Anda di halaman 1dari 9

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Kista

Kista adalah rongga patologik yang dibatasi oleh epitelium.1,6 Kista berisi
cairan atau setengah cairan yang bukan berasal dari akumulasi pus maupun
darah.7,10 Lapisan epitelium itu sendiri dikelilingi oleh jaringan ikat
fibrokolagen.11
Kista rahang merupakan kista yang paling sering ditemukan dibandingkan
kista tulang lainnya, karena banyaknya sisa epitel yang tertinggal pada jaringan
setelah pembentukan gigi. Menurut WHO (1992) kista rahang terbagi menjadi dua
kelompok besar yaitu kista odontogenik dan kista non-odontogenik17
Mayoritas kista berukuran kecil dan tidak menyebabkan pembengkakan di
permukaan jaringan.6 Apabila tidak ada infeksi, maka secara klinis
pembesarannya minimal dan berbatas jelas. Pembesaran kista dapat menyebabkan
asimetri wajah, pergeseran gigi dan perubahan oklusi, hilangnya gigi yang
berhubungan atau gigi tetangga, serta pergeseran gigi tiruan. Kista yang terletak di
dekat permukaan dan telah meluas ke dalam jaringan lunak, sering terlihat
berwarna biru terang dan membran mukosa yang menutupi sangat tipis.14
Meskipun patogenesis dari kista-kista ini masih belum banyak dimengerti,
namun kista-kista tersebut dibagi ke dalam dua kelompok besar berdasarkan
dugaan asal dinding epitelnya.
a. Kista Odontogenik 

Dinding epitelnya berasal dari sisa-sisa epitel organ pembentuk gigi.1
Adanya proliferasi dan degenerasi kistik dari epitel odontogenik dapat
menimbulkan kista odontogenik.5 Kista odontogenik seperti, kista radikuler, kista
dentigerous, kista paradental.1
b. Kista Nonodontogenik

Dinding kista berasal dari sumber-sumber selain organ 
pembentuk gigi.
Kelompok ini meliputi lesi-lesi yang sebelumnya diklasifikasikan sebagai kista
fisural yang dianggap berasal dari epitel yang membatasi proses embrionik
pembentukan wajah.1

2.2 KISTA RADIKULER

2.2.1 Definisi

Kista radikular adalah kista odontogenik yang paling sering ditemukan


pada rahang. Kista tersebut sering ditemukan secara kebetulan dalam pemeriksaan
radiologis rutin karena biasanya kecil dan tanpa gejala, kecuali bila besar atau
terjadi infeksi sekunder. Kista radikular, yang disebut juga dengan kista periapikal
biasanya terbentuk pada apeks gigi non vital.
Kista radikular lebih sering terjadi di maksila dengan gigi insisif lateral
sebagai gigi yang paling sering terkena, sedangkan di mandibula kista ini banyak
terjadi pada gigi posterior. Insidensi pada pria lebih tinggi dibandingkan
perempuan dan umumnya terjadi pada dekade ketiga dan keempat. Pada beberapa
individu dapat ditemukan lebih dari satu kista radikular. Kista radikular yang tidak
diterapi dapat mendestruksi tulang akibat pembesarannya. Deteksi dini melalui
pemeriksaan radiologis rutin menjadi hal yang penting, karena semakin cepat
diketahui semakin mudah penatalaksanaannya.
2.2.2 Epidemiologi
Kista radikular merupakan jenis kista yang paling sering ditemukan pada rahang,
sekitar 52%-68% dari seluruh kista yang ditemkan dirahang. Lokasi tersering
terjadi 60% pada maksila dengan frekuensi tersering di maksila terutama region
anterior dan mandibula pada region posterior, namun kista ini dapat terjadi di
region mana saja di rahang. Insiden tertinggi terjadi pada usia dekade ke-3 dan ke-
4 dan jarang terjadi pada anak. Kista radikular lebih banyak ditemukan pada laki-
laki sekitar 58% dibandingkan dengan wanita 42%.
2.2.3. Etiologi dan Patogenesis
Kista radikuler dapat terjadi akibat faktor trauma fisik, kimia, atau bakteri
sehingga terjadi kematian pulpa yang diikuti oleh stimulasi sel sisa epitel
Malassaez yang normalnya terdapat pada ligamentum periodontal. Kista ini
dipercaya berhubungan dengan proliferasi dari rest (sisa) dental lamina. Kista
periapikal berkembang dari perluasan periapikalgranuloma,yang mana merupakan
pusat dari inflamasi kronis jaringan granulasi yang berlokasi pada tulang di bagian
apeks dari gigi non-vital. Granuloma periapikal terjadi dan terbentuk oleh
degradasi produksi dari jaringan pulpa yang nekrose. Stimulasi dari epitelial rest
malassez terjadi akibat respon pembentukan inflamasi. Pembentukan kista terjadi
akibat adanya poliferasi epithelial, yang akan membantu untuk pemisahan
stimulus inflamasi (nekrotik pulpa) dari tulang di sekitarnya.
Kista radikuler berasal dari sisa epitel Mallassez (rest of Mallassez) pada
apeks granuloma atau periapikal gigi non vital yang terstimulasi untuk
berproliferasi oleh proses inflamasi. Kista radikuler secara umum terjadi karena
infeksi pulpa yang terjadi pada gigi yang karies. Bakteri yang berasal dari sulkus
ginggiva atau kantong periodontal mencapai kanal sisa akar gigi melalui
pembuluh darah periodontal. Mikroba juga dinyatakan berasal dari nekrosis pulpa
melalui sirkulasi darah ( anachoresis). Lingkungan endodontik merupakan
habitat untuk tumbuhnya flora khususnya bateri anaerob. Habitat tersebut
memiliki sifat-sifat biologis dan patologis seperti : antigenisitas, aktivitas
mitogenik, kemotaksis, enzim hitiolitik, dan aktivasi sel pejamu. Mikroba dan
produknya menginvasi saluran akar dan kemudian ke periapeks. Sebagai respon,
tubuh memiliki pertahanan tubuh berupa sel-sel tertentu, antibodi, dan molekul
efektor. Mikroba dan perlawanan pertahanan tubuh yang terjadi menyebabkan
merusakan dari jaringan periapikal dan terentuk berbagai kategori lesi
periodontitis apikal. Kista periapikal merupakan sequel langsung dari
periodontitis apikal kronis, tetapi tidak setiap lesi kronis tersebut berkembang
menjadi kista. Ada dua jenis kista periapikal yaitu kista yang mengandung rongga
yang secara utuh dilapisi oleh lapisan epitel ( true cyst) dan kista yang
mengandung rongga yang dilapisi lapisan epitel yang terbuka ke saluran akar (
bay cyst/pocket cyst).
Patogenesis kista asli ( true cyst) terjadi dalam 3 fase yaitu :
a. fase pertama ( inisiasi)
Secara umum telah diketahui bahwa lapisan epitel kista radikuler berasal dari sel
sisa epitel Mallassez ( rest of Malassez) dalam ligamentum periodontal. Sel sisa
Malassez yang tertidur ( dormant ) mengawali proliferasi sebagai akibat langsung
dari inflamasi, kemungkinan dibawah kendali antigen bakteri, epidermal growth
factors, sel-sel mediator, dan metabolit yang dilepaskan oleh berbagai sel yang
berdiam pada lesi periodontal.
b. fase kedua ( pembentukan kista)
Ada dua teori tentang pembentukan kista :
1. Teori defisiensi nutrisi
Teori defisiensi nutrisi didasarkan pada asumsi bahwa epitel massa dari sel–sel
pada bagian sentral menjadi terpisah semakin jauh akibat perbandingan nutrisi
yang berbeda pada lapisan basal, yang terjadi oleh karena gagalnya pemenuhan
nutrisi yang adekuat sehingga terjadi degenerasi berbentuk cairan (liquofaction)
dan nekrosis, hal ini menyebabkan terbentuknya suatu rongga berlapis epitel berisi
cairan. Alternatif lain berupa sel-sel dapat membentuk lembaran yang mencakup
bagian dari granuloma dengan akibat yang sama berupa pecahnya isi dari
granuloma yang terbuka sehingga terbentuk pusat berupa cairan dari kista.
2. Teori abses
Dasar dari teori abses bahwa proliferasi lapisan epitel rongga abses dibentuk oleh
jaringan nekrosis dan jaringan yang lisis oleh karena sifat alami dari sel-sel epitel
akan menutupi permukaan yang terpapar oleh jaringan ikat.
c. Fase ketiga pembesaran kista.
Dari penelitian terbukti bahwa osmosis memiliki peranan dalam peningkatan
ukuran kista. Adanya jaringan nekrotik, eksudat plasma protein, dan asam
hialuronat dalam rongga kista mengakibatkan tekanan osmosis cairan kista lebih
tinggi dari cairan jaringan sekitarnya sehingga akan menarik cairan masuk
kedalam rongga kista menyebabkan ukuran kista membesar.
Mekanisme pembentukan kista periapikal bentuk kantong
(periapicalpocket cyst) diawali dengan sebuah perluasan yang menyerupai
gelembung kecil dari ruang saluran akar gigi yang terinfeksi ke periapikal. Ruang
lumen kecil ini (microlumen) ditutup oleh epitel skuamosa bertingkat kemudian
bertumbuh dan membentuk leher (collar) yang tersusun dari epitel sekitar ujung
akar gigi. Epitel berbentuk leher tersebut mengadakan perlengketan ke permukaan
akar gigi yang terinfeksi dan di bagian lain lumen kecil berbentuk kistik disekitar
periapikal. Hadirnya mikroorganisme pada saluran akar apikal menarik granulosit
netrofil melalui proses kemotaksis kedalam mikrolumen. Lumen yang menyerupai
kantong membesar untuk menampung debris untuk membentuk divertikulum dari
ruang saluran akar ke daerah apikal.
Proses resorbsi tulang melibatkan regulasi mediator. Beberapa faktor
resorbsi tulang (bone-resorbing factors) telah di isolasi dari kista radikuler seperti
prostaglandin (PGE2, PGI2), leukotrin, and kolagenase. IL-1 merupakan sitokin
yang paling aktif dalam perluasan kista melalui efek terhadap proliferasi
fibroblast, produksi prostaglandin oleh kasul fibrosis dan psteolisis. Mediator
yang terlibat dalam proses inflamasi dan resobsi tulang sangat kompleks.
Penelitian pada manusia dan binatang menunjukkan proliferasi aktif dari sitokin
yang lain seperti IL-6, IL-3, Granulocyte-macrophage colony stimulating factor
(GM-CSF) IL-11,IL-17 dan IL-18, memiliki peranan pada patogenesis dan
penyakit ostelitik.
2.2.4. Diagnosis
1) Anamnesis
Anamnesis pasien tidak memperlihatkan gejala apapun karena pada umumnya
bersifat asimptomatik, terutama kista radikuler yang kecil. Kista radikuler tidak
nyeri jika tidak mengalami infeksi. Beberapa pasien dengan kista radikuler
mengeluh rasa sakit walaupun tidak ada bukti adanya infeksi dan tidak ada bukti
klinis adanya peradangan akut yang terlihat secara histologis. Sama halnya
beberapa pasien secara klinis adanya infeksi akut dan secara histologis adanya
inflamasi tetapi mereka tidak mengeluh rasa sakit.
Dari pemeriksaan fisis dapat ditemukan adanya nyeri saat palpasi dan perkusi
daerah gigi yang memiliki kista radikuler yang terinfeksi. Pada mandibula,
penekanan pada nervus dentalis inferior hampir tidak pernah memberikan reaksi
anestesia atau parestesi pada daerah mental, hal ini penting untuk membedakan
kista radikuler dengan tumor.
2) Pemeriksaan radiologi
Gambaran radiologi kista radikuler tampak sebagai lesi osteolitik atau
radiolusen (berbentuk lingkaran atau oval) dengan batas radiopak yang tegas
dengan ukuran yang bervariasi yang mengelilingi apeks radiks dentis, kecuali jika
kistanya terinfeksi maka gambaran radiopak di tepi akan menghilang.
Gambaran radiologi kista radikuler :
a. Bentuk melingkar atau bulat radiolusen dengan tepi yang radiopak
b. Gambaran radiolusen pada apeks dentin
c. Gigi dan struktur lain yang berdekatan mengalami perubahan tempat
Gambaran radiologi kista radikuler yang terinfeksi
a. Rongga kista tampak dengan batas yang tidak jelas
b. Struktur dibelakangnya menjadi tidak terlihat dan defek tampak seperti
terowongan
c. Ruang ligamentun periontal yang mengelilingi gigi menjadi lebar.
Pemeriksaan CT-scan memperlihatkan densitas kista radikuler -20 sampai
+ 20 HU, gambaran berawan daerah lesi periapikal, massa jaringan lunak yang
homogen, pada dinding superior kadang ditemukan dinding ganda. Pada
pemeriksaan ultrasonografi menunjukkan daerah yang anehoik dengan kontour
dan pinggir yang halus dan tidak adanya vaskularisasi internal pada pemeriksaan
dopler flowmetri, menunjukkan rongga terisi dengan cairan (kista).
3) Pemeriksaan patologi
Gambaran utuh, kista berupa massa dengan bentuk sferis ( bulat) atau oval
tetapi sering bentuk yang tidak teratur dan kolaps. Dinding kista memiliki dinding
dengan ketebalan bervariasi mulai dari yang sangat tipis sampai ketebalan 5 mm.
Permukaan bagian dalam sangat halus dan bergelombang. Isi dari kista berupa
cairan warna coklat yang dihasilkan dari pecahnya pembuluh darah dan jika ada
kristal kolesterol warnanya berupa kuning keemasan atau warna seperti jerami.
Kista radikuler hampir seluruhnya dilapisi oleh epitel skuamosa bertingkat
tidak berkeratin dengan ketebalan yang bervariasi. Lapisan epitel ini dapat
berproliferasi dan mengalami inflamasi atau dalam keadaan tenang dengan
berbagai diferensiasi. Dinding kista yang berupa jaringan ikat kolagen dapat
diinfiltrasi oleh sel-sel lekosit polimorfonuklear seperti limposit dan netrofil. Pada
lapisan epitel kista radikuler dapat ditemukan dalam jumlah kecil ± 10 %hyaline
bodies ( Rusthon’s hyaline bodies) yang berbentuk bulan sabit yang diperkirakan
berasal dari perdarahan dalam dinding kista yang mengalami infeksi. Gambar
Kiri. Panah no.1 menunjukkan daerah hemoragik di dalam kavitas kista, dan
panah no.2 menunjukkan kapiler pada dinding jaringan ikat. Kanan. Pembesaran
lebih tinggi menunjukkan lapisan epitel skuamosa bertingkat pada kista.
4) Aspirasi kista
Aspirasi isi kantong kista dapat bernilai diagnostik. Pada kista dengan ukuran
lebih dari 1,5-2 cm, cairan encer atau kental yang dapat diaspirasi menyingkirkan
adanya massa padat lainnya.
2.2.5. Diagnosis Banding
Secara radiographi, DD dari kista periapikal harus mencantumkan
periapikal granuloma di dalamnya. Pada daerah yang telah dilakukan perawatan
apikal, kerusakan akibat operasi atau periapikal scar mungkin dapat digunakan.
Pada regio anterior rahang bawah radiolusen pada peiapikal harus dapat
dibedakan dengan fase awal perkembangan dari cementooseous dysplasia.pada
regio posterior harus, gambaran radiolusen apikal harus dapat dibedakan dengan
kista traumatik tulang. Kadang kala tumor odontogenik, lesi sel giant, penyakit
metatase dan tumor osseous primary dapat menunjukan gambaran radiographi
yang menyerupai kista periapikal. Namun pada semua keadaan di atas gigi alam
keadaan vital.
2.2.6. Penatalaksanaan
Lesi perifer termasuk kista radikuler sendiri dapat menghilang apabila
agen penyebabnya telah dihilangkan. Sebagian besar kista radikuler dapat
disembuhkan dengan “ root canal treatment”, khususnya kista radikuler dengan
ukuran kurang dari 5 mm dan tidak membutuhkan intervensi bedah.
Pengobatan kista radikuler, sebagai penyakit saluran agar terdiri dari
pemberantasan mikroba atau secara subtansial mengurangi jumlah mikroba dari
saluran akar dan mencegah infeksi berulang kembali. Perawatan akar gigi
memiliki tingkat keberhasilan yang tinggi walaupun demikian angka kegagalan
masih tetap terjadi hal ini disebabkan karena ada saluran akar gigi yang tidak
dapat dibersihkan.
1) Pembedahan
Ada dua metode pembedahan kista : enukleasi ( pengeluaran kantong kista secara
keseluruahan) dan marsupialisasi (membuat permukaan rongga kista tetap
terbuka). )
a. Enukleasi
Pembedahan dengan metode ini meliputi pengeluaran kantong kista secara
keseluruhan dan penyembuhan luka menjadi tujuan utama. Metode ini
merupakan pengangkatan kista yang paling memuaskan dan diindikasikan
pada semua kasus tanpa merusak gigi dan struktur anatomi lainnya yang
berdekatan.
b. Marsupialisasi
Metode ini biasanya dilakukan untuk mengeluarkan kista yang besar dan
mengeluarkan kista yang besar dan memerlukan pembukaan surgical window
pada tempat yang sesuai diatas lesi.
BAB III
LAPORAN KASUS

Anda mungkin juga menyukai