Asistensi 3 Ert
Asistensi 3 Ert
MOTOR DC
1. Belitan jangkar
2. Belitan kutub bantu
3. Belitan eksitasi/belitan medan
Arus beban mengalir melalui dua belitan pertama, belitan ini mempunyai
resistansi yang kecil. Sistem pengukuran tahanan ini ada beberapa metode
pengukuran yang bisa dilakukan antara lain metode ohm meter, volt, dan ampere
meter, serta metode dinamis dan statis. Dalam percobaan ini kita memakai sistem
pengukuran dengan menggunakan metode ohm meter. Pengukuran resistansi
belitan arus penguatan dilakukan dengan menggunakan metode yang sama dengan
pengukuran tahanan belitan jangkar.
KELOMPOK A 1-1
1. Pengukuran Tahanan Secara Tidak Langsung
V
R= …………………...…………………………………………….
I
(1-1)
Terlihat dari persamaan (1-1) bahwa untuk mengetahui nilai suatu tahanan
maka diperbagikanlah antara tegangan yang diukur dengan arus yang terukur pada
tahanan tersebut. Inilah yang disebut cara tidak langsung, yaitu mengukur
tegangan dan arus menentukan tahanan. Dengan demikian cara ini disebut juga
“metode Voltmeter-Amperemeter”. Karena Voltmeter dan Amperemeter
mempunyai cara sambung yang berbeda, dikenal dua macam rangkaian
pengukuran yaitu rangkaian dengan “metode tahanan tinggi” dan rangkaian
dengan “metode tahanan rendah”. Kata “tinggi” bersifat relatif saja, yaitu tahanan
yang diukur relatif jauh lebih tinggi dari tahanan Amperemeter. Juga kata
“rendah” hanya bersifat relatif, yaitu tahanan yang diukur jauh lebih rendah dari
tahanan Voltmeter. Sebagai contoh, diperkirakan tahanan yang diukur adalah 1000
Ω, tahanan Amperemeter 1 Ω dan tahanan Voltmeter 999 kΩ, maka kedua macam
rangkaian sama baiknya karena memberikan hasil pengukuran dengan persentase
kesalahan yang sama. Bagaimana jika tahanan yang diukur diperkirakan 0,1 Ω?
Jelas rangkaian dengan metode tahanan-rendah lebih cocok karena akan
memberikan persentase kesalahan yang data diabaikan. Bagaimana jika tahanan
yang akan diukur diperkirakan 1 MΩ? Jelas rangkaian dengan metode tahanan-
tinggi lebih cocok karena akan memberikan persentase kesalahan yang dapat
diabaikan.
KELOMPOK A 1-2
(a)
(b)
Gambar 1.1 Pengukuran tahanan secara tidak langsung. (a) Metode Tahanan-
Tinggi, (b) Metode Tahanan-Rendah.
Ix = Im.................................................................................................................(1-2)
Dan :
Vm = Im rA + Im Rx ..............................................................................................(1-3)
KELOMPOK A 1-3
Maka :
Vm
Rm = = rA + Rx ..............................................................................................
Im
(1-4)
Rx = Rm - Ra .......................................................................................................(1-5)
¿ Rm−R x ∨ ¿ rA
E= R x x100% = x 100
Rx
¿
...........................................................................(1-6)
Im r A
E = x 100 ..........................................................................................
V m−I m r A
(1-7)
Im= Ix + Iv ..........................................................................................................(1-8)
Vx V
Vm = Vx; Ix = ; I x= x ..................................................................................
Rx rv
(1-9)
Vm Vx
Rm = = ...............................................................................................
Im Iv+Ix
(1-10)
KELOMPOK A 1-4
Dengan mensubtitusikan persamaan (1-9) ke dalam (1-10), diperoleh :
r v Rx Rx
=
Rm = r v + Rx Rx ..........................................................................................
1+
rV
(1-11)
Ternyata dalam persamaan (1-11) terindikasi bahwa nilai pengukuran (Rm) lebih
kecil daripada nilai sebenarnya (Rx). Jadi tahanan sebenarnya yang sedang diukur
adalah :
r v . Rm
Rx = .......................................................................................................
r v −Rm
(1-12)
rv V m
Rx= ......................................................................................................
r v I m−V m
(1-13)
R x∨¿ rx
E= ¿ Rm− R x x100% = x 100
rv+ R x
¿
...................................................................(1-14)
Vm
E = x 100 ..............................................................................................(1-
I m . rv
15)
KELOMPOK A 1-5
. Tahanan Ra harus memiliki nilai yang lebih kecil agar arus yang melewati R a
besar, sebaliknya Rf harus memiliki nilai yang lebih besar agar arus yang lewat
pada Rf lebih kecil , sehingga putaran nya cepat.
b. Berbeban
Yang dimaksud berbeban adalah percobaan yang menggunakan motor dc shunt
maupun penguatan terpisah yang dikopel dengan generator shunt atau penguatan
terpisah yang berbeban. Adapun data yang diambil pada saat praktek yaitu:
1. Motor dc shunt terkopel dengan generator dc shunt berbeban.
2. Motor dc shunt terkopel dengan generator dc penguatan terpisah berbeban.
3. Motor dc shunt terkopel dengan generator dc shunt berbeban.
4. Motor dc penguatan terpisah terkopel dengan generator dc penguatan
terpisah berbeban
KELOMPOK A 1-6
1.2.2 Teori - Teori Motor dc
1.2.2.1 Jenis – Jenis Motor dc
1. Motor dc Penguat Terpisah
Pada motor dc jenis sumber daya terpisah ini, sumber arus listrik untuk
kumparan medan (field winding) terpisah dengan sumber arus listrik untuk
kumparan jangkar (armature coil) pada rotor seperti terlihat pada gambar.
2. Motor dc Shunt
Motor dc tipe shunt adalah Motod dc yang kumparan medannya
dihubungkan secara parallel dengan kumparan jangkar (armature winding). Motor
dc tipe Shunt ini merupakan tipe motor dc yang sering digunakan, hal ini
dikarenakan Motor dc Shunt memiliki kecepatan yang hampir konstan meskipun
terjadi perubahan beban (kecepatan akan berkurang apabila mencapai torsi
(torque) tertentu). Karena kumparan medan dan kumparan jangkar dihubungkan
secara paralel, maka total arus listrik merupakan penjumlahan dari arus yang
melalui kumparan medan dan arus yang melalui kumparan jangkar.
KELOMPOK A 1-7
Gambar 1.3 Motor dc Penguat Shunt
Vm = Eb + Iam.Ra
Eb = Vm - Iam .Ra
Kv’ . n. If = Vm –Ia . Ra
V m−I a . R a
n=
k ´v. If
V m−I a . R a 1
= ·
k ´v If
V m−I a . R a
Misalkan : = k1 maka
k ´v. If
KELOMPOK A 1-8
k1
n= ....................................................................................................
If
(1-16)
If
Gambar 1.4 Karakteristik tanpa beban, n sebagai fungsi dari I fdari motor dc
penguat terpisah.
b. Karakteristik Torsi
Karakteristik Torsi adalah menggambarkan putaran sebagai fugsi torsi
pada keadaan tegangan input serta arus jangkar konstan.
n = f(τ), Vm , If = konstan
V m−I a . R a
n=
k ´v. If
Ra
V m− T
τA = KT . I f A
=K T . I a . I f
KT . If
τA
dimana : Ia = , maka :
K T .If
n = k2– k3 · τA
τA= τsh + Δr
Δr diasumsikan konstan
KELOMPOK A 1-9
τA ~ τsh τA = k4 τsh k4 > 1
n = k2 – k3 .k4τsh
misalkan : k3.k4 = k5
n = k2 – k5 .τsh .......................................................................................(1-17)
kτ km. I f kτ km. I f
k Δ . Ra k Δ . Ra
Gambar 1.5 Karakteristik torsi (n sebagai fungsi dari τa) dari motor dc penguat
terpisah
n = f(Ia), Vm , If = konstan
V m−I a . R a
n=
k´ v . I f
Vm Ra
= - · Ia
k´v .If K ´v. If
Misalkan :
KELOMPOK A 1-10
Vm Ra
k2= dan k6= , maka :
k´v .If k´v .If
n = k2 – k6 . Ia........................................................................................(1-18)
Ia
Vm
Ra
Gambar 1.6 Karakteristik arus jangkar (n) sebagai fungsi dari I am, dari motor dc
penguat terpisah.
d. Karakteristik Efisiensi
Karakteristik efisiensi menggambarkan efisiensi sebagai fungsi dari daya
output dimana putaran dan arus medan konstan.
KELOMPOK A 1-11
Rugi – rugi mekanik menggambarkan rugi – rugi daya dalam bagian yang
berputar yaitu karena gesekan di bantalan dan ventilisasi. Daya ini hanya
bergantung pada putaran dan tidak bergantung pada kondisi beban (beban nol
maupun beban penuh harganya sama).
Rugi – rugi ini harus dihitung berdasarkan perkalian antara besarnya arus
yang melewati belitan jangkar dengan besarnya resistansi jangkarnya yaitu :
ΔP = I2a . Ra..........................................................................................(1-19)
Dimana:
Karakteristik Efisiensi 1
Ƞ = f(Pout); n, If = konstan
P out P out
Ƞ= =
P¿ P out + Δ Ptotal
KELOMPOK A 1-12
Dimana,
ΔPmek = k7 . Pout
Sehingga :
k
k
V −E b 2
(¿¿ 7+1) P out + I 2 a .❑ R a (¿¿ 7+1) P out +( m )❑ . R a
= = Ra ❑
P out
P out
¿
¿
k
−K ´ v . n I f k
−K ´ v . n I f
V m ¿❑2
¿ V m ¿ ❑2
¿❑ ¿
= ¿ = ¿❑
¿ Ra .(¿¿ 7+1) P out + ¿
(¿¿ 7+1) P out + ¿ ¿
¿ ¿
¿ R a . Pout
Pout ¿
¿
k
−K 8
V m ¿ ❑2
¿
= ¿❑ ..........................................................(1-20)
Ra .(¿¿ 7+1)P out + ¿
¿
¿
R a . Pout
¿
KELOMPOK A 1-13
Terlihat Ƞ sebagai fungsi dari variable P out dan Vm . Efisiensi maksimum terjadi
pada suatu nilai tertentu dari Pout atau Vm, yaitu Vm = k’v n If.
Karakteristik Efisiensi 2
P out P out
Ƞ = =
P¿ P out + Δ Ptotal
dimana,
ΔPmek = k7 . Pout
Sehingga,
k
k
V −E b 2
(¿¿ 7+1) P out + I 2 a .❑ R a (¿¿ 7+1) P out +( m )❑ . R a
= = Ra ❑
P out
P out
¿
¿
k
−K ´ v . n I f k
−K ´ v . n I f
V m ¿❑2
¿ V m ¿ ❑2
¿❑ ¿
= ¿ = ¿❑
¿ Ra .(¿¿ 7+1) P out + ¿
(¿¿ 7+1) P out + ¿ ¿
¿ ¿
¿ R a . Pout
Pout ¿
¿
KELOMPOK A 1-14
k
−k 10 n
k 9 ¿❑2
¿
= ¿❑ .......................................................(1-21)
Ra .(¿¿ 7+1)P out + ¿
¿
¿
R a . Pout
¿
Terlihat Ƞ sebagai fungsi dari variable Pout dan n. Efisiensi maksimum terjadi pada
Vm
suatu nilai dari Pout atau n, yaitu n =
k´ v . I f
Gambar 1.7 Karakteristik efisiensi (Ƞ) sebagai fungsi dari Pout dari motor
dc penguat terpisah.
KELOMPOK A 1-15
V tm −I a R
n= a
kv. Ia
Jika Ia diabaikan atau Ia cukup kecil karena motor tanpa beban maka dapat ditulis :
k1
n= ...................................................................................................(1-
If
22)
If
Gambar 1.8 Karakteristik tanpa beban, n sebagai fungsi dari If dari motor dc shunt.
b. Karakteristik Torsi
Karakteristik torsi adalah karakteristik yang menggambarkan putaran (n)
sebagai fungsi dari (τa) pada keadaan tegangan terminal (Vm) dan arus eksitasi (If)
konstan.
T a . Ra
V tm −I a R V tm −
n= = a
kT . I f
kv. Ia
kv . I a
Karena Vtm dan Ifm konstan maka dapat ditulis :
KELOMPOK A 1-16
n = k2 – k3 . Ta ................................................................................................................................(1-23)
V tm
k2 = = konstanta
kv . I f
❑R a
k3 = = konstanta
kT k v . I f 2
Gambar 1.9 Karakteristik torsi, n sebagai fungsi dari τa, dari motor dc shunt.
KELOMPOK A 1-17
c. Karakteristik Arus Jangkar
V tm −I a R
n= a
kv. Ia
V tm ❑R
k4 = dan k5 =
a
kv . I f kv . I f
Gambar 1.10 Karakteristik arus jangakar, n sebagai fungsi dari I am, dari motor dc
shunt.
KELOMPOK A 1-18
d. Karakteristik Efisiensi
P out
Ƞ = .................................................................................................
P¿
(1-25)
Pout
KELOMPOK A 1-19
Gambar 1.11 Karakteristik efisiensi (η) sebagai fungsi dari Pout, dari motor dc
penguat shunt.
Gambar 1.12 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar (Ra) secara langsung.
KELOMPOK A 1-20
Gambar 1.13 Rangkaian pengukuran tahanan belitan medan (Rf) secara langsung.
Gambar 1.14 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar (Ra) secara tidak
langsung dengan metode tahanan tinggi.
Gambar 1.15 Rangkaian pengukuran tahanan belitan jangkar (Ra) secara tidak
langsung dengan metode tahanan rendah.
KELOMPOK A 1-21
Gambar 1.16 Rangkaian pengukuran tahanan belitanmedan (Rf) belitan secara
tidak langsung dengan metode tahanan tinggi.
Gambar 1.17 Rangkaian pengukuran tahanan belitan medan (Rf) secara tidak
langsung dengan metode tahanan rendah.
Gambar 1.18 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah tidak terkopel (Vm,
Iam = konstan).
KELOMPOK A 1-22
Gambar 1.19 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah dengan generator
off (Vm, Iam = konstan).
KELOMPOK A 1-23
Gambar 1.22 Rangkaian percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan
generator shunt berbeban (Ifm, n =konstan)
KELOMPOK A 1-24
Mengoperasikan motor dc penguat terpisah dalam keadaan tanpa
beban terbagi menjadi 3 yaitu, motor tidak terkopel, motor terkopel dengan
generator off, dan terkopel dengan generator dc shunt bertegangan. Tujuan dari
percobaan ini untuk menampilkan karakteristik n= f (Ifm).
KELOMPOK A 1-25
1.5.4 Motor Terkopel dengan Generator Berbeban
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk memperoleh karakteristik dari:
a. Putaran sebagai fungsi dari arus jangkar ( n = f(Ia) )
b. Putaran sebagai fungsi dari torsi ( n = f(τ) )
c. Efisiensi sebagai fungsi dari daya keluaran motor (η = f(Pout))
1. Daya Masukan
2. Daya Keluaran
Pout = 5000 W
4. Efisiensi
P out 5000
η= x 100% = x 100% = 84,68%
P¿ 5904
KELOMPOK A 1-26
Rugi-rugi daya di medan
Misalkan : Ra = 3 Ω
∆Pa = Ia2 x Ra = 14,42 x 3 = 604,92 W
Rugi-rugi sikat
Vs 400
Rf = = = 714,28 Ω
If 0,56
KELOMPOK A 1-27
P
P 30 P
Rumus dasar : τ = = πn =
W πn
30
30 Pa 30 x 5046,68
Τa = = = 16,06 Nm
πn π x 3000
Konstanta GGL
E b = kv x ω x I f
πn
= kv If
30
30 E b 30 x 355,4 V .s
Kv = = = 2,02
π n If π x 3000 x 0,56 A . rad
Konstanta torsi
τ =N I BA
= k T x Ia x If
30 . E b . I a
τa 30 . Eb . I a Nm
kra = = π .n = = 2,02
Ia x If π n Ia If A2
Ia x If
No
Tahanan Jangkar (Ra) Tahanan Medan (Rf)
.
1. 3Ω 500 Ω
Tabel 1.2 Data hasil pengukuran tahanan belitan secara tidak langsung
KELOMPOK A 1-28
1.6.2 Percobaan Dinamis
Tabel 1.3 Data percobaan motor dc shunt tidak terkopel (Vm = konstan)
Tabel 1.4 Data percobaan motor dc shunt terkopel dengan generator off (Vm =
konstan)
No. Vm (V) Iam (A) Ifm(A) n (rpm)
1 0,48 2917
2 0,56 2825
3 0,55 2833
339 1,4
4 0,56 2821
5 0,565 2816
6 0,565 2811
Tabel 1.5 Data percobaan motor dc penguat terpisah tidak terkopel (V m, Iam =
konstan)
No. Vm (V) Iam (A) Ifm(A) n (rpm)
1 0,37 3000
2 0,36 3004
3 0,35 3006
4 0,34 3023
324 0,65
5 0,33 3026
6 0,32 3131
7 0,31 3138
8 0,30 3141
Tabel 1.6 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator off
(Vm, Iam = konstan)
KELOMPOK A 1-29
No. Vm (V) Iam (A) Ifm(A) n (rpm)
1 0,37 2988
2 0,36 3007
3 0,35 3014
4 327 0,95 0,34 3026
5 0,33 3072
6 0,32 3094
7 0,31 3157
Tabel 1.7 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt bertegangan tanpa beban (Vm = konstan)
Tabel 1.8 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban (Vm = konstan)
No. Vm (V) Ifm(A) Iam (A) n (rpm) Vg (V) Iag (A) Posisi
1 0,56 3,9 2467 216 0 0-0-0
2 0,53 5,8 2435 210 4,2 1-0-0
3 0,53 5,8 2464 210 4,4 1-1-0
4 0,525 5,7 2462 210 4,6 1-1-1
5 303 0,52 6,7 2465 213 5,4 2-1-1
6 0,515 8,5 2452 207 7,8 2-2-1
7 0,51 10,4 2420 204 10,4 2-2-2
8 0,51 11,2 2433 201 11,4 3-2-2
9 0,51 11,9 2418 198 12,4 3-3-2
KELOMPOK A 1-30
Tabel 1.9 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban (n = konstan)
No. Vm (V) Ifm(A) Iam (A) n (rpm) Vg (V) Iag (A) Posisi
1 324 0,35 4,8 228 0 0-0-0
2 330 0,55 5,9 228 4,8 1-0-0
3 327 0,535 5,8 225 4,8 1-1-0
4 327 0,53 5,8 228 5 1-1-1
2657
5 327 0,53 6,8 225 5,8 2-1-1
6 330 0,53 8,9 222 8,2 2-2-1
7 336 0,535 11,1 219 11,2 2-2-2
9 339 0,535 12,2 216 11,6 3-2-2
Tabel 1.10 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat terpisah bertegangan tanpa beban (Vm, Iam= konstan)
Tabel 1.11 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat terpisah berbeban (Vm = konstan)
No. Vm (V) Ifm (A) Iam (A) n (rpm) Vg (V) Iag (A) Posisi
1 327 0,55 3,7 2680 222 0 0-0-0
2 0,545 4,8 2670 216 4,8 1-0-0
KELOMPOK A 1-31
3 0,54 4,8 2677 222 4,9 1-1-0
4 0,535 4,8 2676 222 5 1-1-1
5 0,53 5,8 2664 219 5,6 2-1-1
6 0,525 7,8 2638 213 8,2 2-2-1
7 0,52 9,7 2607 210 11 2-2-2
8 0,52 10,6 2601 207 12,2 3-2-2
9 0,52 11,5 2599 207 13 3-3-2
Tabel 1.12 Data percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan generator
penguat terpisah berbeban (Ifm = konstan)
No. Vm (V) Ifm (A) Iam (A) n (rpm) Vg (V) Iag (A) Posisi
1 348 2,5 2872 225 0 0-0-0
2 351 3,5 2892 225 3,4 1-0-0
3 357 3,6 2896 228 3,5 1-1-0
4 358 4,6 2891 225 4,4 1-1-1
5 360 0,56 5,6 2895 225 5,9 2-1-1
6 361 7,6 2880 219 8,6 2-2-1
7 363 9,5 2864 213 11,4 2-2-2
8 363 10,3 2861 210 12,6 3-2-2
9 363 11,2 2858 210 13,8 3-3-2
KELOMPOK A 1-32
Tabel 1.13 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator
shunt bertegangan tanpa beban (Vm = konstan)
No. Vm (V) Ifm (A) Iam (A) n (rpm) Vg (V)
1 0,35 2,6 2530 225
2 0,34 2,5 2546 225
3 0,33 2,5 2570 225
4 0,32 2,5 2588 225
5 276 0,31 2,5 2606 228
6 0,3 2,5 2626 231
7 0,29 2,5 2659 231
8 0,28 2,55 2687 237
9 0,27 2,6 2710 237
Tabel 1.14 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban (Ifm, Vm= konstan)
No. Vm (V) Ifm (A) Iam (A) n (rpm) Vg (V) Iag (A) Posisi
1 6,25 2603 222 4,6 1-0-0
2 6,2 2603 222 4,8 1-1-0
3 6,2 2604 222 4,8 1-1-1
291 0,37
4 7,35 2609 219 6 2-1-1
5 9,8 2585 213 8,6 2-2-1
6 11,1 2603 210 10 2-3-1
Tabel 1.15 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator
penguat shunt berbeban (Ifm, n= konstan)
No. Vm (V) Ifm (A) Iam (A) n (rpm) Vg (V) Iag (A) Posisi
1 294 4,85 225 0 0-0-0
2 297 6 222 4,8 1-0-0
3 300 6,05 222 5 1-1-1
0,37 2644
4 300 7,2 219 6 2-1-1
5 300 9,7 216 8,8 2-2-1
6 303 10,9 213 10 3-2-1
Tabel 1.16 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator
penguat terpisah bertegangan tanpa beban (Vm= konstan)
KELOMPOK A 1-33
6 0,32 1,25 3066 231
7 0,31 1,25 3086 231
8 0,30 1,25 3119 234
Tabel 1.17 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator
penguat terpisah berbeban (Vm,Ifm= konstan)
No. Vm (V) Ifm (A) Iam (A) n (rpm) Vg (V) Iag (A) Posisi
1 3,4 2897 225 0 0-0-0
2 4,55 2887 225 4,8 1-0-0
3 4,55 2887 225 4,8 1-1-0
4 4,55 2889 225 4,8 1-1-1
5 324 0,37 5,6 2892 6,2 6,2 2-1-1
6 7,8 2877 8,8 8,8 2-2-1
7 10,1 2854 11,6 11,6 2-2-2
8 11 2854 12,6 12,6 3-2-2
9 12 2840 13,6 13,6 3-3-2
Tabel 1.18 Data percobaan motor dc penguat terpisah terkopel dengan generator
penguat terpisah berbeban (n,Ifm = konstan)
No. Vm (V) Ifm (A) Iam (A) n (rpm) Vg (V) Iag (A) Posisi
1 321 3,4 225 0 0-0-0
2 324 4,5 225 4,8 1-0-0
3 324 5,6 219 6,2 2-1-1
0,37 2889
4 324 7,8 216 8,8 2-2-1
5 327 10,1 210 11,6 2-2-2
6 330 11,2 210 12,8 2-3-2
KELOMPOK A 1-34
rA = 1 Ω
rV= 75000 Ω
Untuk pengukuran tahanan medan :
rA = 1 Ω
rV= 2250000 Ω
V 3,2 V m−¿ I r ∨¿
Ram= = = 3,2 Ω m A
I 1 Error =| I am r A x 100%
¿
Vm 3,2
Ra =
I am
– rA = 1
– 1 = 2,2Ω
1 x1
Error = ¿ ∨¿ x 100%
3,2−1 x 1
Error = 45,45%
V 147 V m−¿ I r ∨¿
Rfm= = = 49 Ω m A
I 3 Error = | I am r A x 100%
¿
Vm 147
Rf= – rA = – 1 = 48Ω 3 x1
I am 3 Error = ¿ ∨¿ x 100%
147−3 x 1
Error = 2,08 %
V 2,9
Ram = = = 2,9 Ω
I 1
KELOMPOK A 1-35
V m . rv Vm
Ra = Error = | ∨¿ x 100%
( I m . r v )−V I m. r v
2,9 ×75000 2,9
= = ¿ ∨¿ x 100%
(1 ×75000 )−2,9 1 ×75000
= 2,9 Ω = 0,0038 %
V 147
Ram = = = 49 Ω
I 3
V . rv Vm
Ra = Error = | ∨¿ x 100%
( I . r v )−V I m. r v
147
147 x 2250000 = ¿ ∨¿ x
= 3 x 2250000
(3 x 2250000 )−147
= 49 Ω 100%
= 0,0022 %
KELOMPOK A 1-36
1.7.2 Percobaan Dinamis
Berdasarkan Tabel 1.3, 1.4, dan 1.10 maka karakteristiknya dapat dilihat
pada Gambar 1.23, 1.24, dan 1.25
2880
2860
2840
Mot
or
dc
2820 shu
nt
n (rpm)
tida
k
2800 terk
opel
2780
2760
2740
0.49 0.50 0.51 0.52 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57 0.58 0.59
Ifm (A)
Gambar 1.23 Karakteristik beban nol tidak terkopel untuk n = f (Ifm), untuk
motor dc penguat shunt
KELOMPOK A 1-37
2940
2920
2900
2880
2860 Motor
dc
shunt
terkopel
n (rpm)
2840 dengan
generato
r of
2820 Power
(Motor
dc
2800 shunt
terkopel
dengan
generato
2780 r of)
2760
2740
0.47 0.48 0.49 0.5 0.51 0.52 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57
Gambar 1.24 Karakteristik beban nol terkopel generator off untuk n=f(I fm),
untuk motor dc penguat shunt
KELOMPOK A 1-38
3100
moto
3050 r dc
peng
uat
shun
t
terko
pel
3000 deng
an
gener
ator
n (rpm)
peng
uat
terpi
2950 sah
berte
gang
an
tanp
a
beba
2900
n
2850
0.49 0.5 0.51 0.52 0.53 0.54 0.55 0.56 0.57
KELOMPOK A 1-39
3100
Aktual motor dc
shunt tidak
3050 terkopel
Power (Aktual
motor dc shunt
3000 tidak terkopel)
Aktual motor dc
shunt terkopel
2950 dengan generator
of
Power (Aktual
2900 motor dc shunt
terkopel dengan
n (rpm)
generator of)
2850 Aktual motor dc
shunt terkopel
dengan generator
2800 penguat terpisah
bertegangan tanpa
beban
Gambar 1.26 Karakteristik beban nol untuk n = f(Ifm), untuk motor dc penguat shunt
1.7.2.2 Percobaan Berbeban
1. Percobaan Berbeban 1
Berdasarkan Tabel 1.11 maka karakteristiknya dapat dilihat pada Gambar 1.27
2700
2680
2660
motor
dc
2640 shunt
terkop
el
denga
n
n (rpm)
2620 genera
tor
pengu
at
2600 terpis
ah
berbe
ban
2580
2560
2540
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Gambar 1.27 Karakteristik arus jangkar pada motor dc penguat shunt terkopel
dengan generator penguatan terpisah berbeban, untuk n =
f(Iam).
Untuk menghitung besar torsi (τsh) hasil percobaan pada motor dc
penguat shunt, maka diambil contoh perhitungan dari data No.1 pada Tabel
1.11 yang dalam hal ini ∆Pmekanik dianggap konstan sebesar 46,68 W.
a) Cara 1
= 1114,75 W
Sehingga
30 × 1114,75
τsh= = 3,972 Nm
п ×2680
b) Cara 2
τa = kτ × Iam × Ifm
= 4,11 Nm
∆ Pmekanik ×30
∆τ =
п×n
46,68 ×30
=
п× 2680
= 0,166 Nm
Sehingga
τsh = τa - ∆τ
= 4,11 – 0,166
= 3,944 Nm
Tabel 1.19 Hasil analisis data motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (Vm = konstan)
τsh τsh
No. Vm(Volt) Ifm(A) Iam(A) n(rpm)
(Nm) (Nm)
(Cara 1) (Cara 2)
1. 327 0,545 4,8 2670
5,165 5,118
2. 327 0,54 4,8 2677
5,152 5,070
3. 327 0,535 4,8 2676
5,154 5,021
4. 327 0,53 5,8 2664
6,228 6,043
5. 327 0,525 7,8 2638
8,347 8,103
6. 327 0,52 9,7 2607
10,343 10,019
7. 327 0,52 10,6 2601
11,239 10,964
8. 327 0,52 11,5 2599
12,103 11,909
Berdasarkan Tabel 1.12 maka karakteristiknya dapat dilihat pada Gambar 1.28, 1.29,
dan 1.30.
2700
2680
2660
2640
Akt
ua
n (rpm)
l
car
2620 a1
2600
2580
2560
4 6 8 10 12 14
τsh (Nm)
Gambar 1.28 Hubungan antara putaran (rpm) dan τsh (Nm) pada percobaan
motor dc penguat shunt terkopel generator penguatan terpisah
cara 1.
2700
2680
2660
2640
n (rpm)
Aktual
cara 2
2620
Linear
(Aktua
l cara
2600 2)
2580
2560
4 6 8 10 12 14
τsh (Nm)
Gambar 1.29 Hubungan antara putaran (rpm) dan τsh (Nm) pada percobaan
motor dc penguat shunt terkopel generator penguatan terpisah
cara 2.
2700
2680
2660
Aktual cara
1
2640
Linear
(Aktual
n (rpm)
cara 1)
2620
Aktual cara
2
2600
Linear
(Aktual
cara 2)
2580
2560
4 6 8 10 12 14
τsh (Nm)
Gambar 1.30 Hubungan antara putaran (rpm) dan τsh (Nm) pada percobaan motor dc penguat shunt terkopel generator
penguatan terpisah.
2. Percobaan Berbeban 2
Untuk menghitung efisiensi (η) hasil percobaan pada motor dc penguat shunt,
maka diambil contoh perhitungan dari data no.1 pada Tabel 1.12
Pin = Vm (Ifm+ Iam)
= 348 (0,56 + 2,5)
= 1064,88 Watt
P out
η = × 100%
P¿
799,57
= x 100%
1064,88
= 75,085 %
Tabel 1.20 Hasil analisa data motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban (Ifm = konstan).
KELOMPOK A 1 - 49
86
84
82
80
A
kt
78 u
η (%)
a
l
76 η
74
72
70
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Pout (Watt)
Gambar 1.31 Hubungan antara efisiensi (%) dan Pout (Watt) pada
percobaan motor dc penguat shunt terkopel dengan
generator penguat terpisah berbeban.
KELOMPOK A 1 - 50
1.8 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum, analisa data dan grafik percobaan
motor dc maka dapat kami simpulkan bahwa :
Setelah dilakukan percobaan maka diharapkan praktikan dapat
mengoperasikan/menjalankan motor arus searah dengan aman dan benar.
Dalam percobaan ini telah diperoleh resistansi belitan motor dc, dimana
tahanan jangkar (Ra) 3 Ω dan tahanan medan (Rf) 500 Ω
Dalam percobaan ini, telah dijalankan urutan-urutan pembebanan kerja motor
dc.
Pada percobaan ini, hubungan antara arus penguatan (I f) terhadap putaran (n)
berbanding terbalik, dimana semakin besar arus penguatan yang diberikan
maka putaran yang dihasilkan semakin melambat.
Pada percobaan berbeban, hubungan antara torsi (τsh) dengan putaran (n)
cenderung berbanding terbalik, dimana saat torsi (τsh) semakin besar maka
putaran semakin kecil.
Pada percobaan bebeban, hubungan antara efisiensi (η) terhadap daya output
(Pout) berbanding terbalik, dimana semakin besar daya output yang diberikan
maka semakin kecil efisiensi yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
KELOMPOK A 1 - 51