Anda di halaman 1dari 11

TUGAS PERANCANGAN DAN SISTEM KERJA

Oleh

Richard Spencer 160403062

D E PA R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I
F A K U L T A S T E K N I K
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
2019

1. Perencanaan Produksi
Perencanaan produksi selalu membutuhkan data dan informasi yang akurat,
mutahir dan tepat waktu tidak hanya tentang permintaan pasar tetapi juga mengenai
sumber daya produksi yang tersedia atau perlu disediakan pada umumnya, data dan
informasi yang dibutuhkan dalam mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dihasilkan
melalui teknik peramalan sehingga sifatnya adarah estimasi atau perkiraan. Rencana
produksi yang disusun dengan menggunakan data dan informasi yang sifatnya
estimasi tentu tidak mungkin menghasirkan rencana dan program yang akurat. Hal ini
membuat pelaksanaan rencana tersebut di lapangan tidak sedikit mengalami masalah
dan kendala.

1.1. Metode Perencanaan Produksi


Untuk mengatasi kelemahan di atas, berbagai metode dan teknik perencanaan
dan pengendalian produksi telah dikembangkan oleh para pakar dan praktisi.
Beberapa dari metode tersebut telah dirasakan oleh para manajer perusahaan sangat
membantu bahkan ada yang mengklaim bahwa metode tertentu yang digunakannya
benar benar efektif. Metode perencanaan produksi yang telah dikembangkan dan
diimplementasikan dalam sektor manufacturing cukup beragam. Ditinjau dari
kronologi penemuannya, metode-metode yang berkembang pada awalnya ialah
berkenaan dengan aspek pengendalian khususnya pengendalian persediaan bahan,
work-in-progress dan produk akhir (finished products) karena aspek ini lebih
sederhana atau tidak serumit aspek perencanaan produksi.
Metode Economic order quantity (EOq) dikenal sebagai model perencanaan
produksi pertama yang menekankan pada aspek pengendalian persediaan. Metode
yang dikembangkan oleh Harris dan dipopulerkan oleh wilson ini menggunakan
model matematik dalam menemukan besar order (order size) pengadaan bahan-bahan
keperluan manufacturing untuk mendapatkan totar biaya persediaan yang paling
ekonomis. Teknologi Kelompok (Group Technology) adalah metode perencanaan
produksi yang mengintegrasikan proses produksi dengan layout lantai pabrik. Metode
yang dikembangkan oleh Burbidge ini menyederhanakan perencanaan dan
pengendalian produksi melalui pengelompokan komponen-komponen produk ke
dalam family berdasarkan kemiripan (similarity) operasi manufacturingnya. Metode
ini telah diadopsi secara luas dan dilaporkan sebagai cukup efektif untuk digunakan
pada sistem produksi yang menghasilkan produk yang banyak ragamnya.
Menjelang penghujung tahun 1960-an, Joseph Orlicky mengembangkan
metode perencanaan produksi yang disebu tnya Material Requirernents Planning atau
popular dengan sebutan MRp. Metode ini diklaim oleh sebagian orang sebagai
prosedur yang cukup komprehensif dan dipandang sebagai metode perencanaan
produksi yang mampu menghasilkan rencana produksi yang hampir mendekati
keadaan yang seharusnya. Tetapi, setelah beberapa tahun metode ini
diimplementasikan di lapangan, ditemukan berbagai kesulitan yang sangat mendasar.
Akar permasarahannya berkaitan dengan ketidaksediaan data dengan tingkat akurasi
teftentu. prosedur MRP yang dikembangkan Joseph orlicky tersebut demikian
komprehensif dari hulu sampai hi lir. Karena bersifat sangat komprehensif maka
metode tersebut cukup peka terhadap akurasi data dalam arti tidak mampu mentolerir
kelemahan data khususnya data yang memiliki tingkat akurasi yang rendah.
Mengingat prosedur perencanaan produksi menurut metode MRP ini sangat
logis dan mudah dipahami maka para praktisi berupaya mengatasi kelemahan data
dengan cara menggunakan prosedur: tersebut secara parsial sesuai dengan tingkat
kecukupan data pendukung yang dapat disediakan. Berdasarkan pengalaman dalam
penerapan metode tersebut secara parsial, para praktisi membagi tingkat
implementasi
MRP atas tiga kelas yaitu MRP Kelas A, B dan C. Imprementasi MRP disebut Kelas
A jika prosedur tersebut dimanfaatkan sepenuhnya dengan tingkat berhasilan yang
tinggi sedangkan Kelas B jika sebagian besar dari prosedur diimplementasikan dan
Kelas C jika hanya sebagian keciI prosedur tersebut diimplementasi kan.
Karena cara penyediaan data dan informasi akurat tidak pernah ditemukan dan
memang sangat sulit disediakan maka harapan terhadap metode MRP sebagai model
perencanaan produksi yang memiliki sifat terobosan menjadi sirna. Metode tersebut
kemudian dikatakan tidak memiliki kemampuan mengatasi permasalahan dasar
perencanaan produksi seperti diharapkan semula. Memang sangat sulit memenuhi
kebutuhan data dan informasi yang akurat apalagi ragam dan volume data yang
dibutuhkan demikian besar. Untuk mengatasi kelemahan data dan informasi tersebut
maka dilakukan serangkaian modifikasi dengan fokus pengembangan sistem data
base yang terintegrasi dengan prosedur tersebut. sistem yang diperbaharui ini disebut
Manufacturing Resource Planning yang dipopulerkan sebagai MRP II.
Di awal tahun 1980-an, Eliahu Goddard mengembangkan model baru
perencanaan dan pengendalian manufacturing yang diberinya nama Optimize
Production Technology (OPT). Optimize production Technology adalah sebuah
model bersifat matematis, dan fokusnya ialah mengatasi kendala-kendala yang
membuat proses operasi manufacturing sering terganggu. Model tersebut diklaim
sangat berhasil karena beberapa perusahaan di Amerika serikat mengaku dirinya
berhasil meningkatkan Return on Investment yang tinggi dengan menggunakan
konsep OPL.

1.2. Produksi dan Manufacturing


Produksi yang dalam bahasa lnggris disebut production ialah suatu kegiatan
mengenai pembuatan produk baik berwujud fisik (tangible products) maupun
berwujud jasa (intangible products). Pengertian di atas menjelaskan bahwa produksi
adalah proses yang berkenaan dengan pengubahan (conversion) asupan (input)
menjadi barang atau jasa. lstilah production berasal dari bahasa Latin producer yang
bermakna to lead forward yaitu membimbing ke depan. Pada masa kini, produksi
merupakan salah satu fungsi dasar yang paling penting di masyarakat industri modern
dan telah dipandang sebagai sebuah aktivitas budaya (Seikh, K, 2001). Karena itu,
suatu idea yang dikemukakan juga tidak jarang dipandang sebagai sebuah intangible
product.
Manufacturing adalah proses produksi untuk menghasilkan produk-produk
fisik (tangible products). Dalam pengertian sempit, manufacturing adalah proses
mengkonversikan bahan baku menjadi produk-produk fisik melalui serangkaian
kegiatan yang membutuhkan energi yang masing-masing menciptakan perubahan
pada karakteristik fisik atau kimia dari bahan tersebut (Dano, 1966). Lnternational
Conference on Production Research (ICPR) pada tahun 1983 mendefinisikan
manufacturing sebagai serangkaian operasi dan kegiatan yang saling berhubungan
yang meliputi perancangan (design), pemilihan bahan (material selection),
perencanaan (planning), pembuatan (manufacturing), penjaminan mutu (quality
assurance), serta pengelolaan dan pemasaran produk-produk (management and
marketing of products). lstilah manufacturing berasal dari kata Latin manufactum
yang artinya dibuat dengan tangan. Tempat di mana kegiatan manufacturing
dilakukan disebut pabrik (factory) atau workshop dan perusahaan yang mengelola
manufacturing disebut perusahaan industri manufaktur (manufacturing firms).
Pada masa sekarang, manufacturing dilihat sebagai suatu proses yang
mengintegrasikan kegiatan dari tiga pihak yaitu pemasok (supliers) bahan-bahan dan
jasa yang dibutuhkan dalam proses, pabrik pengolahan (manufacturing plants) dan
para pelanggan (customers). Dengan demikian, manufacturing harus dipandang
sebagai serangkaian kegiatan produksi yang meliputi perencanaan {planning),
perancangan (design), pengadaan (procu rement), pengolahan (production), pen
gelolaan persediaan (inventory management), pemasaran (marketing), penyaluran
(distribution), penjualan (sales) dan penanganan limbah (waste disposal recycling).
Gambar 1. Perbedaan Produk dan Jasa

Distribusi (physical distribution) merupakan salah satu fungsi terpenting


dalam industri jasa. American Production lnventory Control System (APICS)
mendefinisikan distribusi sebagai sebuah fungsi yang mencakup kegiatan yang
berhubungan dengan pemindahan bahan baik berupa bahan baku dan penolong
maupun produk akhir dari lokasi pernbuatan ke lokasi pelanggan. Kegiatan ini
mencakup fungsi transportasi, warehousing (penyimpanan produk akhir), material
handling (pemindahan bahan-bahan dalam pabrik), administrasi permintaan, analisis
lokasi, packing and packaging (pengepakan), pengolahan data dan jaringan
komunikasi yang dibutuhkan untuk menjamin efektfitas pengelolaan.
Tabel 1. Perbedaan Industri Primer, Sekunder dan Tertier

2. Klasifikasi Industri
2.1. Berdasarkan Tipe
lndustri manufacturing berkenaan dengan kegiatan-kegiatan produksi yang
menghasilkan barang dalam bentuk produk akhir (finished goods) atau pun setengah
jadi (work-in-progress) yang mempunyai nilai pasar atau dapat dijual ke pasar.
produk-produk yang dimaksud antara lain barang-barang modal seperti mesin-mesin,
alat-alat angkut, pakaian dan lain-lain yang merupakan produk akhir (finished
products) dan suku cadang sebagai produk pendukung. lndustri manufacturing dapat
diklasifikasikan lebih lanjut menjadi dua bagian yaitu industri proses (process
industries) dan industri
manufacturing diskrit item.
lndustri proses ialah kegiatan produksi yang berkenaan dengan peningkatan
nilai tambah produk yang dihasilkan melalui pencampuran, pemisahan, pembentukan
dan atau perlakuan proses kimia. Proses dilakukan dalam mode batch atau mode
kontinu. lndustri proses pada umumnya sangat terstandarisasi, tidak bersifat diskrit,
bersifat kontinu dan dalam volume yang sangat besar. Bahan dan produk mengalir
secara kontinu. Penyulingan minyak bumi, pengolahan minyak sawit dan pembuatan
pupuk urea adalah sebagian kecil contoh industri proses. lndustri proses memiliki
karakteristik yaitu produk-produk yang basah atau kering, mengalir dalam saluran
(ducts) secara kontinu yang diukur dengan satuan volume atau berat, work-in-
prog,ress yang kecil dan waktu ancang-ancang (lead time) yang sangat pendek.
Pengertian dari manufacturing diskrit ialah manufacturing proses yang
memiliki ciri-ciri: produk yang dihasilkan adalah diskrit, dapat dihitung satu per satu
(countable). Produk-produk yang termasuk diskrit misalnya suku cadang kendaraan
atau komponen mesin mesin yang diproduksi satu per satu. Pada umumnya,
komponen komponen tersebut diproduksi untuk kemudian dirakit (assembly) menjadi
produk akhir. Dalam produk akhir, masing-masing komponen masih dapat dibedakan
satu sama lain sehingga dapat pula dilepas satu per satu (disassembly). lndustri jasa
proyek atau disingkat industri proyek memiliki karakteristik utama sebagai berikut:
bahan, peralatan dan personal dibawa bersama-sama ke lokasi proyek di mana
kegiatan proyek dilakukan. Suatu industri proyek dicirikan oleh kegiatan produksi
yang dilaksanakan pada lokasi di mana produk yang dihasilkan akan digunakan
(construction-site type of organization). Beberapa contoh industry proyek ialah
konstruksi jembatan, pelabuhan, lapangan terbang. Tipe organisasi manufacturing ini
didasarkan pada produk tunggal, pada umumnya berukuran besar, dengan masa
pengerjaan dari berbulan- bulan sampai tahunan.
Berbeda dengan industri manufacturing, industri jasa tidak terkait dengan
pembuatan produk walaupun tidak berarti industri ini terlepas dari keberadaan
produk. lndustri jasa yang menangani perawatan mesin-mesin, industri transportasi
dan industri perdagangan adalah beberapa contoh industri jasa yang melibatkan
produk tetapi tidak dalam hal manufacturing.lndustri jasa yang sama sekali tidak
melibatkan produk juga tidak sedikit, antara lain ialah jasa pendidikan dan pelatihan,
jasa promosi, iasa penyiaran, dan jasa asuransi. Industri jasa dibedakan atas dua
kelompok yaitu industri jasa proyek dan industri jasa non-proyek.

2.2. Berdasarkan Proses Produksi


Basic producer industry ialah industri yang mengorah sumber daya alam
sebagai bahan dasar untuk menghasilkan bahan baku (raw materials) yang dibutuhkan
oleh perusahaan manufacturing lanjutannya. lndustri ini mengambil bahan-bahan dari
sumbernya dan melakukan transformasi (refinement) tertentu misalnya dengan
merubah sifat sifat kimia atau mungkin juga sifat-sifat fisika bahan tersebut sehingga
menjadi bahan baku. Contoh produk-produk yang berada daram kelompok ini ialah
batangan baja yaitu suatu produk yang dihasilkan dari proses peleburan biji besi (iron
ore) menjadi ingot, pulp Kayu (wood Pulp) dari kayu, balok-balok kayu dari
penggergajian kayu (saw mill), crude palm oil (CPO) dari pengolahan tandan sawit,
dan lain-lain.
Converter adalah tipe industri yang mengolah bahan baku (output dari basic
producer industries) dan mentransformasikannya ke dalam berbagai produk antara
atau produk akhir. produk antara ialah produk yang dijual sebagai produk akhir tetapi
sebelurn digunakan masih membutuhkan pengolahan lanjutan. Dengan demikian
produk produk converter dapat berupa produk untuk kebutuhan industri atau pun
produk-produk untuk konsumsi (consumable products). Produk kertas adalah
konversi dari wood pulp dan lembaran baja adalah konversi dari iron ingot. Ciri-
ciridariconverter ialah tidak memiliki proses perakitan. walaupun produk-produk
tersebut relatif sederhana, proses konversi sering kali sangat rumit.
APlcs mendefinisikan assembler sebagai suatu pengolahan output dari
converter ke dalam berbagai produk. Dalam contoh terdahulu ditunjukkan bahwa
output dari converter antara lain iarah lembaran plat baja, dan pulp kayu. bahan-
bahan ini diolah lebih lanjut menjadi komponen-komponen produk dan kemudian
merakitnya menjadi produk-produk akhir misalnya plat baja menjadi komponen-
komponen tangki dan selanjutnya merakit menjadi tangki penimbunan minyak ketel
uap, konstruksi / bangunan dan lain-lain, sedangkan pulp kayu menjadi bermacam-
macam kertas turis, kertas gambur dan lain- Iain. Disebut assembler apabila operasi
pembuatan tersebut melibatkan operasi perakitan dan fabricator apabira melibatkan
operasi pembuatan komponen dan perakitan menjadi produk akhir.

2.3. Berdasarkan volume


Job shop adalah suatu metode produksi made-to-order untuk memenuhi
keinginan khusus pelanggan di mana produk-produk yang dibuat mempuyai tipe
proses yang cukup bervariasi dengan ukuran lot yang relatif kecil. Proses produksi
dengan lingkungan yang demikian sangat sulit dioptimumkan sehingga mesin-mesin
produksi yang bersifat khusus yang ekonomis juga sulit dikembangkan. Oleh karena
itu, operasi produksi harus didukung oleh fasilitas yang memiliki fleksibilitas yang
tinggi untuk memungkinkan variasi operasi dapat dilakukan. Agar fleksibilitas
operasi dapat dimanfaatkan terutama untuk melakukan berbagai operasi yang bersifat
khusus maka operator harus memiliki keterampilan yang tinggi.
Job-lot production dan batch production sering juga disebut intermittent
production. lntermittent production didefinisikan oleh APICS sebagai suatu bentuk
manufacturing di mana job-job mengalir di antara departemen/stasiun-stasiun kerja
dalam lot-lot yang ukurannya sering tidak sama. Ukuran lot pada umumnya berada
dalam kategori medium dengan produk yang sejenis. Job-lot production pada
umumnya digunakan untuk memenuhi permintaan pelanggan terhadap suatu produk
atau item tertentu yang sifatnya berkelanjutan (continuous demand) melalui
pengadaan persediaan. Persediaan dibutuhkan untuk menunjang produksi make-to
stock atau assembly to-order.
Produksi massa (mass production) adalah metode produksi yang bersifat
kontinu untuk menghasilkan produk-produk non-discrete. Produksi massa sering juga
disebut flow production Jika produksi dilakukan secara kontinu dengan produk yang
diskrit maka disebut produksi yang repetitif (repetitive production). Produksi massa
dengan produk non-diskrit menghasilkan produk yang identik. Tujuan utama
berproduksi secara massa atau repetitive ialah untuk memperbesar kapasitas guna
mencapai lingkungan produksi pada skala ekonomi (minim um efficient scale).
Metode produksi sellular didasarkan pada teknologi kelompok Group
technology yang dirancang sedemikian rupa untuk mengambil manfaat berupa
effisiensi tinggi pada operasi produksi dengan mengeksploitasi kesamaan bentuk dari
komponen-komponen produk yang diproduksi oleh mesin-mesin produksi. Konsep
teknologi kelompok menjelaskan bahwa part atau komponen produk yang akan
dibuat pada masing-masing mesin jika dikelompokkan atas kesamaan bentuk
(similarity of processing requirements) dan mesin-mesin produksi yang dibutuhkan
dalam pembuatan masing-masing kelompok disusun sebagai sebuah sel maka
penghematan besar dalam hal waktu setup, material handling dan minimum waste
akan diperoleh. Penghematan waktu setup diperoleh karena kemiripan item akan
mempermudah setup setiap mesin dalam sel tersebut karena kegiatan setup dapat
dilakukan dengan satu pola.

Anda mungkin juga menyukai