kelainan pasien sehingga didapat keterangan tentang kondisi dan kebutuhan
pasien saat kontak pertama. Keterangan hasil skrining digunakan untuk
mengambil keputusan untuk menerima pasien rawat inap, rawat jalan dan atau
merujuk pasien ke rumah sakit lain dengan menyesuaikan kebutuhan pasien
dengan visi dan misi Rumah Sakit. Tujuan skrining pasien untuk mengidentifikasi
penyakit pada awal sehingga memungkinkan dilakukannya pengobatan lebih dini
dan pengambilan keputusan yang tepat sesuai dengan ketersediaan pelayanan
kesehatan di rumah sakit.

Skrining adalah suatu proses pemeriksaan awal setiap pasien yang


meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan
kebutuhan pelayanan atau pengobatan pasien di dalam dan di luar rumah sakit.
Skrining dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam menetapkan
pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitative yang diprioritaskan
berdasar atas kondisi pasien yang dilaksanakan pada proses admisi pasien
rawat inap.

Skrining dilaksanakan melalui kriteria triase, evaluasi visual atau


pengamatan pemeriksaan fisik atau hasil pemeriksaan fisik, psikologik,
laboratorium klinik atau diagnostic imaging sebelumnya. Skrining ini dilakukan
pada saat pasien tiba di rumah sakit.

Skrining luar rumah sakit ialah proses pengumpulan data berdasarkan


informasi yang diperoleh melalui komunikasi interaktif (2 arah), antara pemberi
informasi dengan penerima informasi (rumah sakit), guna menyesuaikan
kebutuhan penderita (pasien) dengan fasilitas rumah sakit. Sedangkan Skrining
dalam rumah sakit ialah suatu proses pemeriksaan/penilaian awal pasien, yang
dilakukan melalui kontak pertama secara visual atau pengamatan, maupun
penilaian dengan menggunakan metode triase di IGD.

1
Pada pasien yang tidak datang langsung ke rumah sakit, skrining dapat
dilakukan melalui telepon atau skrining dilakukan di tempat asal pasien yang
dilakukan oleh petugas medis Rumah Sakit Mh Thamrin. Pasien yang akan
dirawat atau terdaftar untuk mendapatkan pelayanan rawat jalan adalah mereka
yang kebutuhan dan kondisinya dapat dipenuhi oleh sumber daya dan misi
rumah sakit yang diidentifikasi melalui proses skrining.

Informasi yang didapat melalui proses skrining penting dalam membuat


keputusan yang tepat. Skrining ini meliputi :

1. Pengumpulan informasi didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik,


dan penunjang,
2. Analisis informasi, menganalisis informasi yang didapatkan sehingga
menghasilkan suatu diagnosis, kondisi, problem pada akhimya rumah
sakit dapat mengidentifikasi kebutuhan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan pasien.
3. Menyusun rencana pelayanan dan atau pengobatan, setelah
teridentifikasi kebutuhan pasien maka rumah sakit dapat menyesuaikan
dengan kemampuan rumah sakit, sebagai contoh :
a. Pasien diterima sebagai pasien rawat jalan
b. Pasien diterima sebagai pasien rawat inap
c. Pasien dipindahkan atau dirujuk

Dari hasil skrining petugas dapat menilai kebutuhan pasien sesuai


dengan misi dan sumber daya rumah sakit.

1. Pasien dengan kebutuhan preventif dianjurkan untuk melakukan


pemeriksaan berkala seperti medical check up.
2. Pasien dengan kebutuhan kuratif dilakukan pemeriksaan dan diberi obat
bagi pasien yang dapat berobat jalan dan perawatan bagi pasien yang
perlu rawat inap.
3. Pasien dengan kebutuhan promotif dilakukan penyuluhan tentang hidup
sehat, pola makan sehat dan olah raga.
4. Pasien dengan kebutuhan rehabilitatif dibuatkan perencanaan untuk
melakukan pemulihan tehadap pasien sehingga dapat melakukan aktifitas
seperti semula.
5. Pasien dengan kebutuhan paliatif diberi apa yang menjadi keinginan dan
keluarga pasien diberitahu keadaan pasien.

Jenis Skrining terdiri dari :

1. Skrining Non Medis :

2
Adalah skrining yang dilakukan pada saat pasien tiba dirumah sakit atau
saat pasien mendaftar di poliklinik rawat jalan, radiologi, laboratorium dan
fisioterapi untuk menentukan pelayanan mana yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien, serta pelayanan yang dapat dipenuhi oleh
rumah sakit.
2. Skrining Medis :
Adalah skrining yang dilakukan melalui kriteria triase (di IGD),
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang (pemeriksaan laboratorium
dan diagnostik imaging) sebelumnya, yang dilakukan tenaga yang
kompeten yaitu dokter atau perawat.

BAB II

RUANG LINGKUP

Proses skrining / pemeriksaan dilakukan pada saat kontak pertama


terhadap semua pasien yang datang ke Rumah Sakit Mh Thamrin, meliputi :

1. Skrining diluar Rumah Sakit Mh Thamrin, yaitu :


a. Pra rumah sakit (di tempat perujuk / via telepon).
b. Ambulan
c. Tempat pasien

3
2. Skrining didalam Rumah Sakit Mh Thamrin, yaitu :
a. Instalasi Gawat Darurat (IGD).
b. Instalasi Rawat Jalan yaitu di poliklinik rawat jalan.
c. Tempat Pendaftaran

Skrining pasien dilakukan melalui :

1. Kriteria Triase
2. Evaluasi visual atau pengamatan
3. Pemeriksaan fisik atau hasil dari pemeriksaan fisik, psikologis
4. Pemeriksaan penunjang lainnya

BAB III

TATA LAKSANA

3.1. Alur Skrining Luar Rumah Sakit

RS Perujuk

Admission

Instalasi Gawat Darurat

Follow Up

4
VK NICU /PICU Rawat Inap Perinatologi
(Dewasa / Anak)

Ket :
Alur dikembalikan

Pasien
(Penelepon)

Admission Triase

Re-Identifikasi IGD
Pasien Datang
 Informasi
SKRINING  Analisa
Diterima oleh  Rekomendasi
Medis Petugas Non-Medis

IGD SDM & Security / Admission


(Perawat / Dokter) Fasilitas (Ambulan, (Pengamatan Visual)
Peralatan)

Skrining Gambar 3.1 Alur skrining


YAluar rumah sakiKegawatan
Tanda TIDAK
- Triase
IGD
Anamnesa
3.2. Alur Skrining Dalam Rumah Sakit
Bisa Dilayani Kebutuhan Pasien
(Fasilitas Tersedia)

Bisa Dilayani
YA TIDAK
(Fasilitas Tersedia)

YA TIDAK
RUJUK
Rawat Inap Rawat Jalan
Rawat Inap RUJUK

Rawat Jalan IGD

Hemodialisa Fisioterapi
PULANG :
FARMASI Poli Klinik Radiologi
KASIR

Laboratorium

5
Rawat Inap PULANG :
FARMASI
KASIR
Gambar 3.2 Alur skrining luar rumah sakit

3.3. Skrining Luar Rumah Sakit


Skrining luar rumah sakit merupakan suatu proses deteksi dini atau usaha
untuk mengidentifikasi keadaan pasien yang dilakukan sebelum pasien masuk
ke Pelayanan emergensi atau pasien dengan kebutuhan ruang khusus atau
lainnya, seperti pasien dengan kebutuhan ruangan Intensive Care Unit (ICU)
dan lainnya.
Skrining dapat dilakukan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) maupun
Instalasi Rawat Jalan (IRJ) melalui interaksi per telepon. Interaksi telepon bisa
datang dari pasien atau keluarga pasien yang mencari informasi dengan
melakukan panggilan ke nomor rumah sakit, atau dari fasilitas kesehatan luar
rumah sakit yang berencana merujuk pasien ke Rumah Sakit Mh Thamrin,
yang akan diterima oleh operator.

6
Pelaksanaan identifikasi pasien dilakukan melalui telepon yang datang
dari rumah sakit lain maupun keluarga/pasien yang langsung mencari
informasi dengan melakukan panggilan ke nomor rumah sakit mh thamrin.
petugas menanyakan identitas pasien saat dihubungi oleh pihak luar,
petugas juga menilai apakah sesuai dengan misi dan sumber daya rumah
sakit saat itu. Dalam pelaksanaannya skrining dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut :
1. Petugas phone operator/ customer service menerima telepon dari luar
mengenai pasien yang akan dirujuk atau dirawat di Rumah Sakit.
2. Di bagian phone operator/ customer service, petugas menanyakan
identitas pasien yang akan dirujuk :
a. Nama pasien
b. Usia
c. Jenis kelamin
d. Nama Rumah Sakit/pelayanan kesehatan yang akan merujuk
e. Kebutuhan pasien
f. Jaminan
3. Petugas Costumer Service menyambungkan ke bagian IGD.
4. Petugas Costumer service memberikan informasi awal yang telah
diterima ke petugas IGD.
5. Petugs IGD menerima telepon, petugas melaksanakan greeting dan
memperkenalkan diri, melakukan skrining awal, yakni meng-anamnesa
singkat menanyakan informasi tentang status pasien kepada pihak
perujuk :
a. Identitas pasien (Nama, Umur, Jenis Kelamin)
b. Keadaan umum
c. Tanda-tanda vital
d. Diagnosis penyakit
e. Terapi yang sudah di berikan
f. Hasil penunjang Lab/Radiologi (bila telah dilakukan)
g. Kebutuhan pasien tersebut.
h. Jaminan.
6. Perawat menyambungkan telepon atau berkonsultasi dengan dokter
umum / dokter jaga IGD.
a. Dokter jaga IGD menanyakan / meng-anamnesa kembali tentang
kondisi pasien yang akan dirujuk.
b. Dokter mengkaji kondisi pasien yang akan dirujuk untuk mengetahui
apakah pasien dapat dirawat / ditangani di Rumah Sakit Mh Thamrin.
c. Bila diperlukan, dokter jaga / umum meminta waktu sekitar 10 – 20
menit kepada pihak perujuk, untuk berkonsultasi ke dr spesialis
mengenai status pasien yang akan di rujuk tersebut, dan
memberitahukan untuk menelpon kembali ke Rumah Sakit Mh Thamrin
sesuai waktu yang telah disepakati.

7
7. Berdasarkan hasil skrining tersebut, apakah kebutuhan pasien sesuai
dengan misi sumber daya dan fasilitas yang ada di RS.
8. Bila pasien tidak dapat di tangani / diterima, petugas menjelaskan
mengenai alasan ke tidak tersediaannya fasilitas yang di tuju, atau
sumber daya tidak memenuhi (ruangan full, dokter berhalangan, fasilitas
sedang tidak bisa di gunakan / under maintenance dan lain sebagainya).
9. Petugas menanyakan kembali apakah masih ada keperluan yang bisa di
bantu oleh RS.
10. Petugas melakukan greeting.
11. Bila dapat ditangani, dokter / perawat menginformasikan kepada pihak /
petugas yang akan merujuk, agar merujuk pasien tersebut sesuai dengan
kesepakatan yang telah disepakati.
12. Petugas IGD lalu menyambungkan ke bagian Admission, perihal
administrasi dan lainnya.
13. Admission menginformasikan tentang perkiraan biaya kamar maupun
biaya tindakan serta peraturan terkait pembayaran biaya perawatan, yang
di diskusikan dengan keluarga pasien.
14. Petugas admission memastikan apakah keluarga pasien setuju atau tidak
dan memberitahukan hal tersebut kepada perawat/petugas IGD.
15. Dokumentasikan hasil skrining pasien dari luar tersebut setelah pasien
datang ke IGD, melalui formulir yang disediakan (formulir serah terima
rujukan) yang berisikan hal – hal sbb :
a. Identitas pasien :
 Nama
 Jenis Kelamin
 Umur
 Alamat
 Status pembayaran
b. Anamnesa
c. Diagnosa
d. Keadaan Umum
e. Kesadaran
f. Tanda – tanda vital
g. Terapi dan Tindakan (termasuk diagnostik imaging sebelumnya) yang
telah dilakukan.

Pelaksanaan identifikasi pasien (skrining) ambulan dan penjemputan


pasien meliputi :
1. Dimulai saat mendapatkan permintaan penjemputan pasien, petugas
menentukan kebutuhan peralatan dan tenaga pelayanan / SDM yang
akan dipersiapkan dengan metode informasi, analisa dan rekomendasi.
2. Tim yang akan melakukan penjemputan menentukan jenis peralatan yang
dibutuhkan.

8
3. Skrining juga dilakukan setelah tiba di lokasi penjemputan, petugas
melakukan re-identifikasi dengan berpatokan pada penilaian pre-transport
pasien, dengan menggunakan form transfer pasien.
4. Skrining lanjutan dengan kriteria triase dilakukan setelah tiba di IGD
dengan berpatokan pada kondisi pasien.

3.4. Skrining Dalam Rumah Sakit


Skrining dalam rumah sakit dapat dilakukan di Pendaftaran, Instalasi
Gawat Darurat (IGD) maupun Instalasi Rawat Jalan (IRJA).
1. Skrining di Pendaftaran
a. Petugas melakukan skrining dengan mengidentifikasi pasien yang
akan mendaftar di admission.
b. Petugas menilai secara visual
c. Menilai tanda kegawatan seperti sesak, nyeri hebat, lemas, pucat,
pusing seperti ingin muntah dll.
d. Jika terdapat keluhan tersebut, pasien diarahkan ke bagian IGD.
e. Skrining juga dilakukan untuk memastikan adanya ketersediaan
layanan sesuai kebutuhan pasien.
f. Jika kebutuhan pasien sesuai dengan fasilitas rumah sakit, pasien
diarahkan dan didaftrakan sesuai dengan kebutuhan pasien.
g. Jika kebutuhan pasien tidak sesuai dengan fasilitas rumah sakit,
pasien disarankan untuk dirujuk ke fasilitas kesehatan yang tersedia
atau lebih tinggi.
h. Pada jam buka pelayanan IRJ (Instalasi Rawat Jalan), admisi rawat
jalan menginformasikan jenis pelayanan yang ada di IRJ beserta jam
pelayanan dan bagaimana cara mengakses pelayanan tersebut /
pendaftaran.

2. Skrining Pasien di IGD


a. Pasien masuk ke IGD dan diterima oleh petugas (perawat/dokter jaga)
IGD.
b. Pasien dilakukan skrining dengan kriteria/kategori triase, pasien
dipersilahkan/dibantu tidur di tempat tidur.
c. Skrining triase dilakukan oleh dokter/perawat yang telah mendapatkan
pelatihan PPGD atau BTCLS/ATCLS.
d. Perawat melakukan anamnesa, menilai keadaan umum pasien,
pemeriksaan fisik, psikologik dll.
e. Jika pasien tidak memungkinkan untuk dilakukan anamnesa, maka
lakukan hetero-anamnesa ke keluarga pasien atau pengantar pasien.
f. Jika dibutuhkan tindakan segera, petugas melakukan tindakan
kegawat-daruratan.
g. Pengkajian keperawatan ditulis di formulir asesmen gawat darurat.

9
h. Dokter melakukan pemeriksaan fisik lanjutan, pemeriksaan penunjang
(laboratorium atau radiologi) jika dibutuhkan, sesuai dengan kebutuhan
pasien.
i. Hasil pengkajian dokter ditulis di formulir asesmen gawat darurat.
j. Bila pasien rujukan dari RS/fasilitas kesehatan lain, perhatikan surat
rujukan/pengantarnya.
k. Hasil skrining pasien digunakan untuk menegakkan diagnosa pasien,
sebagai bahan untuk mengambil keputusan terhadap pasien untuk
selanjutnya :
 Pasien dipulangkan
 Pasien rawat inap
 Pasien dirujuk/dipindahkan ke RS lain (karena keterbatasan fasilitas
atau lainnya)
l. Semua tindakan dan pengobatan, serta perubahan kondisi pasien
dicatat dalam formulir asesmen gawat darurat.
m. Setelah selesai, data pasien dicatat dalam buku registrasi pasien IGD
dan diinput ke dalam komputer RS/SIRS.

3. Skrining Pasien di Poliklinik


a. Pasien datang di poliklinik setelah sebelumnya mendaftar di bagian
pendaftaran rawat jalan.
b. Petugas rekam medis menyerahkan status/berkas rekam medis
kepada petugas poliklinik.
c. Perawat memanggil pasien sesuai dengan nomor antrian pendaftaran.
d. Perawat melakukan skrining dengan menilai kondisi pasien secara
visual, menilai keadaan umum pasien, melakukan anamnesa,
mengukur tanda-tanda vital dan lainnya.
e. Hasil skrining perawat ditulis dalam form asesmen rawat jalan.
f. Pasien dipersilahkan menunggu untuk dilakukan pemeriksaan oleh
dokter.
g. Dokter menganamnesa keluhan dan kebutuhan pasien, melakukan
pemeriksaan fisik, menentukan diagnosa dan menentukan kebutuhan
pelayanan kesehatan yang diperlukan pasien.
h. Hasil skrining dokter menentukan :
 Pasien dipulangkan
 Pasien rawat inap
 Pasien disarankan untuk dirujuk/dipindahkan ke RS lain (karena
keterbatasan fasilitas atau lainnya)
i. Jika pada saat skrining terdapat tanda seperti sesak, lemas, pucat,
muntah-muntah, nyeri atau pusing tidak tertahankan, pasien
dibawa/diantar ke IGD.

10
j. Jika terdapat kegawat-daruratan pada saat pelayanan poliklinik, pasien
dilakukan resusitasi/bantuan hidup dasar (BHD) atau pasien segera di
evakuasi ke IGD.

3.5. Skrining di Instalasi Rawat Jalan


Skrining rawat jalan dilakukan oleh dokter, perawat atau bidan dirawat
jalan yang berkontak pertama kali dengan pasien. Skrining rawat jalan bisa
dilakukan di unit emergensi dan unit poliklinik. Perawat/bidan melakukan
anamnesa dan pemeriksaan fisik, dan dicatat didalam lembar assesment
rawat jalan/ lembar assessment gawat darurat.
Perawat menilai :
1. Kondisi Umum Pasien
Dinilai dari kesadaran, jalan nafas, pernafasan, dan sirkulasi (lihat
panduan Triase).
a) Kesadaran dinilai apakah pasien dalam kondisi sadar penuh
(composmentis), atau apakah pasien mengalami penurunan
kesadaran (mulai gelisah, sangat mengantuk, sampai penurunan
kesadaran lebih lanjut).
b) Jalan nafas dinilai apakah bebas dari sumbatan, adakah gangguan
ataukah ada kondisi potensial yang akan mengacam potensi jalan
nafas.
c) Sirkulasi dinilai apakah normal atau ada masalah. Pasien dengan
sirkulasi drop yang layak mendapatkan pelayanan di IGD adalah :
 Pasien yang sangat pucat
 Pasien yang datang dengan keringat dingin, nadi teraba lemah.
 Akral dingin
 Pasien dengan nyeri dada kiri hebat menjalar ke belakang, curiga
iskemik jantung
 Pasien dengan nyeri ulu hati, disertai keringat dingin, nadi lemah
 Pasien dengan perdarahan sedang – hebat. dll
d) Jika terjadi di unit poliklinik keluhan seperti yang disebutkan di atas,
atau terjadi kegawatan, segera transfer pasien ke IGD.

2. Penilaian nyeri
Penilaian nyeri menggunakan 4 skala nyeri. Pada pasien dewasa
menggunakan Wong Baker Scale / Numeric Scale, pada pasien anak
menggunakan skala Flacc Scale atau NIPS, selanjutnya penilainya nyeri
pada pasien tidak sadar menggunakan Behavior Scale.

3. Skrining pasien batuk


Pasien di wawancara sederhana apakah sedang batuk, berapa lama
pasien batuk, apakah sedang dalam pengobatan TBC atau tidak. Pasien

11
yang dicurigai dengan TB atau Suspect TB, dengan gejala seperti batuk
lama (≥ 2 minggu) diberikan masker untuk mengurangi risiko airborne.

Sedangkan jika dalam proses skrining di poliklinik, ditemukan pada pasien


dengan gejala batuk ≥ 2 minggu, atau dicurigai TB/Susp TB, pasien
diarahkan ke jalur fast track (poli TB Dots).

4. Skrining pasien jatuh


Identifikasi pasien risiko jatuh di rawat jalan dan IGD. Asesmen awal
pasien risiko jatuh dilakukan di unit rawat jalan, dengan mengunakan
skrining risiko jatuh atau form assessment risiko jatuh, dengan
menggunakan skala Get-Up dan Go. Sedangkan skrining pasien jatuh
anak menggunakan Humpty Dumpty

3.6. Skrining Kebutuhan Pasien Rawat Inap


Pada saat skrining dan pasien diputuskan diterima untuk rawat inap,
proses asesmen membantu staf mengetahui prioritas kebutuhan pasien untuk
pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan rehabilitative. Kebutuhan pasien akan
pelayanan tersebut di prioritaskan berdasarkan kondisi pada waktu proses
admisi.
Adapun penjelasan dari pelayanan preventif, paliatif, kuratif dan
rehabilitasi adalah sebagai berikut :

1. Preventif

Adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah


terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan (pencegahan penyakit). Prevensi
secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang artinya datang
sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi sesuatu. Dalam
pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya secara
sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat.

Tujuan dari upaya preventif ialah untuk mencegah terjadinya factor risiko
penyakit, terjadinya risiko perburukan dan gangguan kesehatan pasien.
Pelayanan preventif yang dilakukan adalah terdiri dari pengobatan penyakit
pada tahap dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindari akibat
yang timbul dari perkembangan penyakit tersebut.

12
Pengklasifikasian pasien berdasarkan klinis dan kebutuhan pasien,
didasarkan dari hasil pemeriksaan dokter dan ditentukan oleh dokter yang
menangani. Misalnya antara lain kasus luka tusuk dalam diberikan ATS.

Saat ini di rumah sakit mh thamrin belum menyediakan pelayanan rawat


inap secara preventif. Pasien dengan indikasi tersebut dilakukan prosedur
rujuk oleh rumah sakit.

2. Paliatif

Pelayanan paliatif adalah pelayanan interdisipliner yang berfokus pada


pasien penyakit serius atau mengancam jiwa. Perawatan kesehatan terpadu
yang bersifat mengurangi penderitaan pasien, memperpanjang usia dan
meningkatkan kualitas hidup.

Tujuan pelayanan paliatif adalah mengurangi beban penyakit,


meringankan penderitaan, dan mempertahankan kualitas hidup dari saat
setelah di diagnosis.

Tujuan ini dicapai melalui intervensi yang mempertahankan


kesejahteraan fisik, psikologis, sosial dan spiritual, meningkatkan komunikasi
dan koordinasi pelayanan, memastikan pelayanan yang layak secara budaya
dan konsisten dengan nilai-nilai dan preferensi pasien, memberi bantuan
konkrit jika diperlukan dan meningkatkan kemungkinan bahwa pasien
meninggal dengan penderitaan minimal.

Perawatan paliatif memiliki focus pada peredaman rasa sakit, gejala


serta stress akibat penyakit kritis. Ini merupakan perawatan medis yang
dapat membantu meminimalisir penderitaan serta meningkatkan kualitas
hidup pasien yang mengalami penyakit kritis yang mengancam
keberlangsungan hidupnya, seperti kanker stadium lanjut. Jenis pelayanan
paliatif antara lain :

a) Menyediakan bantuan dari rasa sakit dan gejala menyedihkan lainnya


b) Menegaskan hidup dan menganggap mati sebagai proses yang normal
c) Tidak bermaksud untuk mempercepat atau menunda kematian
d) Mengintegrasikan aspek-aspek psikologis dan spiritual perawatan
pasien
e) Tidak mempercepat atau memperlambat kematian

13
Contoh pasien paliatif yang masuk indikasi rawat inap :

Diagnosa Kriteria / Indikasi Rawat Inap


 Edema perifer

 Dyspneu
CHF (Congesif Heart Failure)
 Hepatomegali

 S3 Gallop
 Mual, muntah berlebih

 Perunahan status mental


CKD (Chronic Kidney Desease)
 Sesak nafas

 Asidosis
 HT Emergensi

 Hemiparesis
Stroke Infark
 Parese CN 7/12

 Disfagia
 Prioritas diberikan pada pelayanan rawat inap paliatif ialah pasien
dengan diagnosa CKD (Chronic Kidney Desease) berdasarkan
jumlah kunjungan rawat jalan HD selama 30 hari ialah 72x
kunjungan.

 Jika ada indikasi rawat inap, memerlukan ruang khusus ICU, HD,
Isolasi, Perawat menghubungi bagian pendaftaran rawat inap,
melakukan konfirmasi ketersediaan ruang yang dibutuhkan pasien.

14
3. Kuratif

Merupakan serangkaian kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk


penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit /
komplikasi. Contoh paliatif indikasi rawat inap :

Diagnosa Kriteria / Indikasi Rawat Inap


 Perdarahan massif

Epistaksis  Hipertensi tak terkontrol

 observasi perdarahan lanjut


Prolonged Pregnancy  Hamil ≥ 41 minggu
 Oligo Hidramion

 Letak lintang / sungsang


High Risk Pregnancy
 Plasenta previa

 CPD dll
 Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm

Myoma uteri  Telah terjadi perdarahan berulang

 Hb ≤ 8,0 mg/dl
 Horse (Suara serak)

 Nyeri tenggorokan

Tonsilo Faringitis  Demam

 Tonsil membesar

 Hiperemis
 Demam >7 hari

 Mual / muntah
Tifoid
 Nafsu makan turun

 Konstipasi / mencret

15
 Tekanan darah ≥ 160/110

 Proteinuria ≥ + 2

 Terdapat tanda awal kejang


Preeclampsia
 IUGR

 Peningkatan SGPT/SGOT

 Penurunan AT
 Perdarahan ≥ 150 cc

Abortus  Keluar jaringan

 Syok hemoragis
 Keton urin +

Hemiparesis gravidarum  Keadaan umum lemah

 Intake makan tidak adekuat


Abnormal urterine bleeding  Hb ≤ 8 mg/dl
 Trombosit < 100.000

 Tekanan darah < 100/70 mmHg

DHF (presyok)

 Perdarahan spontan

 Muntah
 Muntah

 Nyeri dada karena gastro


Dyspepsia
esophageal reflux desease

 Dehidrasi
 Dehidrasi sedang – berat

 Muntah sampai tidak ada obat yang


Diare
bias masuk

 Pre-syok TD <100/60
Asma  Keluhan tidak membaik dengan 2x

16
nebulizer

 Respirasi rate >40

 Wheezing
 Nyeri tekan perut kanan bawah

 Demam

Appendicitis Akut  Leukositosis

 Nyeri lepas pada perut kanan


bawah
 Kejang (yang didahului oleh
demam)
Kejang Demam (Anak)
 Demam

 Riwayat kejang demam


 Diagnosis tersebut disesuaikan dengan klinis dan kondisi pasien
saat dilakukan skrining oleh dokter.

 Berdasarkan indikator “kepatuhan DPJP terhadap clinical pathway”


di rumah sakit mh thamrin, prioritas diberikan pada pelayanan rawat
inap kuratif ialah “high risk pregnancy” dengan tindakan sectio
saecaria.

4. Rehabilitatif

Merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang


dirawat dirumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang
menderita penyakit yang sama.

Saat ini di rumah sakit mh thamrin belum menyediakan pelayanan rawat


inap secara rehabilitatif, dikarenakan tidak terdapatnya unit rehab medik dan
dokter spesialis rehab medik. Pasien dengan indikasi tersebut dilakukan
prosedur rujuk oleh rumah sakit.

 Untuk pasien dengan indikasi masuk Isolasi, perawat wajib


melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap ketersediaan
ruang isolasi

17
 Jika ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat
inap dengan isolasi harus ditempatkan di ruang yang setidaknya
hanya 1 pasien dalam satu kamar.

 Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko


penularan infeksi tinggi, tidak bisa digunakan pada pasien
immucompromise sebelum ruang dinyatakan steril

3.7. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan dalam melengkapi proses
skrining dapat dilihat di PPK/Clinical Pathway. Sedangkan, pemeriksaan
umum yang dilakukan dalam melengkapi proses skrining yaitu :
1. Kasus Anak
a. Hematologi: Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit,
Trombosit, Hitung Jenis)
b. Tubex TF/IgM Anti Salmonella Typhi (sesuai kasus)
c. Natrium, Kalium, Chlorida (sesuai kasus)

2. Kasus Umum
a. Hematologi: Darah Lengkap (Hemoglobin, Hematokrit, Leukosit,
Trombosit, Eritrosit, LED, dan Hitung Jenis)
b. Gula darah sewaktu
c. Kimia Klinik Standar: Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT
d. Elektrolit (sesuai kasus)
e. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
f. EKG dan Rontgen Thorax (untuk pasien jantung &/ pasien dewasa
usia > 40 tahun)

3. Perawatan Geriatri
a. Hematologi: Darah Tepi (Hemoglobin, Hematrokrit, Leukosit,
Trombosit)
b. Gula darah sewaktu
c. Kimia Klinik Standar: Ureum, Creatinin, SGOT, SGPT
d. Urinalisis Lengkap (sesuai kasus)
e. Elektrolit (sesuai kasus)
f. EKG dan Rontgen Thoraks
4. Perawatan Perinatologi
a. Hematologi Rutin
b. Gula darah sewaktu
c. CRP dan IT Ratio
d. Kultur Darah
e. Bilirubin Bayi (bilirubin total, bilirubin direct/indirect)
f. Radiologi: Thoracoabdomen

5. Perawatan NICU
a. Hematologi Rutin

18
b. Gula darah sewaktu
c. CRP dan IT Ratio
d. Kultur Darah
e. PT / APTT (sesuai kasus)
f. Radiologi: Thoracoabdomen
g. Analisa Gas Darah
h. Elektrolit

6. Perawatan Pre-Operatif
a. Untuk Golongan Operasi Sedang
 Hematologi Rutin
 PT/APTT
 Gula Darah Sewaktu
 HbsAg
 Rapid Test
 Rontgen Thorax

b. Untuk Golongan Operasi Besar

 Hematologi Rutin  Protein total/Albumin/Globulin


 LED  HbsAg
 Golongan Darah dan Rhesus  Rapid Test
 AGD + Elektrolik  Urine Lengkap
 PT/APTT  EKG
 Bilirubin Total/Direk/Indirek  Rontgen Thoraks
 Ureum / Creatinin
 SGOT /SGPT
 Glukosa Puasa dan Glukosa
2 jam PP

19
BAB IV

DOKUMENTASI

Pendokumentasian skrining terutama skrining medis, perlu di


dokumentasikan dalam formulir skrining pra-hospital dan form Asessment gawat
darurat. Tujuan pendokumentasian ini untuk mengikuti perkembangan penyakit
dan evaluasi pengobatan ataupun penanganan, serta nantinya akan digunakan
untuk bahan perencanaan pemulangan pasien.

20

Anda mungkin juga menyukai